• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen aktif: Conflict management

N/A
N/A
22@134 Hermion Carolina F S P

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen aktif: Conflict management"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Conflict Management is a Multistep Process

Koflik dapat diatasi dengan berbagai cara, tergantung dari inti permasalahan sebuah konflik dan keterlibatan individual. Adapun beberapa cara dalam menghadapi konflik yang dapat kebanyakan bermanfaat, salah satunya konflik antarpibadi.

STEP 1. SET THE STAGE. Pertama coba hadapi secara privat. Jika konflik terjadi di sosial media, coba hadapi secara langsung (offline). Karena saat kita memberitakan konflik kita di depan orang lain, kita dapat membuat berbagai masalah lain. Kita juga mungkin tidak bersedia sepenuhnya jujur ketika pihak ketiga atau pihak yang membaca posting kita. Pada saat yang sama tanpa sadar kita malah memikirkan citra kita dihadapan orang lain dibanding memperbaiki masalah yang terjadi dengan memakai segala cara. Kita juga menanggung risiko karena mempermalukan pasangan dari konflik kita dan rasa malu ini dapat menciptakan kebencian dan permusuhan. Pastikan bahwa diri sendiri siap untuk bertarung. Meskipun konflik muncul pada saat yang paling tidak tepat, kita dapat memilih waktu untuk menyelesaikannya. Seringkali sebuah konflik terjadi karena bentuk upaya tersembunyi untuk mengekspresikan frustrasi atau ketidakpuasan.

STEP 2. DEFINE THE CONFLICT. Setelah kita sudah melakukan langkah pertama. Kita perlu memperjelas konflik yang kita hadapi untuk diperjuangkan. Terkadang dalam suatu hubungan dapat menjadi retak karena salah satu pasangannya melapuaskan rasa frustrasi mereka sendiri, misalnya tutup sikat gigi yang tidak tertutup. Masalah sepele itu dapat menimbulkan kemarahan, sebaiknya konflik karena hal tersebut di batasi (permusushan, kemarahan, dan frustrasi). Berikut ini adalah beberapa teknik yang perlu diingat pada langkah kedua.

Define both content and relationship issues. Tentukan masalah yang jelas (siapa yang harus mencuci piring, siapa yang harus mengantar anak-anak ke sekolah) serta masalah hubungan yang mendasarinya (siapa yang menghindari tanggung jawab rumah tangga, yang waktunya lebih berharga)

Define the problem in specific terms. Konflik yang didefinisikan secara abstrak sulit untuk dihadapi dan diselesaikan. Ada suatu situasi bagi seorang suami mengatakan bahwa sang istri "dingin dan tidak berperasaan" dan beberapa situasi mengatakan bahwa sang istri tidak meneleponnya di kantor, menciumnya ketika dia pulang, atau memegang tangannya ketika mereka berada di sebuah pesta. Perilaku ini dapat disetujui dan ditangani, tetapi "dingin dan tidak berperasaan" merupakan pendefinisian konflik yang abstrak.

Focus on the present. Hindari gunnysacking (istilah yang berasal dari karung goni besar yang artinya ketika seseorang diam-daim menggumpulkan kejengkelannya pada akhirnya menyebabkan reaksi yang berlebihan). Seringkali, ketika satu orang sedang gunnysacking, orang lain juga melakukan gunnysacking; misalnya, kita melupakan hari ulang tahun dan secara tidak bersamaan juga kita terlambat datang untuk makan malam

(2)

pada situasi ini kita akan terpojok. Hasilnya adalah dua orang saling menumpahkan keluhan mereka yang tersimpan, tanpa perhatian nyata pada masalah saat ini. Seperti yang dapat kita bayangkan, gunnysacking menjadi lebih mudah dengan media sosial yang dapat disimpan sebagai pembuktian.

Empathize. Coba memahami konflik dari sust pkitang orang lain. Mengapa tetangga kita mengeluh tentang mengantar anak-anak ke sekolah? Setelah kita memahami perasaan orang lain secara empatik, validasi atas perasaan mereka itu diperlukan. Jika pasangan Kita terluka atau marah dan kita yakin perasaan seperti itu sah dan dapat dibenarkan, katakan demikian: “Kamu berhak untuk marah; Seharusnya aku tidak mengatakan apa yang kulakukan tentang ibumu. Saya minta maaf. Tapi aku masih tidak ingin pergi berlibur bersamanya.” Dalam mengungkapkan validasi, kita tidak harus menyatakan persetujuan; kita hanya menyatakan bahwa pasangan kita memiliki perasaan yang kita anggap sah.

Avoid mind reading. Jangan coba untuk membaca pikiran orang lain. coba tanyakan secara langsung untuk mengerti apa permasalahan yang dihadapi orang tersebut.

Tanyakan seperti ini: "Mengapa kamu bersikeras agar saya mengeluarkan anjing itu sekarang, ketika saya harus menelepon tiga klien sebelum jam sembilan?".

STEP 3. IDENTIFY YOUR GOALS. Setelah kita menentukan masalahnya, Kita perlu mengidentifikasi tujuan. Tanyakan pada diri sendiri apa yang ingin kita capai dalam interaksi manajemen konflik ini. Jika kita melihat konflik antarpribadi sebagai peluang untuk menyelesaikan perbedaan dan ketidaksepakatan, akan mudah untuk mengidentifikasi tujuan kita.

Apakah kita ingin menghindari putus? Apakah kita ingin memiliki kebebasan yang lebih besar untuk melihat orang lain? Apakah kita ingin berciuman dan berbaikan? Tujuan ini membantu kita untuk maju ke langkah selanjutnya.

STEP 4. IDENTIFY AND EVALUATE YOUR CHOUCE. Pada kebanyakan permasalahan kita harus memilih bagaimana menyelesaikan konflik tersebut. Identifikasi dan evaluasi pilihan tersebut. semisalnya, kamu bisa melakukan brainstorm dengan dirimu sendiri atau pasanganmu.

Cobalah untuk tidak menghambat dirimu atau pasanganymu dalam memeberikan solusi. Setelah itu pilihlah solusi yang memungkinakn untuk kalian menang secara bersamaan jangan memilih win-lose solution. Hal tersebut dapat menimbulkan kebencian dan rasa frustrasi.

STEP 5. ACT ON THE CHOSEN CHOICE. Kita mungkin ingin terlebih dahulu "bertindak"

pada pilihan secara mental Bagaimana perasaannya sekarang? Bagaimana perasaanya esok hari?

Apakan kamu merasa nyaman dengan ini? Selanjutnya, bertindak berdasarkan pilihan. Masukkan pilihan yang dipilih ke dalam rancangan (sebagai tindakan sementara, jika kita ingin).

STEP 6. EVALUATE THE CHOICE. Langkah selanjutnya adalag mengevaluasi pilihan yang sudah kita masukan ke dalam sebuah rancangan. Bagaimana hal itu dapat berkerja? Apakah pilihan ini dapat membantu menyelesaikan sebuah konflik? Apakah situasi ini lebih baik

(3)

dibandingkan sebelumnya? dan sebagainya. Edward deBono (1987) sang kritikus menganalisi masalah ini dengak enam “thinking hats” sebagai cara untuk melihat berbagai perspektif.

 The fact hat fokuskan atensi pada menemukan fakta dari permasalahan.

 The feeling hat fokuskan atensi pada emosional respon dalam permasalahan.

 The negative argument hat meminta kita untuk mejadi devil’s advocate.

 The positive benefits hat kita melihat dari sisi positif.

 The creative new idea hat berfokus pada cara-cara baru dalam memkitang sebuah permasalahan.

 The control of thinking hat membantu kita untuk menganalisi apa yang kita lakukan sebelum bertindak.

STEP 7. ACCEPT OR REJECT THE CHOICE. Jika kita sudah memutuskan apa pilihan kita, kita dapat memasukan kedalam rancangan pasti. Namun jika dalam segala pilihan kita justru menolak segala pilihan makan kita harus mencari pilihan yang lebih memungkinakan.

STEP 8. WRAP IT UP. Walaupaun konflik sudah terselesaikan, masih ada hal yang masih harus diselesaikan. Seringkali, setelah satu konflik seharusnya diselesaikan, konflik lain muncul—

karena, satu orang merasa bahwa dia telah dirugikan dan perlu membalas dan membalas dendam untuk memulihkan rasa harga diri (Kim & Smith, 1993). Maka dari itu sangat penting jika konflik diselesaikan dan tidak dibiarkan menimbulkan konflik lain yang mungkin lebih signifikan. Belajarlah dari proses penyelesaian permasalahan konflik dan konflik tersebut.

(4)

Jauhkan konflik dalam perspektif. Berhati-hatilah untuk tidak membesar-besarkannya sampai kita mulai mendefinisikan hubungan kita dalam istilah konflik. Hindari kecenderungan untuk melihat ketidaksepakatan sebagai hal yang pasti mengarah pada ledakan besar. Dalam sebagian besar hubungan, konflik sebenarnya menempati persentase yang sangat kecil dari waktu pasangan, namun dalam ingatan mereka sering tampak sangat besar. Juga, jangan biarkan konflik merusak harga diri kita atau pasangan kita. Jangan mementingkan diri sendiri, pasangan, atau hubungan kita sebagai kegagalan hanya karena kita bertengkar atau bahkan banyak pertengkaran.

Minta maaf atas kesalahan yang kita lakukan. Pasangan kita harus melakukan hal yang sama;

lagipula, kedua belah pihak biasanya bertanggung jawab atas konflik tersebut (Coleman, 2002).

Tingkatkan pertukaran penghargaan dan perilaku menghargai untuk menunjukkan perasaan positif kita dan untuk menunjukkan bahwa kita mengatasi konflik dan ingin hubungan bertahan dan berkembang.

Referensi

Dokumen terkait

MSc Student of Economic and Social Systems, Kharazmi University, Economic Department, Tehran, Iran, farzanegoodarzii@gmail.com Received: 2019/11/11 Accepted: 2020/05/13 Abstract