PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Governace
Konsep Community-Based Tourism (CBT)
Menurut Sunaryo (2013), pariwisata berbasis komunitas atau community based pariwisata adalah keterlibatan masyarakat dalam upaya pengembangan pariwisata sehingga masyarakat dapat memperoleh manfaat dari keberadaan daya tarik wisata dengan membantu masyarakat setempat untuk mengembangkan daya tarik wisata. Suatu bentuk pariwisata yang memungkinkan masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata. Menurut Endah (2007), pengertian CBT adalah suatu bentuk pariwisata yang memungkinkan masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata, masyarakat lokal yang tidak terlibat langsung dalam usaha pariwisata juga mendapatkan manfaat dari atraksi wisata tersebut, dan menuntut pemberdayaan politik dan politik, demokrasi dan distribusi manfaat kepada kelompok masyarakat pedesaan yang kurang beruntung.
Keistimewaan CBT menurut Murphy (2013) adalah menekankan pada strategi yang mengidentifikasi tujuan masyarakat serta keinginan dan kemampuan mereka untuk menerima manfaat pariwisata sehingga setiap masyarakat harus didorong untuk mengidentifikasi tujuan mereka sendiri dan mengarahkan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan tersebut. .meningkatkan komunitas lokal. Timothy (1999) mengungkapkan ciri khusus CBT berkaitan dengan manfaat yang diperoleh dan adanya upaya perencanaan bantuan yang membela masyarakat lokal dan kelompok lain yang mempunyai kepentingan atau kepentingan, yang memberikan kontrol lebih besar dalam proses sosial. Dimensi ekonomi, dengan indikator berupa dana pengembangan masyarakat, penciptaan lapangan kerja di sektor pariwisata, perolehan pendapatan masyarakat lokal dari sektor pariwisata.
Menurut Sunaryo dalam Dhimas (2018), pengembangan pariwisata berbasis komunitas memerlukan partisipasi masyarakat yang baik.Dalam konsep pariwisata berbasis komunitas, masyarakat harus belajar mengelola destinasi wisata guna mencapai pariwisata berkelanjutan.
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa alat ukur pariwisata berbasis masyarakat (CBT) terdiri dari aspek ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, dan politik. Sebagai sebuah tujuan, pemberdayaan mengacu pada kondisi atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial.” Paradigma pemberdayaan masyarakat yang menjadi isu sentral saat ini muncul sebagai jawaban atas realita masih adanya kesenjangan yang belum terselesaikan secara tuntas, khususnya antar komunitas dalam masyarakat. daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal.
Paradigma pemberdayaan adalah pembangunan yang berpusat pada masyarakat dan merupakan proses pembangunan yang mendorong inisiatif masyarakat yang berakar dari bawah ke atas. Melihat sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan menuju aliran pendapatan dan peluang; Konsep pemberdayaan memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada lapisan masyarakat paling bawah untuk terlibat dalam pengalokasian sumber daya pembangunan.
Konsep pemberdayaan memaksa aparat pemerintah daerah untuk memberikan perhatian lebih terhadap masyarakat untuk menjamin dan memenuhi kebutuhan penghidupannya.
Konsep Pariwisata
Penguatan masyarakat menuntut pemerintah dan pihak luar pemerintah memberikan dukungan dan perlindungan kepada masyarakat miskin, sehingga sumber daya pembangunan selalu dialokasikan kepada masyarakat miskin. Menurut Richardson dan Fluker (Pitana dan Diarta, 2009), definisi pariwisata yang diusulkan mengandung beberapa elemen kunci yaitu. Dari penjelasan pariwisata di atas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan juga merupakan kegiatan wisata yang memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik pengunjung atau wisatawan, penduduk setempat, dan pemerintah.
Namun dari definisi di atas terlihat bahwa pariwisata akan membawa manfaat jika dikelola secara optimal oleh pemerintah, swasta, masyarakat dan wisatawan. Dapat disimpulkan bahwa manfaat pariwisata yang dipaparkan Muljadi adalah pariwisata akan mempunyai manfaat yang dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik itu pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat. Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002) sebagaimana dikutip oleh Chandler, strategi adalah sarana untuk mencapai tujuan internal.
Pariwisata dapat memberikan taraf hidup bagi penduduk lokal melalui manfaat ekonomi yang diperoleh dari destinasi wisata. Manajemen adalah konsep perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Yahya. 2006). Para ahli manajemen mengutarakan pandangan yang hampir sama mengenai urutan fungsi manajemen, misalnya saja fungsi manajemen menurut George Terry yang biasa disingkat POAC yaitu Planning, Organizing, Actuating, Controlling.
Henri Fayol menyebutkan lima fungsi manajemen yang dikenal dengan akronim POCCC, yaitu perencanaan, pengorganisasian, komando, koordinasi, pengendalian. Luther M. Guillick menyebutkan enam fungsi manajemen dengan akronim POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting). Pengelolaan pariwisata harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, kemasyarakatan, dan nilai-nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan pariwisatanya dan memberi manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.
Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan hendaknya berlandaskan kearifan lokal dan rasa khas lokal yang mencerminkan keunikan warisan budaya dan keunikan lingkungan. Untuk mensinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan pada uraian sebelumnya, diperlukan suatu metode pengelolaan yang menjamin keikutsertaan seluruh aspek dan komponen pariwisata.
Kerangka Pikir
Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis Dan Tipe Penelitian
Sumber Data
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan, referensi, peraturan hukum, dokumen, observasi, yang diperoleh dari lokasi penelitian.
Informan Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Analisis Data
Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap pengelolaan objek wisata Pantai Seruni dilihat dari perbedaan jumlahnya yang tidak terlalu signifikan yaitu sekitar 200.000 buah. Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng mempunyai bentuk dan keunggulan yang unik, baik alami maupun buatan. Community Based Tourism (CBT) dalam Pengelolaan Wisata Pantai Seruni di Kabupaten Bantaeng Seruni di Kabupaten Bantaeng.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif tentang Community Based Tourism (CBT) dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Dimensi ekonomi berupa dana untuk pengembangan masyarakat, penciptaan lapangan kerja di sektor pariwisata di Pantai Seruni Kabupaten Bantaeng. Pantai Seruni merupakan kawasan reklamasi yang panjangnya mencapai satu setengah kilometer, berdasarkan hasil wawancara Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng.
Pengelola objek wisata Pantai Seruni akan terus memastikan kegiatan wisata Pantai Seruni selalu memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal ini juga dirasakan oleh masyarakat Bantaeng seperti yang dikatakan salah satu pedagang yang berjualan di objek wisata Pantai Seruni yang mengatakan demikian. Masyarakat sekitar objek wisata Pantai Seruni sendiri memandang bahwa menjaga karakter dan budaya merupakan suatu hal yang wajib sebagai ciri masyarakat Bantaeng itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara informan, terlihat bahwa prinsip budaya dalam pariwisata berbasis komunitas (CBT) digunakan dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Seruni. Objek wisata Pantai Seruni merupakan objek wisata yang berbasis alam, sehingga kelestarian lingkungan menjadi perhatian utama pemerintah dan pengelola. Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dengan hadirnya wisata Pantai Seruni yang merupakan wisata berbasis alam, sudah seharusnya pemerintah dan pengelola menjamin kelestarian lingkungan di kawasan tersebut.
Hal ini terlihat dari upaya sungguh-sungguh pihak pengelola objek wisata Pantai Seruni dalam menjaga kebersihan di lokasi wisata. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa keseriusan pengelolaan wisata Pantai Seruni terletak pada pembangunan lokasi perdagangan masyarakat yang hanya berupa bangunan semi permanen. Hasil wawancara di atas menyimpulkan bahwa pihak pengelola selalu melibatkan langsung masyarakat dalam menjaga kondisi lingkungan wisata di Pantai Seruni.
Hal lainnya adalah dengan semakin banyaknya pengunjung objek wisata Pantai Seruni, semakin banyak pula generasi muda yang ingin berkunjung.
Keabsahan Data
Deskripsi Fokus Penelitian
Community-Based Tourism (CBT) dalam Pengelolaan Pariwisata
- Ekonomi
- Sosial
- Budaya
- Lingkungan
- Politik
Tata kelola pariwisata yang memberikan peluang kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat aktif dalam pengembangan pariwisata terlihat dari setiap aktivitas yang ada di wisata Pantai Seruni. Pantai Seruni saat ini membawa perubahan yang sangat berbeda dalam kehidupan masyarakat Bantaeng dibandingkan sebelum adanya kawasan Pantai Seruni. Keberadaan Pantai Seruni menawarkan banyak peluang dan peluang yang lebih baik untuk mengembangkan usaha-usaha yang bermanfaat bagi peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dari cuplikan wawancara informan di atas, mereka mengakui adanya peningkatan pendapatan sejak sebelum berdagang di kawasan Pantai Seruni. “Selain itu wisata pantai Seruni dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai lokasi wisata spiritual karena kondisi pantainya sangat nyaman, bagi saya ini salah satu manfaat yang bisa dirasakan masyarakat.” (Hasil wawancara dengan SF pada 20 Februari 2021). Daya tarik Pantai Seruni adalah letaknya yang berada di pusat Kota Bantaeng, hal inilah yang menjadi salah satu kelebihan Pantai Seruni.
Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa dalam menjaga kelestarian lingkungan di kawasan Pantai Serun, pihak pengelola telah menghadirkan desain yang tidak merusak lingkungan. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlangsungan wisata Pantai Seruni diperlukan perencanaan yang baik dan tidak merugikan lingkungan, sesuai hasil wawancara yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantaeng. “Untuk menjamin kelestarian lingkungan, setiap agenda pengembangan wisata Pantai Seruni akan terus didiskusikan bersama oleh pemerintah dan pihak manajemen, termasuk masyarakat sekitar.” (Hasil wawancara dengan SH tanggal 25 Februari 2021).
Beberapa bukti nyata keseriusan pihak pengelola dalam menjamin kelestarian kondisi alam wisata Pantai Seruni adalah dengan tersedianya beberapa tempat sampah bagi pengunjung. Pengembangan objek wisata pantai Seruni selalu mengedepankan perhatian terhadap lingkungan, salah satunya adalah keterlibatan masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan wisata, dimulai dengan pembersihan lingkungan dan menjaga kondisi tanaman yang ada di sana. Masih banyak hal yang perlu dilakukan demi kemajuan masyarakat luas, seperti yang disampaikan pihak pengelola Pantai Seruni.
Berdasarkan hasil diskusi terkait penelitian Community Based Tourism (CBT) dalam Pengelolaan Wisata Pantai Seruni diukur dari dimensi politik dalam Community Based Tourism (CBT) yaitu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi warga sekitar. Hal ini terlihat dari sebaran area bisnis di kawasan wisata Pantai Seruni. Diharapkan kepada pemerintah daerah dan pengelola wisata Pantai Seruni untuk selalu memberikan ruang bagi masyarakat agar masyarakat dapat hidup mandiri. Kami mohon kepada wisatawan untuk meningkatkan kesadaran untuk menjaga objek wisata Pantai Seruni selalu bersih agar generasi mendatang juga dapat menikmati keberadaan lokasi wisata tersebut.
PENUTUP
Saran
Meningkatkan keterlibatan pemerintah daerah dan swasta dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata, karena masyarakat merupakan salah satu pihak yang kurang berdaya dalam segala aspek karena pendidikan, ekonomi, dan status sosialnya, oleh karena itu mereka harus melaksanakan program pendampingan. . Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Wisata Berbasis Potensi Desa di Desa Wisata Situ Gede Bogor. Penerapan konsep pariwisata berbasis komunitas dalam pengelolaan atraksi wisata berkelanjutan (studi di Desa Wisata Bangun, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek).