• Tidak ada hasil yang ditemukan

canting cap kristalografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "canting cap kristalografi"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

1 Deskripsi

CANTING CAP KRISTALOGRAFI

Kartono1, Widowati2, R. Heri Sulistyo Utomo3, Prifo Sidik Sasongko4

1,2,3Departemen Matematika, FSM, Universitas Dipenogoro

4Departemen Ilmu Komputer, FSM, Universitas Dipenogoro

Bidang Teknik Invensi

Invensi ini berhubungan dengan suatu canting cap kristalografi dengan motif dasar bertema Crop Circle yang dapat menghasilkan motif simetris batik cap dan beragam coraknya melalui pengecapan yang berulang.

Latar Belakang Invensi

Batik di Indonesia memang mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada awalnya hanya terdapat batik tulis yang dikerjakan oleh para pengrajin wanita menggunakan canting, namun sekitar pertengahan abad ke-19, “canting cap” mulai dikembangkan.

Perkembangan batik pada masa sekarang cukup menggembirakan, hal ini berdampak positif bagi produsen batik di berbagai daerah. Permintaan batik tulis maupun batik cap sangat tinggi, walaupun kebutuhan pasar batik tersebut sebagian sudah dipenuhi dengan tekstil bermotif batik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tekstil yang bermodal besar bahkan telah dibanjiri produk import.

Untuk memenuhi permintaan para penggemar motif batik, pelaku industri memproduksi kain batik yang proses pembuatannya lebih instan. Pembatik tidak harus melukisnya dengan canting setitik demi setitik seperti pada batik tulis, melainkan dengan semacam cetakan yang sudah bermotif batik. Kain batik pun lebih cepat jadi, dan harganya juga jadi lebih terjangkau. Batik semacam ini disebut batik cap. Selain proses pelukisan motif batik yang menggunakan cetakan, atau canting cap, proses selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama seperti saat membuat batik tulis. Misalnya dari proses pewarnaannya (bisa dengan pewarna alami atau pewarna kimia) yang harus berulang-ulang untuk mendapatkan warna yang diinginkan, atau dari proses nglorodnya.

PATEN SEDERHANA

(5)

2

Meskipun kesannya lebih praktis dan cepat, membuat batik cap tetap membutuhkan ketelitian yang tinggi. Kualitas batik cap sering dilihat dari kehalusannya. Kehalusan ini tampak dari presisi peletakan canting cap di sekujur bidang kain, tidak ada garis sambungan yang meleset atau semuanya pas.Tukang cap harus memastikan agar menyambungnya pas, sehingga tidak ada garis-garis yang menebal atau malamnya menggumpal di kain. Celakanya, ketidaksempurnaan ini seringkali baru terlihat setelah proses pewarnaan.

Agar tidak terjadi hal semacam itu, tukang cap harus mampu membuat komposisi malam yang tepat. Itu bisa diperoleh dengan memperhatikan tingkat panas dan kekentalan malamnya.

Pendek kata, batik cap pun membutuhkan satu feeling dalam pengerjaannya. Hanya dengan komitmen untuk mendapatkan yang terbaiklah, tercipta karya batik cap yang berkualitas.

Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis. Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari harga canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 450.000,- hingga Rp. 750.000,-/motif tergantung kerumitan motifnya, sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal. Sementara itu, harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan memiliki kesamaan satu dan lainnya, tidak istimewa dan kurang eksklusif.

Uraian Singkat Invensi

Invensi yang diperoleh ini pada prinsipnya adalah alat untuk membuat batik cap dengan beragam motif. Penemuan atau inovasi desain motif dalam cap dan formulasi matematis pengecapannya, sehingga dari satu motif dalam cap tersebut dapat menghasilkan banyak corak batik, dengan transformasi geometris bidang datar (motif dasar bertema Crop Circle) dapat menghasilkan motif simetris batik cap dan beragam coraknya melalui pengecapan yang berulang.

Dari sini telah berhasil dibuat 13 formula pengecapan berulang yang menghasilkan 13 corak kain batik cap.

Uraian Singkat Gambar (Perhatikan Lampiran)

Gambar 1 adalah penampakan motif dasar Crop Circle dari alat canting cap kristalografi.

(6)

3

Gambar 2 adalah penampakan Canting Cap Cristalografi : Cap ajaib dengan motif bertema crop circle

Gambar 3 adalah Prototip Kain Batik Cap (Canting Cap Kristalografi) dengan formulasi pengecapan menghasilkan 13 corak kain batik cap

Uraian Lengkap Invensi

Paten berupa alat canting cap kristalografi yang digunakan untuk membuat batik cap.

Formulasi pengecapan yang berhasil dirumuskan menghasilkan 13 corak kain batik cap, yang variasi coraknya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan desain batik simetris. Hal ini dikarenakan polygon bermotif dasar yang digunakan dalam desain motif batik cap ini hanyalah berbentuk persegi tidak seperti pada desain batik simetris yang menggunakan polygon persegi, persegi panjang, maupun segitiga.

Tema motif dasar pada cap (polygon persegi) yang dibuat terinspirasi oleh adanya kemunculan crop circle di Berbah Sleman pada tahun 2011. Motif dasar pada cap didesain terdiri dari lingkaran-lingkaran dengan beragam koordinat pusat dan jari-jarinya.

Bidang datar (selembar kain mori) diisi penuh oleh polygon-poligon kongruen (cap bermotif dasar) melalui pengoperasian generator gerakan (translasi, refleksi, rotasi, atau glide- refleksi), sehingga menghasilkan suatu corak batik cap. Dengan memulai pada polygon fundamental dan mengulanginya secara berulang-ulang menurut gerakan yang diperintahkan oleh generator gerakan maka keseluruhan bidang datar (selembar kain mori) dapat terisi penuh.

Corak batik cap yang dihasilkan ini merupakan grup simetri dari gambar yang dibentuk oleh sisi-sisi semua polygon (cap bermotif dasar) dan ketigabelas corak batik cap yang dihasilkan ini merupakan grup kristalografi berdimensi dua.

Kain batik cap ini dapat dipandang sebagai sebuah obyek estetika berpola yang memiliki tata aturan penggambaran pseudo-algoritmik yang dapat diperlakukan sebagai bentuk seni generatif yang memiliki kegunaan memberikan inspirasi kepada peradaban umat manusia, khususnya dalam bidang perkembangan seni generatif itu sendiri. Seni generatif pada batik cap ini, selalu dapat dihubungkan dengan keindahan yang selalu melekat pada karya seni itu, yaitu berbagai bentuk keselarasan (harmoni) dari berbagai cara pengecapan secara berulang tersebut.

Jadi sangat masuk akal kalau kain batik cap tersebut dikategorikan dalam suatu karya seni rupa generatif karena pola tersebut merupakan pola iteratif (berulang) yang digenerate oleh motif

(7)

4

dasar. Ciri khas corak kain batik cap ini adalah pola iteratif yang terbentuk selalu mengawetkan keterhubungan (konektifitas).

Dalam proses pembuatan kain batik cap ini, pengrajin mengeluh kesulitan dalam melakukan pengecapan yang dapat mengawetkan keterhubungan tersebut. Ketigabelas corak kain batik cap yang dihasilkan oleh pengrajin ini masih memperlihatkan adanya sambungan yang tidak sempurna, walaupun dalam pengerjaannya telah dilakukan dengan sabar dan penuh konsentrasi. Kesulitan lainnya adalah membuat seragam ketebalan tekstur kurvanya, namun ketidaksempurnaan inilah yang akan menjadi pembeda dengan produk tekstil bermotif batik (batik printing/ sablon).

Jelaslah bahwa pola berulang (iteratif) dari motif dasar yang membentuk beragram corak akan menghasilkan bentuk fraktal sebagaimana pola berulang aritmatik sederhana dapat menghasilkan pola chaos. Seiring dengan perkembangan teknologi komputasi, sebagaimana dapat diterapkan untuk melihat pola aritmatika sederhana yang menghasilkan chaos dapat pula diterapkan untuk melihat pola geometri sederhana (motif dasar) yang menghasilkan fraktal.

Upaya melihat fenomena fraktal pada corak batik cap yang dihasilkan ini akan memperluas pula khazanah dan peluang apresiasi yang lebih baik pada produk ini.

Penerapan teori grup simetry dan kristalografi berdimensi dua pada pembuatan motif dan kain batik cap ini juga dapat dipakai sebagai alat edukasi secara kreatif, inovatif, dan produktif dalam mempelajari transformasi geometris bidang, atau teori grup simetri dan kristalografi berdimensi dua. Titik atau bentuk obyek di bidang datar yang ditransformasikan dengan generator translasi, rotasi, refleksi, atau glide-refleksi diganti dengan motif dasar.

LAMPIRAN 1.

Gambar 1: Motif dasar bertema Crop Circle dari Canting Cap Cristalografi

(8)

5 LAMPIRAN 2. Canting Cap Cristalografi

Gambar 2. Cap ajaib dengan motif bertema crop circle

LAMPIRAN 3. Prototip Corak Kain Batik Cap (Canting Cap Kristalografi) dengan Translasi, Rotasi, dan Refleksi

CORAK.1.A

Gambar.1.A. Translasi

(9)

6 CORAK.1.B

Gambar.1.B. Translasi

(10)

7 CORAK.2.A

Gambar.2.A: Translasi horizontal, Translasi vertikal dilanjutkan rotasi -900

(11)

8 CORAK.2.B

Gambar.2.B: Translasi vertikal, Translasi horizontal dilanjutkan rotasi -900

(12)

9 CORAK.3.A.

Gambar.3.A: Refleksi horizontal, Translasi vertikal dirotasi -900 dan ditranslasi lagi ½ unit

(13)

10 CORAK.3.B

Gambar.3.B: Refleksi vertikal, Translasi kemudian Rotasi -900 dan ditranslasi ½ satuan

(14)

11 CORAK.4.A

Gambar.4.A: Translasi Horizontal, Translasi Vertikal ½ Satuan

(15)

12 CORAK.4.B

Gambar.4.B: Translasi Horizontal, Translasi Vertikal ½ Satuan

(16)

13 CORAK.5.A

Gambar.5.A: Translasi dirotasi 900

(17)

14 CORAK.5.B

Gambar.5.B: Translasi dirotasi 900

(18)

15 CORAK.6.A

Gambar.6.A: Translasi horizontal, Refleksi vertikal

(19)

16 CORAK.6.B

Gambar.6.B: Translasi horizontal, Refleksi vertikal

(20)

17 CORAK.7.A

Gambar.7.A: Rotasi 900

(21)

18 CORAK.7.B

Gambar.7.B: Rotasi 900

(22)

19 CORAK.8.A

Gambar.8.A: Translasi vertikal, Translasi horizontal dirotasi -900

(23)

20 CORAK.8.B

Gambar.8.B: Translasi horizontal, Translasi vertikal dirotasi 900

(24)

21 CORAK. 9.A

Gambar.9.A: Translasi horizontal dirotasi 1800, Translasi vertikal

(25)

22 CORAK.9.B

Gambar.9.B: Translasi horizontal, Translasi vertikal dirotasi 1800

(26)

23 CORAK.10.A.

Gambar.10.A:Refleksi vertikal, Translasi horizontal kemudian ditranslasi vertikal ½ satuan

(27)

24 CORAK.10.B

Gambar.10.B:Refleksi horizontal, Translasi vertikal kemudian ditranslasi vertikal ½ satuan

(28)

25 CORAK 11,A

Gambar .11.A. Rotasi 45, Refleksi, dan Translasi

(29)

26 CORAK.11.B

Gambar.11.B. Rotasi 45, Refleksi dan Translasi

(30)

27 CORAK,12,A

Gambar.12.A. Rotasi 45, Translasi, Rotasi 180

(31)

28 CORAK.12.B

Gambar.12.B. Rotasi 45, Translasi, Rotasi 180

CORAK.13.

Gambar.13. Rotasi 45, Translasi

Gambar

Gambar 1: Motif dasar bertema Crop Circle   dari Canting Cap Cristalografi
Gambar .11.A. Rotasi 45, Refleksi, dan Translasi

Referensi

Dokumen terkait

ACCENT JOURNAL OF ECONOMICS ECOLOGY & ENGINEERING Peer Reviewed and Refereed Journal, ISSN No.. 03, Issue 03, March 2018 Available Online: www.ajeee.co.in/index.php/AJEEE 1