Pergaulan Bebas Pada Anak Remaja
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila Semester Ganjil Tahun Akademik 2023/2024
Disusun oleh:
Amalia Putri Yoseva 10070321039
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2024 M/1444 H
A. Latar Belakang
Dalam mebicarakan persoalan pergaulan bebas remaja, sangat penting bagi kita untuk mengidentifikasi demografi anak remaja tersebut. Orang dewasa sering mengatakan bahwa remaja adalah aset utama untuk memastikan kemajuan dan pembangunan negara di masa depan. World Health Organization (WHO) mengatakan remaja adalah orang yang berusia di antara 12 dan 24 tahun dan berada di tahap transisi antara zaman kanak-kanak dan dewasa.
Akan tetapi, saat ini semakin banyak kasus pelanggaran hukum yang terjadi di Indonesia. Salah satu yang paling umu adalah pergaulan bebas dikalangan remaja, Jika anak-anak tidak mendapat perhatian dan pemahaman dari orang dewasa, mereka menjadi sulit untuk dididik, yang menyebabkan banyak kesalahan yang tidak boleh dilakukan. Pada umumnya manusia tidak dapat mengendalikan pergaulan dan nafsu yang sudah diberikan kepada kita oleh Allah, kasus narkoba, tawuran, pacarana, dan pelecehan seksual yang ada saat ini sebagian besar tidak terkendali. (Dewi, dkk 2023). Pergaulan bebas sendiri dapat menimbulkan kenakalan pada seseorang atau fenomena yang biasa disebut dengan kenakalan remaja.
Dalam waktu kurang dari satu dekade, terjadi peningkatan yang sangat mengkhawatirkan dalam pergaulan bebas, atau kenakalan remaja. Jenis pergaulan bebas yang dapat terjadi antara lain hubungan seks bebas, tawuran, atau minum- minuman keras. Jika menyangkut seks bebas di kalangan remaja, tidak lagi dianggap sebagai tindak pidana pergaulan bebas, namun kini sudah dianggap lumrah dan menjadi kebiasaan. Namun sejak remaja telah mencapai tahap kematangan seksual, maka aktivitas seksualnya merupakan suatu kewajiban internal. Meski demikian, hal ini juga akan berdampak pada perkembangan sosial dan akademik generasi muda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, Adapun rumusan masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pergaulan bebas ?
2. Apa saja yang menjadi penyebab dari munculnya pergaulan bebas bagi anak remaja, dan ciri- cirinya?
3. Siapakah yang berperan dalam mengatasi pergaulan bebas anak remaja?
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka. Penulis melakukan kajian teoritis dengan memperbanyak informasi, mencari hubungan ke berbagai sumber, membandingkan, dan menemukan hasil atas dasar data sebenarnya (tidak dalam bentuk angka).
D. Hasil dan Pembahasan 1. Pengertian Remaja
Dalam pandangan psikologi, melihat remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang perkirakan usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Definisi remaja banyak orang mengartikannya dengan berbeda-beda. Dengan demikian masa remaja tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak- anak. Sebab masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak- kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Sedangkan dalam undang-undang No. 4 tahun 1979 ayat 2 Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.
Pada masa remaja ini ditandai dengan timbulnya gejala - gejala atau perubahan dalam hal fisik dan psikis khususnya masalah seksualitas. Sedangkan batas akhir masa remaja sukar untuk diberikan batasan mutlak namun tanda - tandanya dapat diamati pada saat terjadinya kelambanan pertumbuhan.Dari hal tersebut menjadi tantang tersendiri dalam mengontrol metal, fisik dan nafsu yang didorong oleh perkembangan dan meningkat hormon. Sehingga banyak kasus anak remaja yang ingin mencoba hal baru bagi mereka namun terlarang seperti minuman keras, merokok bahkan seks bebas.
2. Pergaulan Bebas Remaja
Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Pergaulan bebas remaja di era globalisasi ini telah menjadi isu sosial yang sangat meresahkan masyarakat. Seiring dengan berkembang ilmu pengetahuan dan tekhnologi, pergaulan bebas remaja semakin meningkat.
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk penyimpangan, dan “kebebasan”
yang di maksud mengacu pada pelanggaran norma. Dari definisi di atas dapat kita pahami bahwa pergaulan bebas merupakan suatu perilaku manusia menyimpang yang melanggar norma agama dan tidak mengenal batas. Pergaulan bebas dan dampak negatifnya dalam pendidikan Islam merupakan proses sosial antara seseorang dengan orang lain, terutama lawan jenis, yang berujung pada hubungan seksual di luar nikah yang berakibat destruktif, dan tertuang dalam pendidikan Islam, serta bertentangan dengan nilai-nilai kita.
