Cabai (Capsium annum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak mendapatkan perhatian karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi kebutuhan cabai semakin lama semakin meningkat setiap tahunnya sejalan dengan tingkat konsumsi dan berkembangnya banyak industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Tanaman ini menjadi salah satu jenis tanaman yang paling dibutuhkan karena orang Indonesia suka makanan pedas. Kesehatan tanaman cabai sangatlah penting akan tetapi keterbatasan seorang petani dalam bertani cabai dalam melakukan diagnosis penyakit tanaman cabai, maka
diperlukan sebuah sistem yang membantu para petani dalam menangani kasus penyakit tanaman cabai [2]. Perawatan yang tidak tepat atau tidak sesuai standar dapat menyebabkan tanaman cabai rentan terhadap serangan hama dan penyakit serta dapat mengakibatkan tidak maksimalnya hasil panen, berkurangnya hasil penjualan bahkan hasil panen. Hama utama tanaman cabai adalah ulat, ulat bulu, ulat hama, kutu daun, thrips, tungau, lalat buah, hama ini dapat menyebabkan penyakit pada tanaman cabai. Penyakit utama tanaman cabai adalah busuk buah, bercak daun, layu Fusarium, penyakit virus.
Penyakit pada tanaman didefinisikan sebagai penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologisnya secara normal. Keberadaan organisme penganggu tanaman yang berada pada persemaian dapat disebabkan oleh hama, penyakit, maupun gulma.
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganime.
Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti jamur, bakteri, virus dan nematoda. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diserangnya.
Tanaman dapat terinfeksi karena adanya inokulum oleh berbagai macam patogen, dan dapat
menginfeksi di dalam tanah, air, dan udara, bahkan menginfeksi sel inang (Pawar dan Nasreen, 2016).
Tinjauan pustaka
Antraknosa merupakan salah satu jenis penyakit utama tanaman cabai merah yang disebabkan oleh adanya infeksi jamur Colletotrichum sp. Antraknosa dapat menyebabkan dieback atau mati pucuk pada tanaman dewasa yang kemudian diikuti infeksi pada buah, sehingga pada akhirnya menurunkan produktivitas tanaman cabai (Prasetyo 2017). MenurutBPPP (2016), antraknosa yang menyerang tanaman cabai dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 90% terutama jika terjadi pada saat musim hujan. Pengendalian penyakit antraknosa saat ini masih bergantung pada penggunaan fungisida sintetik secara intensif. Penggunaan fungisida sintetik untuk mengendalikan penyakit antraknosa dapat
menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang
1.1 isolasi
Isolasi penyakit pada tanaman adalah proses memisahkan dan mengidentifikasi patogen penyebab penyakit pada tanaman. Tujuan dari isolasi penyakit pada tanaman adalah untuk mengetahui jenis patogen penyebab penyakit dan gejala penyakit yang disebabkan oleh patogen tersebut pada tanaman tertentu. Dalam penelitian isolasi penyakit pada tanaman, tahap isolasi meliputi pengamatan gejala penyakit, penyiapan dan pembuatan media, pengukuran faktor lingkungan, persiapan isolasi, dan isolasi.
Setelah patogen berhasil diisolasi, langkah selanjutnya adalah identifikasi patogen penyebab penyakit pada tanaman
Teknik isolasi pantogen adalah upaya menumbuhkan mikroorganisme di luar lingkungan alaminya.
Pemisahan pantogen di luar lingkungan bertujuan untuk memperoleh kultur mikroba yang tidak lagi bercampur dengan mikroba lain yang disebut kultur murni. Prinsip isolasi pantogen adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba. Ini bisa dilakukan dengan menumbuhkannya di media padat, sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap di tempatnya (Lestari dan Hartati 2017).
1.2 inokulasi
Inokulasi patogen pada tanaman adalah proses perpindahan inokulum dari sumber patogen ke dalam tanaman inang. Inokulasi ini memungkinkan patogen menyebabkan penyakit pada tanaman yang diinokulasi[4]. Inokulasi patogen pada tanaman memiliki beberapa tahapan, seperti inokulasi, germinasi, dan pembentukan penyakit[2].
Beberapa metode inokulasi yang digunakan meliputi:
1. Inokulasi buatan: Metode ini melibatkan isolasi dan inokulasi dari jamur dan bakteri patogen tanaman, serta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan inokulasi[1].
2. Inokulasi alami: Metode ini melibatkan kontak antara patogen dengan tanaman inang sebagai bahagia untuk menginfeksi tanaman[2].
Keberhasilan inokulasi patogen pada tanaman akan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara tanaman inang, patogen, dan kondisi lingkungan[5]. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara inokulasi dan mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen.
Lestari, P. B., Hartati, T. W. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Penerbit Gunung Samudera [Grup Penerbit PT Book Mart Indonesia].
Pada praktikum kali ini tanaman yang diisolasi menunjukan adanya perubahan yaitu munculnya benang benang(hifa) putih disekitar media agar, hal ini menunjukan bahwa isolasi yang dilakukan berhasil.hal ini selaras dengan literatur yang sudah ditentukan terdahulu. Menurut ( ) Cendawan Colletotrichum sp.
memiliki koloni dengan tekstur yang halus, warna koloni putih dan sporanya berwarna abu-abu (Gambar 2C). Bentuk sporanya silindris memiliki panjang 18-25µm dan lebar 3,55µm (Gambar 2D). Miselium berseptat,berwarna hialin.