Dengan mengucap syukur kehadirat Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya kepada kita dengan anugerah kekuatan dan kesehatan, penulis berhasil menyelesaikan buku Model Pendidikan Keluarga dalam Pengembangan Karakter Mandiri Anak Usia Dini. Buku ini merupakan hasil penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan prasekolah. Selain itu, anak usia dini merupakan masa emas dan sensitif dalam menyerap rangsangan bagi seluruh aspek perkembangan, termasuk pengembangan karakter mandiri.
Perkembangan
Kemandirian pada Anak Usia Dini
Hakikat kemandirian anak usia dini
- Ciri-ciri kemandirian pada anak usia dini
- Faktor pendukung dan penghambat perkembangan kemandirian pada anak usia dini
Perilaku mandiri pada anak usia dini dapat dilihat dari kebiasaan atau tindakan yang dilakukan anak sehari-hari. Ciri anak usia dini lainnya adalah mereka mengelola emosinya lebih baik dibandingkan anak seusianya. Faktor pendukung dan penghambat berkembangnya kemandirian pada anak usia dini kemandirian pada anak usia dini.
Kemandirian Anak Usia Dini
Hakekat kemandirian 1. Pengertian kemandirian
- Perkembangan kemandirian
- Ciri-ciri kemandirian
- Bentuk-Bentuk Kemandirian anak usia dini
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah suatu keadaan dimana seseorang berusaha sendiri dalam arti tidak bergantung pada keputusan orang lain dan mampu menjalankan tugas kehidupan dengan penuh tanggung jawab. Yang dimaksud dengan unsur normatif adalah pembangunan kemandirian mengupayakan proses yang terarah karena pembangunan kemandirian sejalan dengan hakikat dan keberadaan manusia serta arah dan batasan pembangunan yang bersangkutan. Merawat orang lain di rumah dan di rumah, misalnya menjadi saudara saat orang tua tidak ada di rumah.
Kemandirian sosial, yaitu kemampuan anak dalam menjalin hubungan sosial dengan orang tua dan teman sebaya di lingkungannya. Faktor bawaannya adalah anak yang mandiri, mereka adalah tipe orang yang suka dan senang bila orang lain membantunya. Pola asuh orang tua, kemungkinan anak yang memiliki sifat mandiri menjadi kurang mandiri disebabkan oleh sikap orang tua yang selalu melayani dan membantu anak.
Dalam perkembangan kemandirian, anak laki-laki biasanya lebih aktif dibandingkan anak perempuan, b) Faktor Intelegensi atau kecerdasan, anak yang memiliki kecerdasan tinggi akan lebih cepat menangkap hal-hal yang memerlukan kemampuan berpikir, sehingga anak yang cerdas cenderung cepat dalam mengambil keputusan. serta kemampuan menganalisis dengan baik risiko yang akan dihadapinya. Kecerdasan berkaitan dengan tingkat kemandirian anak, artinya semakin tinggi kecerdasan anak maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya,.. c) Faktor Perkembangan, kemandirian akan banyak memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu, orang tua harus mengajarkan kemandirian sedini mungkin sesuai dengan kemampuan perkembangan anak.
Jika lingkungan keluarga, sosial, dan masyarakat baik biasanya akan memberikan pengaruh positif terhadap kemandirian anak, terutama dalam hal nilai dan kebiasaan dalam menjalankan tugas kehidupan. seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan baik dari keluarga maupun lingkungan. Untuk itu orang tua dan respon lingkungan sosial sangat diperlukan anak atas setiap perilaku yang dilakukannya. b) Faktor sosial budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam hal nilai dan kebiasaan hidup, membentuk kepribadiannya termasuk kemandiriannya, apalagi di Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dengan sosial budaya yang beragam. latar belakang, ... c) Faktor lingkungan sosial ekonomi, faktor sosial ekonomi yang memadai dengan pola pendidikan dan kebiasaan yang baik akan mendukung perkembangan anak menjadi mandiri.
Tahapan Kemandirian
Aspek-Aspek Perkembangan Kemandirian
- Indikator-Indikator dalam Perkembangan Kemandirian Indikator dalam perkembangan kemandirian anak bisa
Merawat orang lain di dalam dan di luar rumah (merawat adik, menyayangi binatang). sikap individulah yang menunjukkan keyakinan bahwa ia dapat mengembangkan rasa dihargai. Terwujudnya kemandirian anak terlihat dari kemampuannya berani memilih, yakin akan kemampuannya dalam berorganisasi dan menghasilkan sesuatu yang baik. Perwujudan kemandirian terlihat dari tanggung jawab seseorang untuk berani menghadapi resiko akibat dari keputusan yang diambilnya, menunjukkan kesetiaan dan mempunyai kemampuan untuk membedakan atau memisahkan kehidupannya dengan kehidupan orang lain di lingkungannya.
Terwujudnya kemandirian anak terlihat pada kemampuannya menemukan akar permasalahan, mengevaluasi segala kemungkinan untuk mengatasi permasalahan dan berbagai tantangan serta permasalahan lainnya, tanpa harus mendapatkan bantuan atau bimbingan dari orang yang lebih tua. Dengan kata lain, kemampuan mengendalikan diri dan perasaan, sehingga seseorang tidak merasa takut, cemas, ragu-ragu, atau marah berlebihan ketika berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Dari penjelasan dan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada tiga aspek atau bentuk kemandirian pada anak usia dini, yaitu: kemandirian fisik, kemandirian emosional dan.
Kemandirian jasmani dalam konteks kecakapan hidup berarti anak dapat melakukan hal-hal sederhana untuk mengurus dirinya sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kemandirian emosional adalah ketika anak mampu mengatasi perasaannya sendiri, terutama perasaan negatif seperti rasa takut dan sedih, serta anak juga dapat merasa aman dan nyaman dengan dirinya sendiri tanpa harus didampingi orang lain disekitarnya. Kemandirian sosial ditandai dengan kemampuan anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya, misalnya dengan sabar menunggu giliran, mampu bergiliran.
Indikator dalam pengembangan kemandirian. Indikator dalam perkembangan kemandirian anak dapat diperoleh dari keterampilan khusus anak pada tahap perkembangan anak usia dini. Dinyatakan (Hurlock, 2015) bahwa keterampilan khusus pada anak usia dini antara lain: .
Peranan keluarga dalam Pengembangan Kemandirian Anak
- Konsep Dasar Pendidikan Keluarga
- Peranan dan fungsi pendidikan keluarga
- Pola Pengasuhan Orangtua
Selain itu, orang tua juga diharapkan mengetahui kewajibannya dalam membesarkan anak (Yanti, Firman, & Rusdinal, 2020). Orang tua sebagai lingkungan pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan seorang anak dan menuntunnya menuju kedewasaan. Orang tua berperan dalam membesarkan anak dengan cara berkomunikasi langsung satu sama lain, memberikan petunjuk, memberikan kesempatan, dan memberikan teladan.
Pola pengasuhan adalah cara yang digunakan orang tua dalam upaya mengendalikan dan mensosialisasikan anak (Baumrind, 1991). Pola asuh orang tua erat kaitannya dengan hubungan orang tua dan anak dalam proses pendidikan anak. Pada pola asuh otoriter ini, orang tua cenderung lebih banyak memberi perintah dan melarang anak melakukan sesuatu.
Orang tua yang memiliki tipe ini biasanya selalu memberikan perintah kepada anaknya dan anak harus menurutinya meskipun merasa terpaksa melakukannya. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan komunikasi biasanya bersifat satu arah. Jika orang tua mengatakan salah atau benar, orang tua memberikan alasan yang masuk akal.
Kurniawati (2011) mengatakan inti dari pola asuh ini adalah komunikasi atau diskusi antara anak dan orang tua dalam menentukan permasalahan yang menyangkut anak.
Pengembangan kemandirian anak usia dini melalui metode practical life
- Konsep dasar metode practical life
- Media pengembangan kemandirian anak menurut metode practical life
- Bentuk kegiatan pengembangan kemandirian berdasarkan metode practical life activities
- Tahapan kegiatan pengembangan kemandirian menurut metode practical life activities (dalam keluarga)
Montessori juga mengamati hal yang sama, bahwa ketika anak bermain, mereka mencari aktivitas berguna yang bisa mereka pilih sendiri. Anak-anak juga ingin diperlihatkan cara melakukan berbagai hal dan mengharapkan ketersediaan alat, bahan, dan ruang yang mendukung. Para orang tua ini sebenarnya hanya terbawa suasana saja. stres dan kecemasan mereka sendiri saat dewasa.
Namun setelah mengamati anak-anak dengan cermat selama bertahun-tahun, ia mengembangkan pemahaman berbeda tentang apa yang disukai anak-anak dan langkah apa yang dapat diambil untuk membantu mereka tetap bebas. Berkat temuan tersebut, Montessori kemudian merancang beberapa kegiatan 'bermain' khusus yang tidak hanya memberikan pengalaman fantasi, namun lebih mengarahkan anak untuk mengarahkan pengalaman di dunia nyata, dengan tujuan membantu 'kerja' batin anak. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan istilah lain dari pekerjaan rumah, yaitu tugas-tugas yang sering dianggap kecil yang dilakukan oleh orang dewasa tanpa mengajak anak-anak. Tujuan anak melakukan aktivitas praktik langsung lebih pada perjalanan melalui proses dibandingkan menilai hasil akhirnya.
Pada dasarnya anak menyukai barang-barang yang penggunaannya sesuai dengan warnanya, jika bisa menyiapkannya akan lebih baik jika menyiapkan alat yang warnanya berbeda-beda. Banyak sekali warna dan bentuk yang tersedia di pasaran, kini kita tinggal memilih sesuai dengan warna kesukaan anak. Orang tua dapat mendidik anaknya secara alami dengan melakukan kebiasaan hidup sehari-hari.
Anak diharapkan dapat melakukan aktivitas yang berkaitan dengan dirinya dan mampu memperhatikan lingkungan sekitar. Orang tua akan memberikan contoh dalam melakukan kegiatan tersebut dan meminta anak meniru atau mengikuti apa yang dilakukan orang tua. Tahap pertama: Memberikan pelatihan kepada orang tua 1) Orang tua menerima pelatihan tentang . kemandirian anak berkembang.
Model Kemandirian Anak
Tahapan pelaksanaan penerapan model
Sebagaimana tertuang dalam landasan teori, model yang ditawarkan berupa aktivitas yang dilakukan: mengajarkan anak melakukan rutinitas atau pekerjaan atau aktivitas sehari-hari di lingkungan keluarga. Tahap pertama: Pemberian pelatihan bagi orang tua 1) Orang tua diberikan pelatihan selama 2 jam mengenai . mengembangkan kemandirian anak.
Bentuk-Bentuk Kegiatan yang akan dilakukan
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan
Daftar Pustaka
Profil Penulis
S1 diambil di Lembaga Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Padang jurusan Pendidikan Luar Sekolah, lulus tahun 1984, dilanjutkan S2 di IKIP Malang jurusan yang sama, lulus tahun 1997. Pr. 1 September 1986 diangkat menjadi dosen di Jurusan Pendidikan Ekstrakurikuler Fakultas Ilmu Pendidikan (PLS FIP IKIP Padang) hingga sekarang. Pada tahun 2017, beliau dipercaya menjadi tim akademik di PAUD dan Pusat Pengembangan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD DIKMAS).
Pendidikannya dimulai dari SDN 01 Koto Lawas lulus tahun 1988, Medresah Tsanawiyah (M.Ts) Koto Lawas lulus tahun 1991, MAN Batu Mandi lulus tahun 1994, S1 PLS FIP IKIP. Beliau saat ini menjabat sebagai dosen tetap pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang pada tahun 2005 hingga sekarang, dan merupakan dosen berprestasi pada Program Studi PGPAUD STKIP Aisyiah Pekanbaru. Sembari melanjutkan studi S3 di Program Studi PAUD, UNJ juga aktif sebagai dosen tamu di PGPAUD STAIINDO Jakarta dan sebagai pengajar PGPAUD di Universitas Terbuka Jakarta.
Aktif sebagai reviewer modul bidang PAUD Universitas Terbuka (2016-sekarang), serta dosen LB pada program studi PGPAUD STKIP Azdkia Padang (2016-sekarang). Selain aktif sebagai dosen, beliau juga aktif melakukan penelitian, pengabdian kepada masyarakat, membimbing kegiatan kemahasiswaan, mengikuti pelatihan dan seminar, serta menjadi narasumber pada seminar dan acara pelatihan di bidang PAUD dan PAUD. pendidikan. Diantara penelitian yang telah dipublikasikan; Pengembangan kemandirian anak usia 3-4 tahun dalam kelompok bermain, pengembangan perilaku hidup bersih pada anak di TK, pemerolehan bahasa pada anak usia dini (studi kasus pada anak 'Putri' usia 2,3 tahun), model bermain untuk meningkatkan perhatian selektif pada anak dan publikasi lainnya.
PENERBIT
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG TAHUN 2020