• Tidak ada hasil yang ditemukan

cARIKEL KIMIA KELAUTAN SIFAT FISIKA DAN SIFAT KIMIA PERAIRAN

N/A
N/A
Sonia Nanda Melati

Academic year: 2023

Membagikan "cARIKEL KIMIA KELAUTAN SIFAT FISIKA DAN SIFAT KIMIA PERAIRAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Sonia Nanda Melati

NPM : A1F021013

Dosen Pengampu :Dr.Wiwit, M.Si

ARIKEL KIMIA KELAUTAN

SIFAT FISIKA DAN SIFAT KIMIA PERAIRAN

1. Tujuan

A. Untuk mengetahui berbagai sifat fisika perairan B. Untuk mengetahui berbagai sifat kimia perairan

2. Pembahasan A. Sifat Fisika

1. Warna

Pada dasarnya, warna yang baik pada perairan adalah air yang tidak berwarna (bening). Standar warna air minum adalah 15 TCU (True Color Unit).

Zat pewarna air tercipta dari kontak air dengan sisa-sisa organik seperti daun dan kayu yang dapat membusuk. Zat-zat yang terdapat pada tumbuhan seperti tanin, asam humat dan zat-zat yang berasal dari bahan pengurai humus serta lignin merupakan zat-zat yang menimbulkan warna utama pada air.(Minarni,2022:36).

Air hanya menyerap cahaya yang kemudian merefleksikannya. Ada dua proses optik utama pada air laut, dan zat terlarut atau tersuspensi dalam air laut, saat berinteraksi dengan cahaya yang masuk dari Matahari. Dua proses ini adalah penyerapan (absorption) dan hamburan ( scattering). Di atmosfer, alasan utama bahwa langit berwarna biru adalah disebabkan oleh hamburan cahaya. Di laut, cara utama air berinteraksi adalah dengan penyerapan cahaya, air menyerap cahaya merah, dan pada tingkat lebih rendah, air juga menyerap cahaya kuning dan hijau, menyebabkan warnanya bisa berubah ubah tergantung kedalaman dan tempatnya.Warna biru merupakan warna yang paling tidak diserap oleh air, sehingga air tampak berwarna biru. Semakin dalam kedalaman laut, semakin ia berwarna kebiruan. Karena cahaya merah diserap kuat, menjadikannya hilang, dan cahaya biru terus menembus masuk kedalam. Saat matahari mulai terbenam dan terbit, air laut akan kelihatan merah di permukaannya dikarenakan penyerapan cahaya tersebut. Pada laut yang keruh, radiasi sinar matahari yang dibutuhkan

(2)

untuk proses fotosintesis tumbuhan laut akan kurang dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter, sedangkan jika keruh hanya mencapai 15 – 40 meter. Laut yang jernih merupakan lingkungan yang baik untuk tumbuhnya terumbu karang dari cangkang binatang koral.

Air laut dengan tingkat warna tertentu dapat mengurangi proses fotosintesa serta dapat mengganggu kehidupan biota akuatik terutama fitoplankton dan beberapa jenis bentos. Warna air pada suatu perairan yang kita lihat juga disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang-layang baik berupa organisme maupun benda mati. Warna-warni air tersebut seperti: warna biru, hijau, hijau kuning dan warna coklat (Tarigan,2019:22).

Ada beberapa warna-warna lain dari air laut karena beberapa sebab yaitu sebagai berikut.

 Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.

 Warna kuning, karena laut ini berwarna kuning disebabkan banyaknya endapan lumpur di dasar laut tersebut. Lumpur tersebut merupakan hasil metabolisme dari berbagai material di darat yang menghasilkan tanah yang berwarna coklat kekuningan, yang terbawa aliran air hingga sampai di lautan.

Contoh perairan ini laut kuning di perairan antara jepang dan cina.

 Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang memantulkan warna hijau dan juga karena pada dasar laut tersebut terdapat fitoplankton yang memancarkan kandungan klorofilnya untuk melakukan fotosintesis. Pada saat cahaya matahari datang, klorofil pada fitoplankton

(3)

menyerap sebagian besar warna merah dan warna biru, dan memantulkan warna hijau. Air Laut berwarna hijau ini biasa terlihat di perairan dekat pantai.

 Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub utara dan selatan.

 Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar -sinar fosfor seperti di laut ambon.

 Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam.

 Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah yang terapung-apung.

2. Pasang Surut

Pasang adalah peristiwa naiknya permukaan air laut, sedangkan surut adalah peristiwa turunnya permukaan air laut. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi (Triatmodjo, 2008). Secara ekologis gelombang paling penting berada di mintakat pasang surut. Di bagian yang agak dalam pengaruhnya mengurang sampai ke dasar, dan di perairan oseanik pasang surut mempengaruhi pertukaran udara dan agak dalam. Gelombang dapat ditimbulkan oleh angin, pasang-surut dan kadang-kadang oleh gempa bumi dan gunung meletus (dinamakan tsunami). Gelombang mempunyai sifat penghancur.

Biota yang hidup di mintakat pasang surut harus mempunyai daya tahan terhadap pukulan gelombang. Gelombang dengan mudah merusak alga-alga dari substratnya. Gelombang diduga juga mengubah bentuk karang-karang pembentuk terumbu. Gelombang mencampur gas atmosfer ke dalam permukaan air sehingga terjadi pertukaran gas.

Faktor yang lebih penting mempengaruhi besarnya pasang adalah posisi bulan-matahari terhadap bumi. Jika bulan terdapat antara bumi dan matahari, ketiga benda angkasa ini berada pada garis lurus disebut bulan baru (new moon).

Sedang bila bumi terletak diantara bulan dan matahari disebut bulan purnama (full moon). Bulan berputar mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam 51 menit, jika faktor-faktor lain diabaikan maka suatu lokasi di bumi akan mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari yang dikenal dengan istilah pasang

(4)

berganda (semidiurnal tides), dimana tiap siklus pasang surut akan bergeser mundur selama 51 menit setiap hari.

Faktor-faktor alam yang dapat mempengaruhi terjadinya pasang surut antara lain; dasar perairan, letak benua dan pulau serta pengaruh gaya coriolis.

Dasar perairan, terutama pada perairan dangkal, memperlambat perambatan gerakan pasang, sehingga suatu tempat dapat mempunyai Lunitidal Interval yang besar. Tahanan dasar dapat juga meredam energi pasang, sehingga pada perairan tertentu pasang sangat kecil. Pantai atau pulau dapat menyebabkan Pematahan (refraksi) atau pemantulan (refleksi) gelombang pasang. Demikian pula gaya Coriolis dapat mengubah perambatan pasang (Tarigan, 2019: 34-35).

Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasang surut harian yang dapat diketahui, yaitu :

 Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar khatulistiwa.

 pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya.

 pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasang suruttnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Ilustrasi Sistem Bulan-Bumi yang Menghasilkan Gaya Pembangkit Pasang Surut Air Laut

(5)

Gambaran sederhana terjadinya pasang surut. Pasang terjadi di A dan B, pada garis poros bumi-bulan. Surut terjadi di C dan D, pada garis tegak lurus terhadap garis poros bumi-bulan.

Karena adanya gaya tarik bulan yang kuat, maka bagian bumi yang terdekat ke bulan akan tarik menarik membengkak hingga perairan samudera disitu akan naik dan menimbulkan pasang. Pada saat yang sama, bagian bola bumi dibaliknya akan mengalami keadaan serupa atau pasang pula. Sementara itu pada sisi lainnya yang tegak lurus terhadap poros bumi- bulan, air samudera akan bergerak ke samudera hingga menyebabkan terjadinya keadaan surut.

Akibat bumi berotasi pada sumbunya, maka daerah yang mengalami pasang surut bergantian sebanyak dua kali.Selaij pasang surut harian, terdaptbjuga pasang surut yabg dikenal pasang purnama. Tipe pasang surut ini sangat dipengaruhi oleh posisi bulan. Menurut Lubis&Agus (2011:25) bahwa pasang purnama dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pasang purnama besar (spring tide) dan pasang purnama perbani (neap tide).

1) Pasang Surut Purnama (Spring Tide)

Pasang surut air laut di permukaan bumi dengan kedudukan tertinggi terjadi pada saat titik pusat bumi, bulan, dan matahari berada dalam satu garis lurus (deklinasi 0° atau 360º). Pengaruh dari kekuatan masing- masing gaya penggerak pasut (bulan dan matahari) menimbulkan pasang purnama.

Pasang purnama biasanya tidak berlangsung setiap tahun, tetapi beberapa tahun sekali. Lama pasang dapat mencapai 2-4 bulan.

2) Pasang Surut Perbani (Neap Tide)

(6)

Pasang surut laut dengan tunggang minimum terjadi saat garis hubung titik- titik pusat bumi dan matahari berada tegak lurus dengan garis hubung titik-titik pusat bumi dengan bulan. Pasang ini dinamakan pasang perbani (neap tide). Pasang perbani umumnya terjadi beberapa kali dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pasang ini tidak dipengaruhi oleh matahari

3. Tekanan

Tekanan air laut bertambah terhadap kedalaman. Kedalaman air laut biasanya diukur dengan menggunakan echo sounder atau CTD (Conductivity, Temperature, Depth). Kedalaman yang diukur dengan menggunakan CTD didasarkan pada harga tekanan. Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Semakin ke dalam, tekanan air laut akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya gaya yang bekerja pada lapisan yang lebih dalam. Satuan dari tekanan dalam cgs adalah dynes/cm2, sedangkan dalam mks adalah Newton/m2. Satu Pascal sama dengan satu Newton/m2. Dalam oseanografi, satuan tekanan yang digunakan adalah desibar (disingkat dbar), dimana 1 dbar = 10-1bar = 105 dynes/cm2 = 104 Pascal. Gaya akibat tekanan bekerja dari tekanan yang berbeda pada satu titik ke titik lainnya. Gaya ini bekerja dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Di laut, gaya gravitasi yang bekerja (ke arah bawah) akan diimbangi oleh gaya akibat adanya perbedaan tekanan tersebut (ke arah atas), sehingga air yang bergerak ke bawah tidak akan mengalami percepatan.

Tekanan pada satu kedalaman bergantung pada massa air yang berada di atasnya. Persamaan yang digunakan untuk mengukur harga kedalaman dari harga tekanan adalah persamaan hidrostatis, yaitu:

dp = ρ.g.dh Keterangan:

dp = perubahan tekanan

ρ = densitas air laut g = percepatan gravitasi dh = perubahan kedalaman

(7)

Jadi, jika tekanan berubah sebesar 100 dbar, dengan harga percepatan gravitasi g=9.8 m/det2 dan densitas air laut ρ=1025 kg/m3, maka perubahan kedalamannya adalah 99,55 meter. Variasi tekanan di laut berada pada kisaran nol (di permukaan) hingga 10.000 dbar (di kedalaman paling dalam).

Dalam hubungannya. kedalaman laut sebanding dengan tekanan hidrostatik. Artinya, semakin dalam lautan maka tekanan hidrostatisnya semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kedalaman 10 meter, tekanan hidrostatis bertambah 1 (satu) atmosfer.Hubungan antara kedalaman laut dan tekanan hidrostatik. Kedalaman laut sebanding dengan tekanan hidrostatik.

Artinya, semakin dalam lautan maka tekanan hidrostatisnya semakin tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap kedalaman 10 meter, tekanan hidrostatis bertambah 1 (satu) atmosfer (Swasta, 2018:30).

4. Bau

Menguji bau air dapat dilakukan dengan menggunakan penciuman, yaitu mencium air. Standar bau air minum adalah tidak berbau. Bau dan rasa air seringkali muncul secara bersamaan, hal ini disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk, beberapa mikroorganisme mikroskopis, dan senyawa kimia seperti fenol (Andini dalam Minarni, 2022:38).

5. Gelombang

Gelombang tercipta sebagian oleh kekuatan angin di permukaan laut dan tekanan tangensial yang diberikan pada partikel air. Awalnya, angin bertiup melintasi permukaan laut sehingga menimbulkan riak. Ketika angin berhenti bertiup, riak-riak tersebut akan hilang dan permukaan laut akan kembali ke permukaan semula. Jika angin bertiup dalam waktu lama, riaknya akan semakin besar meski angin berhenti bertiup. Gelombang akan mendatar menjadi gelombang ketika meninggalkan daerah dimana angin bertiup. Gelombang tunggal adalah gelombang yang terjadi di laut pada saat cuaca sedang tenang.

