• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Pendidikan di Indonesia

N/A
N/A
Rani Sri Wahyuni

Academic year: 2023

Membagikan "Keterkaitan Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Pendidikan di Indonesia"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TEMPLATE JURNAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Keterkaitan Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Pendidikan di Indonesia

Rani Sri Wahyuni1 Pendidikan Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta

@ranisriw31@gmail.com

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. Nomor

ISSN-p: 2460-8300 ISSN-e: 2528-4339

Naskah diterima:

Naskah disetujui:

Terbit:

Abstract: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis revolusi industri 4.0 dan 5.0 serta hubungannya dengan pendidikan di Indonesia.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian study literatur, yaitu pemeriksaan atau pemeriksaan kritis terhadap pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat dalam jurnal, buku, atau karya ilmiah lainnya. Untuk mengeksplorasi konsep Industri 4.0 dan Society 5.0, langkah terpenting adalah mendefinisikan istilah-istilah utama.

Tinjauan literatur pertama dilakukan dengan menelusuri istilah

“industri 4.0 dan masyarakat 5.0” di Google Scholar dan Open Knowledge. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hadirnya Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 berkaitan dengan pendidikan di Indonesia.

Karena Industri 4.0 dan Society 5.0 menekankan pada keinginan untuk mengembangkan kreativitas dan berpikir kritis, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan di Indonesia. Kehadiran Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 telah memberikan kontribusi yang besar bagi pendidikan Indonesia. Salah satunya dengan adanya inovasi pembelajaran berbasis teknologi yang memudahkan siswa dalam belajar tanpa mengenal ruang dan waktu. Oleh karena itu, perkembangan Revolusi Industri 4.0 dan 5.0 diharapkan dapat mendorong perkembangan pendidikan khususnya di Indonesia dengan menciptakan perubahan dan mempersiapkan lulusan untuk unggul dan berkreasi dengan keterampilan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Kata kunci: Industry 4.0, Society 5.0, Education

PENDAHULUAN

Indonesia saat ini sedang terkena dampak revolusi industri keempat (industry 4.0) dan revolusi sosial kelima (society 5.0). Kehadiran revolusi ini mempunyai arti penting bagi pendidikan di Indonesia. Bangkitnya Industry 4.0 dan Society 5.0 diharapkan dapat mempercepat pembangunan pendidikan di Indonesia dengan menciptakan perubahan dan menyiapkan lulusan yang berprestasi dan inovatif dengan keterampilan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis keterkaitan Industry 4.0 dan Society 5.0 terhadap pendidikan di Indonesia.

Menghadapi pesatnya perkembangan Revolusi Industri 4.0, banyak negara mulai menerapkan berbagai langkah. Sebagai negara maju secara teknologi, Jepang memimpin dalam mengusulkan konsep Society 5.0. Konsep ini diharapkan dapat mendukung Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan PBB dalam mengentaskan kemiskinan, melindungi bumi, dan menjamin kesejahteraan bagi semua orang. [1].

Konsep Society 5.0 sebenarnya merupakan konsep yang sangat panjang. Konsep ini muncul dalam “Kebijakan Dasar Ekonomi dan Fiskal”.

Society 5.0 merupakan era yang merepresentasikan keadaan masyarakat saat ini karena hadir di Industry 4.0, yang artinya teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakt. Dari satu sisi, sulit untuk mengatakan bahwa Jepang cukup kompetitif dalam teknologi kecerdasan buatan. Perkembangan dunia teknologi saat ini menuntut seluruh institusi, termasuk pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sejarah mencatat, hanya orang-orang yang cerdas yang mampu membaca sprit zaman (zeitgeist) yang mampu bertahan dan dikenang setiap zamannya sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang mengiringinya

(2)

[2]

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya sesuai standar kehidupan sosial yang terus berkembang dalam masyarakat global. Sistem pendidikan yang baik akan memajukan negara ini. Eksistensi suatu bangsa dimungkinkan melalui kontribusinya terhadap peradaban dunia.

