• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan tingkat kecemasan berdasarkan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "hubungan tingkat kecemasan berdasarkan"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK DEMOGRAFI PADA IBU HAMIL

PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III DI PUSKESMAS KELURAHAN CIPINANG BESAR UTARA JAKARTA TIMUR

SKRIPSI

Disusun Oleh : Dwi Sri Ning Rahayu

011511005

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS BINAWAN 2019

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Demografi Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara”. Skripsi ini merupakan laporan hasil penelitian yang dilakukan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan program S1 Keperawatan Universitas Binawan.

Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Aliana Dewi, S.Kp.,MN selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Binawan

2. Dr. Ns. Aan Sutandi,S.Kep.,MN selaku Ka Prodi Keperawatan Universitas Binawan

3. Ns. Handayani, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku Koordinator Mata Ajar Introduction Nursing Research

4. Ns. Zakiyah, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep.J, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan serta dukungan selama penyusunan tugas akhir ini.

5. Ns. Handayani, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat bermakna dalam penyelesaian pembuatan skripsi

(7)

vi

6. Seluruh dosen dan staff Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Binawan yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan menyukseskan penyelesaian penulisan tugas akhir ini.

7. Dr. Indra Setiawan selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan serta izin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara.

8. Kedua orang tua tercinta Bapak Masyhur dan Ibu Salbia, yang selalu senantiasa mendoakan, menyemangati, serta memberi cinta dan kasih sayang yang tak pernah putus selama penyusunan skripsi ini.

9. Teristimewa Almarhumah Ibu Herawati, yang selama ini sudah menjadi motivasi terbesar saya dalam penyelesaian penulisan tugas akhir ini.

10. Saudara penulis yaitu kak Reza Agustur Karunia dan mas Arif Setiantoko yang selalu menyemangati dan mendoakan selama penyusunan skripsi ini.

11. Suci Ambarwati, Wahinda Rahmatia, Maesaroh Handayani yang telah membantu dan memberikan masukan tentang pembuatan skripsi ini.

12. Para sahabat Hayuning Lintang WD, dan Indah Nuanza Ayu Pintunaung yang juga selalu mendukung, memberi semangat untuk sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi dan banyak memberikan bantuan, motivasi dan pengarahan selama proses menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman-teman seperjuangan dan satu angkatan Keperawatan A’2015 terimakasih atas dukungan dan semangatnya.

Seperti halnya, manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat positif agar dapat

(8)

vii

membangun. Diharapkan agar laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Jakarta, Juli 2019

Peneliti

(9)

viii PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS BINAWAN

Penelitian Keperawatan,26 Juli 2019 Dwi Sri Ning Rahayu

011511005

Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Demografi Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III Di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur

ABSTRAK

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Salah satu sumber stressor kecemasan adalah kehamilan. Di Indonesia terdapat 373.000.000 orang ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan ada sebanyak 107.000.000 orang atau 28,7%. Kecemasan pada ibu hamil dapat timbul khususnya pada trimester ketiga kehamilan hingga saat persalinan.

Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif deskriptif korelasi dengan metode cross sectional dan analisa data menggunakan metode Spearman Rank. Sampel pada penelitian ini sebanyak 42 orang di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur dan dikumpulkan dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian menunjukan tidak adanya hubungan tingkat kecemasan berdasarkan usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dengan nilai P-value > 0.05. Ibu hamil perlu memanfaatkan fasilitas kesehatan agar dapat meminimalisir kecemasan. Sehingga tidak terjadi masalah dalam proses kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi sampai balita.

Kata kunci : Usia, Status Perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Tingkat kecemasan.

(10)

ix NURSING STUDY PROGRAM

FACULTY OF NURSING AND MIDWIFERY BINAWAN UNIVERSITY

Nursing Research, 26 July 2019 Dwi Sri Ning Rahayu

011511005

Relationship Between Anxiety Levels Based on Demographic Characteristics Of 3rd Trimester Primigravida Pregnant Women in Kelurahan Cipinang Besar Utara Health Center, East Jakarta

ABSTRACT

Anxiety is a feeling of fear that has no apparent cause and is not supported by the situation. One source of anxiety stressors is pregnancy. In Indonesia there are 373,000,000 pregnant women who experience anxiety in the face of childbirth there are as many as 107,000,000 people or 28.7%. Anxiety in pregnant women can occur especially in the third trimester of pregnancy until delivery. This research uses descriptive quantitative correlation design with cross sectional method and data analysis using the Spearman Rank method. The samples in this study were 42 people in the Cipinang Besar Utara Health Center in East Jakarta and collected using the purposive sampling method. Research shows there is no relationship between anxiety level based on age, marital status, education, work, and income with a P-value > 0.05. Pregnant women need to utilize health facilities in order to minimize anxiety. So that there are no problems in the process of pregnancy, childbirth, childbirth and baby care to toddlers.

Keywords: Age, Marriage Status, Education, Employment, Income, Level of anxiety.

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR SKEMA ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan ... 6

1. Definisi Kehamilan ... 6

2. Klasifikasi Umur Kehamilan ... 6

3. Perubahan Psikologis Ibu Hamil ... 7

4. Karakteristik Kehamilan... 9

2.2 Status Kehamilan ... 15

1. Primigravida ... 15

(12)

xi

2. Multigravida ... 15

3. Grande Multigravida ... 16

2.3 Kecemasan ... 16

2.3.1 Definisi Kecemasan... 17

2.3.2 Etiologi kecemasan ... 17

2.3.3 Tingkat Kecemasan ... 21

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan ... 21

2.3.5 Gejala Kecemasan ... 24

2.4 Kerangka Teori ... 26

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual ... 28

3.2 Definisi Operasional ... 29

BAB IV METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 31

4.2 Populasi dan Sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 31

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

4.4 Instrumen Penelitian ... 33

4.5 Uji Coba Instrumen ... 34

1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Reliabilitas ... 35

4.6 Prosedur Pengumpulan Data ... 35

4.7 Pengolahan dan Analisa Data ... 36

(13)

xii

4.8 Etika Penelitian ... 38

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Pelaksanaan Penelitian ... 40

5.2 Penyajian Hasil Penelitian ... 40

1. Analisa Univariat ... 40

2. Analisa Bivariat ... 46

BAB VI PEMBAHASAN ... 44

6.1 Analisa Univariat ... 44

6.1.1 Gambaran Karakteristik Demografi Berdasarkan Usia ... 44

6.1.2 Gambaran Karakteristik Demografi Berdasarkan Status Perkawinan... 46

6.1.3 Gambaran Karakteristik Demografi Berdasarkan Pendidikan .. 48

6.1.4 Gambaran Karakteristik Demografi Berdasarkan Pekerjaan .... 57

6.1.5 Gambaran Karakteristik Demografi Berdasarkan Penghasilan . 58 6.1.6 Gambaran Karakteristik Demografi Berdasarkan Kecemasan .. 59

6.2 Analisa Bivariat 6.2.1 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia ... 61

6.2.2 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Status Perkawinan65 6.2.3 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan ... 66

6.2.4 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pekerjaan ... 70

6.2.5 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Penghasilan ... 73

6.3 Implikasi Keperawatan ... 77

6.4 Keterbatasan Penelitian ... 79 BAB VII PENUTUP

(14)

xiii

7.1 Kesimpulan ... 80 7.2 Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

xiv

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Interpretasi Besarnya r product moment

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.7 Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Usia pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.8 Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Status Perkawinan pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.9 Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pendidikan pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

Tabel 5.10 Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pekerjaan pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

(16)

xv

Tabel 5.11 Distribusi Tingkat Kecemasan Berdasarkan Penghasilan pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

(17)

xvi

DAFTAR SKEMA

Skema 1 Kerangka Teori Skema 2 Kerangka Konsep

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Inform Consent Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Lampiran 5 : Surat Perizinan Penelitian Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Lampiran 7 : Biodata Peneliti

(19)

1 1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan waktu transisi yaitu kehidupan sebelum memiliki anak yang berada dalam kandungan dan kehidupan setelah anak lahir. Secara umum emosi yang dirasakan oleh ibu hamil cukup labil, ibu dapat memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hati yang cepat berubah. Ibu hamil menjadi sangat sensitive dan cenderung bereaksi berlebihan. Ibu hamil lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi pengalaman dengan orang lain.

Wanita yang sedang hamil memiliki kondisi yang sangat rapuh, sangat takut akan kematian baik terhadap dirinya sendiri maupun bayinya (Marmi &

Margiyati, 2013).

Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu terhadap bayinya. Kadang- kadang ibu merasa khawatir anaknya akan lahir sewaktu- waktu. Hal tersebut meningkatkan kewaspadaan terhadap timbulnya tanda dan gejala persalinan. Seringkali ibu merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkan tidak normal. Ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari benda atau orang yang dianggapnya dapat membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul sewaktu melahirkan (Nugroho, T ,

Nurrezki, Warnaliza, D, & Wilis, 2014).

(20)

Kecemasan merupakan keadaan yang normal terjadi dalam berbagai keadaan, seperti pertumbuhan, adanya perubahan dan pengalaman baru (Debora, 2013). Kecemasan (anxiety) merupakan perasaan takut yang tidak jelas penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada (Franly, 2016).

Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan sehari-hari (Saseno,2013).

Kecemasan dapat dirasakan oleh setiap orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam yang menyebabkan masalah psikiatrik dan dapat berkembang dalam jangka waktu lama (Eka, 2014). Ternyata, gejala cemas dapat berupa gelisah, pusing, jantung berdebar, gemetaran, dan lain sebagainya (Eka, 2014).

Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain:

1) cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan, 2) keadaan fisik ibu, 3) riwayat pemeriksaan kehamilan, 4) kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, 5) dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta latar belakang psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi (Bobak, 2005).

Angka kejadian kecemasan pada ibu hamil di Indonesia mencapai 373.000.000. Sebanyak 107.000.000 atau 28,7% diantaranya kecemasan terjadi pada ibu hamil menjelang proses persalinan (Depkes RI, 2008). Pada penelitian yang dilakukan oleh Yonne (2009) menunjukkan kecemasan lebih banyak dialami pada ibu hamil primigravida (kehamilan pertama) yaitu sebanyak 66,2%, dibandingkan dengan kecemasan pada ibu hamil multigravida sebanyak 42,2%.

(21)

Kecemasan pada ibu hamil dapat timbul khususnya pada trimester ketiga kehamilan hingga saat persalinan, dimasa pada periode ini ibu hamil merasa cemas terhadap berbagai hal seperti normal atau tidak normal bayinya lahir, nyeri yang akan dirasakan, dan sebagainya (Franly, 2016). Dengan semakin dekatnya jadwal persalinan, terutama pada kehamilan pertama, wajar jika timbul perasaan cemas atau takut karena kehamilan merupakan pengalaman yang baru (Maimunah, 2009).

Ibu hamil yang mengalami kecemasan selama kehamilan akan meningkatkan resiko ketidakseimbangan emosional ibu setelah melahirkan.

Kecemasan selama kehamilan terkait dengan depresi postpartum dan juga lemahnya ikatan (bonding) dengan bayi. Cemas selama kehamilan juga meningkatkan resiko keterlambatan perkembangan motorik dan mental janin, serta dapat menyebabkan colic pada bayi baru lahir (Bakshi, 2007)

Pada penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Handayani (2012), didapatkan sebagian besar ibu hamil primigravida trimester ketiga memiliki kecemasan sedang, yaitu sebanyak 70,3%.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara pada bulan Maret 2019 selama 3 bulan terakhir terhitung sejak bulan Januari-Maret 2019 terdapat 62 ibu hamil primigravida trimester III. Sedangkan, untuk angka kejadian kecemasan pada ibu hamil hasil yang didapatkan adalah 7 dari 12 ibu hamil mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan.

(22)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Demografi Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur.

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan berdasarkan karakteristik demografi pada ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019 1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan berdasarkan usia ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan berdasarkan status perkawinan ibu hamil primigravida trimester di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

3. Untuk mengetahui tingkat kecemasan berdasarkan tingkat pendidikan ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

4. Untuk mengetahui tingkat kecemasan berdasarkan pekerjaan ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

(23)

5. Untuk mengetahui tingkat kecemasan berdasarkan penghasilan ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Untuk Ibu Hamil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi ibu hamil mengenai tingkat kecemasan ibu hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

1.3.2 Manfaat Untuk Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk ibu hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara mengenai tingkat kecemasan.

1.3.3 Manfaat Untuk Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi teori dan informasi dalam ilmu keperawatan di indonesia, serta dapat dijadikan tambahan keperpustakaan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.

1.3.4 Manfaat Untuk Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian mengenai “Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Demografi Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III Di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara”. Selain itu, dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti

(24)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kehamilan

1. Definisi

Menurut Federasi Obstetri Ginokologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Prawirohardjo, 2010).

Kehamilan adalah suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010). Kehamilan memiliki beberapa klasifikasi umur kehamilan yang berbeda-beda pada setiap masa kehamilan.

2. Klasifikasi Umur Kehamilan

Kehamilan menurut Prawirohardjo (2011) diklasifikasikan dalam 3 trimester, yaitu:

a) Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu) Pada trimester ini dianggap sebagai penyesuaian terhadap kenyataan bahwa dirinya sedang mengandung. Pada trimester ini banyak wanita hamil yang mengalami sedih, kecewa, depresi, cemas,dan penolakan.

Seorang yang hamil pada trimester ini masih fokus pada dirinya sendiri sehingga timbul rasa tidak percaya akan kehamilannya seiring usahanya menghadapi pengalaman kehamilan yang buruk, yang pernah ibu alami

(25)

sebelumnya. Namun perasaan itu bisa hilang dengan sendirinya seiring penerimaan kehamilannya.

b) Trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu) Trimester kedua ini merupakan periode dimana wanita mulai merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan ditrimester pertama.

Pada trimester kedua, akan lebih terlihat perubahan-perubahan pada tubuh dan orang akan lebih mengerti bahwa seorang ibu dalam keadaan hamil. Pada akhir trimester kedua, perubahan rahim. Rahim membesar sekitar 7,6 cm di atas pusar. Berat badan bertambah rata-rata 7,65-10,8 kg, dalam trimester kedua ini janin mulai aktif bergerak.

c) Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu) Periode dimana penantian penuh kewaspadaan. Trimester tiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terbukti dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua dan wanita akan lebih fokus memperhatikan bayinya yang akan segera lahir.

3. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil diantaranya:

a. Perubahan Psikologi Trimester Satu

Pada trimester pertama (13 minggu pertama kehamilan) sering timbul rasa cemas bercampur rasa bahagis, rasa sedih, rasa kecewa, sikap penolakan, ketidakyakinan atau ketidakpastian, sikap ambivalen (bertentangan), perubahan seksual, fokus pada diri sendiri, stres dan goncangan psikologis sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan pertengkaran (Pieter, 2013).

(26)

b. Perubahan Psikologi Trimester Dua

Bentuk perubahan psikologi ibu hamil pada trimester kedua seperti rasa khawatir, perubahan emosional dan terjadi peningkatan libido.

Trimester kedua kehamilan dibagi menjadi dua fase, yaitu pre- quickening (sebelum gerakan janin dirasakan oleh ibu) dan post- quickening (setelah gerakan janin dirasakan oleh ibu). Fase pre- quickening merupakan fase untuk mengetahui hubungan interpersonal dan dasar pengembangan interaksi sosial ibu dengan janin, perasaan menolak dari ibu yang tampak dari sikap negatif seperti tidak mempedulikan dan mengabaikan, serta ibu yang sedang mengembangkan identitas keibuannya. Sedangkan, fase postquikening merupakan fase dimana identitas keibuan semakin jelas. Ibu akan fokus pada kehamilannya dan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Kehidupan psikologis ibu hamil tampak lebih tenang, tetapi perhatian mulai beralih pada perubahan bentuk tubuh, keluarga, dan hubungan psikologis dengan janin. Pada fase ini, sifat ketergantungan ibu hamil terhadap pasangannya semakin meningkat seirig dengan pertumbuhan janin (Pieter, 2013).

c. Perubahan Psikologi Trimester Tiga

Pada trimester ketiga kehamilan, perubahan psikologis ibu hamil semakin kompleks dan meningkat dibandingkan trimester sebelumnya akibat kondisi kehamilan yang semakin membesar. Beberapa kondisi psikologis yang terjadi, seperti perubahan emosional dan rasa tidak nyaman, sehingga ibu hamil membutuhkan dukungan dari suami,

(27)

keluarga dan tenaga medis. Perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang menjadi tidak terkontrol. Perubahan emosi tersebut akibat dari adanya perasaan khawatir, rasa takut, bimbang dan ragu dengan kondisi kehamilannya (Pieter, 2013).

4. Karakteristik Kehamilan

Karakteristik kehamilan terbagi dalam karakteristik demografi dari ibu hamil. Beberapa karakteristik demografi yang dimasukkan yaitu sebagai berikut:

a. Karakteristik Demografi 1) Usia

Usia adalah lama ukuran waktu untuk hidup atau adanya seseorang, terhitung sejak dilahirkan atau dia ada (Hoetomo, 2005). Semakin dewasa usia seseorang maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik dalam berfikir maupun bekerja, hal ini dikarnakan dari pengalaman jiwa yang dialami akan mempengaruhi perilaku seseorang (Notoadmojo, 2010).

Usia juga mempengaruhi resiko kehamilan pada seorang wanita.

Rentang usia yang memiliki resiko tinggi dalam kehamilan adalah kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, pada usia kurang dari 20 tahun kebutuhan zat besi meningkat dan pengetahuannya masih rendah tentang kehamilan sampai menyusui, demikian pula pada usia lebih dari 35 tahun kondisi fisik sudah menurun dan daya tahan tubuh juga tidak lagi optimal serta rentan terhadap komplikasi penyakit sehingga akan lebih beresiko untuk hamil (Notoadmojo,

(28)

2010). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eka (2014) kelompok usia <20 tahun mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 0%, tingkat kecemasan sedang sebanyak 50,0% dan tingkat kecemasan berat sebanyak 50,0%. Sedangkan untuk kelompok usia >35 tahun mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 66,7%, tingkat kecemasan sedang 33,3%, dan tingkat kecemasan berat sebanyak 0%.

Usia yang aman untuk kehamilan dikenal juga dengan istilah reproduksi sehat yaitu dan antara 20 hingga 35 tahun, dikatakan aman karna kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada rentang usia tersebut ternyata 2 sampai 5 kali lebih rendah daripada kematian maternal yang terjadi di rentang usia kurang dari 20 atau pun lebih dari 35 (Prawirohardjo, 2012). Kelompok usia 20- 35 tahun mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 55,9%, tingkat kecemasan sedang sebanyak 29,4%, dan tingkat kecemasan berat sebanyak 14,7% (Eka, 2014).

