• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (INCIDENT REPORTING) OLEH PETUGAS KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

N/A
N/A
Trismansyah Darajat

Academic year: 2023

Membagikan " EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM PELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (INCIDENT REPORTING) OLEH PETUGAS KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Originalitas Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Algoritme Pencarian

Tinjauan Literatur

  • Keselamatan Pasien
  • Insiden Keselamatan Pasien
  • Tipe Insiden Keselamatan Pasien
  • Pelaporan Insiden
  • Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien adalah proses yang diterapkan di rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang lebih aman kepada pasien, antara lain; penilaian risiko, identifikasi dan manajemen risiko bagi pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan mempelajari dan memantau insiden serta meminimalkan terjadinya risiko dengan menerapkan solusi untuk mencegah cedera saat melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Permenkes, 2017). Sasaran keselamatan pasien telah ditetapkan secara internasional dan nasional, berikut adalah sasaran yang ditetapkan secara internasional oleh Joint Commission International (JCI, 2007). Di Indonesia, tujuan keselamatan pasien nasional diterapkan di tingkat nasional untuk seluruh fasilitas kesehatan dan digambarkan sebagai salah satu standar dalam SNARS edisi 1 yang terdiri dari 6 tujuan keselamatan pasien.

Standar Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) pada SNARS Edisi 1 diuraikan sebagai berikut (KARS, 2018a): . 1) Sasaran I: Identifikasi pasien yang akurat. Insiden keselamatan pasien adalah setiap peristiwa atau situasi yang dapat menimbulkan atau mengakibatkan kerugian (penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak boleh terjadi (KKP-RS, 2015). Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem untuk membuat perawatan pasien lebih aman, yang mencakup penilaian risiko, identifikasi dan pengelolaan masalah risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden.

Insiden keselamatan pasien adalah setiap peristiwa atau keadaan yang tidak disengaja yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan kerugian yang dapat dicegah terhadap pasien. Insiden keselamatan pasien adalah setiap peristiwa atau situasi yang seharusnya tidak terjadi dan berpotensi menimbulkan kerugian (penyakit, cedera, cacat, kematian, dan lain-lain). 1). Menurut Buku Pedoman Pelaporan Keselamatan Pasien (2008), untuk memasukkan jenis kejadian dalam laporan harus dilakukan analisis dan investigasi terlebih dahulu.

Jenis kejadian yang kesepuluh adalah perilaku pasien, dimana subtipe kejadian tersebut terbagi menjadi dua yaitu; Pertama, perilaku pasien (tidak kooperatif, tidak pantas/bermusuhan/kasar, berisiko/berbahaya). Kedua, permasalahan dengan menggunakan kekerasan, pengacau, diskriminatif/merugikan, mengembara, melarikan diri, sengaja melukai diri sendiri, bunuh diri) dan agresi/penyerangan (agresi verbal, kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan terhadap mayat dan membahayakan nyawa). Sedangkan metode pelaporan Web Use merupakan upaya mengatasi pengembangan sistem pelaporan kejadian keselamatan pasien yang bersifat anonim, rahasia, dan dapat digunakan oleh banyak pengguna secara bersamaan.

Kerangka Teori

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka Konsep Penelitian

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian campuran metode kuantitatif dan kualitatif yang menggunakan desain eksplanatori sekuensial, yaitu desain penelitian yang diawali dengan penelitian kuantitatif kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan hasil kuantitatif. Pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder retrospektif yaitu observasi data laporan insiden keselamatan pasien di ruangan periode Januari 2017-Desember 2020. Yang mana hasilnya memerlukan eksplorasi lebih lanjut pada tahap kedua dengan menggunakan tahap desain kualitatif.

Melakukan pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua bertujuan untuk menjelaskan hasil penelitian kuantitatif.

Tempat Dan Waktu Penelitian

Populasi Dan Sampel

Instrumen, Metode & Prosedur Pengumpulan Data

Dalam pengambilan sampel pada penelitian kualitatif ini peneliti tidak fokus pada angka-angka saja, namun pada penentuan besar sampel berdasarkan teori saturasi yaitu peneliti akan berhenti mengumpulkan data apabila sudah tercapai saturasi yang ditandai dengan tidak adanya lagi informasi atau informasi baru dari penelitian ini. peserta tidak menambahkan substansi pada kode atau tema yang sedang dikembangkan (Ceswell, 2020). 31 Tahapan ini diawali dengan pengurusan surat permohonan penelitian dari Ketua program studi Magister Keperawatan Universitas Hasanuddin dan pengurusan surat izin etik penelitian pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk dilanjutkan ke bagian Diklat. di RS Universitas Hasanuddin. Setelah mendapat disposisi dan izin dari Dinas Pendidikan dan Pelatihan rumah sakit untuk melakukan penelitian, peneliti menentukan waktu penelitian.

