BAB VI PEMBAHASAN
6.2 Analisa Bivariat
6.2.2 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Status Perkawinan65
Hasil penelitian ini didapatkan status perkawinan yang menikah paling banyak dengan tingkat kecemasan sedang 28,6%. Pada hasil penelitian ini ibu hamil yang sudah menikah masih mengalami kecemasan.
Penelitian lain yag dilakukan oleh Frincia (2018) yang berjudul Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Klinik Bersalin Sutra Minahasa Selatan memperlihatkan responden yang sudah menikah dengan kecemasan berat sebanyak 31,3% dan yang tidak menikah degan kecemasan sedang sebanyak 9,4%. Hal ini bisa terjadi karena adanya perbedaan budaya.
Kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan akan menyebabkan seseorang merasa bersalah, sehingga ia sulit menerima kehamilannya.
Hal ini akan menambah perasaan cemas dalam menghadapi persalinan bayinya. Sebaliknya, kehamilan yang terjadi setelah pernikahan pada umumnya merupakan kehamilan yang dikehendaki oleh pasangan suami dan istri, sehingga ibu hamil mempunyai persepsi positif terhadap kehamilan dan persalinannya (Kusumajati, 2012).
Spielberger (1982) menyatakan, kehamilan dari anak yang tidak dikehendaki; adanya penolakan terhadap anak yang dikandung karena kehamilan yang tidak direncanakan akan berpengaruh terhadap perlakuan dan emosi ibu selama hamil. Kehamilan dari anak tidak sah atau anak diluar nikah; adanya penolakan terhadap bayi dalam kandungan karena rasa malu terhadap anak tidak sah akan
mempengaruhi emosi ibu hamil dan menimbulkan kecemasan- kecemasan tertentu.
Farida (2010) menyatakan kehamilan dengan pendampingan dan dukungan suami mempunyai efek yang lebih kecil terhadap terjadinya kecemasan dibandingkan persalinan yang tidak mendapat dukungan suami.
Penelitian ini didapatkan hasil ibu hamil dengan status perkawinan menikah memiliki kecemasan sedang hal ini bisa terjadi karena ibu hamil mayoritas suaminya bekerja, sehingga tidak mendapat dukungan dari suami, seperti saat melakukan kunjungan ANC ditemani oleh keluarga yang lain. Ibu hamil yang mengalami kecemasan tetapi mendapat dukungan emosional dan fisik dari suaminya sebagaimana yang diharapkan, akan kecil kemungkinannya mengalami komplikasi psikologis akibat kehamilan. Dukungan keluarga terutama dukungan yang didapat dari suami akan menimbulkan ketenangan batin dan perasaan senang dalam diri istri (Handayani, 2015)
6.2.3 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan pendidikan Pada Ibu Hamil Primmigravida Trimester III
Hasil penelitian tingkat kecemasan berdasarkan pedidikan didapatkan responden dengan pendidikan tamatan SLTP mengalami kecemasan normal sebanyak 9,5%, responden dengan pendidikan perguruan tinggi mengalami kecemasan sedang sebanyak 4,8%.
Uji kemaknaan terhadap hubungan kedua variabel ini didapatkan nilai P value > 0,05 dan angka korelasi sebesar 0,104 yang berarti tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dengan kekuatan korelasi rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nur (2009) tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil primiravida dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan di BPS Pipin Heriyanti Bantul Jogjakarta tahun 2009 karena di Jogjakarta, sebagian besar masyarakat masih mempunyai keyakinan yang kuat terhadap tradisi nenek moyang meskipun mereka berpendidikan tinggi. Sehingga ini akan mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil primigravida.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asri (2014) ada hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tuminting karena pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan tidak mampu menghadapi suatu tantangan dengan rasional (Notoatmodjo 2007). Sebaliknya rendahnya pendidikan akan menyebabkan seseorang mengalami stres, dimana stres dan kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan orang tersebut (Yonne, 2009).
Penelitian lain yang tidak sejalan dengan penelitian ini dilakukan Yonne (2009) ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Dari
hasil penelitian terlihat bahwa pada ibu hamil yang berpendidikan dasar dan menengah cenderung lebih banyak mengalami kecemasan daripada ibu berpendidikan tinggi. Ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka mereka dapat berfikir secara rasional dan menahan emosi mereka dengan baik sehingga kecemasan mereka dapat berkurang. Ibu yang berpendidikan tinggi, cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya dan keluarganya (Depkes, 1999). Hal senada juga diungkapkan oleh Purwatmoko (2001), dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin besar peluang untuk mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Sebaliknya rendahnya pendidikan akan menyebabkan seseorang mengalami stres, dimana stres dan kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya informasi yang didapatkan orang tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Heriani (2016) dengan nilai signifikansi p-value 0,011 dimana tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu primigravida trimester III dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa menjelang persalinan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nur (2009) dengan nilai korelasi sebesar -0.127 yang bermakna bahwa kekuatan hubungan rendah.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asri (2014) hasiil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05) artinya
ada hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan ibu hamil di wilayah kerja puskesmas tuminting. Tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan (Heriani, 2016).
Berdasarkan uraian diatas didukung dengan penelitian terkait dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan yang sedang dan searah antara tingkat kecemasan berdasarkan pendidikan pada ibu hamil. Pada penelitian ini responden di Puskesmas Kelurahan Cipinang Besar Utara yang memiliki pendidikan tinggi masih mengalami kecemasan dan yang memiliki pendidikan tamatan SLTP mengalami kecemasan normal. Hal ini, bisa saja terjadi karena Ibu hamil yang memiliki pendidikan tinggi belum tentu pengetahuan nya juga baik sehingga memungkinkan ibu hamil mengalami kecemasan dan ibu hamil yang memiliki pendidikan rendah bisa saja memiliki kecemasan yag normal mengingat ada beberapa faktor lain seperti kondisi lingkungan sosial yang mendukung kehamilannya, dukungan suami dan keluarga yang cukup, serta kondisi ekonomi yang memadai
6.2.4 Hubungan Tingkat Kecemasan Berdasarkan Pekerjaan Pada Ibu