Agar pendidikan terus menyesuaikan serta menyelaraskan dengan kemajuan teknologi [3]

Unsur-unsur pemikiran dan peradaban sosial yang maju merupakan salah satu keniscayaan peradaban dan tidak menjadi masalah, karena nilai-nilai dasar yang menjadi pedoman setiap negara pada umumnya berdampak positif bagi manusia [4]Nilai-nilai fundamental tersebut adalah nilai-nilai kemanusiaan, yaitu nilai-nilai universal (Pahlevi, 2016). Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untuk mengeksplorasi Industry 4.0 dan Society 5.0 serta hubungannya terhadap Pendidikan di Indonesia.

METODE

Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan kajian kepustakaan (library research) untuk berupaya mendeskripsikan hubungan Industri 4.0 Dan Society 5.0 terhadap pendidikan di Indonesia. Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek-aspek sentral Dari Industri 4.0 Dan Society 5.0 guna memperoleh definisi istilah ini yang dapat diterima baik oleh peneliti maupun praktisi [5].

Untuk menciptakan konsep Industry 4.0 dan Society 5.0, langkah utamanya adalah mengidentifikasi istilah-istilah kunci. Tinjauan literatur awal dilakukan dengan mencari istilah

“Industry 4.0” dan “Society 5.0” di Publish &

Perish. Dalam kajian penelitian kepustakaan ini, penulis menggunakan berbagai sumber tertulis seperti artikel, jurnal, dan buku yang relevan dengan kajian penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa teori untuk mendukung data hasil penelitian, sehingga pembahasan akan menjadi lebih kaya dan mendalam.

1. Konsep Era Revolusi 4.0

Memasuki era abad 21 yang identik dengan era revolusi industri 4.0 nyatanya ditandai dengan berbagai bentuk perubahan paradigma. Memang secara makro, terdapat enam tren yang saat ini membawa dunia memasuki abad 21. Pertama,

revolusi digital berdampak pada beberapa aspek kehidupan masyarakat, namun juga berdampak pada perubahan peradaban dan budaya, termasuk pendidikan. Kedua, globalisasi, internasionalisasi, dan hubungan multilateral semakin memperkuat integrasi antar wilayah di dunia yang ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi.

Ketiga, globalisasi, korporasi menyebabkan terjadinya pendataran dunia (world is flat) hampir tidak ada ruang yang bebas atau kedap dari pengaruh lingkungan regional atau internasional.

Keempat, perubahan dunia yang sangat cepat usang atau terjadi proses pengusangan yang amat cepat. Kelima, bertumbuhnya komunitas baru seperti masyarakat pengetahuan (knowledge society) masyarakat informasi (information society) masyarakat jaringan (networking society) kondisi ini menempatkan penguasaan informasi dan jaringan sebagai modal penting. Keenam, fenomena makin kencangnya tuntutan kreativitas dan inovasi sebagai modal individu dalam menghadapi persaingan yang berlangsung.

(Jelantik, 2019) dalam Nurhayani, S.,Rafidatun S.,Arsikal Amsal H.

Perkembangan informasi dan teknologi yang kian pesat tak dapat dihindari dan menjadi bagian penting dari Pendidikan dan pembelajaran. Guru merupakan inti dari Pendidikan, tanpa guru Pendidikan tidak akan berjalan dengan efektif.

Oleh karena sebab itu, guru harus mampu menyeimbangkan antara system pembelajaran dengan teknologi yang kian semakin berkembang.

Disini guru harus mampu menginovasi pembelajaran dari yang klasik menuju modernisasi.

2. Konsep Society 5.0

Menyikapi revolusi industri 4.0 yang semakin pesat, negara-negara di dunia mulai melakukan Langkah-langkah strategis. Jepang, sebagai salah satu negara yang mempunyai kemajuan di bidang teknologi, mengajukan konsep society 5.0. Konsep tersebut bertujuan untuk memperkuat pembangunan berkelanjutan perserikatan bangsa- bangsa harapannya untuk mengakhiri kemiskinan,melindungi planet, dan memastikan kemakmuran bagi semua manusia (Shiroishi,Y., Uchiyama, K., Suzuki, 2018)

Banyak tantangan dan perubahan yang harus dilakukan di era society 5.0 ini. Termasuk yang harus dilakukan oleh satuan Pendidikan sebagai gerbang utama dalam mempersiapkan SDM unggul. Era super smart society (society 5.0) sendiri diperkenalkan oleh pemerintah Jepang pada tahun 2019, yang dibuat sebagai antisipasi

(3)

dari gejolak disrupsi akibat revolusi industry 4.0, yang menyebabkan ketidakpastian yang kompleks dan ambigu (VUCA). Dikhawatirkan invansi tersebut dapat menggerus nilai-nilai karakter kemanusiaan yang dipertahankan selama ini. Dalam menghadapi era society 5.0, dunia Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas seperti pemerintah, Organisasi Masyarakat (Ormas) dan seluruh masyarakat era society 5.0 ini satuan Pendidikan pun dibutuhkan adanya perubahan paradigma Pendidikan. Diantaranya Pendidik meminimalka peran sebagai learning material provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk “Merdeka Belajar”.

Society 5.0 berpusat pada tiga nilai inti yang saling berhubungan, berpusat pada manusia, berkelanjutan, dan ketahanan. Pendekatan yang berpusat pada manusia menempatkan kebutuhan dan kepentingan inti di jantung proses produksi, bergeser dari kemajuan yang didorong oleh teknologi ke pendekatan yang sepenuhnya berpusat pada manusia dan berpusat pada masyarakat [6]

Fukuyama [7] menjelaskan bahwa society 5.0 bertujuan untuk menciptakan konsep masyarakat yang peduli pada kemanusiaan, melelui pertumbuhan ekonomi dan penyelesaian masyarakat, semua tantangan diharapkan dapat diatasi, sehingga setiap fase masyarakat dapat menikmati kualitas hidup yang aktif dan nyaman (M.Fukuyama, 2018) Kebutuhan integrasi masyarakat society 5.0 terdiri dari 1) kebijakan inovasi, 2) jiwa wirausaha, dan 3) keterampilan wirausaha.

3. Perbedaan Industri 4.0 dan Society 5.0

Industri 4.0 dan Society 5.0 merupakan dua konsep yang berbeda meski memiliki kesamaan dalam hal revolusi teknologi. Industri 4.0 lebih fokus pada otomatisasi dan penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan, sedangkan Society 5.0 lebih menekankan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Perbedaan mendasar antara Industri 4.0 dan Society 5.0 adalah Industri 4.0 fokus pada aspek terkait eksekusi pekerjaan secara otomatis, sedangkan Society 5.0 lebih fokus pada perluasan prospek lapangan kerja dan Optimalkan akuntabilitas jam kerja saat menyelesaikan pekerjaan.

Dalam penerapannya, Industri 4.0 lebih banyak digunakan pada sektor industri dan komersial,

sedangkan Society 5.0 lebih banyak digunakan pada sektor sosial dan kemanusiaan. Contoh penerapan Society 5.0 adalah konsep Internet of Things dengan penerapan sistem cloud computing.

4. Hubungan Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Pendidikan di Indonesia

Keterkaitan Industri 4.0 dan Society 5.0 dengan pendidikan menjadi tantangan pendidikan di era Industri 4.0 dan Society 5.0. Pendidikan harus mempersiapkan peserta didik dengan kecakapan hidup abad ke-21 serta menghadapi tantangan dan risiko Industri 4.0 dan Society 5.0.

Tantangan dan risiko yang terkait dengan Industri 4.0 dan Society 5.0 adalah perubahan dunia kerja dan kebutuhan akan keterampilan baru. Cara menghadapi tantangan dan risiko Industri 4.0 dan Society 5.0 adalah dengan mempersiapkan keterampilan baru dan mengikuti perkembangan teknologi.

Perbedaan Industri 4.0 dan Society 5.0:

a. Industri 4.0 fokus pada pengembangan industri dengan menggunakan teknologi untuk memudahkan kehidupan manusia, sedangkan Society 5.0 fokus pada penggunaan teknologi namun tetap mengandalkan manusia sebagai peran utama.

b. Industri 4.0 lebih fokus pada otomatisasi dan penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan, sedangkan Society 5.0 lebih menekankan penggunaan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.

c. Industri 4.0 lebih banyak digunakan pada sektor industri dan komersial, sedangkan Society 5.0 lebih banyak digunakan pada sektor sosial dan kemanusiaan.

d. Industri 4.0 lebih pada pendekatan produksi massal, sedangkan Society 5.0 lebih pada pendekatan individual dan personalisasi produk.

e. Industri 4.0 sangat bergantung pada teknologi, sedangkan Society 5.0 mengutamakan kolaborasi antara teknologi dan sumber daya manusia.

f. Industri 4.0 berfokus pada cara mengotomatisasi pekerjaan, sedangkan Industri 5.0 berfokus pada cara mengoptimalkan jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan.

g. Society 5.0 lebih menekankan pada

(4)

perluasan kesempatan kerja dan optimalisasi akuntabilitas jam kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian di atas, diperoleh empat komponen utama dalam industri 4.0 : Cyber System, Physical System, Internet of Things, Internet of Services, and Smart Factory. Sedangkan Society 5.0 mengacu pada konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human centered) berbasis teknologi (technologi based). Jika sebelumnya masyarakat 4.0 itu mencari, mengambil dan menganalisis informasi atau data yang didapat melalui internet. Dengan demikian di era Society 5.0, sejumlah informasi telah dikumpulkan dari sensor internal. Adaptasi social di masa depan adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi (High order thinking skill), jika memungkinkan pemikiran yang kompleks, multi level dan sistematis dapat dimanfaatkan oleh masyarakat maka inilah yang disebut dengan masyarakat 5.0 cara berpikir tingkat tinggi. Sedangkan saat ini pembelajaran masih banyak yang menggunakan Lower hingga Medium Order Thinking Skills [8]

Revolusi industri yang mengantarkan era baru revolusi 4.0 merupakan proses yang terus menerus mengubah tahapan otomatisasai dalam kehidupan yang bertumpu pada system jaringan internet. Sedangkan society 5.0 adalah masyarakat yang mampu menjawab berbagai tantangan dan masalah social dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang dikembangkan selama revolusi industri 4.0, seperti Internet of Things (internet of everything), Artificial Intelligence (kecerdasan buatan), Big Data (data dalam jumlah besar) dan robot yang memudahkan aktivitas manusia.

Oleh karena itu, hadirnya revolusi industri 4.0 dan society 5.0 dikaitkan dengan dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Karena Industri 4.0 dan Society 5.0 sama-sama menekankan pada keinginan untuk mengembangkan kreativitas dan berpikir kritis, hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan di Indonesia. Atas dasar itu, penulis menyimpulkan bahwa kesiapan masyarakat dalam menerima dan melaksanakan pendidikan revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0 adalah perlu dan penting. Gaya berpikir yang harus dipahami dan diterapkan adalah berpikir analitis, kritis dan kreatif untuk mampu beradaptasi

dengan perkembangan saat ini.

Saran

Terkait masalah penelitian yang dilakukan oleh penulis ada beberapa hal yang mungkin bisa dijadikan saran atau bahan evaluasi oleh para pembaca.

1. Pendidikan harus membekali peserta didik dengan kecakapan hidup abad 21 serta menghadapi tantangan dan risiko Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian program dan metode pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan bagi peserta didik sebelum era revolusi industri 4.0 dan masyarakat 5.0.

2. Pendidikan perlu memperhatikan pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran campuran seperti Blended Learning dapat digunakan untuk meningkatkan pengalaman siswa dengan perangkat digital, yang penting dalam dunia kerja di masa depan.

3. Pendidikan perlu fokus pada penilaian hasil pembelajaran. Metode lama sering kali menggunakan tes tertulis atau esai. Diperlukan metode baru seperti pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran sejawat. 4. Pendidikan perlu memperhatikan peran pendidik di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Pendidik perlu memperbarui pengetahuan dan keterampilannya untuk mampu mengajarkan metode yang tepat dan sesuai kepada siswa.

5. Pendidikan perlu memperhatikan peran teknologi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Teknologi dapat dimanfaatkan untuk memperluas akses terhadap pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Y. Shiroishi, K. Uchiyama, and N. Suzuki, “Society 5.0: For Human Security and Well- Being,” Computer (Long Beach Calif), vol. 51, no. 7, pp. 91–95, Jul. 2018, doi:

10.1109/MC.2018.3011041.

[2] F. Ahmadi and H. Ibda, Konsep dan aplikasi literasi baru di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. CV. Pilar Nusantara, 2019.