Gelombang mempunyai puncak dan lembah. Dalam gelombang terdapat panjang gelombang dan tinggi gelombang (Gambar 1.13). Panjang gelombang adalah jarak dari satu puncak ke puncak berikutnya atau dari satu lembah ke lembah berikutnya. Tinggi gelombang adalah jarak antara titik puncak dan titik palung (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

(8)

Puncak gelombang merupakan titik tertinggi gelombang. Lembah merupakan titik terendah gelombang. Gelombang biasanya mempunyai periode, yaitu waktu yang diperlukan oleh puncak/lembah yang berurutan untuk kembali ke titik awal. Ada juga kecuraman gelombang, yaitu perbandingan antara panjang gelombang dan tinggi gelombang. Ada banyak jenis gelombang dimana gelombang yang pecah dalam perjalanannya menuju pantai dan menyentuh dasar perairan pantai yang dangkal disebut gelombang pecah atau gelombang selancar.

Gelombang yang pecah perlahan-lahan dan menggelinding ke arah pantai disebut gelombang pecah atau gelombang pecah. Gelombang tersebut naik tinggi dan segera pecah, terjadi di dasar pantai yang landai, disebut gelombang terjun.

Gelombang yang tidak pecah sama sekali, melainkan mendorong air ke atas dan menyedotnya kembali, terjadi pada pantai yang curam disebut gelombang pecah (Rohmimohtarto dan Juwana, 1999).

Adapun jenis- jenis gelombang yaitu :

1) Gelombang yang pecah saat menuju pantai dan terdampar di dasar perairan pantai yang dangkal disebut gelombang pecah atau surf.

2) Gelombang pecah perlahan lahan dan menggulung ke arah pantai disebut gelombang tumpah atau spilling breaker.

3) Gelombang membubung ke atas dan segera pecah, terjadi pada dasar pantai yang terjal disebut gelombang plunging breaker.

4) Gelombang yang sama sekali tidak pecah tetapi mendorong air ke atas ke darat dan menyedotnya kembali yang terjadi pada pantai terjal disebut surging breaker.

Tipe pecahnya gelombang dipengaruhi oleh kemiringan pantai, periode gelombang, panjang, tinggi dan kecuraman Sifat gelombang paling tidak dipengaruhi oleh tiga bentuk angin. Tiga bentuk angin tersebut antara lain :

● kecepatan angin,

● waktu di mana angin bertiup dan

● jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup

(9)

B. Sifat Kimia 1. Nutrien

Nutrien merupakan unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau fisiologi organisme. Nutrien merupakan komponen yang dibutuhkan untuk memproduksi bahan organik(Garrison, 2006). Beberapa nutrien dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan organisme, beberapa menghasilkan bahan kimia yang secara langsung menjadi energi dan beberapa fungsi lain.Sifat kimia air laut nutrient

Air laut memiliki sifat kimia yang kaya dan kompleks, termasuk kandungan nutrien yang penting untuk organisme laut. Beberapa nutrien utama dalam air laut meliputi:

● Garam: Air laut mengandung berbagai garam, termasuk natrium klorida (NaCl), magnesium sulfat (MgSO4), kalsium karbonat (CaCO3), dan banyak garam lainnya. Garam-garam ini penting untuk keseimbangan ionik dalam organisme laut dan berbagai proses biokimia.

● Nitrat (NO3-) dan Amonium (NH4+): Ini adalah sumber utama nitrogen dalam ekosistem laut. Nitrogen merupakan komponen penting dalam asam amino, nukleotida, dan molekul-molekul organik lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan organisme laut.

● Fosfat (PO43-): Fosfat adalah sumber utama fosfor dalam air laut. Fosfor adalah komponen esensial dalam asam nukleat dan adenosin trifosfat (ATP), yang berperan dalam penyimpanan dan transfer energi dalam sel.

● Silika (SiO2): Silika ditemukan dalam bentuk silika terlarut dalam air laut dan merupakan nutrien penting bagi organisme seperti diatom, mikroalga yang memiliki dinding sel yang mengandung silika.

