• Tidak ada hasil yang ditemukan

pdf p classtruncatedtext module lineclamped 85ulhh style max lines5id rekonstruksi struktur geologi di binunga berau p compress

N/A
N/A
Yuzar Chairil Firmansyah

Academic year: 2025

Membagikan "pdf p classtruncatedtext module lineclamped 85ulhh style max lines5id rekonstruksi struktur geologi di binunga berau p compress"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

REKONSTRUKSI STRUKTUR GEOLOGI DI BINUNGAN BLOK 1-2 DAN PARAPATAN, KECAMATAN REKONSTRUKSI STRUKTUR GEOLOGI DI BINUNGAN BLOK 1-2 DAN PARAPATAN, KECAMATAN

TANJUNGREDEB, KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR TANJUNGREDEB, KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Alfeus Yunivan Kartika Oleh : Alfeus Yunivan Kartika

The research area is administratively located in Binungan Block 1-2 and Parapatan Block, Tanjungredeb The research area is administratively located in Binungan Block 1-2 and Parapatan Block, Tanjungredeb  District, Berau,

 District, Berau, East Kalimantan. East Kalimantan. Binungan 1Binungan 1 –  –  2 and Parapatan which owned by PT. Berau Coal, separated by Kelai 2 and Parapatan which owned by PT. Berau Coal, separated by Kelai  River. The purpose

 River. The purpose of this of this study was to study was to determine the gdetermine the geological structure in eological structure in both block both block based on based on the correlation of the correlation of thethe well drilling and surface data. The research used field observations to obtain data on surface geology also well well drilling and surface data. The research used field observations to obtain data on surface geology also well correlation using e-logging data, consist of gamma ray log, caliper log, short density log, and long density log. Surface correlation using e-logging data, consist of gamma ray log, caliper log, short density log, and long density log. Surface data analysis using stereonet to g

data analysis using stereonet to get the main stress affecting in et the main stress affecting in research area and evolving types of geological research area and evolving types of geological structures.structures.

Well correlation is a basic method in geological structure reconstruction, which conducted to determine subsurface Well correlation is a basic method in geological structure reconstruction, which conducted to determine subsurface condition. Lithology of research area, from old to young consisted of clayey sandstone and sandstone units, which condition. Lithology of research area, from old to young consisted of clayey sandstone and sandstone units, which included in Middle Miocene aged, Latih Formation and Holocene aged alluvium sediments. The result of data analysis included in Middle Miocene aged, Latih Formation and Holocene aged alluvium sediments. The result of data analysis indicated that the geological structures type that evolved in the research area is a plunging syncline with the axis indicated that the geological structures type that evolved in the research area is a plunging syncline with the axis trending north

trending north –  –  south and sinistral south and sinistral –  –  wrench fault trending west wrench fault trending west –  –  east. Syncline is folded  east. Syncline is folded sorrounding rocks on the bothsorrounding rocks on the both blocks and continuous from Binungan 1-2 to Parapatan. The sinistral

blocks and continuous from Binungan 1-2 to Parapatan. The sinistral –  –  wrench fault in Kelai River caused the shifting wrench fault in Kelai River caused the shifting  position

 position of of the the axis axis of of syncline. syncline. The The geological geological structure structure formed formed during during the the Pliocene Pliocene as as a a result result of of the the coupling coupling faultfault sliding motion in north and south area of research location. Mechanism of geological structure formation in research sliding motion in north and south area of research location. Mechanism of geological structure formation in research area begins with syncline formation with axis trending north

area begins with syncline formation with axis trending north –  –   south, the force continues causes the formation of the  south, the force continues causes the formation of the third order strike

third order strike –  –  slip fault from mangkalihat fault. This strike slip fault from mangkalihat fault. This strike –  –  slip fault causes the folds axis cutted and shifted, also slip fault causes the folds axis cutted and shifted, also caused the plunging syncline.

caused the plunging syncline.

 Keywords: ster

 Keywords: stereografis analysis, correografis analysis, correlation, geological structure reconstrucelation, geological structure reconstructiontion

I.

I.   PendahuluanPendahuluan

Binungan Blok 1-2 dan Parapatan adalah dua Binungan Blok 1-2 dan Parapatan adalah dua Blok potensial PT. Berau Coal yang memiliki Blok potensial PT. Berau Coal yang memiliki kandungan batubara di Kabupaten Berau, kandungan batubara di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kedua

Kalimantan Timur. Kedua sitesite   tersebuttersebut bersebelahan dimana

bersebelahan dimana SiteSite  Parapatan terletak  Parapatan terletak disebelah utara

disebelah utara SiteSite Binungan 1-2 yang dipisahkan Binungan 1-2 yang dipisahkan oleh Sungai Kelai. Penelitian ini dilakukan untuk oleh Sungai Kelai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan struktur geologi antara mengetahui hubungan struktur geologi antara Binungan dan Patapatan.

Binungan dan Patapatan.

Basuki, 2007 yang menyatakan bahwa Formasi Basuki, 2007 yang menyatakan bahwa Formasi Berau/Formasi Latih merupakan formasi pembawa Berau/Formasi Latih merupakan formasi pembawa batubara di Sub-Cekungan Berau selama Miosen batubara di Sub-Cekungan Berau selama Miosen Tengah, diendapkan melalui proses progradasi Tengah, diendapkan melalui proses progradasi delta, berupa

delta, berupa sliding gravitysliding gravity  membentuk struktur  membentuk struktur slumping

slumping, perlipatan, perlipatan (growth fold)(growth fold) berupa antiklin- berupa antiklin- sinklin, dan

sinklin, dan growth fault growth fault    (thrust fault, reverse(thrust fault, reverse  fault)

 fault). Sugeng, 2007 menyatakan bahwa struktur. Sugeng, 2007 menyatakan bahwa struktur geologi yang berkembang di daerah Binungan geologi yang berkembang di daerah Binungan blok 1-4 sampai Birang merupakan struktur akibat blok 1-4 sampai Birang merupakan struktur akibat dari pergerakan kopel dari dua sesar mendatar dari pergerakan kopel dari dua sesar mendatar yang mempunyai arah pergerakan berlawanan yang mempunyai arah pergerakan berlawanan sehingga menimbulkan struktur

sehingga menimbulkan struktur en echelon fold.en echelon fold.

Perlipatan berupa antiklin menunjam di dapatkan Perlipatan berupa antiklin menunjam di dapatkan di sebelah barat sumbu sinklin, penunjaman di sebelah barat sumbu sinklin, penunjaman terletak di Blok 3 dan di barat Birang, lipatan terletak di Blok 3 dan di barat Birang, lipatan sinklin menunjam di daerah Birang.

sinklin menunjam di daerah Birang.

II.

II.   Maksud dan Tujuan PenelitianMaksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur geologi yang berkembang di mengetahui struktur geologi yang berkembang di Blok Binungan 1-2 dan Parapatan berdasarkan Blok Binungan 1-2 dan Parapatan berdasarkan korelasi

korelasi seamseam  batubara dan data permukaan.  batubara dan data permukaan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian, kondisi geologi daerah penelitian,

mengidentifikasi struktur geologi yang mengidentifikasi struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian, menentukan berkembang pada daerah penelitian, menentukan arah dan kedudukan struktur geologi yang arah dan kedudukan struktur geologi yang berkembang di daerah telitian, menentukan berkembang di daerah telitian, menentukan pengaruh dari adanya struktur geologi yang pengaruh dari adanya struktur geologi yang berkembang pada daerah telitian terhadap berkembang pada daerah telitian terhadap geometri batubara, merekonstruksi struktur geometri batubara, merekonstruksi struktur geologi yang berkembang pada daerah telitian geologi yang berkembang pada daerah telitian berdasarkan data permukaan dan korelasi titik bor.

berdasarkan data permukaan dan korelasi titik bor.

III.

III.   Geologi RegionalGeologi Regional a.

a.   Fisiografi RegionalFisiografi Regional  

Secara fisiografis daerah telitian termasuk Secara fisiografis daerah telitian termasuk dalam Sub-Cekungan Berau dari Cekungan dalam Sub-Cekungan Berau dari Cekungan Tarakan. Cekungan Tarakan berupa depresi Tarakan. Cekungan Tarakan berupa depresi berbentuk busur yang terbuka ke arah timur atau berbentuk busur yang terbuka ke arah timur atau ke arah Selat Makasar/Laut Sulawesi yang ke arah Selat Makasar/Laut Sulawesi yang merupakan cekungan paling utara di Kalimantan, merupakan cekungan paling utara di Kalimantan, yang memanjang dari utara dibatasi oleh zona yang memanjang dari utara dibatasi oleh zona subduksi di Semenanjung Samporna, dan dibagian subduksi di Semenanjung Samporna, dan dibagian barat dibatasi oleh lapisan sedimen Pra Tersier barat dibatasi oleh lapisan sedimen Pra Tersier Tinggian Sekatak sedangkan dibagian selatan Tinggian Sekatak sedangkan dibagian selatan dibatasi Pegunungan Schwnnerbrood dan tinggian dibatasi Pegunungan Schwnnerbrood dan tinggian Mangkalihat. Sub Cekungan Berau terletak Mangkalihat. Sub Cekungan Berau terletak dibagian paling selatan Cekungan Tarakan yang dibagian paling selatan Cekungan Tarakan yang berkembang dari Eosen sampai Miosen.

berkembang dari Eosen sampai Miosen.

(2)

   Gambar 1.

Gambar 1. Elemen tektonik Kalimantan (Kusuma dan Elemen tektonik Kalimantan (Kusuma dan Darin, 1989)

Darin, 1989)

b.

b.   Stratigrafi RegionalStratigrafi Regional  

Cekungan Berau terdiri dari batuan sedimen, Cekungan Berau terdiri dari batuan sedimen, batuan gunung api dan batuan beku dengan batuan gunung api dan batuan beku dengan kisaran umur dari Tersier sampai Kuarter. Anak kisaran umur dari Tersier sampai Kuarter. Anak Cekungan Berau dari tua ke muda terdiri dari Cekungan Berau dari tua ke muda terdiri dari Formasi Sembakung, Formasi Seilor, Formasi Formasi Sembakung, Formasi Seilor, Formasi Tabalar, Formasi Birang, Formasi Latih, Formasi Tabalar, Formasi Birang, Formasi Latih, Formasi Labanan (Domaring), Formasi Sinjin (Sajau) dan Labanan (Domaring), Formasi Sinjin (Sajau) dan endapan alluvial (menurut Situmorang R. L dan endapan alluvial (menurut Situmorang R. L dan Burhan, 1995). Secara regional daerah penelitian Burhan, 1995). Secara regional daerah penelitian termasuk dalam Formasi Latih, tersusun dari termasuk dalam Formasi Latih, tersusun dari perselang-selingan antara batupasir kuarsa, perselang-selingan antara batupasir kuarsa, batulempung, batulanau dan batubara dibagian batulempung, batulanau dan batubara dibagian atas, dan bersisipan dengan serpih pasiran dan atas, dan bersisipan dengan serpih pasiran dan batugamping dibagian bawah. Umur Formasi batugamping dibagian bawah. Umur Formasi Latih adalah Miosen Awal - Miosen Tengah, dan Latih adalah Miosen Awal - Miosen Tengah, dan diendapkan pada lingkungan delta, estuarin dan diendapkan pada lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal. Formasi ini menjemari dengan laut dangkal. Formasi ini menjemari dengan bagian

bagian atas atas Formasi Formasi Birang. Birang. Nama Nama lain lain daridari formasi ini adalah Formasi Batubara Berau.

formasi ini adalah Formasi Batubara Berau.

c.

c.   Struktur Geologi RegionalStruktur Geologi Regional  

Sub-Cekungan Berau telah mengalami empat Sub-Cekungan Berau telah mengalami empat kali tektonik. Tektonik awal terjadi pada Akhir kali tektonik. Tektonik awal terjadi pada Akhir Kapur atau lebih tua. Gejala ini mengakibatkan Kapur atau lebih tua. Gejala ini mengakibatkan perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional perlipatan, pensesaran dan pemalihan regional derajad rendah pada Formasi Bangara. Pada Awal derajad rendah pada Formasi Bangara. Pada Awal Eosen terbentuk Formasi Sembakung dalam Eosen terbentuk Formasi Sembakung dalam lingkungan laut dangkal, diikuti pengendapan lingkungan laut dangkal, diikuti pengendapan Formasi Tabalar di bagian tenggara, pada kala Formasi Tabalar di bagian tenggara, pada kala Eosen

Eosen  –  –   Oligosen dan diikuti tektonik kedua.  Oligosen dan diikuti tektonik kedua.

Sesudah kegiatan tektonik kedua tersebut terjadi Sesudah kegiatan tektonik kedua tersebut terjadi pengendapan Formasi Birang di bagian timur, pengendapan Formasi Birang di bagian timur, tengah dan selatan maupun di bagian barat pada tengah dan selatan maupun di bagian barat pada kala Oligosen

kala Oligosen  –  –   Miosen. Setempat diikuti  Miosen. Setempat diikuti terobosan andesit yang mengalami alterasi dan terobosan andesit yang mengalami alterasi dan mineralisasi. Disamping itu juga terjadi kegiatan mineralisasi. Disamping itu juga terjadi kegiatan gunungapi sehingga terbentuk Satuan Gunungapi gunungapi sehingga terbentuk Satuan Gunungapi Jelai di bagian barat. Pengendapan For

Jelai di bagian barat. Pengendapan Formasi Birangmasi Birang diikuti pengendapan Formasi Latih di bagian diikuti pengendapan Formasi Latih di bagian selatan yaitu di daerah Teluk Bayur dan selatan yaitu di daerah Teluk Bayur dan sekitarnya. Pengendapan itu berlangsung pada sekitarnya. Pengendapan itu berlangsung pada akhir Miosen Awal hingga Miosen Tengah diikuti akhir Miosen Awal hingga Miosen Tengah diikuti

kegiatan tektonik ketiga. Setelah kegiatan tektonik kegiatan tektonik ketiga. Setelah kegiatan tektonik tersebut pada akhir Miosen Akhir hingga Pliosen tersebut pada akhir Miosen Akhir hingga Pliosen terendapkan Formasi Labanan di baratdaya dan terendapkan Formasi Labanan di baratdaya dan Formasi Domaring di bagian timur, sedangkan di Formasi Domaring di bagian timur, sedangkan di bagian utara terjadi Pengendapan Formasi Tabul, bagian utara terjadi Pengendapan Formasi Tabul, pada akhir Miosen Akhir diikuti kegiatan pada akhir Miosen Akhir diikuti kegiatan gunungapi sehingga terbentuk Formasi Sinjin di gunungapi sehingga terbentuk Formasi Sinjin di daerah baratdaya dan utara pada kala Pliosen dan daerah baratdaya dan utara pada kala Pliosen dan selanjutnya diikuti pengendapan Formasi Sajau selanjutnya diikuti pengendapan Formasi Sajau pada Plio

pada Plio  –  –   Plistosen. Pada Kala Pliosen atau  Plistosen. Pada Kala Pliosen atau sesudah pengendapan Formasi Sajau dan Formasi sesudah pengendapan Formasi Sajau dan Formasi yang lebih tua dibawahnya terlipat, tersesarkan yang lebih tua dibawahnya terlipat, tersesarkan dan menghasilkan bentuk morfologi atau fisiografi dan menghasilkan bentuk morfologi atau fisiografi yang terlihat sekarang ini.

yang terlihat sekarang ini.

IV.

IV.   Metodologi PenelitianMetodologi Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini Metode yang dilakukan dalam penelitian ini berupa observasi lapangan untuk mendapatkan berupa observasi lapangan untuk mendapatkan data permukaan berupa data kedudukan batuan, data permukaan berupa data kedudukan batuan, struktur geologi, deskripsi batuan, kondisi struktur geologi, deskripsi batuan, kondisi geomorfologi. Analsisis stereografis untuk geomorfologi. Analsisis stereografis untuk mengetahui jenis struktur serta tegasan yang mengetahui jenis struktur serta tegasan yang bekerja pada saat struktur geologi terbentuk.

bekerja pada saat struktur geologi terbentuk.

Korelasi titik bor dengan data berupa

Korelasi titik bor dengan data berupa e-loge-log untuk untuk mengetahui kondisi bawah permukaan daerah mengetahui kondisi bawah permukaan daerah penelitian serta memodelkan struktur geologinya.

penelitian serta memodelkan struktur geologinya.

V.

V.   Tahapan PenelitianTahapan Penelitian 1.

1. Tahap Tahap pendahuluanpendahuluan

Pada tahap ini dilakukan persiapan Pada tahap ini dilakukan persiapan penelitian diantaranya penentuan daerah penelitian diantaranya penentuan daerah penelitian, persiapan peralatan yang diperlukan penelitian, persiapan peralatan yang diperlukan selama penelitian, Studi literatur mengenai selama penelitian, Studi literatur mengenai daerah penelitian, analisis peta topografi serta daerah penelitian, analisis peta topografi serta penentuan jalur pemetaan.

penentuan jalur pemetaan.

2.

2. Tahap Tahap Pengambilan Pengambilan Data Data LapanganLapangan

Tahap pengambilan data lapangan Tahap pengambilan data lapangan dilakukan dengan observasi lapangan dilakukan dengan observasi lapangan menggunakan peta 1:10000. Data bawah menggunakan peta 1:10000. Data bawah permukaan disediakan oleh PT. Berau Coal, permukaan disediakan oleh PT. Berau Coal, data bawah permukaan tersebut berupa data data bawah permukaan tersebut berupa data e-e- log

log  dari sumur bor dalam yang tersebar di  dari sumur bor dalam yang tersebar di daerah penelitian. Data lapangan yang diambil daerah penelitian. Data lapangan yang diambil meliputi : (a) Observasi singkapan untuk meliputi : (a) Observasi singkapan untuk mendapatkan data litologi, kedudukan batuan, mendapatkan data litologi, kedudukan batuan, data cleat pada batubara, kekar dan sesar. (b) data cleat pada batubara, kekar dan sesar. (b) Observasi geomorfologi. (c) Pembuatan peta Observasi geomorfologi. (c) Pembuatan peta lintasan dan hasil dari observasi lapangan di lintasan dan hasil dari observasi lapangan di dokumentasikan dalam buku catatan lapangan.

dokumentasikan dalam buku catatan lapangan.

3.

3. Tahap Tahap Analisis Analisis dan dan Pengolahan Pengolahan DataData Tahap ini meliputi :

Tahap ini meliputi : a.

a.   Analisis geomorfologiAnalisis geomorfologi

Dilakukan untuk mengetahui kondisi Dilakukan untuk mengetahui kondisi morfologi daerah penelitian serta proses morfologi daerah penelitian serta proses apa yang berpengaruh berdasarkan apa yang berpengaruh berdasarkan pengamatan dilapangan dan peta topografi.

pengamatan dilapangan dan peta topografi.

b.

b.   Analisis sedimentasi dan stratigrafiAnalisis sedimentasi dan stratigrafi

Dilakukan untuk mengetahui urutan Dilakukan untuk mengetahui urutan pengendapan batuan serta lingkungan pengendapan batuan serta lingkungan pengendapan batuan.

pengendapan batuan.

(3)

c.

c.   Analisis struktur geologiAnalisis struktur geologi

Dilakukan untuk mengetahui jenis struktur Dilakukan untuk mengetahui jenis struktur geologi yang terdapat diarea penelitian geologi yang terdapat diarea penelitian serta tahapan deformasi menggunakan serta tahapan deformasi menggunakan  jejaring

 jejaring stereografi stereografi dengan dengan bantuanbantuan  software

 software ‘Dips ‘Dips 3.0’ 3.0’   yang dijalankan padayang dijalankan pada computer bersistem operasi

computer bersistem operasi Windows 7.Windows 7.  

d.

d.   Analisis dataAnalisis datae-loge-log  

Dilakukan untuk mengetahui kondisi Dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan daerah telitian. Data bawah permukaan daerah telitian. Data yang digunakan berupa

yang digunakan berupa log gamma ray, loglog gamma ray, log densitas,

densitas,dandan log caliper. log caliper.  

e.

e.   Rekonstruksi struktur geologiRekonstruksi struktur geologi

Pada tahap ini penulis melakukan Pada tahap ini penulis melakukan rekonstruksi struktur geologi berdasarkan rekonstruksi struktur geologi berdasarkan data hasil observasi lapangan dan data data hasil observasi lapangan dan data e-e- log.

log.  

4.

4. Tahap Tahap Penyusunan Penyusunan LaporanLaporan

Tahap ini merupakan tahap akhir dari Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian, laporan hasil penelitian berupa draft penelitian, laporan hasil penelitian berupa draft penelitian untuk PT. Berau Coal dan skripsi penelitian untuk PT. Berau Coal dan skripsi untuk kampus Teknik Geologi Universitas untuk kampus Teknik Geologi Universitas Diponegoro. Format disesuaikan dengan Diponegoro. Format disesuaikan dengan institusi terkait. Penyusunan laporan dengan institusi terkait. Penyusunan laporan dengan menggunakan

menggunakan software Microsoft Office Wordsoftware Microsoft Office Word 2007

2007 dandan  Microsoft Office Excel 2007.  Microsoft Office Excel 2007.

Pembuatan peta dengan menggunakan Pembuatan peta dengan menggunakan software Corel Draw X4, Global Mapper 10 software Corel Draw X4, Global Mapper 10 dan ArcView Gis 3.2.

dan ArcView Gis 3.2. Analisa struktur geologiAnalisa struktur geologi diolah menggunakan

diolah menggunakansoftware Dips 3.0.software Dips 3.0.  

VI.

VI.   Diagram AlirDiagram Alir

Gambar 2.

Gambar 2. Diagram alir penelitian Diagram alir penelitian VII.

VII.  Hasil dan PembahasanHasil dan Pembahasan

Kondisi geologi daerah penelitian didapat melalui Kondisi geologi daerah penelitian didapat melalui observasi lapangan dana analisa data sekunder.

observasi lapangan dana analisa data sekunder.

Kondisi geologi tersebut ditinjau dari aspek Kondisi geologi tersebut ditinjau dari aspek geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi.

geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi.

1.

1.   GeomorfologiGeomorfologi

Kondisi Geomorfologi daerah penelitian Kondisi Geomorfologi daerah penelitian ditinjau dari tiga aspek yakni pola kelurusan, pola ditinjau dari tiga aspek yakni pola kelurusan, pola pengaliran dan satuan geomorfologi.

pengaliran dan satuan geomorfologi.

Pola Kelurusan Pola Kelurusan

Pola kelurusan di blok Binungan 1-2 umumnya Pola kelurusan di blok Binungan 1-2 umumnya berarah NE-SW dan NW-SE dengan data berarah NE-SW dan NW-SE dengan data kelurusan sejumlah 23 garis. Pola kelurusan ini kelurusan sejumlah 23 garis. Pola kelurusan ini didominasi oleh punggungan bukit. Pola kelurusan didominasi oleh punggungan bukit. Pola kelurusan berarah NE-SW lebih dominan dibandingkan yang berarah NE-SW lebih dominan dibandingkan yang berarah NW-SE. Pola kelurusan NE-SW terlihat berarah NW-SE. Pola kelurusan NE-SW terlihat dari kenampakan peta topografi sebagai lembah dari kenampakan peta topografi sebagai lembah maupun punggungan bukit memanjang, pola maupun punggungan bukit memanjang, pola kelurusan ini diintepretasikan sebagai sayap timur kelurusan ini diintepretasikan sebagai sayap timur lipatan binungan. Pola kelurusan berarah NW-SE lipatan binungan. Pola kelurusan berarah NW-SE dikontrol oleh pola punggungan maupun lembah dikontrol oleh pola punggungan maupun lembah dengan jarak pendek di sepanjang sisi barat peta dengan jarak pendek di sepanjang sisi barat peta dan diintepretasikan sebagai sayap barat lipatan dan diintepretasikan sebagai sayap barat lipatan Binungan.

Binungan.

Pola kelurusan di blok Parapatan secara umum Pola kelurusan di blok Parapatan secara umum berarah NE-SW dan NW-SE dengan jumlah data berarah NE-SW dan NW-SE dengan jumlah data kelurusan sebanyak 28 garis. Arah tersebut tidak kelurusan sebanyak 28 garis. Arah tersebut tidak terlalu berbeda dengan pola kelurusan yang terlalu berbeda dengan pola kelurusan yang terdapat di blok Binungan 1-2. Pola kelurusan di terdapat di blok Binungan 1-2. Pola kelurusan di blok Parapatan diindikasikan sebagai lipatan dan blok Parapatan diindikasikan sebagai lipatan dan sesar. Berdasarkan kenampakan peta topografi sesar. Berdasarkan kenampakan peta topografi struktur mayor yang mengontrol pola kelurusan struktur mayor yang mengontrol pola kelurusan tersebut adalah lipatan Parapatan dan diduga tersebut adalah lipatan Parapatan dan diduga merupakan kemenerusan dari lipatan Binungan merupakan kemenerusan dari lipatan Binungan yang dipotong oleh sesar. Sesar tersebut yang dipotong oleh sesar. Sesar tersebut diindikasikan dari kenampakan gawir berarah NE- diindikasikan dari kenampakan gawir berarah NE- SW yang terletak disebelah utara Sungai Kelai SW yang terletak disebelah utara Sungai Kelai serta kelurusan Sungai Kelai.

serta kelurusan Sungai Kelai.

Gambar 3.

Gambar 3. Pola kelurusan (a) blok Binungan Pola kelurusan (a) blok Binungan 1-2 dan (b) Parapatan

1-2 dan (b) Parapatan Pola Pengaliran

Pola Pengaliran

Pola pengaliran pada daerah penelitian Pola pengaliran pada daerah penelitian dibedakan menjadi dua yakni pola pengaliran jenis dibedakan menjadi dua yakni pola pengaliran jenis dendritik dan pola pengaliran jenis trellis. Pola dendritik dan pola pengaliran jenis trellis. Pola pengaliran dendritik tersebar di sisi selatan area pengaliran dendritik tersebar di sisi selatan area penelitian sedangkan pola pengaliran trellis penelitian sedangkan pola pengaliran trellis tersebar di daerah tengah area penelitian dan sisi tersebar di daerah tengah area penelitian dan sisi utara. Pola pengaliran trellis yang terbentuk utara. Pola pengaliran trellis yang terbentuk diduga karena pengaruh struktur geologi berupa diduga karena pengaruh struktur geologi berupa lipatan dimana alur-alur liar mengalir kearah lipatan dimana alur-alur liar mengalir kearah lembah dari lipatan yang ada.

lembah dari lipatan yang ada.

Satuan Geomorfologi Satuan Geomorfologi

Penamaan satuan geomorfologi daerah Penamaan satuan geomorfologi daerah penelitian didasarkan pada proses endogen dan penelitian didasarkan pada proses endogen dan eksogen yang terjadi serta persentase kelerengan eksogen yang terjadi serta persentase kelerengan bentuklahan. Satuan geomorfologi ini dibedakan bentuklahan. Satuan geomorfologi ini dibedakan menjadi (a) Subsatuan perbukitan terjal struktural menjadi (a) Subsatuan perbukitan terjal struktural terdenudasi (S5), menempati 40% dari luas area terdenudasi (S5), menempati 40% dari luas area penelitian. Didominasi oleh perbukitan penelitian. Didominasi oleh perbukitan

(4)

memanjang yang menjadi sayap dari sinklin memanjang yang menjadi sayap dari sinklin dengan persentase kelerengan 30

dengan persentase kelerengan 3000-45-4500. . (b)(b) Subsatuan perbukitan bergelombang struktural Subsatuan perbukitan bergelombang struktural terdenudasi (S5), menempati 20% dari terdenudasi (S5), menempati 20% dari keseluruhan area penelitian. Didominasi oleh keseluruhan area penelitian. Didominasi oleh bukit-bukit bergelombang dengan kelerengan 10 bukit-bukit bergelombang dengan kelerengan 1000-- 25

2500, terdapat pula lembah yang mengindikasikan, terdapat pula lembah yang mengindikasikan sumbu sinklin. (c) Subsatuan dataran fluvial tubuh sumbu sinklin. (c) Subsatuan dataran fluvial tubuh sungai, Satuan ini menempati sekitar 5% dari sungai, Satuan ini menempati sekitar 5% dari keseluruhan area penelitian dengan persentase keseluruhan area penelitian dengan persentase kelerengan 1

kelerengan 100-5-500. Terdiri dari sungai dan anak. Terdiri dari sungai dan anak sungai berstadia dewasa-tua yang dicirikan dengan sungai berstadia dewasa-tua yang dicirikan dengan sungai berbentuk ‘U’.

sungai berbentuk ‘U’. (d) Subsatuan dataran(d) Subsatuan dataran fluvial rawa, menempati 35% dari keseluruhan fluvial rawa, menempati 35% dari keseluruhan area penelitian dengan persentase kelerengan 0 area penelitian dengan persentase kelerengan 000-5-500 didominasi oleh rawa basah maupun kering yang didominasi oleh rawa basah maupun kering yang ditumbuhi tanaman perdu ataupun rumput- ditumbuhi tanaman perdu ataupun rumput- rumputan

rumputan 2.

2.   StratigrafiStratigrafi

Stratigrafi daerah penelitian terdiri berdasarkan Stratigrafi daerah penelitian terdiri berdasarkan pengamatan lapangan dan identifikasi data

pengamatan lapangan dan identifikasi data e-loge-log   dari tua ke muda yakni satuan batupasir dari tua ke muda yakni satuan batupasir lempungan, satuan batupasir dan endapan lempungan, satuan batupasir dan endapan aluvium.

aluvium.

(a) Satuan batupasir lempungan terdiri dari (a) Satuan batupasir lempungan terdiri dari batupasir dengan ukuran butir pasir sedang-halus batupasir dengan ukuran butir pasir sedang-halus dan material lempungan sebagai semen dan dan material lempungan sebagai semen dan bersisipan dengan batulempung, batubara banyak bersisipan dengan batulempung, batubara banyak terdapat pada satuan ini. Batubara pada satuan ini terdapat pada satuan ini. Batubara pada satuan ini terendapkan pada sublingkungan

terendapkan pada sublingkungan overbankoverbank deposit 

deposit , merupakan endapan limpah banjir yang, merupakan endapan limpah banjir yang terbentuk di rawa-rawa. Endapan ini dicirikan oleh terbentuk di rawa-rawa. Endapan ini dicirikan oleh litologi berupa

litologi berupa coally shalecoally shale maupunmaupun  shally coal  shally coal yang umumnya mejadi

yang umumnya mejadi roofroof dandan  floor  floor daridari batubara

batubara.. Satuan batupasir lempungan diendapkan Satuan batupasir lempungan diendapkan pada lingkungan

pada lingkungan delta plaindelta plain  dengan dominasi  dengan dominasi material dari darat berupa material fraksi halus material dari darat berupa material fraksi halus yang mengindikasikan sublingkungan

yang mengindikasikan sublingkungan crevasescrevases splay.

splay.

Gambar 4.

Gambar 4. Satuan batupasir lempungandengan (a) Satuan batupasir lempungandengan (a) interlayer 

interlayer  dengan batubara (b) berukuran pasir dengan batubara (b) berukuran pasir halus

halus

(b) Satuan batupasir berada di atas satuan (b) Satuan batupasir berada di atas satuan batupasir lempungan dengan kontak selaras.

batupasir lempungan dengan kontak selaras.

Satuan batupasir terdiri dari batupasir, batupasir Satuan batupasir terdiri dari batupasir, batupasir konglomeratan, batupasir kuarsa serta batubara.

konglomeratan, batupasir kuarsa serta batubara.

Batubara yang terdapat pada satuan ini hasil dari Batubara yang terdapat pada satuan ini hasil dari endapan

endapan crevasses splaycrevasses splay dicirikan oleh kehadirandicirikan oleh kehadiran pita batubara dalam batupasir halus yang menjadi pita batubara dalam batupasir halus yang menjadi roof 

roof  maupun maupun floor floordari batubara. Satuan batupasirdari batubara. Satuan batupasir terbentuk pada lingkungan pengendapan delta terbentuk pada lingkungan pengendapan delta

fasies

fasies delta front,delta front, dimana daerah ini merupakandimana daerah ini merupakan peralihan dari lingkungan pengendapan darat dan peralihan dari lingkungan pengendapan darat dan lingkungan pengendapan laut dengan dominasi lingkungan pengendapan laut dengan dominasi prose

prosess   fluviatil fluviatil. Kedua satuan ini merupakan. Kedua satuan ini merupakan bagian dari Formasi Latih yang diendapkan pada bagian dari Formasi Latih yang diendapkan pada  jaman Miosen Awal-Tengah

 jaman Miosen Awal-Tengah..

Gambar 5.

Gambar 5. Satuan batupasir yang menunjukkan Satuan batupasir yang menunjukkan litologi berupa

litologi berupa (a) batupasir (a) batupasir konglomeratan konglomeratan (b)(b) batupasir kuarsa

batupasir kuarsa

(c) Endapan alluvium terdiri dari material rawa (c) Endapan alluvium terdiri dari material rawa dan material lepasan yang tertransport oleh media dan material lepasan yang tertransport oleh media air, berumur resen. Diendapkan di sepanjang aliran air, berumur resen. Diendapkan di sepanjang aliran sungai dan rawa.

sungai dan rawa.

3.

3.   Struktur GeologiStruktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang di daerah Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian berupa sinklin, sesar geser, kekar penelitian berupa sinklin, sesar geser, kekar dan

dancleat cleat ..

a.

a.   Sinklin BinunganSinklin Binungan

Sinklin binungan terdapat di

Sinklin binungan terdapat di SiteSite   Binungan dengan sumbu lipatan berarah N-S, Binungan dengan sumbu lipatan berarah N-S, sayap timur berarah NW-SE dan sayap barat sayap timur berarah NW-SE dan sayap barat berarah NE-SW. Sinklin ini memiliki bentuk berarah NE-SW. Sinklin ini memiliki bentuk terbuka dan menunjam ke arah utara. Hasil terbuka dan menunjam ke arah utara. Hasil pengukuran kedudukan lapisan batuan pengukuran kedudukan lapisan batuan menunjukkan bahwa lipatan tersebut simetris menunjukkan bahwa lipatan tersebut simetris dengan dip landai di kedua sayapnya. Sinklin dengan dip landai di kedua sayapnya. Sinklin binungan mempengaruhi morfologi daerah binungan mempengaruhi morfologi daerah tersebut. Punggungan bukit memanjang yang tersebut. Punggungan bukit memanjang yang terdapat di Binungan merupakan bagian sayap terdapat di Binungan merupakan bagian sayap dari sinklin dimana punggungan bukit ini dari sinklin dimana punggungan bukit ini searah dengan

searah dengan strikestrike  batuan. Arah kelerengan  batuan. Arah kelerengan bukit umumnya searah dengan arah kemiringan bukit umumnya searah dengan arah kemiringan batuan. Bentuk sinklin dapat teramati pula batuan. Bentuk sinklin dapat teramati pula dalam peta topografi daerah penelitian yang dalam peta topografi daerah penelitian yang dicirikan dengan pola-pola kontur dengan garis dicirikan dengan pola-pola kontur dengan garis rapat memanjang membentuk punggungan rapat memanjang membentuk punggungan bukit

bukit dan dan melandai melandai ke ke arah arah tengah tengah yangyang menjadi sumbu lipatan.

menjadi sumbu lipatan.

Berdasarkan hasil korelasi titik bor, Berdasarkan hasil korelasi titik bor, sinklin binungan dapat teramati dari korelasi sinklin binungan dapat teramati dari korelasi K-

K-K’ dengan arah sayatan N095K’ dengan arah sayatan N09500E atau berarahE atau berarah barat-timur. Korelasi tersebut memperlihatkan barat-timur. Korelasi tersebut memperlihatkan bentuk cekungan (sinklin) dimana dari barat ke bentuk cekungan (sinklin) dimana dari barat ke timur posisi seam semakin melandai. Pada sisi timur posisi seam semakin melandai. Pada sisi timur dip dari sinklin tersebut lebih curam timur dip dari sinklin tersebut lebih curam dibandingkan dengan dip di sisi barat sayatan dibandingkan dengan dip di sisi barat sayatan dan pada titik bor DD-12-017

dan pada titik bor DD-12-017 seamseam  terletak  terletak pada elevasi paling rendah kemudian di titik pada elevasi paling rendah kemudian di titik bor sebelah baratnya (DD-12-026) posisi bor sebelah baratnya (DD-12-026) posisi seamseam   relatif sejajar.

relatif sejajar.

(5)

Gambar 6.

Gambar 6.Hasil KorelasHasil Korelasi K-i K-K’ di blokK’ di blok Binungan 1-2

Binungan 1-2  

Pada site Binungan 1-2 ini banyak Pada site Binungan 1-2 ini banyak ditemukan rekahan yang berarah tegak lurus ditemukan rekahan yang berarah tegak lurus dengan arah jurus batuan. Rekahan ini dengan arah jurus batuan. Rekahan ini umumnya paralel, bukaan lebar, rekahan tak umumnya paralel, bukaan lebar, rekahan tak teratur. Rekahan ini merupakan

teratur. Rekahan ini merupakan  fracture fracture   cleavage

cleavage yang terbentuk akibat terlipatnyayang terbentuk akibat terlipatnya batuan. Rekahan ini banyak ditemukan pada batuan. Rekahan ini banyak ditemukan pada batupasir yang memiliki sifat kompeten.

batupasir yang memiliki sifat kompeten.

Perkembangan dari

Perkembangan dari fracture  fracture cleavagecleavage  ini juga  ini juga dapat diamati pada singkapan batubara dimana dapat diamati pada singkapan batubara dimana batubara di area penelitian terdapat rekahan batubara di area penelitian terdapat rekahan (cleat)

(cleat) dengan bukaan lebar dengan arah tegak dengan bukaan lebar dengan arah tegak lurus bidang perlapisan.

lurus bidang perlapisan.

Hasil analisa lipatan pada

Hasil analisa lipatan pada sitesite  Binungan  Binungan 1-2

1-2 menunjukkan menunjukkan bahwa bahwa kedudukan kedudukan sayapsayap timur lipatan N220

timur lipatan N22000E/17E/1700 dan sayap baratdan sayap barat lipatan N334

lipatan N33400E/17E/1700, dengan, dengan hinge hinge lineline 11

1100,N7,N700EE ,  , hinge hinge surfacesurface N10N1000E/86E/8600 , , δ1δ1 ::

5

500,N278,N27800E,E, δ2δ2 : : 111100,N006,N00600EE , , δδ33: : 777700,N168,N16800E,E, dari hasil analisa tersebut didapatkan jenis dari hasil analisa tersebut didapatkan jenis lipatan binungan yakni

lipatan binungan yakni upright inclined gentlyupright inclined gently  plunging fold

 plunging fold(fluety,1964).(fluety,1964).  

Gambar 7.

Gambar 7. Hasil analisa sinklin Blok Hasil analisa sinklin Blok Binungan 1-2

Binungan 1-2 b.

b.   Sinklin ParapatanSinklin Parapatan

Sinklin ini dijumpai di blok parapatan Sinklin ini dijumpai di blok parapatan ditunjukkan dengan adanya lapisan miring ditunjukkan dengan adanya lapisan miring kearah NE dan NW, kedua lapisan miring kearah NE dan NW, kedua lapisan miring tersebut saling berhadapan. Analisa lipatan tersebut saling berhadapan. Analisa lipatan dengan menggunakan analisa stereografis dari dengan menggunakan analisa stereografis dari kedudukan lapisan batuan. Bentukan sinklin kedudukan lapisan batuan. Bentukan sinklin parapatan tidak jauh berbeda dengan sinklin parapatan tidak jauh berbeda dengan sinklin binungan 1-2 dimana sinklin ini menutup binungan 1-2 dimana sinklin ini menutup diselatan dan menunjam keutara serta bukaan diselatan dan menunjam keutara serta bukaan

sinklin keutara. Kemiringan sayap sinklin sinklin keutara. Kemiringan sayap sinklin parapatan semakin melandai kearah sumbu parapatan semakin melandai kearah sumbu dicirikan dengan kedudukan lapisan batuan dicirikan dengan kedudukan lapisan batuan pada zona sumbu relatif lebih landai pada zona sumbu relatif lebih landai dibandingkan dengan kedudukan lapisan dibandingkan dengan kedudukan lapisan batuan pada sisi sayap baik sayap barat batuan pada sisi sayap baik sayap barat maupun sayap timur lipatan.

maupun sayap timur lipatan.

Bentuk sinklin dapat lebih terlihat dari Bentuk sinklin dapat lebih terlihat dari hasil korelasi titik bor sayatan A-

hasil korelasi titik bor sayatan A-A’ dimanaA’ dimana dari hasil korelasi tersebut menunjukkan dari hasil korelasi tersebut menunjukkan adanya bentuk cekungan dengan titik terendah adanya bentuk cekungan dengan titik terendah ada di anatra titik P-07-010 dan P-07-065. Dari ada di anatra titik P-07-010 dan P-07-065. Dari sisi timur kearah barat

sisi timur kearah barat seamseam  semakin turun  semakin turun kemudian pada titik P-07-065 hingga titik P- kemudian pada titik P-07-065 hingga titik P- 07-010

07-010 seamseam  tersebut berangsur naik dan  tersebut berangsur naik dan semakin na

semakin naik pada ik pada sisi barat. sisi barat. Sehingga sumbuSehingga sumbu lipatan berada di sekitar titik bor tersebut.

lipatan berada di sekitar titik bor tersebut.

Bentuk sinklin dapat lebih terlihat dari hasil Bentuk sinklin dapat lebih terlihat dari hasil korelasi titik bor sayatan A-

korelasi titik bor sayatan A-A’ dimana dariA’ dimana dari hasil korelasi tersebut menunjukkan adanya hasil korelasi tersebut menunjukkan adanya bentuk cekungan dengan titik terendah ada di bentuk cekungan dengan titik terendah ada di anatra titik P-07-010 dan P-07-065. Dari sisi anatra titik P-07-010 dan P-07-065. Dari sisi timur kearah barat

timur kearah barat seamseam  semakin turun  semakin turun kemudian pada titik P-07-065 hingga titik P- kemudian pada titik P-07-065 hingga titik P- 07-010

07-010 seamseam  tersebut berangsur naik dan  tersebut berangsur naik dan semakin naik pada sisi barat

semakin naik pada sisi barat

Gambar 8.

Gambar 8. Hasil KoreHasil Korelasi A-lasi A-A’ di blokA’ di blok Parapatan

Parapatan

Berdasarkan analisa stereografis Berdasarkan analisa stereografis didapatkan arah umum sayap timur lipatan didapatkan arah umum sayap timur lipatan N232

N23200E/18E/1800 dan dan sayap sayap barat barat lipatanlipatan N331

N33100E/17E/1700, dengan, dengan hinge linehinge line 131300,N9,N900EE , , hinge surface

hinge surface N10N10

0 0

E/84 E/84

0 0

 ,

 , δ1δ1 : : 55

0 0

, N279 , N279

0 0

E, E, δ1δ1::

12

1200, N010, N01000EE , , δδ33: : 767600, N169, N16900E. Dari hasilE. Dari hasil analisa tersebut didapatkan nama lipatan yakni analisa tersebut didapatkan nama lipatan yakni upright

upright inclined inclined gently gently plunging plunging fold fold    (fluety,1964).

(fluety,1964).

G

Gambar 8.ambar 8. Hasil analisa sinklin blok Parapatan Hasil analisa sinklin blok Parapatan

(6)

   c.

c.   Sesar Geser Mengiri KelaiSesar Geser Mengiri Kelai

Sesar ini diperoleh dari hasil rekonstruksi Sesar ini diperoleh dari hasil rekonstruksi dengan menggunakan data bawah permukaan.

dengan menggunakan data bawah permukaan.

Di lapangan bukti keberadaan sesar geser dapat Di lapangan bukti keberadaan sesar geser dapat teramati dari adanya gawir berarah relatif teramati dari adanya gawir berarah relatif ENE-WSW di utara Sungai Kelai serta ENE-WSW di utara Sungai Kelai serta ketidakmenerusan sumbu sinklin yang ketidakmenerusan sumbu sinklin yang diindikasikan sebagai daerah lembah di Blok diindikasikan sebagai daerah lembah di Blok Binungan 1-2 dan Parpatan. Gawir tersebut Binungan 1-2 dan Parpatan. Gawir tersebut diduga terbentuk oleh sesar geser.

diduga terbentuk oleh sesar geser.

Rekonstruksi dilakukan dengan Rekonstruksi dilakukan dengan mengkorelasikan titik bor yang terdapat seam mengkorelasikan titik bor yang terdapat seam G antara Binungan 1-2 dan Parapatan yang G antara Binungan 1-2 dan Parapatan yang didapat dari hasil identifikasi

didapat dari hasil identifikasi e-loge-log. Titik bor. Titik bor tersebut adalah titik bor DD-12-018 (Binungan tersebut adalah titik bor DD-12-018 (Binungan 1-2) dan P-07-066 (Parapatan). Kedua titik bor 1-2) dan P-07-066 (Parapatan). Kedua titik bor tersebut terletak di sayap timur sinklin.

tersebut terletak di sayap timur sinklin.

Pergeseran/ 

Pergeseran/ slipslip sesar didapatkan dengansesar didapatkan dengan melakukan penarikan

melakukan penarikan seamseam  sesuai dengan  sesuai dengan besar dip ke arah

besar dip ke arahup dipup dip dari titik P-07-066 dari dari titik P-07-066 dari elevasi -96.60 m hingga elevasi -62,34 m. Dari elevasi -96.60 m hingga elevasi -62,34 m. Dari penarikan tersebut diketahui bahwa besar jarak penarikan tersebut diketahui bahwa besar jarak pergeseran posisi

pergeseran posisi seamseam   ((slipslip) dari titik yang) dari titik yang seharusnya adalah sejauh 291.2 m dari titik seharusnya adalah sejauh 291.2 m dari titik DD-12-088 ke arah

DD-12-088 ke arah down dipdown dip atau sejauh 218.6 atau sejauh 218.6 m dari titik P-07-066 ke arah

m dari titik P-07-066 ke arah up dipup dip..

Berdasarkan rekonstruksi tersebut diketahui Berdasarkan rekonstruksi tersebut diketahui bahwa pergeseran ke arah kiri sehingga sesar bahwa pergeseran ke arah kiri sehingga sesar yang memisahkan blok Binungan 1-2 dan yang memisahkan blok Binungan 1-2 dan Parapatan adalah sesar geser mengiri.

Parapatan adalah sesar geser mengiri.

d.

d.   KekarKekar

Kekar yang ditemukan di lapangan Kekar yang ditemukan di lapangan umumnya berupa kekar ekstensi dengan ciri umumnya berupa kekar ekstensi dengan ciri bukaan lebar, garis kekar melengkung bukaan lebar, garis kekar melengkung (berbelok-belok), bukaan lebar dan didalamnya (berbelok-belok), bukaan lebar dan didalamnya terisi oleh oksida besi ataupun kosongan.

terisi oleh oksida besi ataupun kosongan.

Perkembangan kekar ekstensi dapat diamati Perkembangan kekar ekstensi dapat diamati pada sayap timur sedangkan pada sayap barat pada sayap timur sedangkan pada sayap barat kekar-kekar tersebut sudah banyak mengalami kekar-kekar tersebut sudah banyak mengalami erosi sehingga sulit diamati perkembangannya.

erosi sehingga sulit diamati perkembangannya.

Kekar ini umumnya tegak lurus dengan arah Kekar ini umumnya tegak lurus dengan arah perlapisan batuan. Analisa kekar tarik perlapisan batuan. Analisa kekar tarik menunjukan bahwa tegasan utama pembentuk menunjukan bahwa tegasan utama pembentuk kekar berarah E-W, NE-SW dan NW-SE.

kekar berarah E-W, NE-SW dan NW-SE.

Kekar gerus juga ditemukan dilapangan, Kekar gerus juga ditemukan dilapangan, dengan ciri bukaan sempit serta berarah lurus dengan ciri bukaan sempit serta berarah lurus dengan bidang kekar tegas. Kekar gerus ini dengan bidang kekar tegas. Kekar gerus ini ditemukan pada batulempung. Berdasarkan ditemukan pada batulempung. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan stereonet hasil analisa dengan menggunakan stereonet maka didapatkan bahwa tegasan utama berarah maka didapatkan bahwa tegasan utama berarah relatif E-W.

relatif E-W.

e.

e.   CleatCleat

Dari hasil analisa stereografis terlihat Dari hasil analisa stereografis terlihat bahwa

bahwa cleat cleat   memiliki dua arah umum yakni  memiliki dua arah umum yakni arah relatif Barat-Timur dan arah relatif Utara- arah relatif Barat-Timur dan arah relatif Utara- Selatan.

Selatan. Cleat Cleat  dengan arah relatif Barat-Timur dengan arah relatif Barat-Timur diindikasikan terbentuk sebagai hasil dari gaya diindikasikan terbentuk sebagai hasil dari gaya

tensi atau searah dengan gaya utama sedangkan tensi atau searah dengan gaya utama sedangkan cleat 

cleat   berarah Utara-Selatan diindikasikan  berarah Utara-Selatan diindikasikan searah dengan gaya lepasan. Kedua arah searah dengan gaya lepasan. Kedua arah tersebut membentuk sudut 90

tersebut membentuk sudut 9000  satu terhadap  satu terhadap yang lain.

yang lain.

Cleat

Cleat banyak banyak ditemukan ditemukan padapada singkapan batubara yang menyebabkan singkapan batubara yang menyebabkan batubara menjadi lebih hancur.

batubara menjadi lebih hancur. StrikeStrike /dip  /dip daridari cleat 

cleat   ini memiliki arah beragam dengan  ini memiliki arah beragam dengan kemiringan umumnya adalah 70

kemiringan umumnya adalah 70

0 0

-80 -80

0 0

..

f.

f.   Mekanisme Pembentukan StrukturMekanisme Pembentukan Struktur Area penelitian mengalami dua fase Area penelitian mengalami dua fase pembentukan struktur. Fase pertama dengan pembentukan struktur. Fase pertama dengan arah gaya timur - barat membentuk struktur arah gaya timur - barat membentuk struktur berupa sinklin dengan sumbu utara

berupa sinklin dengan sumbu utara –  –   selatan  selatan yang merupakan lipatan orde I. Sinklin ini yang merupakan lipatan orde I. Sinklin ini memanjang dari Blok Parapatan hingga memanjang dari Blok Parapatan hingga Binungan 1-2. Gaya kompresi tersebut Binungan 1-2. Gaya kompresi tersebut melipatkan batuan dengan

melipatkan batuan dengan dipdip   101000-17-1700,, dipdip   pada daerah penelitian tergolong dalam pada daerah penelitian tergolong dalam klasifikasi landai sehingga diindikasikan klasifikasi landai sehingga diindikasikan bahwa mekanisme gaya kompresi yang bekerja bahwa mekanisme gaya kompresi yang bekerja belum terlalu dominan. Sinklin tersebut belum terlalu dominan. Sinklin tersebut melipatkan batuan berumur Miosen Tengah melipatkan batuan berumur Miosen Tengah yang terdapat di area penelitian.

yang terdapat di area penelitian.Fase Fase berikutnya berikutnya terjadi terjadi kompresikompresi dengan arah gaya timurlaut

dengan arah gaya timurlaut –  –   baratdaya yang  baratdaya yang membentuk struktur sesar geser mengiri dan membentuk struktur sesar geser mengiri dan mempengaruhi sinklin yang sudah terbentuk mempengaruhi sinklin yang sudah terbentuk sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu sebelumnya. Berdasarkan penelitian terdahulu di sebelah timur area penelitian terdapat sesar di sebelah timur area penelitian terdapat sesar Merasa, arah sesar ini timurlaut

Merasa, arah sesar ini timurlaut  –  –   baratdaya  baratdaya (NE

(NE  –  –   SW) memanjang dari selatan Kelai  SW) memanjang dari selatan Kelai sampai ke Sambaliung, serta sesar Binungan sampai ke Sambaliung, serta sesar Binungan yang terletak di sebelah selatan area

yang terletak di sebelah selatan area penelitian.penelitian.

Sesar Merasa merupakan sesar Sesar Merasa merupakan sesar mendatar ke kanan orde kedua dari sesar utama mendatar ke kanan orde kedua dari sesar utama (sesar Mangkalihat) yang mempunyai arah (sesar Mangkalihat) yang mempunyai arah baratlaut

baratlaut  –  –   tenggara (Sugeng, 2007).  tenggara (Sugeng, 2007).   SesarSesar geser tersebut membentuk sistem bercabang geser tersebut membentuk sistem bercabang ((wrenchingwrenching) dan menghasilkan sesar geser) dan menghasilkan sesar geser mengiri Kelai. Sesar Kelai merupakan sesar mengiri Kelai. Sesar Kelai merupakan sesar orde kedua yang terjadi akibat

orde kedua yang terjadi akibat berubahnya arahberubahnya arah tegasan utama seiring dengan terbentuknya tegasan utama seiring dengan terbentuknya sesar geser orde I.

sesar geser orde I.

Pengaruh dari sesar Kelai tersebut Pengaruh dari sesar Kelai tersebut membentuk jalur Sungai Kelai dan pola membentuk jalur Sungai Kelai dan pola kelurusan bukit di sepanjang Sungai Kelai kelurusan bukit di sepanjang Sungai Kelai serta memotong dan menggeser posisi sumbu serta memotong dan menggeser posisi sumbu lipatan. Penunjaman lipatan diduga lipatan. Penunjaman lipatan diduga dipengaruhi oleh pembentukan struktur sesar dipengaruhi oleh pembentukan struktur sesar ini. Sudut penunjaman yang tidak terlalu terjal ini. Sudut penunjaman yang tidak terlalu terjal disebabkan oleh pengungkitan batuan pada sisi disebabkan oleh pengungkitan batuan pada sisi selatan akibat terbentuknya sistem sesar selatan akibat terbentuknya sistem sesar wrenching.

wrenching.  

(7)

Gambar 9

  

Gambar 9 Model struktur geologi daerah  Model struktur geologi daerah penelitianpenelitian (modifikasi dari

(modifikasi dari Regional Geological Map, 1995 Regional Geological Map, 1995)) VIII.

VIII.   KesimpulanKesimpulan 1.

1.   Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadiGeomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi beberapa satuan yakni satuan perbukitan terjal beberapa satuan yakni satuan perbukitan terjal sinklin (S5), satuan perbukitan bergelombang sinklin (S5), satuan perbukitan bergelombang sinklin (S5), satuan dataran fluvial rawa (F2), sinklin (S5), satuan dataran fluvial rawa (F2), satuan dataran fluvial tubuh sungai (F1).

satuan dataran fluvial tubuh sungai (F1).

2.

2.   Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke mudaStratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah satuan batupasir-lempungan yang adalah satuan batupasir-lempungan yang diendapkan di lingkungan

diendapkan di lingkungan delta delta plainplain   berkontak selaras dengan satuan batupasir berkontak selaras dengan satuan batupasir yang diendapkan di lingkungan

yang diendapkan di lingkungan delta front.delta front.

Kedua satuan tersebut berumur Miosen Tengah Kedua satuan tersebut berumur Miosen Tengah dan berada pada Formasi Latih, serta satuan dan berada pada Formasi Latih, serta satuan endapan alluvial berumur resen yang endapan alluvial berumur resen yang berkontak tidak selaras dengan satuan berkontak tidak selaras dengan satuan dibawahnya.

dibawahnya.

3.

3.   Struktur geologi berupa sinklin membuka danStruktur geologi berupa sinklin membuka dan menunjam kearah utara, memanjang dari Blok menunjam kearah utara, memanjang dari Blok Binungan1-2 ke Parapatan.

Binungan1-2 ke Parapatan.

--   Hasil Hasil analisis analisis stereografis stereografis sinklinsinklin binungan didapatkan kedudukan sayap binungan didapatkan kedudukan sayap timur N220

timur N22000E/17E/1700, , sayap sayap baratbarat N334

N33400E/17E/1700,, hinge surfacehinge surface N10N1000E/86E/8600,, dengan

dengan hinge linehinge line 111100,N7,N700E,E, δ1δ1 ::

5

500,N278,N27800E,E, δ2δ2 : : 111100,N006,N00600EE  ,  , δ3δ3::

77

7700,N168,N16800EE   dengan dengan nama nama lipatanlipatan upright

upright inclined inclined gently gently plunging plunging fold fold    (fluety,1964)

(fluety,1964)..

--   Hasil Hasil analisis analisis stereografis stereografis sinklinsinklin parapatan didapatkan kedudukan sayap parapatan didapatkan kedudukan sayap timur N232

timur N23200E/18E/1800 dan sayap baratdan sayap barat lipatan N331

lipatan N33100E/17E/1700, dengan, dengan hinge linehinge line 13

1300,N9,N900EE , hinge surface , hinge surfaceN10N1000E/84E/8400 , δ1 , δ1::

5

500, N279, N27900E,E, δ1δ1: : 121200, N010, N01000EE ,  , δ3δ3: : 767600,, N169

N16900E. Dari hasil analisa tersebutE. Dari hasil analisa tersebut didapatkan nama lipatan yakni

didapatkan nama lipatan yakni uprightupright inclined

inclined gently gently plunging plunging fold fold    (fluety,1964).

(fluety,1964).  

4.

4.   Terdapat sesar geser mengiri kelai yangTerdapat sesar geser mengiri kelai yang menjadi zona lemah dan pemisah antara menjadi zona lemah dan pemisah antara Binungan 1-2 dan Parapatan, sesar tersebut Binungan 1-2 dan Parapatan, sesar tersebut merupakan sesar orde ketiga yang terbentuk merupakan sesar orde ketiga yang terbentuk dengan mekanisme sesar bercabang dengan mekanisme sesar bercabang (wrenching fault)

(wrenching fault)..

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA Anderson, E. M. 1951.

Anderson, E. M. 1951.Oliver and Boyd: Edinburgh.Oliver and Boyd: Edinburgh.The Dynamics of FaultingThe Dynamics of Faulting   ..

Brilianto, Aldo. 2010.

Brilianto, Aldo. 2010. Geologi Dan Identifikasi SeamGeologi Dan Identifikasi Seam  Batubara

 Batubara Berdasarkan Berdasarkan Data Data e-log e-log Dan Dan SifatSifat Fisik Di Permukaan Blok Kelai PT. Berau Fisik Di Permukaan Blok Kelai PT. Berau Coal Kecamatan Sambaliung Kabupaten Coal Kecamatan Sambaliung Kabupaten  Berau,

 Berau, Propinsi Propinsi Kalimantan Kalimantan Timur.Timur. TeknikTeknik Geologi UPN ‘Veteran’ Yogyakarta.

Geologi UPN ‘Veteran’ Yogyakarta.  

Endarto, Danang. 2005.

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar.Pengantar Geologi Dasar.LPPLPP UNS : Surakarta.

UNS : Surakarta.

Fleuty, M. J. 1964.

Fleuty, M. J. 1964. The Description of FoldsThe Description of Folds. London:. London:

Proceedings of the Geologists Association 75:

Proceedings of the Geologists Association 75:

461 461 –  – 492.492.

Fossen, H. 2010.

Fossen, H. 2010. Structural Geology.Structural Geology.  Cambridge  Cambridge University Press: New York.

University Press: New York.

Lisle, Richard J. 2004.

Lisle, Richard J. 2004. Geological Structure and Maps :Geological Structure and Maps :  A practical Guide.

 A practical Guide.Pergamon Press : London.Pergamon Press : London.

McClay, K.R.,1987,

McClay, K.R.,1987, The Mapping of GeologicalThe Mapping of Geological Structures

Structures, London : John Wiley & Sons., London : John Wiley & Sons.

Moody, J. D., and Hill, M. J., 1956, Wrench-fault Moody, J. D., and Hill, M. J., 1956, Wrench-fault tectonics: Geol. Soc. Am., Bull., v. 67, p.

tectonics: Geol. Soc. Am., Bull., v. 67, p.

1207-1246.

1207-1246.

PT. Berau Coal, 1996.,

PT. Berau Coal, 1996., Regional Geological Map, Scale Regional Geological Map, Scale 1 : 400.000, Berau Area, East Kalimantan.

1 : 400.000, Berau Area, East Kalimantan.  

PT. Berau Coal, 2012,

PT. Berau Coal, 2012,  Binungan1-2  Binungan1-2 and and ParapatanParapatan Topographical Map, Geology and Topographical Map, Geology and  Development

 Development Department Department ,,  Berau  Berau Area, Area, EastEast Kalimantan.

Kalimantan.  

PT. Berau Coal, 2012,

PT. Berau Coal, 2012, Shallow and Deep E-LoggingShallow and Deep E-Logging Parapatan and Binungan 1-2 Area 2007-2012, Parapatan and Binungan 1-2 Area 2007-2012, Geology and Development Department, Berau Geology and Development Department, Berau  Area, East Kalimantan.

 Area, East Kalimantan.

Rahmad, Basuki. 2007.

Rahmad, Basuki. 2007. Struktur Geologi danStruktur Geologi dan Sedimentasi Batubara Formasi Berau.

Sedimentasi Batubara Formasi Berau. TeknikTeknik Geologi UPN ‘Veteran’ :

Geologi UPN ‘Veteran’ :YogyakartaYogyakarta Raharjo, Sugeng. 2007.

Raharjo, Sugeng. 2007. Kontrol Struktur GeologiKontrol Struktur Geologi Terhadap Penyebaran Lapisan Batubara Di Terhadap Penyebaran Lapisan Batubara Di daerah Binungan Blok 1-4

daerah Binungan Blok 1-4. Teknik Geologi. Teknik Geologi UPN ‘Veteran’ : Yogyakarta

UPN ‘Veteran’ : Yogyakarta   Suardiputra, Aditya. 2008.

Suardiputra, Aditya. 2008. Geologi Dan AnalisisGeologi Dan Analisis Struktur Geologi Untuk Karakterisasi Sesar Struktur Geologi Untuk Karakterisasi Sesar  Anjak

 Anjak Daerah Daerah Cimanintin Cimanintin Dan Dan Sekitarnya,Sekitarnya, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.

Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.

ITB : Bandung.

ITB : Bandung.

Situmorang R. L. dan Burhan. 1995.

Situmorang R. L. dan Burhan. 1995. Peta GeologiPeta Geologi  Regional Lembar

 Regional Lembar Tanjung Redeb, Tanjung Redeb, Kalimantan.Kalimantan.  

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Bandung.

Bandung.

Wicaksono, R.S. 2011.

Wicaksono, R.S. 2011. Analisis  Analisis Sejarah Sejarah Geologi Geologi padapada  Zaman

 Zaman Tersier Tersier Berdasarkan Berdasarkan Data Data StrukturStruktur Geologi, Stratigrafi, dan Observasi Lapangan, Geologi, Stratigrafi, dan Observasi Lapangan,

(8)

Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. TeknikTeknik Geologi Undip : Semarang

Geologi Undip : Semarang (unpublished).(unpublished).  

Yulianto, M.N., Galena R., Prasetyadi C. 2011.

Yulianto, M.N., Galena R., Prasetyadi C. 2011.

Karakteristik sesar Anjak Dan Permodelan Karakteristik sesar Anjak Dan Permodelan Struktur Geologi Menggunakan Metode Struktur Geologi Menggunakan Metode

 Balancing

 Balancing Cross Cross Section Section Daerah Daerah Kedungjati,Kedungjati,  Jawa

 Jawa Tengah Tengah (Kendeng (Kendeng Barat) Barat) dan dan daerahdaerah  Ngawi,

 Ngawi, Jawa Jawa Timur Timur (Kendeng (Kendeng Timur)Timur)..

Proceeding HAGI and IAGI, 40

Proceeding HAGI and IAGI, 40thth  Annual  Annual Convention

Convention..

Referensi