Kemudian peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, menjelaskan jalannya penelitian dan meminta kesediaan panitia keselamatan pasien RS Universitas Hasanuddin untuk memberikan data laporan kejadian keselamatan pasien. Peneliti mengidentifikasi dan memilih partisipan serta menyiapkan peralatan penelitian yang meliputi peralatan fisik, surat izin penelitian, instrumen yang akan digunakan dalam penelitian berupa informed consent, pedoman wawancara, alat perekam, buku catatan, dan alat tulis.

Analisis Data

Sebelum melakukan wawancara terhadap responden terpilih, dilakukan pengumpulan data sekunder dari Komite Mutu dan Keselamatan Pasien RS Universitas Hasanuddin untuk mengetahui jenis insiden apa saja yang terjadi dan dilaporkan oleh tenaga kesehatan. Responden yang dipilih adalah tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien yang direkomendasikan oleh ketua ruangan. Data ini diperoleh dari kumpulan laporan pada Bagian Komite Mutu dan Keselamatan Pasien RS Universitas Hasanuddin.

Bentuk pelaksanaan pelaporan insiden keselamatan pasien yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap sembilan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kesehatan dalam sistem pelaporan insiden keselamatan pasien melalui wawancara dengan responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan yang baik tentang pentingnya profesional kesehatan melaporkan ketika terjadi insiden keselamatan pasien.

Dalam pelaporan yang dilakukan petugas, akan ada feedback yang dilakukan oleh Komite Mutu dan Keselamatan Pasien. Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien adalah sistem yang dirancang untuk menangkap informasi keselamatan pasien yang dapat digunakan untuk pembelajaran organisasi dan individu. Laporan data pelaporan insiden keselamatan pasien hendaknya tersedia di setiap unit ruangan untuk memudahkan melihat jumlah insiden yang terjadi dan tahap perbaikannya.

Selain itu, Rumah Sakit Universitas Hasanuddin perlu mengembangkan metode evaluasi yang tepat untuk mengevaluasi penerapan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien. Evaluasi terhadap penerapan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien sebaiknya dilakukan secara berkala agar rumah sakit dapat terus belajar dari insiden yang terjadi dan terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan keselamatan pasien di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin.

Tabel  di  bawah  ini  memperlihatkan  jenis-jenis  insiden  tersebut.  Jenis- Jenis-Jenis insiden tersebut meliputi:
Tabel di bawah ini memperlihatkan jenis-jenis insiden tersebut. Jenis- Jenis-Jenis insiden tersebut meliputi:

Etik Penelitian

Alur Penelitian

Pengumpulan data menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu pengumpulan data sekunder untuk mengetahui secara umum jumlah insiden dan jenis insiden yang telah dilaporkan oleh petugas kesehatan, dilanjutkan dengan wawancara terhadap responden terpilih yang pernah terlibat dalam pelaporan insiden keselamatan pasien. Penelitian mengenai evaluasi penerapan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien oleh tenaga kesehatan bertujuan untuk mengetahui penerapan sistem pelaporan insiden di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin untuk mendapatkan gambaran bagaimana penerapan sistem pelaporan tersebut, mengidentifikasi jenis-jenis insiden. yang terjadi, bentuk pelaksanaan pelaporan dan mengidentifikasi umpan balik terhadap proses pelaporan yang telah disampaikan yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Persentase insiden per tahun mengalami fluktuasi menandakan bahwa sistem pelaporan di RS Universitas Hasanuddin sudah berjalan, namun pihak rumah sakit belum maksimal dalam mengevaluasi sistem pelaporan, sehingga menjadikan suatu kejadian keselamatan pasien sebagai pembelajaran yaitu belajar dari kejadian yang terjadi dan mencegah terjadinya kejadian yang sama. berulang.

Komunikasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan proses keperawatan untuk mengurangi kesalahan yang dapat mengakibatkan insiden keselamatan pasien ketika dilaksanakan. Metode pelaporan dengan menggunakan web merupakan salah satu upaya untuk mengatasi pengembangan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien yang bersifat anonim dan rahasia yang dapat digunakan oleh banyak pengguna secara bersamaan. Faktor organisasi yang mempengaruhi pelaporan insiden keselamatan pasien adalah sistem pelaporan yang rumit, rendahnya budaya keselamatan pasien, konflik atau kerjasama antar departemen atau bagian, pelaporan tanggapan.