● Oksigen Terlarut (O2): Oksigen terlarut dalam air laut sangat penting untuk respirasi organisme laut. Kadar oksigen yang cukup dalam air laut diperlukan untuk kelangsungan hidup makhluk laut.

● Karbonat (CO32-): Karbonat adalah komponen penting dalam pembentukan kerangka kalsium karbonat oleh organisme seperti terumbu karang dan moluska.

● Sulfat (SO42-): Sulfat hadir dalam air laut dan berperan dalam proses biokimia, termasuk dalam pembentukan asam amino dan senyawa sulfur lainnya.

(10)

Menurut Meirinawati & Iskandar (2019:42) bahwa nutrien-nutrien ini berperan penting dalam rantai makanan laut dan siklus biogeokimia di ekosistem laut. Ketersediaan dan keseimbangan nutrien ini dapat mempengaruhi produktivitas dan ekosistem laut secara keseluruhan.

2. PH

Nilai pH atau tingkat keasaman air menunjukkan banyaknya ion H+ yang ada dalam sampel air. Ion H+ berperan dalam berbagai reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan dan mewakili keseimbangan antara asam dan basa. Standar ideal pH air adalah antara 6 dan 8. ( Saputra dkk, 2023:109). pH adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam air, besaran ini dinyatakan dengan dikurangi logaritma konsentrasi ion H. Adanya ion hidrogen menggambarkan tingkat keasaman. Tingkat keasaman (pH) erat kaitannya dengan karbon dioksida dan alkalinitas.

Semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi pula nilai alkalinitasnya karbon dioksida bebas rendah. Nilai pH berkisar antara 0 hingga 14. PH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan asam sedangkan nilai lebih besar dari 7 menunjukkan lingkungan basa, untuk pH = 7 kita berbicara tentang lingkungan netral. Sebagian besar hewan air sensitif terhadap perubahan pH.

Biota perairan yang disukai adalah antara 7 dan 8,5. Nilai pH berubah secara signifikan mempengaruhi proses biokimia air. Pada pH netral, bakteri biasanya dapat tumbuh dengan baik, sedangkan jamur lebih menyukai pH rendah.

Oleh karena itu, proses penguraian bahan organik dapat berlangsung cepat pada kondisi pH netral dan basa (Effendi, 2003).

Air laut dan pesisir memiliki pH yang relatif lebih stabil dalam kisaran yang sempit, biasanya antara 7,7 dan 8,4. PH dipengaruhi oleh kapasitas bufferingnya, khususnya keberadaan garam karbonat dan bikarbonat yang dikandungnya (Nybakken, 1992). Toleransi kehidupan akuatik terhadap pH bergantung pada banyak faktor termasuk suhu, konsentrasi oksigen terlarut, keberadaan berbagai anion dan kation, serta jenis dan siklus hidup organisme. Air alkali (7-9) merupakan air yang sangat produktif dan berperan dalam mendorong

(11)

konversi bahan organik dalam air menjadi mineral yang dapat diasimilasi oleh fitoplankton. Apabila pH air tidak optimal maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan. PH air berfluktuasi dengan konsentrasi CO2

terlarut dan menunjukkan hubungan terbalik. Semakin tinggi kandungan CO2

dalam air maka semakin rendah pH-nya dan sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang jika air mengandung garam CaCO3.

Saat matahari bersinar, oksigen yang dilepaskan melalui fotosintesis sangat banyak di stratum korneum dan lebih besar daripada jumlah oksigen yang dikonsumsi selama respirasi. Kadar oksigen terlarut tersebut dapat melebihi kadar oksigen jenuh (saturated), sehingga air akan mengalami supersaturasi. Karbon berasal dari atmosfer dan air, khususnya laut. Lautan mengandung karbon lima puluh kali lebih banyak dibandingkan atmosfer. Perpindahan karbon dari atmosfer ke laut terjadi melalui difusi. Oleh karena itu, karbon yang terkandung di laut dapat mempengaruhi jumlah karbon dioksida yang ada di atmosfer (Effendi, 2003).

Mengenai pH, hubungannya dengan karbon dioksida yang ada dalam air dapat menyebabkan pengasaman. Pengasaman sendiri merupakan proses penurunan pH air laut yang terjadi akibat penyerapan karbon dioksida dari atmosfer akibat aktivitas manusia (misalnya penggunaan bahan bakar fosil).

Sederhananya, pengasaman berarti karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil menumpuk di atmosfer, menyebabkan pemanasan global, yang kemudian berdampak pada perairan. Karbon dioksida yang diserap laut kemudian bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat dan meningkatkan keasaman air laut.

Karbon dioksida dapat berasal dari berbagai aktivitas, termasuk limbah industri, peternakan, kendaraan, reklamasi lahan; Kita dapat mengatakan bahwa sesuatu yang mempunyai sifat menghasilkan energi dapat menghasilkan gas ini. Bahkan manusia menyediakan CO2 melalui respirasi. Pengasaman secara tidak langsung dapat merusak ekosistem laut dan mengancam produktivitas perikanan. Hal ini disebabkan berkurangnya cadangan karbonat, zat yang digunakan oleh puluhan ribu hewan laut untuk membentuk cangkang dan tulang (kerangka). Dampak yang mungkin timbul dari pengasaman antara lain air laut menjadi korosif dan kemungkinan melarutkan cangkang kerang (jika tingkat keasaman laut cukup tinggi), mengganggu pertumbuhan hewan laut dan terumbu karang serta jutaan

(12)

hewan laut yang bergantung padanya. Pengasaman laut dapat mengganggu efisiensi reproduksi organisme laut. Pengasaman dapat mengganggu indera penciuman spesies laut.

3. Asiditas

Menurut Minarni (2022: 51) bahwa asiditas adalah kemampuan/kapasitas air untuk menetralkan ion OH. Penyebab asiditas seringkali berasal dari asam lemah seperti H2PO4, HPO4, CO2, HCO3dan ion logam yang bersifat asam seperti Fe3. Asiditas total ditentukan dalam satuan basa sampai titik akhir fenolfthalin (pH 8,2). Asiditas ini juga sering digunakan untuk mengukur jumlah alkalinitas yang diperlukan untuk menetralkan air atau dinyatakan sebagai jumlah kalsium karbonat yang diperlukan untuk menetralkan air.

4. Alkalinitas

Menurut Sholeh&Uluwwi (2022:32) alkalinitas (mg/l) adalah parameter kimia air yang menunjukkan jumlah ion karbonat dan bikarbonat yang terikat pada logam alkali. Nilai ini menggambarkan kemampuan air dalam menetralkan asam atau menyangga perubahan pH. Jika nilai alkalinitas tinggi maka nilai pH akan semakin tinggi. Nilai alkalinitasnya tidak berbeda jauh, menunjukkan bahwa air laut cenderung stabil dan bersifat basa. Nilai alkalinitas akan menurun jika ditambahkan asam. Nilai alkalinitas berkisar antara 120 hingga 130. Alkalinitas total diukur dengan titrasi dengan standar 0,02 N. Effendi (2003) berpendapat bahwa alkalinitas air berkaitan dengan gambaran kandungan karbonat air Batuan dan tanah melewati air dan dasar sedimen. Air dengan alkalinitas tinggi lebih produktif dibandingkan air dengan alkalinitas rendah.

5. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (disingkat DO), dikenal juga dengan kebutuhan oksigen (oxygen demand), merupakan parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO, biasanya diukur dalam konsentrasi, menunjukkan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu perairan. Semakin tinggi nilai DO suatu air maka kualitas air tersebut semakin baik. Sebaliknya jika nilai DO rendah maka kita melihat air tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan badan air dalam mendukung organisme perairan seperti ikan dan

(13)

mikroorganisme. Selain itu, kemampuan air dalam membersihkan polusi juga ditentukan oleh jumlah oksigen yang ada di dalam air.

Jika kadar oksigen terlarut rendah, ini erat kaitannya dengan tingginya kekeruhan air dan juga disebabkan oleh pengaruh pembuangan bahan organik dari daratan, terutama adanya puing-puing atau sampah organik. Jadi dibutuhkan banyak oksigen untuk menguraikannya, baik secara biologis maupun kimia.

