• Tidak ada hasil yang ditemukan

CamScanner 10-09-2020 11.06.35

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "CamScanner 10-09-2020 11.06.35"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berikut ini adalah beberapa gambaran dari pengalaman atau data – data yang pernah dialami oleh penulis pada waktu melaksankaan praktek laut di MT. Tirtasari. Kapal tempat Penulis praktek dan melakukan penelitian adalah kapal MT. Tirtasari dengan callsign PMVH. Kapal ini merupakan kapal tanker jenis chemical. Kapal ini mulai dibangun di Jepang pada tahun 1996 dan luncurkan pada tahun 1997. Dioperasikan oleh perusahaan PT. Topaz Maritime mulai tahun 2018. Jumlah kru kapal ini adalah 21 orang termasuk Nakhoda dan semua kru berasal dari Negara Indonesia. Kapal ini mempunyai rute pelayaran yang tidak tetap tergantung dari pencharter, mulai dari dalam negeri sampai luar negeri. Berikut akan diuraikan mengenai data – data kapal tempat penulis mengadakan penelitian.

Gambar 4.1 Foto kapal MT. Tirtasari tampak depan

Sumber: PT Buana Lintas Lautan website : 2017

(2)

Ship Particulars

SHIP'S NAME : MT. TIRTASARI

CALL SIGN : PMVH

PORT OF REGISTRY : JAKARTA

OFFICIAL // IMO NUMBER : 2009 Pst No. 5701/L // 9151125

MMSI NUMBER 525007028

AAIC : GB 08

INMARST-C TLX : 582/583-456 436 040

INMARSAT-M TLP : +870773234444

INMARSAT-M FAX 870783158247

INMARSAT-C E-MAIL : 456436040@In.mail.com.sg

E-MAIL : mt_tirtasari@amosconnect.com

OWNER : PT. DIAMOND MARITIME

CLASS : N/K (NS TANKER, OIL FLASH

POINT BELOW 60oC and CHEMICAL TYPE II,III) MNS*

& BKI CLASS

D.W.T : 5877.6 Tons

G.R.T : 3752 Tons

N.R.T : 1744 Tons

L.O.A : 99.900 Meters

L.B.P : 93.900 Meters

LENGTH (REGISTERED) : 93.970 Meters BREADTH (MOULDED) : 16.500 Meters

(3)

DEPTH (MOULDED) : 08.525 Meters HEIGHT FROM KEEL : 32.000 Meters

LIGHT WEIGHT : 2,089.180 Tons

LIGHT DRAUGHT : 01.990 Meters

F.W ALLOWANCE : 12.50 cm

T.P.C : 13.000 MT

COMPLEMENT : 23 Persons

PLACE AND BUILDING : FUKUOKA-JAPAN

DATE AND LAUNCHING : Thursday, November 23rd, 1997 DATE AND DELIVERY : Wednesday, May 14th, 1997 DATE OF KEEL LAID : Thursday, November 28th, 1996 TYPE & No. MAIN ENGINE : MAN B & W 6 L 35 MC type

DIESEL ENGINE (x 1 SET), 3800 PS x 181.5 RPM Maker MAKITA JAPAN

CARGO TANK COATING : STAINLESS STEEL, S.U.S. 316 L (including cargo piping system, cargo pump, heating coil and valve

SERVICED SPEED : 12.5 Knots

SUB-MARGED : 100 M3/Hrs x 100 M (No. 1P-S) CARGO PUMP : 200 M3/Hrs x 100 M (No. 2,3,4,5

(P-S))

(4)

B. Hasil Penelitian

1. Penyajian Data

Tank cleaning merupakan hal sangat penting pada kapal tanker khususnya pada kapal MT.Tirtasari dikarenakan sering berganti muatan sehingga diharuskannya pencucian tangki agar dapat memuat muatan selanjutnya, pencucian tangki/tank cleaning harus dilakukan dengan benar dan memerhatikan muatan sebelum dan muatan yang akan di muat kemudian dapat mengetahui proses pencucian tangki sehingga mengasilkan pencucian tangki dengan tepat waktu dan tidak adanya suatu kendala.

a. Proses tank cleaning yang mengalami kegagalan

Pada tanggal 11 juni 2020 nomor voyage 08/20 MT.Tirtasari memulai proses pencucian tangki untuk memuat muatan jenis Methanol 2.501,110 KL dan muatan sebelumnya yaitu RBD Palm Oil, Chief Officer harus menentukan proses yang tepat sesuai buku manual dan buku panduan pencucian tangki dan kemudian di aplikasikan. Chief Officer harus mengetahui karakteristik kedua muatan tersebut.

RBD Palm oil “minyak kelapa sawit” merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari proses pengolahan buah kelapa sawit. RBD palm oil banyak digunakan di dunia industri, seperti pada industri sabun, tekstil, baja, kosmetik, minyak goreng, margarin, shortening, maupun oleokimia.

(5)

Tabel 4.1 Karakteristik RBD Palm Oil Bobot jenis pada suhu kamar : 0,9

Indeks bias 400C : 1,4565-1,4585

Bilangan lod : 48-56

Bilangan penyabunan : 196-205

Titik leleh : 25-500C

Warna : kuning, kuning kecoklatan

Bau : khas minyak sawit

Tingkat kejernihan : jernih

Sumber : IBC Code 2007 Edition

RBD Palm oil saat setelah dimuat di dalam tangki-tangki kapal membutuhkan penanganan yang khusus yaitu harus dimuat dengan suhu tertentu agar tidak terjadi pengendapan.

Sedangkan Methanol adalah muatan kimia yang memiliki bau sangat tajam, jernih atau bening, dan mudah menguap. Di buku IBC code Methanol merupakan muatan kelas II yang artinya merupakan muatan yang berbahaya dan mudah terbakar.

Tabel 4.2 Karakteristik Methanol

Rumus kimia CH3OH

Massa molar : 32.04 g/mol Penampilan : colorless liquid

Densitas : 0.792 g/cm³, liquid

(6)

Titik lebur : –97 °C, -142.9 °F (176 K) Titik didih : 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K) Kelarutan dalam air : fully miscible

Viskositas : 0.59 mPa·s at 20 °C Momen dipol : 1.69 D (gas)

Sumber : IBC CODE 2007 Edition

Methanol juga dikenal sebagai methyl alcohol yaitu senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. methanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).

Methanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol. Metanol dapat terbakar pada tem peratur antara -4°C - 21°C sehingga penyimpanannya harus ditempat yang bersuhu dingin dan jauh dari api serta didekat penyimpanan disediakan alat pemadam kebakaran.

Oleh karena itu, setelah proses tank cleaning maka perlu dilaksanakan wall wash test untuk mengetahui kadar garam dan hidrogen didalam tangki, Chief Officer dalam hal ini mengambil panduan dari safety management manual dan tank cleaning guide, berikut proses yang dirancang oleh Chief officer:

1) Butterworth with sea water at 50°C to 70°C for 1,5 hours (keep temperature 20/25°C above the melting point)

(7)

Pada tahap ini setiap tangki disemprot dengan air laut panas yang bertekanan tinggi dengan butterworth. Air laut yang digunakan adalah air laut yang berasal dari daerah pelayaran yang dilayari oleh kapal. Dimulai dari alur air masuk lewat sea chest yang berada di pump room yang diserap oleh tank cleaning pump.

Kemudian masuk ke strainer untuk menyaring kotoran-kotoran yang tercampur pada air laut yang akan masuk lalu menuju ke line pada heater untuk air laut menjadi panas. Air laut yang telah berubah menjadi panas kemudian masuk ke tank cleaning line di dek. Lalu melewati tank cleaning hydrant yang telah terhubung oleh tank cleaning hose. Kemuadian akan masuk ke butterworth machine. Setelah itu air yang didalam tangki akan di pompa keluar menggunakan cargo pump yang ada di dalam masing-masing tangki sesuai dengan alur keluar. Tekanan pada air tersebut akan sangat memepengaruhi besar kecilnya tendangan dan cepat lambatnya putaran ujung-ujung butterworth yang menyemprotkan air panas ke sekitar dinding-dinding tangki. Tahap ini bertujuan untuk mengurangi sisa-sisa muatan yang ada di dalam tangki dan yang ada pada line yang digunakan untuk bongkar muat. Tahap ini dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam per tangki. Kru yang berperan dalam pelaksanaan ini adalah Bosun, Juru mudi jaga, dan kadet.

(8)

2) Butterworth with sea water at 70°C to 80°C for 1,5 hours

Pada tahap ini tidak jauh berbeda dengan tahap pertama tetapi pada tahap ini menaikan suhu air laut yang dipanaskan agar sisa sisa minyak yang menempel di dinding tangki dapat cepat terangkat.

3) Rinse with ambient temperature fresh water for 10 minutes (to remove sea water residues)

Tahap ini dilakukan dengan cara menyemprot dinding tangki dengan air tawar. Air tawar yang disemprotkan bersumber dari fresh water tank. MT.Tirtasari tidak memiliki alat fresh water generator yang dapat merubah air laut menjadi air tawar, sehingga persediaan air tawar yang digunakan untuk proses tank cleaning berasal dari darat.Air tawar yang ada di dalam fresh water tank diserap tank cleaning pump yang ada di pump room melalui fresh water tank cleaning line. Kemudian masuk ke tank cleaning line yang ada di dek, lalu masuk ke tank cleaning hydrant dan masuk ke butterworth yang selanjutnya akan menyemprotkan air tawar ini ke dinding- dinding tangki. Untuk proses pembuangannya sama dengan alur keluar.

Tahap ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan garam yang menempel pada dinding-dinding tangki setelah pembilasan oleh air laut. Proses ini dilakukan selama kurang lebih 10 menit atau sampai air laut yang ada di dalam tangki hilang.

(9)

4) Recirculation in fresh water at 60 °C to 70°C for 1,5hours and use one of these cleaners:

- Alkaline (caustic potash) - Alkaline (caustic sode) - Detergent

- Alkaline safety (zinc)

Tahap ini adalah tahap pencucian menggunakan air tawar panas yang dicampur dengan sabun. Air tawar panas ditampung di dalam tangki selama kurang lebih 10 menit. Kemudian dimasukan sabun 3 drum kecil yang masing-masing berukuran kurang lebih 20 liter.

Pencucian air tawar panas ini dilakukan dengan menggunakan cargo pump. Air yang telah bercampur dengan sabun di dalam tangki akan di pompa naik melewati discharge line kemudian masuk ke sebuah alat yang dipasang antara discharge valve dan loading valve yang berbentuk seperti tandu. Alat ini dihubungkan dengan tank cleaning hose ke butterworth. Air panas yang bercampur dengan sabun tadi masuk melalui tandu kemudian melewati tank cleaning hose masuk ke butterworth yang menyemprotkan ke dinding-dinding tangki secara vertikal dan horizontal. Air yang ada di dalam tangki akan dipompa kembali dan begitu seterusnya selama kurang lebih 1,5 jam setiap tangkinya.

(10)

5) Rinse with ambient temperature fresh water for 20 minutes

Seetalah tahap ke empat selesai maka tahap selanjutnya ialah membilas tangki dengan air tawar selama 20 menit, tahap ini berfungsi agar sisa sabun dan residu di dalam tangki benar benar hilang dan terangkat.

6) Vent, mop and dry

Setelah dilakukannya flushing dengan air tawar, maka tahap selanjutnya adalah pengurasan air tawar yang ada di dalam setiap tangki. Pengurasan ini dilakukan dengan cara memompa air tawar yang ada di dalam tangki menggunakan cargo pump keluar lewat discharge line kemudian lewat alur keluar. Pada tahap ini drain valve dibuka agar terbilas juga dengan air tawar, selain itu juga membantu untuk mempercepat mengeluarkan air tawar dari dalam tangki. Pengurasan ini dilakukan sampai air tawar yang ada di dalam tangki terpompa secara maksimal.

Tahap ini bertujuan untuk meminimkan air yang ada di dalam tangki sehingga akan mempercepat proses drying and mopping b. Proses tank cleaning yang berhasil

Pada tanggal 20 Mei 2020 nomor voyage 07/20 MT. Tirtasari akan memuat muatan RBD Palm oil 4.502,196 KL sedangkan muatan sebelumnya adalah muatan Methanol yang dikenal sebagai methyl

(11)

alcohol yaitu senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. methanol merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).

Oleh karena itu, proses tank cleaning tidaklah rumit dikarenakan muatan methanol mempunyai sifat bersih, akan tetapi Chief Officer harus mengikuti buku manual dan tank cleaning guide sehingga tank cleaning dapat berjalan dengan baik, berikut proses tank cleaning dari muatan methanol ke muatan RBD palm oil.

1) Stripping of tank, line and pump.

Dalam tahap ini sisa sisa methanol yang ada didalam tangki, pipa dan disekitar pompa di pompa keluar sehingga tidak ada lagi muatan methanol yang tersisa. Tujuan ini agar muatan selanjutnya tidak tercampur dengan muatan methanol.

2) Drying and gasfreeing by air

Setalah tahap pemompaan sisa sisa methanol maka tangki dibiarkan terbuka agar gas yang berada di tangki keluar dan bercampur dengan udara di luar tangki.

2 .Analis Data

Berdasarkan data data yang penulis dapatkan pada saat tank cleaning di kapal MT.Tirtasari dan kemudian mengalami kegagalan sehingga tidak dapat memuat muatan secara tepat waktu, berikut

(12)

Tabel 4.3 Masalah yang terjadi pada saat tank cleaning dan Aturannya NO Masalah yang terjadi pada saat

tank cleaning

Aturan sesuai Safety Manegement Manual dan tank cleaning guide 1. a. Chief officer kurang

melakukan koordinasi dengan Nakhoda

b. Chief officer terburu-buru untuk memulai pelaksanaan.

c. AB kurang memahami prosedur pelaksanaan tank cleaning.

d. AB tidak melakukan kontrol keliling secara berkala.

Tirta,P.B.(2005). Diterjemahkan oleh Ridwan,M.I.(2020)SafetyManegeme ntManual.Jakarta. Chief Officer harus mengawasi semua operasi pembersihan tangki. Tanggung jawab mungkin diteruskan ke perwira lain yang bertanggung jawab hanya setelah memastikan bahwa dia sangat menyadari bahaya yang terlibat, prosedur yang harus diterapkan dan tindakan pencegahan yang harus diperhatikan. Semua kru yang terlibat dalam operasi harus diberi pengarahan lengkap tentang rencana pencucian tangki, tindakan pencegahan yang harus diperhatikan dan peran serta tanggung jawab mereka sebelum dimulainya operasi.

2. a. Tank cleaning hose bocor.

b. Pelumas pada fix butterworth tercampur dengan air.

Tirta,P.B.(2005).Diterjemahkan oleh Ridwan,M.I.(2020)SafetyManegeme ntManual.Jakarta.Sebelum

(13)

dimulainya operasi pembersihan tangki atau pembebasan gas, Chief Officer harus memastikan bahwa semua peralatan yang diperlukan tersedia dan telah diperiksa untuk masuk keadaan baik. Semua personel di atas kapal harus diberi tahu bahwa pembersihan tangki atau operasi bebas gas sedang dilakukan akan segera dimulai.

3. a. Tidak dilaksanakan safety meeting.

b. Tidak dilaksanakan precleaning.

Tirta,P.B.(2005). Diterjemahkan oleh Ridwan,M.I.(2020)SafetyManegeme ntManual.Jakarta. Setelah rencana pembersihan tangki terperinci disiapkan, penting untuk

mendiskusikan rencana tersebut di antara personel yang terlibat dalam operasi tersebut. Rapat operasi pembersihan pra-tangki harus dipegang oleh Chief Officer dengan semua personel yang terlibat, sebelum pembersihan tangki dan operasi pembebasan gas.

Sumber : Penelitian penulis : 2019-2020

(14)

C. Pembahasan

Hasil dari observasi yang dilakukan penulis pada prosedur tank cleaning yang gagal dan tidak menghasilkan wall wash test yang baik penulis menemukan 3 faktor masalah yang harus diperbaiki yaitu :

1. Man/Manusia

Safety meeting sangat penting untuk dilakukan sebelum memulai tank cleaning agar pelaksanaan tank cleaning berjalan sesuai dengan rencana.

Sebelum memulai pelaksanaan kegiatan tank cleaning, tidak dilakukan terlebih dahulu safety meeting. Chief officer mengatakan bahwa “sebelum memulai pelaksanaan tidak dilakukan safety meeting, karena Chief officer menganggap bahwa kru sudah paham akan keselamtan kerja dan tugasnya masing-masing. Chief officer menganggap bahwa itu hanya akan membuang waktu.”

Padahal dalam safety meeting tidak hanya membahas keselamatan kerja dan pemahaman kru terhadap tugasnya masing-masing, akan tetapi bisa membahas segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Ini berguna untuk mengingatkan kembali tugas-tugas kru sesuai dengan jabatannya, lebih memberikan pemahaman kru terhadap prosedur pelaksanaan, dan mangambil tindakan segera terhadap kendala-kendala yang ada. Dengan tidak dilaksanakannya safety meeting, maka arahan dari atasan ke bawahan akan kurang. Jadi kru yang sebenarnya belum paham akan tugasnya

(15)

hanya akan diam saja, sehingga pada saat pelaksanaan tank cleaning akan melakukan kesalahan.

2. Mechine/peralatan tank cleaning a. Tank cleaning hose bocor

Gambar 4.2 1 Tank Cleaning hose yang rentan mengalami kebocoran

Sumber : Dokumentasi Penulis : 2020

Tank cleaning hose disimpan di udara terbuka. Tidak ada ruangan yang digunakan untuk menyimpan tank cleaning hose.

Sehingga terkena hujan dan panas. Karet jika terkena hujan dan panas yang berlebih lama-lama akan rusak sampai bisa mengakibatkan kebocoran saat volume didalam terdapat tekanan.

Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menyimpan tank cleaning hose di ruang yang aman atau tertutup dan melakukan perawatan secara berkala seperti mencuci dengan fresh water saat setelah selesai digunakan. Jika ada hose yang sudah rusak maka segera

(16)

diperbaiki. Jika sudah tidak bisa diperbaiki maka segera membuat requsition ke perusahaan untuk diganti yang baru.

b. Pelumas pada butterworth tercampur dengan air Gambar 4.3 fix butterworth

Sumber : Dokumentasi Penulis : 2020

Pada fix butterworth terdapat sebuah gear box untuk tempat gear yang memutarkan ujung butterworth di dalam tangki. Gear box ini terdapat diluar tangki atau berada di atas dek. Gear box ini berisikan minyak pelumas untuk mengurangi gesekan pada gear yang ada. Pada saat proses tank cleaning, terdapat beberapa minyak pelumas yang tercampur dengan air. Hal ini disebabkan karena gear box yang tidak kedap. Air hujan atau air laut bisa masuk melalui lubang pengisian minyak pelumas yang tidak kedap serta packing pada tutup gear box

(17)

ini yang tidak kedap. Ini mengakibatkan putaran pada butterworth menjadi kurang lancar.

Upaya agar masalah tersebut tidak terjadi adalah dengan melakukan perawatan secara berkala. Mengecek pada setiap bagian yang dapat masuki oleh air. Jika ada packing yang sudah rusak maka diganti dengan yang baru. Jika ada bagian yang harus diganti dan tidak tersedia di atas kapal maka segera membuat requisition ke perusahaan.

3. Prosedur

Juru mudi sebagai pelaksana kegiatan tank cleaning yang turun langsung ke dek harus memahami prosedur pelaksanaan tank cleaning.

Karena meskipun dari atasan sudah merencanakan yang sebaik- baiknya, tetapi kalau di pelaksanaan tidak dilakukan dengan benar maka akan mengakibatkan kegagalan. Hal tersebut terjadi disini, Juru mudi kurang memahami prosedur pelaksanaan tank cleaning, padahal itu menjadi tugas Juru mudi.

Berdasarkan 3 faktor yang mempengaruhi kegagalan saat tank cleaning maka penulis mempunyai Alternatif pemecahan masalah yaitu:

1. Konsistensi dalam melaksanakan perawatan sesuai dengan rencana perawatan yang telah diterapkan atau berdasarkan plan maintenance system.

2. Melakukan penjadwalan dan mengingatkan satu sama lain untuk melaksanakan safety meeting. Untuk waktu bisa dibatasi kurang lebih 15 menit sebelum melakukan kegiatan ini.

(18)

3. Membaca dan memahami buku manual yang telah di tetepkan oleh perusahaan safety management manual dan tank cleaning guide.

(19)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan analisis data maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada proses tank cleaning yang mengalami kegagalan diketahui faktor penyebabnya adalah man, machine, dan prosedure. Dimana man tidak pernah melakukan safety meeting sehingga tidak mengetahui apa tugas dan tanggung jawab mereka pada saat tank cleaning dilakukan, machine yang seharusnya dilakukan perawatan dan memeriksa semua peralatan tank cleaning sebelum melakukan tank cleaning, dan prosedure yang seharusnya bukan hanya perwira kapal saja membaca dan memahami buku manual tank cleaning tetapi juga semua kru yang terlibat dalam proses tank cleaning. .

2. Upaya yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan prosedur tank cleaning guna kapal siap muat tepat waktu adalah melakukan safety meeting sebelum melaksanakan kegiatan tank cleaning, melakukan perawatan yang rutin dan memeriksa semua peralatan tank cleaning, dan semua kru kapal harus mengetahui dan memahami prosedur tank cleaning yang ditulis di safety management manual dan tank cleaning guide.

(20)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas kapal MT.Tirtasari maka saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu:

1. Untuk para perwira kapal harus memberikan pemahaman kepada seluruh kru yang terlibat kegiatan tank cleaning untuk memahami prosedur yang benar sesuai dengan safety management manual dan tank cleaning guide sehingga dapat mempermudah proses tank cleaning dan menghasilkan wall wash test yang baik.

2. Sebelum melaksanakan kegiatan tank cleaning maka sebaiknya Chief officer memerintah bosun untuk memeriksa seluruh peralatan tank cleaning sehingga pada saat kegiatan tank cleaning tidak ada peralatan yang bermasalah.

3. Setelah Chief Officer membuat perencanaan tank cleaning maka sebaiknya melakukan safety meeting sehingga seluruh kru mengetahui apa tugas dan tanggung jawab mereka.

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data pada karya tulis ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif yang menggunakan metode observasi langsung pada

In this paper, we propose a genetic interval type-2 fuzzy c-means GIT2FCM algorithm, which is developed and applied to the segmentation and classification of M-FISH images.. Chromosome