Usia yang sudah matang akan mempengaruhi pola pikir seorang ibu, sehingga ibu akan patuh dalam perawatan kehamilan. Ibu hamil yang berusia 20 hingga 35 tahun telah masuk dalam rentang usia dewasa awal, dimana ibu mulai mengalami proses kematangan emosional dan mampu menerima informasi dengan baik serta mengambil keputusan yang tepat mengenai perilaku kesehatan seperti manfaat perawatan payudara selama kehamilan, sehingga ibu hamil akan

(29)

semakin sadar untuk melakukan perawatan kehamilan (Prawirohardjo, 2011).

2) Status Perkawinan

Menurut Bachtiar (2004), perkawinan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan.

Kecemasan dalam menghadapi persalinan juga dapat disebabkan oleh status perkawinan. Perasaan takut, khawatir dan cemas selama hamil sangat dipengaruhi oleh penerimaan kehamilan itu sendiri.

Penerimaan kehamilan tersebut dipengaruhi oleh status pernikahan pada pasangan suami dan istri. Kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan akan menyebabkan seseorang merasa bersalah, sehingga ia sulit menerima kehamilannya. Hal ini akan menambah perasaan cemas dalam menghadapi persalinan bayinya. Sebaliknya, kehamilan yang terjadi setelah pernikahan pada umumnya merupakan kehamilan yang dikehendaki oleh pasangan suami dan istri, sehingga ibu hamil mempunyai persepsi positif terhadap kehamilan dan persalinannya (Kusumajati, 2012). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Frincia (2018) didapatkan responden dengan status pernikahan telah menikah yang terbanyak yaitu 90,6% sedangkan yang tidak menikah 9,4%.

(30)

Menurut (Spielberger, 1982) dikutip dari (Hidayati, 2014) kehamilan dari anak tidak sah atau anak diluar nikah; adanya penolakan terhadap bayi dalam kandungan karena rasa malu terhadap anak tidak sah akan mempengaruhi emosi ibu hamil dan menimbulkan kecemasan-kecemasan tertentu.

3) Pendidikan

Definisi pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman, 2013).

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Frincia (2014) sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan tinggi (SMA) sebanyak 57,5%. Perkembangan kognitif akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menyesuaikan diri terhadap stresor yang timbul. Demikian hal nya dengan ibu hamil anak pertama, tingkat kecemasan akan berbeda antara mereka yang berpendidikan rendah, menengah, sedang (Kusumajati, 2012).

Jalur Pendidikan

Menurut Depdiknas (2003), jalur pendidikan dibagi menjadi:

1. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk yang lain yang lebih sederajat.

(31)

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah jurusan seperti: SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.

4) Pekerjaan Definisi

Menurut Bintarto (1986:27) pekerjaan merupakan suatu aktivitas manusia guna mempertahankan hidup dan juga kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nurfaizah (2017) responden terbanyak pekerjaan nya adalah tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 63,9%.

Ibu yang memiliki pekerjaan akan lebih sering bertemu dengan orang lain yang memungkinkannya mendapatkan informasi dan pengalaman tentang kehamilan dari orang lain. Selain itu ibu yang memiliki pekerjaan dapat mengendalikan rasa cemas dengan lebih baik. Berbagai informasi serta pengalaman dari orang lain dapat mengubah cara pandang seseorang dalam menerima dan mengatasi kecemasan (Farida, 2010).

Jenis pekerjaan

Menurut Sakernas (Notoatmodjo, 2012) jenis pekerjaan yaitu :

(32)

1) Pedagang, 2) Buruh / Tani, 3) PNS, 4) TNI/ Polri 5) Pensiunan 6) Wiraswasta 7) IRT

Menurut Jane (2014) Kategori yang dikatakan tidak bekerja yaitu sebagai ibu rumah tangga, sedangkan dalam kategori yang dikatakan bekerja adalah mereka yang melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan nafkah bagi kehidupan pribadi maupun keluarga.

5) Pendapatan

Christoper dalam Sumardi (2004) dikutip dari Wijanto (2016) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, laba, dan lain sebagainya.

Badan pusat statistik (2014) merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:

1. Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari:

a. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja lembur, dan kerja kadang-kadang.

b. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah.

c. Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.

(33)

2. Pendapatan yang berupa barang yaitu: pembayaran upah dan gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan, dan kreasi.

Berdasarkan penggolongannya BPS (Badan Pusat Statistik), 2014 membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

a. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000 per bulan.

b. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000 s/d Rp. 3.500.000 per bulan.

c. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah antara Rp. 1.500.000 s/d 2.500.000 per bulan.

d. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000 per bulan.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iqbal (2014) di RSUD Majalaya didapatkan mayoritas responden berpenghasilan

<1.000.000 yaitu 52,3%. Pendapatan keluarga yang kecil membuat ibu tidak dapat mencapai akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ketergantungan pada sosial ekonomi keluarga dapat menimbulkan suatu stressor pada ibu hamil sehingga menyebabkan kecemasan (Sintikhewati, 2010).

2.2 Status Kehamilan 1) Primigravida

Primigravida adalah wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya.

Kehamilan pertama bagi seorang wanita merupakan suatu pengalaman baru

(34)

yang ditandai dengan perubahan, baik itu perubahan fisik maupun psikologis (Pieter, 2013).

2) Multigravida

Pada multigravida atau seorang wanita yang hamil lebih dari satu kali kecemasan yang dialami sampai menjelang persalinan mungkin disebabkan adanya pengalaman buruk saat melahirkan dulu (trauma, sectio caesaria), pengalaman abortus, dukungan sosial yang kurang, serta faktor ekonomi (Manuaba, 2010).

3) Grande multigravida

Grande multigravida merupakan wanita yang hamil lebih dari tiga kali atau memiliki jumlah anak lebih dari lima orang dengan kemungkinan komplikasi persalinan dan kala nifas; gangguan fisiologis kala nifas perlu diperhatikan karena mungkin dapat berlangsung kejadian yang sama (perdarahan pascapartus, penyakit diabetes melitus, hepar, ginjal, serta gangguan jiwa atau cacat jasmani) (Manuaba, 2010)

2.3 Kecemasan

2.3.1 Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut terjadi.

Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang dapat diidentifikasi (Videbeck, 2012). Cemas (ansietas) merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif yang dialami sesorang dan berhubungan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Farida, 2012). Kecemasan

(35)

adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang timbul secara alami dan dalam tingkat yang berbeda-beda. (Maimunah, 2009).

2.3.2 Etiologi Kecemasan

Secara umum, terdapat dua teori mengenai etiopatogenesis munculnya kecemasan, yaitu teori psikologis dan teori biologis. Teori psikologis terdiri atas tiga kelompok utama yaitu teori psikoanalitik, teori perilaku dan teori eksistensial. Sedangkan teori biologis terdiri atas sistem saraf otonom, neurotransmiter, studi pencitraan otak, dan teori genetik (Benjamin, 2015)

1. Teori Psikologis a. Teori Psikoanalitik

Kecemasan didefinisikan sebagai sinyal adanya bahaya pada ketidaksabaran. Kecemasan dipandang sebagai akibat dari konflik psikis antara keinginan tidak disadari yang bersifat seksual atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari superego atau realitas eksternal. Sebagai respon terhadap sinyal ini, ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke kesadaran (Benjamin, 2015). Individu yang mengalami gangguan kecemasan menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola tertentu dari mekanisme pertahanan (Videbeck, 2012).

b. Teori Perilaku

(36)

Menurut teori ini, kecemasan adalah respon yang dipelajari terhadap stimulus lingkungan spesifik. Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan oleh ayah yang kasar, dapat menjadi cemas ketika melihat ayahnya. Hal tersebut dapat berkembang, anak tersebut kemungkinan tidak mempercayai semua laki-laki. Sebagai kemungkinan penyebab lain, mereka belajar memiliki respon internal kecemasan dengan meniru respon kecemasan orangtua mereka (Benjamin, 2015). Kecemasan dapat dipelajari oleh individu melalui pengalaman dan dapat diubah melalui pengalaman baru (Videbeck, 2012).

c. Teori Eksistensial

Teori ini digunakan pada gangguan cemas menyeluruh tanpa adanya stimulus spesifik yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab perasaan cemas kronisnya. Konsep utama teori eksistensial adalah individu merasa hidup tanpa tujuan. Kecemasan adalah respon terhadap perasaan tersebut dan maknanya (Benjamin, 2015).

2. Teori Biologis

a. Sistem Saraf Otonom

Stimulasi sistem saraf otonom dapat menimbulkan gejala tertentu seperti kardiovaskular (contoh: takikardi), muskular (contoh: sakit kepala), gastrointestinal (contoh: diare), dan pernapasan (contoh:

takipneu). Sistem saraf otonom pada sejumlah pasien gangguan cemas, terutama dengan gangguan cemas sangat berat menunjukkan peningkatan tonus simpatik, adaptasi lambat terhadap stimulus

(37)

berulang, dan berespons berlebihan terhadap stimulus sedang (Benjamin, 2015).

b. Neurotransmiter

Berdasarkan penelitian pada hewan terkait perilaku dan terapi obat, terdapat tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan, yaitu asam gama-amino butirat (GABA), serotonin dan norepinefrin (Benjamin, 2015).

Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter yang berfungsi sebagai anticemas alami dalam tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron (Videbeck, 2012).

Peran GABA pada gangguan cemas didukung oleh efektifitas benzodiazepin yang meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABA tipe A (GABAA) di dalam terapi beberapa gangguan cemas.

Beberapa peneliti berhipotesis bahwa sejumlah pasien dengan gangguan cemas memiliki fungsi abnormal reseptor GABAA, walaupun hubungan ini belum terlihat langsung (Benjamin, 2015).

Benzodiazepin terikat pada reseptor yang sama seperti GABA dan membantu reseptor pasca sinaps untuk lebih reseptif terhadap efek GABA. Hal tersebut mengurangi frekuensi bangkitan sel dan mengurangi kecemasan (Videbeck, 2012).

Serotonin (5-HT) memiliki banyak subtipe. Serotonin subtipe 5- HT1A berperan pada terjadinya gangguan cemas, juga mempengaruhi agresi dan mood (Videbeck, 2012). Peningkatan

(38)

pergantian atau siklus serotonin di korteks prefrontal, nukleus akumben, amigdala, dan hipothalamus lateral menyebabkan tipe stres akut yang berbeda (Benjamin, 2015).

Norepinefrin merupakan neurotransmiter yang meningkatkan kecemasan. Norepinefrin yang berlebihan dicurigai ada pada gangguan panik, gangguan ansietas umum dan gangguan stres pascatrauma (Videbeck, 2012). Teori mengenai peran norepinefrin pada gangguan kecemasan adalah pasien yang mengalami kecemasan dapat memiliki sistem regulasi noradrenergik yang buruk dengan ledakan aktifitas yang sesekali terjadi. Sel dari sistem noradrenergik utamanya dibawa ke locus cereleus (nukleus) di pons dan memproyeksikan akson ke korteks cerebral, batang otak, dan tulang belakang (medulla spinnalis) (Benjamin, 2015).

c. Studi Pencitraan Otak

Suatu kisaran studi pencitraan otak yang hampir selalu dilakukan pada gangguan cemas spesifik, menghasilkan beberapa kemungkinan petunjuk dalam memahami gangguan cemas. Studi struktural, seperti CT dan MRI yang dilakukan menunjukkan peningkatan ukuran ventrikel otak. Hal tersebut pada suatu studi dihubungkan dengan lama penggunaan benzodiazepin pada pasien. Beberapa hasil penelitian menunjukkan pasien dengan gangguan cemas memiliki keadaan patologis dari fungsi otak dan hal ini dapat menjadi penyebab dari gejala gangguan cemas yang dialami pasien (Benjamin, 2015).

(39)

d. Teori Genetik

Studi genetik menghasilkan bukti bahwa sedikitnya beberapa komponen genetik turun berperan dalam timbulnya gangguan cemas.

Hereditas dinilai menjadi salah satu faktor predisposis timbulnya gangguan cemas. Hampir separuh dari semua pasien dengan gangguan panik setidaknya memiliki satu kerabat yang juga mengalami gangguan tersebut. Gambaran untuk gangguan cemas lainnya, walaupun tidak setinggi itu, juga menunjukkan adanya frekuensi penyakit yang lebih tinggi pada kerabat derajat pertama pasien yang mengalaminya daripada kerabat orang yang tidak mengalami gangguan cemas (Benjamin, 2015).

2.3.3 Tingkat Kecemasan

Terdapat empat tingkat kecemasan, yaitu:

a. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Ansietas ringan merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensoris meningkat dan dapat membantu memusatkan perhatian untuk belajar menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Franly (2016) didapatkan 10,9% responden memiliki tingkat kecemasan ringan di Puskesmas Bahukota Manado.

b. Ansietas sedang, merupakan perasaan yang menganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda yang menyebabkan agitasi atau gugup. Hal ini memungkinkan individu untuk memusatkan perhatian

(40)

pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain. Kecemasan tingkat ini mempersempit lahan persepsi. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2015) didapatkan 70,3% responden memiliki tingkat kecemasan sedang di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang.

c. Ansietas berat, dapat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan terdapat ancaman, sehingga individu lebih fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang lainnya. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yonne (2008) didapatkan 52,5,3% responden memiliki tingkat kecemasan berat di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RS X Jakarta.

d. Ansietas sangat berat, merupakan tingkat tertinggi ansietas dimana semua pemikiran rasional berhenti yang mengakibatkan respon fight, flight, atau freeze, yaitu kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di tempat dan berjuang atau tidak dapat melakukan apapun. Ansietas sangat berat berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror (Videbeck, 2012; Stuart, 2007). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sarifah (2016) didapatkan 20% responden mengalami cemas sangat berat.

2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dibagi menjadi dua jenis, yaitu kepercayaan tentang persalinan dan

(41)

perasaan menjelang persalinan. Selain faktor internal, faktor eksternal juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu informasi dari tenaga kesehatan dan dukungan suami (Eka, 2014).

Kepercayaan pada faktor internal merupakan tanggapan percaya atau tidak percaya dari ibu hamil mengenai cerita atau mitos yang didengar dari orang lain atau yang berkembang di daerah asal atau tempat tinggalnya. Sedangkan, perasaan menjelang persalinan berkaitan dengan perasaan takut atau tidak takut yang dialami oleh ibu menjelang persalinan (Eka, 2014).

Informasi dari tenaga kesehatan merupakan faktor eksternal yang penting bagi ibu hamil karena informasi yang diperoleh dapat mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. Menurut Notoatmodjo (2005), kelengkapan informasi yang diperoleh mengenai keadaan lebih laanjut mengenai kehamilannya, termasuk adanya penyakit penyerta dalam kehamilan, membuat ibu hamil lebih siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi saat persalinan dan ibu tidak terbebani dengan perasaan takut dan cemas.

Selain informasi dari tenaga kesehatan, dukungan suami juga merupakan faktor eksternal yang penting bagi ibu hamil. Dukungan suami dapat mengurangi kecemasan sehingga ibu hamil trimester ketiga dapat merasa tenang dan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi persalinan (Eka, 2014).

Selain faktor internal dan faktor eksternal, terdapat pula faktor biologis dan faktor psikis yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil.

(42)

Faktor biologis meliputi kesehatan dan kekuatan selama kehamilan serta kelancaran dalam melahirkan bayinya. Sedangkan, faktor psikis seperti kesiapan mental ibu hamil selama kehamilan hingga kelahiran dimana terdapat perasaan cemas, tegang, bahagia, dan berbagai macam perasaan lain, serta masalah-masalah seperti keguguran, penampilan dan kemampuan melahirkan (Maimunah, 2009).

Secara spesifik, faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil seperti pengambilan keputusan, usia ibu hamil, kemampuan dan kesiapan keluarga, kesehatan dan pengalaman mendapat keguguran sebelumnya (Maimumah, 2009).

2.3.5 Gejalan Kecemasan

Gejala kecemasan dapat berupa:

a. Perasaan ansietas, yaitu melihat kondisi emosi individu yang menunjukkan perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah tersinggung.

b. Ketegangan (tension), yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan gelisah.

c. Ketakutan, yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian lalu lintas, dan takut pada kerumunan orang banyak.

d. Gangguan tidur, yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan.

(43)

e. Gangguan kecerdasan, yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat buruk.

f. Perasaan depresi, yaitu hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan yang berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik (otot), yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.

h. Gejala somatik (sensorik), yaitu tinitus (telinga berdengung), penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskular, yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung seperti menghilang/berhenti sekejap.

j. Gejala respiratori, yaitu rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas, dan napas pendek/sesak.

k. Gejala gastrointestinal, yaitu sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, kehilangan berat badan, dan sulit buang air besar (konstipasi).

l. Gejala urogenital, yaitu sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni, amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi dingin (frigid), ejakulasi praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.

(44)

m. Gejala otonom, yaitu mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing dan sakit kepala, dan bulu-bulu berdiri/merinding.

n. Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat, dan muka merah (Benjamin, 2015).

Selain pengaruh gejala diatas, kecemasan memengaruhi pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Kecemasan cenderung menimbulkan kebingungan dan distorsi persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu proses pembelajaran dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan menggangu kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal yang lain yaitu membuat asosiasi (Benjamin, 2015).

2.4 Kerangka Teori

Berikut adalah kerangka teori dari penelitian ini

Karakteristik Ibu Hamil 1. Usia

2. Status perkawinan 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan (Notoadmojo,

2010,Bachtiar, 2004, Budiman, 2013, Bintarto, 1986, Wijanto, 2016)

Kecemasan 1. Definisi 2. Etiologi

4. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

5. Gejala kecemasan 6. Pengukuran

kecemasan

(Videbeck, 2012, Benjamin, 2015, Handayani, 2015, Eka, 2014, Benjamin, 2014.)

3. Tingkat Kecemasan (handayani reska, 2015)

(45)

Keterangan:

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Skema 2.4

(46)

28 BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep membahas ketergantungan antar variabel atau visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu konsep dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan variabel lainnya untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan diteliti (Notoadmojo, 2010).

Variabel pada penelitian ini meliputi tingkat kecemasan berdasarkan karakteristik demografi pada ibu hamil primigravida trimester III.

Keterangan:

: variabel yang diteliti

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Karakteristik demografi 1. Usia

2. Status Perkawinan 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Penghasilan Tingkat kecemasan ibu hamil

primigravida trimester III

(47)

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau rentang yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmojo, 2010).

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Nama

Variabel

Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

Variabel independen

1

Tingkat Kecemasan

Perasaan takut dan tidak nyaman yang tidak jelas penyebabnya yang dialami oleh ibu hamil primigravida trimester ketiga.

Batas-batas normal, yang diukur berdasarkan skala DASS21

Pengukuran menggunakan Depresi Anxietas Stress Scale (DASS21) pertanyaan untuk skala tingkat kecemasan terdiri dari 7 item

1. Normal: skor 0-7 2. Ringan: skor 8-9 3. Sedang: skor 10-14 4. Berat: skor 15-19 5. Sangat berat: skor >20

Ordinal

Variabel dependen

1

Usia Usia ibu hamil pada saat wawancara

Pengukuran menggunakan kuesioner tentang usia

1. <20 2. 20-35 3. >35

Ordinal

(48)

ibu hamil

2

Status Perkawinan

Status

perkawinan ibu hamil pada saat wawancara

Pengukuran menggunakan kuesioner tentang status perkawinan ibu hamil

1. Tidak menikah 2. Menikah

Nominal

3

Pendidikan Tingkat pendidikan formal terakhir yang dimiliki oleh ibu hamil saat dilakukan wawancara

Pengukuran menggunakan kuesioner tentang

pendidikan ibu hamil

1. Tidak pernah sekolah 2. Tidak Tamat SD 3. Tamatan SD 4. Tamatan SLTP 5. Tamatan SLTA 6. Perguruan Tinggi

Ordinal

4 Pekerjaan Pekerjaan ibu hamil baik formal &

informal ketika wawancara.

Pengukuran menggunakan kuesioner tentang pekerjaan ibu hamil

1. Ibu Rumah Tangga 2.TNI/Polri

3. Pegawai Negeri Sipil 4. Karyawan Swasta 5. Wiraswasta/Pedagang 6. Pelayanan Jasa

7. Buruh

Ordinal

5

Penghasilan Penghasilan yang dimiliki oleh keluarga saat dilakukan wawancara

Pengukuran menggunakan kuesioner tentang pendapatan keluarga

1) 500.000-1.000.000 2) >1.000.000-3.000.000 3) > 3.000.000-5.000.000 4) >5.000.000

Ordinal

(49)

31 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian dan waktu penelitian, etika penelitian, prosedur, instrumen penelitian, pengolahan dan analisa data.

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional, karena di dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan tingkat kecemasan berdasarkan karakteristik demografi pada ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

4.2 Popolasi dan sampel penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:115). Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Hamil Primigravida Trimester III yang berjumlah 42 responden Di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur pada bulan April-Mei 2019.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2011). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian - penelitian melalui

(50)

sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dan populasi yang mewakili responden (Nursalam, 2013).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut (Sugiyono, 2010) teknik purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus yang dikemukakan oleh Slovin dalam Mustafa (2009) dengan tingkat kepercayaan 90% dengan nilai e = 10% adalah sebagai berikut:

Rumus:

Keterangan:

N: Jumlah populasi n: Jumlah sampel

e: Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang di tolelir atau sebanyak 10% (0,1)

sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan sebanyak 10%.

n = 38

(51)

Maka, sampel pada penelitian ini menggunakan 42 orang responden.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

2. Ibu hamil Trimester III yang melakukan kunjungan ANC di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur Tahun 2019.

3. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform consent.

Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ibu hamil yang tidak bersedia mengikuti penelitian 2. Ibu hamil yang tidak komunikatif

3. Ibu hamil trimester I dan II

4. Ibu Hamil multigravida dan grande multigravida 4.3 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur, yang dilakukan mulai dari bulan Februai-Mei 2019.

4.4 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner A (Data Demografi responden) dan kuesioner B (DASS21) sebagai berikut:

1. Kuesioner A

(52)

Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan gambaran karakteristik responden yang terdiri dari usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan.

2. Kuesioner B

Instrumen yang digunakan untuk mengukur skala tingkat kecemasan yaitu, peneliti menggunakan alat ukur kecemasan dengan menggunakan skala baku Depresi Anxietas Stress Scale (DASS-21) yang dikembangkan oleh Lovibond & Lavibond (1995). Instrumen ini tidak di lakukan uji validitas karena Depression Anxiety Stress Scale 21( DASS 21) adalah instrumen baku yang memiliki validasi terendah 0,34 dan nilai validasi tertinggi 0,71.

Nilai rehabilitas 0,93 yang diolah berdasarkan penilaian Cronbach’s alpha sehingga instrument penelitian ini reliable (Crawford & Henry, 2003).

Instrument yang digunakan untuk mengukur kondisi kecemasan pada ibu hamil trimester III, dalam penelitian ini terdiri dari 7 item yang diambil di instrument DASS, yaitu no: Skala kecemasan 2,4,7,9,15,19,20. Cara mengukur tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III diperoleh menggunakan skala likert (0-3) cara pengisian 0: tidak sesuai dengan saya sama sekali atau tidak pernah, 1: sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang, 2: sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan sering, 3: sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

Tingkat kecemasan pada penelitian ini berupa normal, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut

(53)

memiliki makna, yaitu: a. normal: skor 0-7, b. ringan: skor 8-9, c. sedang:

skor 10-14, d. berat: skor 15-19, e. sangat berat: skor >20.

4.5 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas kelurahan Cipinang Besar Utara, Jakarta Timur mulai tanggal 8 April-8Mei Tahun 2019 dengan prosedur sebagai berikut:

1. Memberikan surat ataupun mengisi formulir di SUDINKES Jakarta Timur setelah proposal disetujui oleh pembimbing.

2. Menyerahkan surat izin penelitian dari SUDINKES ke puskesmas kecamatan.

3. Menyerahkan proposal penelitian ke puskesmas kecamatan setelah mendapat persetujuan.

4. Mendatangi calon responden untuk melakukan pendekatan pada responden serta memberikan penjelasan tentang maksud dari penelitian ini, bila calon responden bersedia maka calon responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan sebagai responden dalam penelitian ini.

5. Membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan cara pengisiannya.

6. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.

Responden berhak meminta penjelasan kepada peneliti tentang pertanyaan dalam kuesioner.

7. Setelah responden mengisi seluruh kuesioner yang diberikan kemudian kuesioner diserahkan kepada peneliti.

8. Peneliti mengecek kembali kuesioner yang sudah diisi oleh responden dan mengakhiri pertemuaan dengan responden.

(54)

9. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan computer menggunakan program SPSS.

