• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chasing you 3: Kayla

N/A
N/A
Erika Tri Yeni 31

Academic year: 2023

Membagikan "Chasing you 3: Kayla"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

“Kayla, tolong kamu bagikan minuman ini ke tim sepakbola kita. Oh, ini juga sama handuk kecil mereka.” Ucap guru pendamping itu dengan senyuman ramahnya.

Kayla yang tengah merapikan barang-barang yang dibawanya tadi pun segera menghampiri guru pendamping itu. “Cuma ini aja kan, buk?” tanya Kayla memastikan sembari membawa kardus besar yang berisi minuman para tim sepakbola itu. Ia pun menyusun handuk kecil itu di atas kardus minuman itu.

“Kamu sekalian jaga di tempat duduk tim sepakbola kita, kamu yang urus kebutuhan mereka.

Kalau kurang, nanti ibu sediakan lagi,” balas guru pendamping itu dengan senyuman ramahnya.

Kayla seketika merasakan kemalasan yang memuncak, dia pun tidak punya pilihan lain. Lagi pula, dia di sini untuk membantu. “Baik, Buk.” Dan Kayla pun mulai berjalan menuju tempat duduk para tim sepakbola sekolahnya.

“Eh, ada Kayla.”

“Mau ngapain nih? Nemanin kakak main, ya?”

“Duh, jadi semangat deh kalau Kayla yang nonton.”

“Mau dong disemangatin sama Kayla.”

“Sini kakak bantu.”

Dan beban itu menghilang seketika, pandangan Kayla terlihat sangat jelas banyaknya para laki-laki tengah duduk sembari mempersiapkan diri untuk bertanding.

“Makasih, kak Juan!” ucap Kayla dengan senyumannya.

Juan yang sudah meletakkan kardus itu pun pura-pura jatuh dan menimpa temannya yang tengah memasang sepatu. “Lemas karna disenyumin ayang,” pekik Juan diringi oleh omelan temannya yang tertimpa.

“Ayang-ayang pala lo peyang! Awas!” omel teman Juan dengan kesal.

Juan pun tertawa sembari ditendang oleh temannya.

Kayla memang akrab oleh kakak kelasnya, dikarenakan sering diikut sertakan untuk berpartisipasi dalam pertandingan sekolah. Lebih tepatnya membantu.

Kayla tersenyum ramah melihat tim sepakbola ini begitu akrab satu dengan yang lainnya.

Kayla mulai membuka kardus minuman itu, dan membawanya dengan handuk kecil itu juga.

Ia menyusunnya dengan rapi, agar para pemain mudah untuk mengambilnya.

“Arsen, lo dari mana?” ucap salah satu anggota tim sepakbola itu.

Arsen mengacak belakang rambut hitam legamnya dengan sedikit kasar, ia masih memakai sandal dengan baju seragam sekolahnya putih abu-abu itu, begitu juga jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananya.

“Gue tadi ke sekolah sebentar mau ngumpulin tugas,” jawab Arsen dengan suara beratnya. Ia tepat berada di belakang Kayla, dan Kayla terlihat sibuk menata minuman itu.

(2)

“Masih sempat-sempatnya lagi ngumpulin tugas. Udah sana siap-siap, sejam lagi kita mau mulai tanding.”

Arsen menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya ke arah belakang. Ia membuka kancing seragamnya sembari memiringkan kepalanya sedikit untuk melihat gadis di depannya saat ini.

‘Kayla.’ Ucap Arsen dalam hati.

Arsen menyunggingkan senyum kecilnya saat mengetahui siapa gadis di depannya, ia pun berjalan menuju ruang ganti.

Kayla pun dengan cepat menyelesaikan penataan minuman dan handuk kecil itu.”Kak, nanti kalau haus ambil minumnya di sini, ya. Sekalian kalau mau handuk juga ada di sini. Kalau kurang bilang sama Kayla, ya,” ucap Kayla dengan suaranya yang agak ia besarkan.

“Iya, Kayla cantik.”

“Iya, Kayla sayang.”

“Kayla rajin banget sih. Mau nggak jadi istri kakak di masa depan?”

“Jangan mau, La. Masa depannya suram.”

“Dih! Muka lo tuh suram.”

Dan Kayla hanya menggelengkan kepalanya saat melihat perkelahian kecil mereka. Ia pun mengambil tempat duduk di sebuah bangku dekat dengan loker penyimpanan sepatu pemain.

Arsen pun selesai mengganti baju seragamnya menjadi baju untuk bertanding, ia memang terkenal di sekolah karna aktifnya dia dalam kegiatan sekolah dan juga tampan.

Kayla mengipasi dirinya yang panas karena cuaca hari ini, ia membasahi bibir bawahnya karna haus. Ingin beli keluar, tapi malas karna panas.

Arsen mengambil minuman yang telah disediakan itu, lalu berjalan mendekati Kayla. “Kayla sama siapa tadi ke sini?” tanya Arsen dengan suara beratnya.

“Sama papa Rina,” jawab Kayla sembari mengipasi dirinya dengan tangannya.

Arsen membuka tutup botol itu, lalu memberikannya kepada Kayla. “Terus pulangnya sama siapa?” tanya Arsen kembali sembari menatap Kayla dengan posisinya berdiri.

Kayla menerima pemberian Arsen, lalu ia meminum air itu dengan menyentuh ujung botol itu dengan bibirnya.

Arsen menatap Kayla yang menyudahi minumannya itu. Ia mengelap sisa-sisa air di sekitaran mulutnya dengan lengan bajunya.

“Sama papa Rina.” Jawab Kayla singkat, ia pun memberi air minum itu kepada Arsen.

Arsen memberikan ponselnya kepada Kayla, Kayla sedikit mengernyitkan dahinya saat melihat nama Dio di layar ponsel Arsen.

Selagi Kayla membaca pesan Dio, Arsen menghabiskan air di botol minumnya tadi.

(3)

“Ih! Kayla kan udah janji sama Rina buat pulang sama. Kok jadi sama mas Arsen, sih!”

protes Kayla dengan kesal.

“Kayla nggak mau pulang sama mas?” tanya Arsen dengan suara beratnya.

Kayla bersedekap dada dengan kesalnya, “kalau nggak gini, mas. Mas bilang aja sama mas Dio kalau tadi mas udah ngantar Kayla ke rumah tapi Kayla tetap pulangnya sama Rina.

Gimana?” tawar Kayla dengan mood-nya tiba-tiba kembali semangat.

Arsen menaikkan satu alisnya, “jadi mas diajarin bohong sama Kayla? Siapa yang ngajarin Kayla mulai bohong gini, sih?” tanya Arsen lembut.

Kayla berdecak kecil, ia kembali kesal. Arsen tersenyum kecil sembari mengusap puncak rambut Kayla dengan lembut. “Yaudah, Kayla pulang sama Rina nanti tapi mas ikutin dari belakang. Mau, kan?”

Kayla seketika tersenyum, ia pun seketika memeluk pinggang Arsen dengan senang. “Terima kasih, mas Arsen baik.”

Arsen sedikit terkejut, tetapi ia dapat mengendalikan keterkejutannya. Arsen dengan lembut mengusap bahu Kayla. Ia merasa nyaman dipeluk oleh gadis ini.

“Arsen.”

Nama Arsen dipanggil, seketika Kayla melepaskan pelukan itu dan melihat seorang perempuan berdiri di pintu masuk. ‘Kak Sheila, pacarnya mas Arsen.’

Sheila -perempuan yang berdiri di pintu masuk- pun melihat Arsen bersama adik kelasnya, yang selama ini menjadi awal mulanya dirinya dan Arsen kelahi. Sheila berjalan mendekati Arsen.

Kayla seketika menjauhi jaraknya dengan Arsen, bahkan memindahkan bangkunya.

Arsen menghela napasnya dengan pelan, ia melihat kekasihnya datang mendekatinya. “Kapan kamu sampai?” tanya Arsen dengan suara beratnya.

Sheila menatap Kayla dengan rasa kesal dan cemburu itu, lalu bersedekap dada menatap Arsen. “Baru sampai, jam berapa kamu mulai tandingnya?” tanya Sheila sembari

membersihkan baju tanding Arsen dengan tangannya.

Arsen melirik jam di pergelangan tangannya, “satu jam lagi.”

Sheila menganggukkan kepalanya, lalu mengecup pipi Arsen kemudian tersenyum.

“Semangat ya, sayang. Aku nonton di bangku paling depan,” ucap Sheila dengan senyuman manis.

Arsen hanya mengagukan kepalanya dengan senyuman tidak sampai mata. Ia pun mengusap bahu Sheila dengan lembut. “Terima kasih sudah datang.” Lembut ia mengatakannya.

Sheila mengagukan kepalanya dengan senyum manisnya, “aku cari tempat duduk, ya. See you,” ucap Sheila sembari melambaikan tangannya.

Arsen pun hanya tersenyum dan melihat Sheila sudah membalikan badannya. Sheila menatap tidak suka kepada Kayla, Kayla yang melihat tatapan itu pun hanya memberi senyum

(4)

ramahnya. Sheila memutar kedua bola matanya dengan malas, ia pergi keluar dari ruangan ini.

Arsen tertawa kecil melihat tingkah Kayla yang lucu.

“Untung gue nggak dijambak,” gumam Kayla sembari mengusap dadanya untuk menenangkan jantungnya berdegup sangat kencang tadi.

Arsen berkacak pinggang dengan tatapannya ke arah Kayla dengan penuh arti. Kayla pun melirik ke arah Arsen yang ternyata juga menatapnya. “Kayak nya gue harus punya pacar juga deh, biar gue aman dari kak Sheila,” gumam Kayla dengan pelan

Kayla pun berdiri dari duduknya dan bergabung dengan seniornya yang lain, Arsen hanya melihat Kayla mulai menjauh lagi darinya.

“Kak, Kayla ikutan dong!”

Arsen mengigit kecil bibir bawahnya sembari mengambil posisi duduk di bangku pemain itu.

Ia melihat Kayla yang mengikuti seniornya itu.

**

Bersambung

Referensi

Dokumen terkait

Fandi memutuskan telfon nya Fandi : KAN APA GUE KIRA, KENAPA YANG ANGKAT SUCI Suci : nabilaaaaa Nabila : kenapa si kak Suci : tadi ada yang nelfon tapi langsung dimatiin sama dia,

Adapun saran dalam penelitian ini adalah Meningkatkan pencatatan stok masuk dan stok keluar dan mencatat formulir stok kosong, meningkatkan skill tenaga kerja dengan menyediakan