Pergaulan bebas merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan partisipasi individu lain dalam kehidupannya, dan hubungan interpersonal sangat penting untuk menjaga hubungan antar manusia.Pergaulan bebas juga merupakan hak asasi setiap individu, dan setiap orang harus bebas dari pengekangan bahkan diskriminasi dalam hubungan sosial karena merupakan pelanggaran HAM. Oleh karena itu, interaksi antar manusia harus bebas, namun tetap sesuai dengan norma hukum,
agama, budaya, dan sosial. Akibatnya, jika aktivitas seksual dilakukan secara bebas namun dalam batas-batas kehidupan dan peraturan manusia, praktik medis tidak akan mencapai tingkat yang berlebihan seperti saat ini. Berikut adalah ciri- ciri pergaulan bebas yang saat ini terjadi:
a. Menghamburkan harta untuk memuaskan nafsu seksual kebebasan
b. Upaya memperoleh harta atau uang dengan menghalalkan segala cara, termasuk yang haram dan keji.
c. Menimbulkan perilaku munafik dalam masyarakat d. Rasa ingin tahu yang besar terhadap hal baru e. Keinginan untuk mencoba dan merasakan
f. Perubahan terjadi pada perasaan, pikiran, lingkungan, hubungan dan tanggung jawab.
g. Mudah cemas, tidak sabaran, emosional, selalu ingin berkelahi, ingin bermalas-malasan, ingin mengubah keinginan, ingin memamerkan eksistensi dan harga diri, selalu ingin mencoba hal-hal baru.
h. Kesulitan yang dialaminya diakibatkan oleh konflik antara keinginannya untuk menyendiri saat dewasa dan keinginannya untuk merasa aman dalam keluarganya saat remaja.
i. Banyak orang menderita tekanan psikologis dan emosional. Sehinga terjebak dalam pesta liar dengan ganja, puto, ekstasi, dan obat-obatan setan lainnya Terjadinya Tindakan penyimpangan remaja ini akan berbeda – beda tergantung factor pendorongnya baik dalam diri sendiri maupun oleh lingkungan teman, pergaulan bahkan keluarga. Berikut ini merupakan penyebab maraknya pergaulan bebas pada anak remaja:
a. Mental yang tidak sehat, dimana ketidakstabilan emosi seperti pembentuka kepribadian yang tidak sewarja oleh pengaruh orang lain lain seperti orang tua yang menghukum, acuh tak acuh, mengolok-ngolok, dibully sehingga mental menjadi terganggu dan pelarian dari hal tersebut adalah pergaulan bebas
b. Kegagalan remaja memahami norma, karena norma-norma pada saat ini telah berubah oleh adanya modernisasi yang sebenarnya adalah waternisasi. Hal ini dapat disebabkan dari kurangnya pengwasan orang tua, IPTEK yang berdampak negative dan dasar-dasar agama yang kurang.
3. Peran Dalam Mengatasi Pergaulan Bebas Remaja
Mengatasi pergaulan bebas pada anak remaja dapat dimulai dari pembentukan karakter anak baik, dalam proses peralihan dari masa anak remaja menuju pendewasaan perlunya arahan atau bimbingan yang kuat untuk menuju kehidupan yang baik. Berikut beberapa peran yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak remaja:
a. Keluarga. Pengaruh keluarga diyakini merupakan faktor paling signifikan yang mempengaruhi perkembangan anak dari kecil hingga remaja. Melalui aktivitas mengasuh anak yang terlihat dari cara orang tua membesarkan anaknya, sehingga generasi muda tumbuh dari pengalaman tersebut..
Kedudukan orang tua yakni ibu dan bapak peranannya sangat strategis dalam membina dan mengembangkan potensi potensi yang ada pada diri setiap anak–anaknya, sebelum anak-anak itu memasuki atau melanjutkan kejenjang pendidikan formal. Di samping itu pula ia juga sebagai motivator untuk mengarahkan anak-anaknya agar dalam berbuat dan bertindak beorientasi kepada sipat yang konstruktif,penuh kebahagiaan terlepas dari tindakan dan perbuatan yang dstruktif
b. Lembaga Pendidikan. Lembaga pendidikan anak usia dini merupakan tempat dimana anak dapat belajar tentang berbagai aspek perkembangan dirinya, termasuk rasa kemandiriannya. Harus dijelaskan bahwa hasil yang diharapkan dari fasilitas prasekolah untuk anak-anak lebih dari sekedar menyediakan tempat bermain. Kita juga mengharapkan adanya proses internalisasi nilai-nilai yang mengarah pada kemampuan merawat diri sendiri (self-help skill) dan yang disebut dengan kemampuan mandiri. Sesuai dengan sifat periode waktu bermain ini, hampir semua kegiatan prasekolah harus menyertakan unsur bermain. Melalui kegiatan bermain, anak belajar mengembangkan kemampuan mengatur diri sendiri dan teman bermainnya dalam interaksi sosial.
c. Pertemanan Sebaya. Melalui interaksi sosial, anak belajar berbagi, bergantian mengendalikan dan menyelesaikan konflik, serta membina dan menjaga hubungan. Secara psikologis, semakin banyak interaksi sosial yang dilakukan seorang anak pada usia dini, maka semakin tercipta hubungan timbal balik dan semakin terasah keterampilan sosialnya. Interaksi dengan teman sebaya merupakan inti dari sosialisasi anak usia dini. Interaksi ini berkontribusi pada kompetensi sosial dan keterampilan komunikasi, berbeda dengan kontribusi yang diperoleh melalui interaksi dengan orang dewasa.
d. Pendirian Agama. Kepatuhan dalam beragama akan mentransmisikan nilai - nilai diprediksikan efektif. Sebagai pihak pengontrol, taat beragama dapat berperan aktif untuk mendukung pihak orangtua, pendidik, dan masyarakat dalam pengembangan perilaku anak usia remaja. Nilai nilai moral dalam beragama ditekankan untuk dijalani sebagai pedoman untuk dapat menyesuaikan diri dalam berbagai konteks. Hal ini dimaksudkan agar anak usia remaja mengerti tentang arti penting nilai-nilai yang dianutnya bagi kehidupan maupun lingkungan sosialnya
E. Kesimpulan
Dari sudut pandang psikologis, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal. Pada masa peralihan ini menjadi tantang tersendiri dalam mengontrol metal, fisik dan nafsu yang didorong oleh perkembangan dan meningkat hormon. Sehingga banyak kasus anak remaja yang ingin mencoba hal baru bagi mereka namun terlarang seperti minuman keras, merokok bahkan seks bebas.
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk penyimpangan, dan “kebebasan”
yang di maksud mengacu pada pelanggaran norma. Adapun ciri-ciri pergaulan bebas yang saat ini terjadi yaitu menghamburkan harta untuk memuaskan nafsu seksual kebebasan, menghalalkan segala cara, demi uang, menimbulkan perilaku munafik, rasa ingin tahu yang besar terhadap hal baru, keinginan untuk mencoba dan merasakan, perubahan terjadi pada perasaan, pikiran, lingkungan, hubungan dan tanggung jawab dan lain sebagainya.
Terjadinya Tindakan penyimpangan remaja ini akan berbeda – beda tergantung factor pendorongnya baik dalam diri sendiri maupun oleh lingkungan teman, pergaulan bahkan keluarga. Maraknya pergaulan bebas pada anak remaja disebabkan dari mental yang tidak sehat, hingga kegagalan remaja memahami norma.
Mengatasi pergaulan bebas pada anak remaja dapat dimulai dari pembentukan karakter anak baik, dalam proses peralihan dari masa anak remaja menuju pendewasaan perlunya arahan atau bimbingan yang kuat untuk menuju kehidupan yang baik. Yang berperan dalam pembentukan kerakter anak remaja dimulai dari keluarga, lembaga pendidikan. pertemanan sebaya dan pendirian agama.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, A. C., Zahra, N. L., & Saras, K. (2023). Peran Orang Tua dalam Mengatasi Pengaruh Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja. PENDIRI: Jurnal Riset Pendidikan, 1(1), 9-14
Ashaari, N. N. S. B. H., Sumadi, S. N., Salleh, N. A., Ismail, N. I., Adenan, N. A.
H., & Husin, M. R. (2019). Masalah Pergaulan Bebas dalam Kalangan Remaja Sekolah. International Journal of Humanities, Management and Social Science (IJ-HuMaSS), 2(1), 38-50.
Nadirah, S. (2017). Peranan Pendidikan Dalam Menghindari Pergaulan Bebas Anak Usia Remaja. Musawa: Journal for Gender Studies, 9(2), 309-351.