Dan responden memiliki pengetahuan yang baik tentang pelaporan insiden keselamatan pasien karena sebagian besar responden pernah mendapatkan pelatihan selama bekerja di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Hal ini memerlukan komitmen direksi, manajemen dan tim keselamatan pasien rumah sakit untuk memantau dan mengevaluasi pelaporan insiden melalui kunjungan berkala dan mengadakan pertemuan yang diadakan setiap bulan. Berdasarkan Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS, 2015) dalam pedoman pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) dalam pelaporan komentar yang dilakukan oleh pelapor, berdasarkan alur pemberitaan yang dimulai dari saat terjadinya peristiwa tersebut ( KNC, KTD, KPC, KTC, penjaga kejadian) dilakukan penanganan langsung terhadap pasien di lokasi kejadian, kemudian melaporkan kejadian tersebut selama 1x24 jam kepada atasan langsung (Karu/Kanit), membuat laporan kejadian kepada petugas dan melakukan asesmen awal. , investigasi sederhana dan rekomendasi.

Dari pelaporan yang telah selesai akan diperoleh umpan balik dari komite mutu dan keselamatan pasien yang disetujui oleh manajemen rumah sakit dalam bentuk rekomendasi atau solusi. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang baik mampu mendukung upaya identifikasi risiko pada insiden yang berpotensi menimbulkan ancaman terhadap keselamatan pasien dan dapat mencegah terulangnya insiden dengan tujuan memberikan pelayanan yang fokus pada keselamatan pasien.

HASIL PENELITIAN

Hasil Kuantitatif

Hasil Kualitatif

PEMBAHASAN

Pembahasan Hasil

Berdasarkan data jumlah kejadian yang terjadi setiap tahunnya di RS Universitas Hasanuddin, kejadian terbanyak terjadi pada tahun 2017 dengan jumlah 95 kejadian dengan jumlah pasien 6442 orang dengan persentase kejadian 1,47. Banyaknya jumlah pasien dengan peningkatan terjadinya insiden keselamatan pasien berhubungan dengan beban kerja tenaga kesehatan.Keluhan terhadap beban kerja yang tinggi merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan menurunnya potensi kerja atau kinerja tenaga kesehatan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Gqaleni, T.M & Bhengu, B., Y.S. 2020) menyatakan bahwa keberhasilan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu kejadian dijadikan pembelajaran untuk mencegah terjadinya kejadian berulang, ditandai dengan pelayanan yang bermutu yang mengacu pada pelayanan dan pengobatan pasien yang dikaitkan dengan penurunan insiden keselamatan pasien.

Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah paling dominan dan jam kerja tertinggi yaitu 24 jam. Oleh karena itu perawat berperan besar dalam menerapkan budaya keselamatan pasien. Melalui aplikasi SISMADAK, laporan tersebut akan mendapat feedback berupa Komite Mutu Keselamatan Pasien yang akan melakukan investigasi berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan dalam rapat untuk mencari solusi atas kejadian tersebut. Penelitian lain menemukan bahwa rendahnya tingkat pelaporan insiden disebabkan oleh kurangnya pemahaman staf terhadap IKP di rumah sakit dan kurang optimalnya feedback dari tim KPRS.

Pengetahuan responden terhadap keselamatan pasien dapat dikaitkan dengan perilaku atau sikap dan praktik keselamatan pasien, dalam hal ini dikategorikan sebagai perilaku positif, responden bersedia melaporkan kejadian keselamatan pasien karena sadar tidak merugikan orang lain, mempunyai pengetahuan. tentang pentingnya keselamatan pasien dan pelaporan. . Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dhamanti, dkk., (2019) yang menyatakan bahwa salah satu kendala dalam penerapan budaya keselamatan pasien adalah yang terbesar. Keselamatan pasien merupakan program kerja yang melibatkan banyak unit kerja di rumah sakit secara holistik, sehingga diperlukan koordinasi antar unit untuk mencapai tujuan program secara optimal.

Implikasi dalam Praktik Keperawatan

54 kerentanan spesifik medis dalam sistem layanan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan harus mencakup tindakan perbaikan yang tepat waktu untuk meningkatkan keselamatan.

Keterbatasan Penelitian

Rekomendasi

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Tabel  di  bawah  ini  memperlihatkan  jenis-jenis  insiden  tersebut.  Jenis- Jenis-Jenis insiden tersebut meliputi:
Tabel 5.1  Klasifikasi Jenis Insiden Keselamatan Pasien Yang Dilaporkan  Oleh Petugas Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait