• Tidak ada hasil yang ditemukan

Confirmatory Factor Analysis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Confirmatory Factor Analysis "

Copied!
114
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi masalah penelitian

Dari latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka dapat diketahui permasalahan penelitian yaitu anak-anak yang masih bersekolah di PAUD Pertiwi Kutacane menunjukkan perilaku yang masih cukup ketergantungan. Hal ini diperkuat dengan aktivitasnya seperti meminta bantuan untuk memakai sepatu, menaruh tas di loker, memilih berteman dan cenderung ingin maju ke depan untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepada guru, sehingga akumulasi dari perilaku tersebut menunjukkan, bahwa tingkat kemandirian siswa masih tergolong rendah.

Batasan masalah penelitian

Rumusan masalah penelitian

Tujuan penelitian

Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kemandirian AUD di AUD Pertiwi Kutacane, sehingga dapat dikembangkan kemandirian AUD menurut gender dalam proses belajar mengajar sesuai rentang usia AUD.

TUNJAUAN PUSTAKA

Pengertian kemandirian

Ciri-ciri kemandirian

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas, maka pengertian kemandirian adalah kemampuan atau keterampilan yang dimiliki anak untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, baik dalam kegiatan menolong diri sendiri maupun dalam kegiatan sehari-hari, tanpa bergantung pada orang lain. Hal ini merupakan ciri-ciri anak yang mandiri, seperti melakukan sesuatu atas kemauannya sendiri tanpa disuruh orang lain, tidak bergantung pada orang lain dalam melakukan sesuatu, menyukai hal-hal baru yang belum diketahuinya, dan selalu ingin mencoba hal-hal baru. hal.6). Anak mandiri bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi, tentunya bagi anak TK tanggung jawab berada pada kadar yang wajar.

Misalnya, dia tidak menangis ketika salah mengambil mainan, dia dengan senang hati menggantinya dengan mainan lain yang dia inginkan. Anak-anak sering kali ditemukan menangis saat pertama kali masuk sekolah karena belum mengenal lingkungan taman kanak-kanak, bahkan banyak orang tua yang ingin menunggu anaknya saat belajar. Namun bagi anak yang memiliki kemandirian maka ia akan cepat beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Anak mandiri akan selalu berusaha melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa bergantung pada orang lain, dan anak tahu kapan harus meminta. Sedangkan menurut Covey (1997), ciri kemandirian pada anak adalah mempunyai kecenderungan dan kemampuan dalam memecahkan masalah dibandingkan berkutat pada kekhawatiran ketika terlibat dalam masalah. Anak mandiri memercayai penilaiannya sendiri, sehingga tidak bertanya atau meminta bantuan.

Aspek-aspek kemandirian

Aspek ini diwujudkan dalam kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan tidak bergantung pada orang lain atau menunggu tindakan orang lain. Anak yang mengembangkan perilaku maskulin lebih mandiri dibandingkan anak yang mengembangkan perilaku feminin. Berikut penjabaran faktor-faktor yang mendorong kemandirian anak menurut Wiyana (2016). a) Faktor internal 1).

Anak-anak yang sakit atau otaknya lemah lebih menarik rasa kasihan dibandingkan anak lain, sehingga menyebabkan mereka mendapat perhatian lebih, dan hal ini berdampak besar pada kemandirian mereka. Keluarga merupakan lingkungan terkecil bagi anak dan mempunyai peranan yang sangat berpengaruh dalam membentuk kemandirian anak. Kasih sayang dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya hendaknya diberikan secara wajar karena dapat mempengaruhi kualitas kemandirian anak.

Lingkungan sekolah mempengaruhi pembentukan kemandirian anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun guru. Menurut Diane (dalam Yamin, 2013) kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari tingkah laku dan kemampuan anak ditinjau dari keterampilan fisik, efikasi diri, tanggung jawab, kedisiplinan, kemampuan bersosialisasi, kemauan berbagi dan pengendalian emosi. Terwujudnya kemandirian anak terlihat dari kemampuannya berani memilih, yakin akan kemampuannya dalam berorganisasi dan menghasilkan sesuatu yang baik.

Dalam hal ini ditunjukkan dengan kemampuan memahami kebutuhan orang lain dan bersedia memberikan apa yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan orang lain.

Pola asuh

  • Pengertian pola asuh
  • Gaya pola asuh
  • Faktor yang mempengaruhi pola asuh

Kemandirian anak dibentuk oleh lingkungan utama yaitu keluarga dan pola asuh orang tua yang mempengaruhinya. Sedangkan menurut Tridhonanto (2013), pola asuh adalah cara orang tua dapat mengarahkan, membimbing dan mengembangkan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun awal, ketika anak belum bersentuhan dengan lingkungan lain. Pola asuh orang tua merupakan kemampuan orang tua dalam meluangkan waktu untuk mengasuh, membimbing, dan mengarahkan anaknya agar berkembang (Santosa & Adijanti, 2013).

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli, pengertian parenting adalah cara orang tua mengarahkan, membimbing dan mengembangkan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun awal ketika anak tidak terpengaruh oleh lingkungan lain. Orang tua yang menggunakan cara ini tidak memberikan batasan dan biasanya akan tumbuh tanpa arah. Orang tua yang menggunakan metode ini memberikan aturan yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak.

Orang tua dalam hubungannya dengan anaknya tegas, suka menghukum, kurang kasih sayang, kurang simpatik. Orang tua yang berpendidikan tinggi dan orang tua yang berpendidikan rendah sangatlah berbeda dalam membesarkan anak. Orang tua yang cenderung sibuk dengan pekerjaannya terkadang kurang memperhatikan kondisi anaknya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengertian pola asuh adalah cara orang tua mengarahkan, membimbing dan mengembangkan secara maksimal potensi anak pada tahun-tahun awalnya, ketika anak belum tersentuh oleh lingkungan lain.

Gender

  • Pengertian gender
  • Tipe peran gender
  • Klasifikasi gender

Gender merupakan karakteristik yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan serta dikonstruksi secara sosial dan budaya (Hanum, 2018). Sedangkan menurut Eviota (dalam Sugiyah, 2001), gender adalah perbedaan (dikotomi) karakteristik laki-laki dan perempuan yang tidak didasarkan pada biologi, melainkan pada hubungan sosial budaya antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh struktur kehidupan. masyarakat. Lebih lanjut menurut Narwoko dan Suyanto (2010), gender adalah perbedaan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan ditinjau dari nilai dan perilaku.

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa gender adalah perbedaan (dikotomi) yang tidak didasarkan pada faktor biologis, melainkan berdasarkan sifat-sifat yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi secara sosial dan budaya. Jadi, maskulinitas merupakan sifat yang diyakini dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri ideal bagi laki-laki. B). Jika digabungkan dengan "stereotipikal", ini mengacu pada ciri-ciri yang diyakini lebih dikaitkan secara budaya dengan perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam budaya atau subkultur tertentu.

Individu androgini adalah laki-laki yang bersifat asertif (sifat maskulin) dan penyayang (sifat feminin), atau wanita yang dominan (sifat maskulin) dan peka terhadap perasaan orang lain (sifat feminin). Ada beberapa ciri-ciri yang dimiliki perempuan jika dilihat berdasarkan gender menurut Najati (2010), antara lain: Pasif dan menerima, Minat terfokus pada emosional dan konkrit, Upaya mengikuti dan subjektif, Makhluk emosional, Sifat peduli, Mudah menyerah, Komunikator. , Ramah, miskin matematika, subjektif, mudah terpengaruh, memiliki gairah seks rendah. b).Laki-laki. Ada beberapa ciri yang dimiliki laki-laki jika dilihat berdasarkan gender menurut Fredman dan Schustack (2006), antara lain: Aktif memberi, Cenderung memberikan perlindungan, Minatnya terfokus pada hal-hal yang bersifat intelektual, Abstrak, Berusaha mengambil keputusan sendiri , Objektif, Rasional, mandiri, agresif, dominan, makhluk yang berorientasi pada prestasi, memiliki hasrat seksual yang kuat.

Berdasarkan penjelasan di atas, gender merupakan pembedaan (dikotomi) yang tidak didasarkan pada faktor biologis, melainkan berdasarkan sifat-sifat yang melekat pada diri laki-laki dan perempuan, yang dikonstruksi secara sosial dan budaya.

Kerangka konseptual

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunarty, (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan kemandirian anak. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan oleh Sulasmi & Ersta, (2015) terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak usia 3-4 tahun kelas Wayang KB Kadipiro Strawberry Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. Penerapan pola asuh otoriter memberikan pengaruh negatif terhadap sikap mandiri anak usia dini.

Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dan gender dengan kemandirian AUD AUD Pertiwi Kutacane. Pola pengasuhan orang tua diukur dengan menggunakan gaya Prayitno (2003) yang membagi pola pengasuhan menjadi tiga jenis pola asuh, yaitu Hard (Otoritarian), Soft (Permisif), Authoritative (Moderate). 2). Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan gender terhadap kemandirian AUD Pertiwi Kutacane adalah analisis korelasional.

Peneliti menggunakan metode analisis korelasional karena metode ini dirasa cocok digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pola asuh orang tua dan gender terhadap kemandirian AUD Pertiwi Kutacane. Pola Pengasuhan Orang Tua dan Implikasinya terhadap Pendidikan Anak: Kajian pada Masyarakat Dayak di Kecamatan Halong Kabupaten Balangan. Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Balapulang Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2004/2005.

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Keterampilan Sosialisasi Anak Prasekolah Di TK Pertiwi Purwokerto Utara.

Pengaruh pola asuh terhadap kemandirian

Pengaruh gender terhadap kemandirian

Pengaruh pola asuh dan gender terhadap kemandirian

Hipotesis penelitian

METODE PENELITIAN

  • Identifikasi variabel penelitian
  • Definisi operasional variabel penelitian
  • Populasi dan sampel
    • Populasi
    • Sampel
    • Teknik pengambilan sampel
  • Metode pengumpulan data
  • Validitas dan reliabilitas alat ukur
    • Validitas alat ukur
    • Reliabilitas alat ukur
  • Prosedur penelitian
    • Tahap persiapan penelitian
    • Tahap pelaksanaan penelitian
  • Teknik analisis data
  • Gambaran subjek penelitian
  • Orientasi kancah dan persiapan penelitian
    • Orientasi kancah
    • Persiapan penelitian
  • Uji coba alat ukur
    • Hasil uji coba skala Kemandirian
    • Hasil uji coba skala Pola Asuh
    • Hasil uji coba skala Gender
  • Pelaksanaan penelitian
  • Analisis data dan hasil penelitian
  • Uji asumsi
  • Hasil analisis regresi berganda
  • Hasil perhitungan mean hipotetik dan mean empirik
  • Kriteria
  • Pembahasan

Pola asuh merupakan suatu cara dimana orang tua dapat mengarahkan, membimbing dan mengembangkan potensi anak secara maksimal pada tahun-tahun pertamanya ketika anak belum tersentuh oleh lingkungan lain. Validitas isi alat ukur ditentukan oleh professional judgement dalam proses merevisi pertanyaan sehingga item yang dikembangkan benar-benar mengukur (mewakili) apa yang hendak diukur (Suryabrata, 2000). Pada prinsipnya suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat tersebut mampu menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut menghasilkan hasil yang relatif sama jika pengukuran dilakukan kembali terhadap subjek.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, dimana prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model korelasi (Neuman, 2013). Berdasarkan hasil analisis terdapat pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua terhadap kemandirian dilihat dari nilai koefisien (R²) yang mempunyai nilai sebesar 0,633 dengan p atau signifikansi 0,000 < 0,050 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap kemandirian. Pola asuh orang tua merupakan gaya kemandirian, dan dapat dikatakan semakin positif pola asuh orang tua maka akan semakin tinggi Kemandirian AUD AUD Pertiwi. Selanjutnya diketahui terdapat pengaruh yang signifikan Gender terhadap Kemandirian dilihat dari nilai koefisien (R²) yang mempunyai nilai sebesar 0,038 dengan p atau signifikansi sebesar 0,006 < 0,050 yang berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari Gender. Gender pada Kemerdekaan, semakin tinggi Gender maka semakin tinggi pula Kemandirian AUD AUD Pertiwi.

Dari hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua dan gender terhadap kemandirian yang ditunjukkan dengan nilai koefisien (R²) yang mempunyai nilai sebesar 0,634 dengan p atau signifikansi sebesar 0,000 < 0,050 yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua dan gender terhadap kemandirian. terdapat pengaruh positif dan signifikan pola asuh orang tua dan gender terhadap kemandirian maka semakin tinggi. Pola asuh orang tua dan semakin positif gender maka kemandirian AUD AUD Pertiwi semakin tinggi. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengetahui variabel independen lain yang berkontribusi terhadap kemandirian, karena kontribusi gaya pengasuhan orang tua dan gender terhadap kemandirian sudah sebesar 63,4%. Analisis efikasi diri akademik dan pola asuh orang tua terhadap kemandirian belajar AUD pada kelas ekonomi

Pengaruh efikasi diri dan motivasi berprestasi AUD terhadap kemandirian belajar pada mata pelajaran K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) di SMK N 2 Depok 3.

SIMPULAN DAN SARAN

Saran

Guru sebagai teladan pendidikan karakter anak usia dini dalam perspektif pendidikan Islam dan Ki Hajar Dewantara.

Gambar

Gambar 1. Kerangka konseptual  Sumber: Diolah oleh peneliti

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang