LATER WILL BECOMES NEVER!!!
STUDI DESKRIPTIF PROKRASTINASI (AKTIF DAN PASIF)
Tamara Widya AristiFakultas Psikologi [email protected] Dr. Ide Bagus Siaputra, S.Psi.
Fakultas Psikologi [email protected] Lina Natalya, S.Psi., M.Si.
Fakultas Psikologi [email protected]
Abstrak
Chu dan Choi (2005) menggungkapkan suatu perspekstif baru mengenai prokrastinasi, bahwa prokrastinasi dibagi menjadi tiga yaitu nonprcrastination, active procrastination dan passive procrastination . Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dua dari tiga tipe prokrastinasi tersebut dengan melihat korelasinya dengan data - data demografi (jenis kelamin dan prestasi akademik). Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu Accidental Random Sampling. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 466 mahasiswa aktif Universitas Surabaya angkatan 2014 - 2017. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada korelasi antara prokrastinasi dengan semua data demografi. Maka simpulan penelitian ini adalah seluruh mahasiswa melakukan prokrastinasi baik aktif maupun pasif tidak memandang jenis kelamin dan prestasi akademik yang dicapai. Artinya prokrastinasi dapat terjadi dan terus terjadi di lingkungan akademik karena mendapat penguatan yang positif.
Kata kunci:
Prokrastinasi aktif, prokrastinasi pasif, jenis kelamin, prestasi akademik.
Abstract
Chu and Choi (2005) describe new perspectives on procrastination, namely procrastination which is divided into three, namely nonprcrastination, active procrastination and passive procrastination. This study aims to describe two of the three types of procrastination by looking at the correlation with demographic data (gender and academic achievement). Data collection in this study used a random sampling technique, namely Accidental Random Sampling. The number of subjects in this study were 466 active students of the University of Surabaya in 2014-2017. The results showed that there was no procrastination with all demographic data. So the conclusion of this study is that all students who do procrastination, both active and passive, do not see gender problems and academic achievements. Procrastination can occur and continue to occur in the academic environment because of positive reinforcement.
Keywords: active procrastination, passive procrastination, gender, academic achievement.
Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan menunda dalam memulai atau menyelesaikan suatu tugas maupun pekerjaan dan lebih memilih melakukan kegiatan lain yang tidak berguna sehingga kinerja memburuk dan tidak dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu (Alaihimi, 2014). Beberapa studi tentang penundaan menunjukkan bahwa penundaan adalah hal yang buruk karena menyebabkan sejumlah efek negatif menurut Chu & Choi (dalam Purwanto & Natalya, 2018).
Namun Chu dan Choi mencetuskan perspektif baru yang menunjukan bahwa tidak semua prokrastinasi berdampak negatif (Choi &Moran, 2009) namun juga memiliki efek positif terhadap penunda, yang disebut penundaan aktif (Chu & Choi, dalam Purwanto & Natalya, 2017). Chu dan Choi membagi prokrastinasi menjadi tiga tipe yaitu nonprocrastination, active procrastination, dan passive procrastination .
Chu dan Choi (dalam Choi & Moran, 2009) prokrastinasi aktif merupakan penundaan dengan sengaja dan sebagian besar mengarah pada hasil yang tetap memuaskan.
Pelaku penundaan aktif membuat keputusan untuk menunda dengan sengaja karena mereka merasa memiliki motivasi yang lebih kuat pada saat berada dibawah tekanan waktu.
Sekalipun begitu, terbukti para pelaku proktrastinasi aktif selalu mampu menyelesaikan tugasnya tepat sebelum batas waktu yang telah ditentukan (Choi dan Moran, dalam Purwanto
& Natalya, 2018). Sebaliknya prokrastinasi pasif adalah jenis penundaan tradisional, menunda – nunda tugas sampai pada menit terakhir (Choi & Moran, 2009). Prokrastinasi pasif adalah jenis penundaan pada umumnya dan merupakan penundaan yang bersifat negatif.
Para prokrastinator pasif tersebut sebenarnya tidak dengan sengaja melakukan penundaan melainkan karena ketidakmampuan dalam membuat keputusan dan kecepatan untuk bertindak sehingga menyebabkan munculnya perilaku prokrastinasi (Chu & Choi 2005).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif yang hanya berfokus pada dua prokrastinasi yaitu tipe prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif dengan 466 subjek partisipan. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran yang jelas terkait prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif dikalangan mahasiswa. Gambaran yang dimaksud adalah ada tidaknya hubungan antara prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif dengan data - data demografi yang meliputi jenis kelamin dan prestasi akademik. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Surabaya yang merupakan angkatan 2014, 2015, 2016 dan 2017. Pemilihan subjek terdiri dari empat angkatan dan delapan fakultas (Farmasi, Bisnis dan Ekonomi, Hukum, Kedokteran, Psikologi, Teknik, Teknobiologi, Industri Kreatif).
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner online dan offline. Terdapat dua alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu NAPS (New Active Procrastination Scale) dan PPS (Pure Procrastination Scale). NAPS digunakan sebagai alat ukur untuk prokrastinasi aktif dan PPS digunakan sebagai alat ukur prokrastinasi pasif.
Pengambilan online dengan menggunakan google form dan sedangkan pengambilan subjek secara offline dengan kuesioner disebarkan dengan teknik Accidental Random Sampling.
Teknik Accidental Random Sampling merupakan teknik dimana peneliti memberikan kuesioner kepada siapa saja yang ditemuinya pada lokasi pengambilan data. Adapaun beberapa lokasi dalam penyebaran kuesioner yaitu,
kantin Fakultas Psikologi, kantin
keluwih, masjid An – Nur, gazebo Fakultas Psikologi, gazebo Fakultas Bisnis dan
Ekonomi, perpustakaan lantai 1, perpustakaan lantai 2, dan perpustakaan lantai 3.
Tabel 1
Reliabilitas Variabel PPS dan NAPS
Aspek Reliabilitas
(Alpha Cronbach)
Rentang
CITC Jumlah Butir Simpulan
PPS (Pure
Procrastination Scale)
0,897 0,432-0,725 12 Reliabel
NAPS_OS (Outcome
Satisfaction) 0,735 0,424-0,626 4 Reliabel
NAPS_PP(Preference for
Pressure) 0,796 0,532-0,682 4 Reliabel
NAPS_IDP (Intentional Desicion to
Procrastination)
0,708 0,124-0,694 4 Reliabel
NAPS_AMD (Ability to Meet Deadlines)
0,778 0,493-0,714 4 Reliabel
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada alat ukur PPS memiliki nilai Alpha Cronbach ≥ 0,7. Pada masing – masing aspek NAPS juga memiliki nilai Alpha Cronbach ≥ 0,7 yang berarti dapat disimpulkan alat ukur yang digunakan bersifat reliabel. Namun pada rentang CITC dimensi NAPS_IDP memiliki nilai sebesar 0,124 – 0,694 pada butir ini tidak digugurkan karena pada jurnal validasi yang dilakukan oleh Purwanto dan Natalya (2018) butir tetap digunakan.
Tabel 2
Korelasi Prokrastinasi Aktif dan Prokrastinasi Pasif
No Korelasi r sig.
1. Prokrastinasi Aktif – Prokrastinasi Pasif 0,194 0,000
Tabel 1 menunjukan nilai r = 0,194 sehingga tidak ada korelasi antara prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif.
Tabel 2
Korelasi prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif dengan jenis kelamin
No Korelasi R sig.
1. Prokrastinasi Aktif – JK 0,001 0,975 2. Prokrastinasi Pasif – JK -0,027 0,564
Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai r pada prokrastinasi aktif dan prokrastinasin pasif dengan jenis kelamin kurang dari atau sama dengan 0,2 sehingga dapat disimpulakan tidak ada hubungan antara prokrastinasi aktif dengan jenis kelamin maupun prokrastinasi aktif dengan jenis kelamin.
Tabel 3
Korelasi Prokrastinasi Dengan Prestasi Akademik
No Korelasi r sig.
1. Prokrastinasi Aktif – Prestasi Akademik -0,006 0,897 2. Prokrastinasi Pasif – Prestasi Akademik -0,007 0,883
Tabel 3 memperlihatkan bahwa nilai r kurang dari atau sama dengan 0,2 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada korelasi antara prokrastinasi aktif dengan prestasi akademik maupun prokrastinasi pasif dengan prestasi akademik.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas terkait prokrastinasi yaitu prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif pada mahasiswa Universitas Surabaya dengan melihat
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Choi dan Moran (2009) yang menunjukkan nilai r = 0,07 yang juga berarti tidak ada hubungan antara prokrastinasi pasif dan prokrastinasi aktif.