[3] G. Fahrezi and S. Susanti, “Pengembangan Bahan Ajar Flip Book Kontekstual Berbasis Android Pada Materi Akuntansi Persediaan,” Educatio, vol. 16, no. 1, pp. 58–70, Jul. 2021, doi: 10.29408/edc.v16i1.3550.

[4] Y. Falaq, “Education of Citizenship in Higher Education as A Fortress of Nation Characters in Facing Era Society 5.0,” Journal of Educational Sciences, vol. 4, no. 4, p. 802, Oct.

2020, doi: 10.31258/jes.4.4.p.802-812.

[5] H. M. Cooper, “Literature-Searching Strategies of Integrative Research Reviewers,”

Knowledge, vol. 8, no. 2, pp. 372–383, Dec. 1986, doi: 10.1177/107554708600800217.

[6] X. Xu, Y. Lu, B. Vogel-Heuser, and L. Wang, “Industry 4.0 and Industry 5.0—Inception, conception and perception,” J Manuf Syst, vol. 61, pp. 530–535, Oct. 2021, doi:

10.1016/j.jmsy.2021.10.006.

[7] F. Teknowijoyo, “Relevansi Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Pendidikan Di Indonesia,” Educatio, vol. 16, no. 2, pp. 173–184, Jan. 2022, doi:

10.29408/edc.v16i2.4492.

[8] S. Nawarul Uyun, M. Ali, and B. Badarudin, “Pengaruh Model Active Learning dan

Kecerdasan Majemuk Logis-Matematis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Abad 21,” Educatio, vol. 16, no. 1, pp. 9–23, Jul. 2021, doi:

10.29408/edc.v16i1.2770.

[1] Y. Shiroishi, K. Uchiyama, and N. Suzuki, “Society 5.0: For Human Security and Well- Being,” Computer (Long Beach Calif), vol. 51, no. 7, pp. 91–95, Jul. 2018, doi:

10.1109/MC.2018.3011041.

[2] F. Ahmadi and H. Ibda, Konsep dan aplikasi literasi baru di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0. CV. Pilar Nusantara, 2019.

[3] G. Fahrezi and S. Susanti, “Pengembangan Bahan Ajar Flip Book Kontekstual Berbasis Android Pada Materi Akuntansi Persediaan,” Educatio, vol. 16, no. 1, pp. 58–70, Jul. 2021, doi: 10.29408/edc.v16i1.3550.

[4] Y. Falaq, “Education of Citizenship in Higher Education as A Fortress of Nation Characters in Facing Era Society 5.0,” Journal of Educational Sciences, vol. 4, no. 4, p. 802, Oct.

2020, doi: 10.31258/jes.4.4.p.802-812.

[5] H. M. Cooper, “Literature-Searching Strategies of Integrative Research Reviewers,”

Knowledge, vol. 8, no. 2, pp. 372–383, Dec. 1986, doi: 10.1177/107554708600800217.

[6] X. Xu, Y. Lu, B. Vogel-Heuser, and L. Wang, “Industry 4.0 and Industry 5.0—Inception, conception and perception,” J Manuf Syst, vol. 61, pp. 530–535, Oct. 2021, doi:

10.1016/j.jmsy.2021.10.006.

[7] F. Teknowijoyo, “Relevansi Industri 4.0 dan Society 5.0 Terhadap Pendidikan Di Indonesia,” Educatio, vol. 16, no. 2, pp. 173–184, Jan. 2022, doi:

10.29408/edc.v16i2.4492.

[8] S. Nawarul Uyun, M. Ali, and B. Badarudin, “Pengaruh Model Active Learning dan

Kecerdasan Majemuk Logis-Matematis Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Abad 21,” Educatio, vol. 16, no. 1, pp. 9–23, Jul. 2021, doi:

10.29408/edc.v16i1.2770.

Referensi

Dokumen terkait

Model Awal Step dalam model awal adalah diawali dengan generator-set kedatangan-dilakukan mode FIFO-dilakukan pada setiap jumlah karyawan dan di combine dan akhiranya di exit.. Dari

Kesimpulan Setelah melakukan riset di SMK Taruna Bumi Metro pada bagian nilai raport siswa, maka Penulis bertujuan untuk membangun sebuah aplikasi pengolahan data nilai e-raport pada