4.6 Pengolahan dan analisa data 1. Pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2012), Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan program Sistem pengolahan data komputer. Adapun langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut:

a. Editing Data yaitu melakukan pengecekan kuesioner untuk menyesuaikan data dari isian kuesioner apakah sudah lengkap jelas, relevan, dan konsisten pada prosedur pengisian.

b. Koding Data yaitu melakukan pengklasifikasian jawaban dari isian kuesioner yang diisi oleh responden dengan cara memberi kode sesuai dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya sehingga memudahkan peneliti dalam pengolahan data.

c. Data entry yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana. Data atau jawaban dari masing masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan kedalam program atau software.

d. Prosesing Data yaitu Tahap ini jawaban dari responden yang telah diterjemahkan menjadi bentuk angka, selanjutnya diproses agar mudah dianalisis.

(55)

e. Cleaning Data yaitu data yang telah dimasukan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa telah bersih dari kesalahan, baik pada waktu pengkodean atau pada waktu pengolahan.

f. Tabulating yaitu proses penyusunan data dalam bentuk tabel.

Tabulating merupakan tahap lanjut dalam rangkaian proses analisa data, pada tahap ini data dapat dianggap telah selesai diproses dan oleh karenanya harus segera disusun ke dalam suatu pola normal yang telah dirancang dengan tabulating, data lapangan akan tampak ringkas dan bersifat merangkum.

2. Analisa data

A. Analisa Univariat

Analisis univariat menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisa univariat yang dilakukan pada penlitian ini menggunakan anlisa deskriptif frekuensi terhadap variabel usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan tingkat kecemasan dengan rumus perhitungan. Menurut sugiyono (2010) rumus distribusi frekuensi yaitu:

Keterangan:

P = Presentase

F = Frekuensi responden N = Jumlah responden

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Analisa bivariat pada

(56)

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemaknaan dan besarnya hubungan masing-masing variabel indepent (tingkat kecemasan) berdasarkan variabel dependent (karakteristik demografi). Penelitian ini menggunakan uji korelasi spearman rank dengan besar bermakna adalah p ≤ 0,05. Jika nilai p ≤ 0,05 dianggap hubungan signifikan atau bermakna, jika nilai p >0,05 dianggap hubungan tidak signifikan atau tidak bermakna. Rumus yang digunakan adalah: (dalam Yusuf, 2017).

∑ Keterangan :

p= Korelasi spearman

b= Jumlah kuadrat selisih ranking variabel X dan Y n= Jumlah sampel

Menurut Sugiyono (2012), pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.1

Interpretasi besarnya r product moment

Besarnya “r” Interpretasi

0,000-1,999 Terdapat korelasi akan tetapi korelasi itu sangat rendah sehingga dianggap tidak ada.

0,200-0,399 Terdapat korelasi antara variabel akan tetapi korelasi itu lemah atau rendah.

0,400-0,599 Terdapat korelasi antara variabel akan tetapi korelasi itu sedang atau cukup tinggi.

0,600-0,799 Terdapat korelasi yang tinggi atau kuat antar variabel yang diteliti.

0,800-1,000 Terdapat korelasi yang sangat tinggi atau kuat antar

(57)

variabel yang diteliti.

4.7 Etika penelitian

Etika penelitian mencakup perlakuan penelitian terhadap subjek penelitian, serta sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Sebelum dan selama penelitian, ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti diantaranmya:

1. Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden, dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent).

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilaksanakan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya, jika responden bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk direkam dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity

Dalam melakukan atau memperoleh informasi dari responden harus menjaga privacy mereka. Untuk itu peneliti harus menyesuaikan diri dengan responden tentang waktu dan tempat dilakukan pengambilan data, sehingga responden tidak merasa diganggu privasinya. Untuk memenuhi etik anonimity ini peneliti tidak mencantumkan nama lengkap responden.

Pada saat pengisian kuesioner ada beberapa responden yang ingin

(58)

didampingi dan ada juga yang meminta untuk tidak didampingi. Bila ada yang kurang dimengerti, barulah responden bertanya kepada peneliti.

3. Confidentiality

Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga kerahasiannya. Peneliti tidak dibenarkan untuk menyampaikan kepada orang lain tentang apapun yang diketahui oleh peneliti tentang responden diluar untuk kepentingan atau mencapai tujuan peneliti. Untuk memenuhi aspek confidentiality responden pada saat melakukan pengisian kuesioner, responden diajak duduk pada bangku yang kosong dan dapat mengisi kuesioner dengan aman tanpa dilihat oleh orang lain disebelahnya.

Selanjutnya data-data yang sudah diisi tidak diberikan kepada termasuk pada petugas puskesmas.

4. Self Determination

Peneliti tidak memaksa calon responden untuk mengikuti penelitian.

Semua responden yang mengikuti penelitian ini harus dengan sukarela.

(59)

41 BAB V

HASIL PENELITIAN 5.1 Pelaksanaan Penelitian

Bab ini membahas hasil penelitian yang telah dilakukan mengenaiHubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Karakteristik Demografi. Penelitian dilakukan pada ibu hamil dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti. Pada bab ini peneliti menyajikan dan menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 8 April – 8 Mei 2019 di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur. Pengumpulan data di lakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 42 responden.

5.2 Penyajian Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dianalisis dengan analisa univariat. Penyajian data disajikan dalam bentuk tabel dan penyajiannya akan dipaparkan sebagai berikut:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap variabel usia, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan tingkat kecemasan pada ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur. Analisa univariat terhadap variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi yang bertujuan untuk melihat frekuensi dan presentase variabel tersebut.

(60)

Hasil analisa univariat terhadap usia pada ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur, dapat dilihat pada tabel 5.1 sebagai berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester III

No Usia F %

1 <20 2 4,8

2 20-35 40 95,2

3 >35 0 0

Total 42 100

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa usia ibu hamil terbanyak memiliki usia 20-35 tahun 95,2%.

Hasil analisa univariat terhadap status perkawinan pada ibu hamil primigravida trimester III di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur, dapat dilihat pada tabel 5.2 sebagai berikut:

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan status perkawinan Ibu Hamil Primigravida Trimester III

No Satus Perkawinan F %

1 Tidak Menikah 0 0

2 Menikah 42 100

Gambar

Tabel 5.11  Distribusi  Tingkat  Kecemasan  Berdasarkan  Penghasilan  pada  Ibu  Hamil Primigravida Trimester III

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian tentang Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus yang menunjukan bahwa rata-rata kadar