Analisis selanjutnya adalah menguji hubungan korelasi antara prokrastinasi aktif dengan prestasi akademik. Hasil analisis adalah sebesar r = - 0,006 yang berarti tidak ada hubungan, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Choi dan Moran (2009) hasil uji korelasi antara prokrastinasi aktif dengan prestasi akademik memiliki nilai r = 0,11 yang juga berarti tidak terdapat hubungan antara keduanya.
Uji korelasi juga dilakukan pada prokrastinasi pasif dengan prestasi akademik yang menunjukkan nilai r = -0,007, artinya tidak ada hubungan antara prokrastinasi pasif dengan prestasi akademik. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Oematan (2013) memiliki hasil kurang dari 0,2 sehingga tidak ada korelasi negatif antara prokrastinasi akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa Universitas Surabaya.
Uji korelasi juga dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara prokrastinasi aktif dengan jenis kelamin dan hubungan antara prokrastinasi pasif dengan jenis kelamin. Uji korelasi pada prokrastinasi aktif dengan jenis kelamin memiliki nilai r = 0,001 dan uji korelasi pada prokrastinasi pasif dengan jenis kelamin memiliki nilai r = -0,027 dari hasil uji korelasi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan prokrastinasi aktif maupun prokrastinasi pasif.
Berdasarkan korelasi prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif dengan data demografi memperlihatkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Perilaku prokrastinasi merupakan
menerus merupakan perilaku yang mempunyai positive reinforcement atau penguatan positif.
Reinforcement positif merupakan keadaan atau situasi yang mengalami penguatan terhadap sebuah perilaku atau peristiwa yang menyertainya menurut Miltenberger (dalam Sulistyaningsih, 2011).
Fenomena prokrastinasi ini mengalami penguatan positif pada dampak yang di akibatkan perilaku prokrastinasi. Terdapat beberapa dampak positif dari perilaku prokrastinasi yaitu, menanggulangi stres sementara waktu dan merasa tertekan karena deadline waktu sehingga membuat mahasiswa mendapat motivasi yang lebih tinggi dalam mengerjakan.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi adalah suatu fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa. Baik prokrastinasi aktif maupun prokrastinasi pasif tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan prestasi akademik. Artinya prokrastinasi dapat terjadi dan terus terjadi di lingkungan akademik karena mendapat penguatan yang positif.
SARAN
Adapun beberapa saran untuk peneliti selanjutnya yaitu
1. Pada angket ditambahkan pertanyaan terbuka agar dapat mengetahui penyebab terjadi prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif. Pada penelitian ini tidak perdapat pertanyaan terbuka sehingga tidak diketahui jelas faktor penyebab prokrastinasi baik aktif dan aktif.
2. Penelitian selanjutnya dapat membedakan prokrastinasi aktif dan pasif di kalangan
mahasiswa agar dapat melihat mana yang lebih tinggi prokrastinasi aktif atau
prokrastinasi pasif pada mahasiswa Universitas Surabaya.
berdasarkan keaktifan dalam organisasi kemahasiswaan. JOM PSIK, 1(2), 1-8.
Choi, J. N., & Moran, S.V. (2009). Why not procrastinate? Development and validation of a new active procrastination scale. The Journal of Social Psychology, 149(2), 195-211.
Chu, A. H. C., & Choi, J. N. (2005). Rethinking procrastination: positive effects of “active”
procrastination behavior on attitudes and performance. The Journal of Social Psychology, 145(3), 245-265.
Oematan, C. S. (2013). Hubungan antara prokrastinasi akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa fakultas psikologi - Universitas Surabaya. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1), 1-7.
Purwanto, C. V. & Natalya, L. (2018). Tomorrow will always come; i am a last-minute person:
validation of the active procrastination scale-Bahasa Indonesia. Makara Human Behavior Studies in Asia. Retrieved from http://doi.org/10.745/hubs.asia.113011.
Sulistyaningsih, Y. F., & Cahyani, B. H. (2011). Peran reinforcement dalam kemampuan regulasi diri pada siswa SD selama di kelas. Jurnal Spirits,2(1), 1-13.