Kandungan oksigen terlarut dalam air akan berkurang karena proses penguraian bahan organik, respirasi dan regenerasi terhambat (Patty dkk, 2022:217).

Kadar oksigen terlarut semakin kecil saat suhu dan ketinggian semakin besar, serta tekanan atmosfer semakin kecil. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fotosintesis. Oksigen terlarut akan berkurang karena berkurangnya fotosintesis akibat terbatasnya cahaya matahari yang masuk ke perairan. Kadar terendah cahaya matahari pada kedalaman 500-1.000 m. Di bawah zona tersebut kadar oksigen akan kembali meningkat. Oleh karena itu kedalaman memberikan pengaruh terhadap kadar oksigen (Gambar 1.21).

Sekitar 30% gas yang terlarut dalam air laut adalah oksigen, namun jumlah oksigen di atmosfer sekitar 100 kali lebih banyak dibandingkan jumlah oksigen

(14)

yang terlarut di lautan. Rata-rata, terdapat 6 mg oksigen terlarut per liter air laut (6 bagian per juta oksigen per liter berat air laut). Oksigen dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh hewan dan organisme lain yang hidup di air. Sumber oksigen terlarut di laut adalah aktivitas fotosintesis tumbuhan dan organisme terkait lainnya serta difusi oksigen dari atmosfer (Garrison, 2006).

Oksigen di dekat permukaan melimpah karena aktivitas fotosintesis tumbuhan laut. Kadar oksigen menurun seiring dengan berkurangnya lapisan cahaya akibat respirasi biota laut dan bakteri. Di sisi lain, tumbuhan menggunakan karbon dioksida untuk fotosintesis, sehingga konsentrasi karbon dioksida permukaan relatif rendah.

Fotosintesis tidak dapat terjadi di tempat gelap, sedangkan CO2 yang dihasilkan hewan dan bakteri dihasilkan di kedalaman tanpa cahaya. Konsentrasi CO2 juga meningkat seiring bertambahnya kedalaman akibat peningkatan tekanan dan penurunan suhu (Garrison, 2006).

Referensi

Dronkers, J.J. 1964, Tidal Computations in Rivers and Coastal Waters. NorthHolland.

Amsterdam: Publishing Company

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Garrison, T. 2006. Essentials of Oceanography, Fourth Edition. USA: Thomson Brooks/Cole.

(15)

Lubis, R.E. dan Widanarko, A. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta Selatan: PT.

Agromedia Pustaka

Meirinawati, H.dan Iskandar, M.R. 2019. Karakteristik Fisika dan Kimia Perairan di Laut Jawa – Ambang Dewakang.Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 4(1):41-52.

Minarni.2022. Kimia Lingkungan. Jawa Tengah : CV Sarnu Untung

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. H. M. Eidman, D. G.

Bengen, Malikusworo H., dan Sukristijono S., Penerjemah. Terjemahan dari: Marine Biology: An Ecological Approach. Jakarta: Gramedia.

Patty, S.I. dkk. 2022.Oksigen Terlarut di Perairan Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah PLATAX, 10(1):217.

Romimohtarto, K dan Juwana S. 1999. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut.

Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi-LIPI.

Saputra, Hendri Maika dkk. 2023. Analisis Kualitatif Lingkungan. Padang : Gpress.

Sholeh, M. dan Uluwwi. 2022. UDANG VANAME : DARI HULU KE HILIR. Malang: UB PRESS.

Swasta, Ide Bagus Jelantik. 2018.Bioteknologi Ekosistem Laut dan Estuaria. Depok:PT. Raja Grafindo

Tarigan, indra Lasmana. 2019. Dasar-Dasar Kimia Air Makanan dan Minuman. Malang:

Media Nusa Creative

Triatmodjo, B. 2008. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset

Referensi

Dokumen terkait

Saat gelombang mendekati pantai, bagian bawah gelombang akan mulai bergesekan dengan dasar laut yang menyebabkan pecahnya gelombang dan terjadi putaran pada dasar laut

Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah adanya pemahaman dan pengetahuan tentang pengaruh air laut saat pasang surut dan terhadap kenaikan