• Tidak ada hasil yang ditemukan

dampak alih tanam komoditi padi ke komoditi karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "dampak alih tanam komoditi padi ke komoditi karet"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

DAMPAK ALIH TANAM KOMODITI PADI KE KOMODITI KARET

TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI PETANI

(Studi Kasus: di Jorong Jati Salam Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya)

ARTIKEL

DENI RATNA SARI NPM: 11070052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

STKIP PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

2

(3)

1 DAMPAK ALIH TANAM KOMODITI PADI KE KOMODITI KARET TERHADAP

KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI PETANI

(Studi Kasus: di Jorong Jati Salam Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya)

Deni Ratna Sari 1 Firdaus, M.Si 2 Isnaini, M.Si3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The development of agriculture in Indonesia time by the time always have cange cause of there is a canging in society. The changing can influence the rubber farmers live hood such as in Jati Salam, it can be process in agriculture with changing rice to rubber farm. The theory that used in this research is theory of social change challenge and the comments made by Arnold Toynbee. This study uses the theory of social change challenge and the comments made by Arnold Toynbee and research use qualitative approach and descriptive research type. Informants in this study were taken by purposive manner. Data collection method in this research with the study documents. Nonparticipant observation and in-depth interviews. Later in this study, the unit of analysis is the individual that is the farmer who planted over rice commodity to commodity rubber against the social- economic life Jorong Jati subdistrict Toy Island Greeting Nagari Koto Salak Dharmasraya district. Data analysis performed in this study using interactive data analysis developed by Milles and Huberman. From these results it can be concluded that the factors causing farmers Jorong Jati Salam regards to transfer of commodity rice planting rubber is the first commodity to internal factors are faktors originating from the farmers themselves . both external factors such as other people, harvest time is short, the location of the land. More oever as for the social impacts that can make the relationship between the other farmers to be reduced, the loss of the system of cooperation , of mutual cooperation,. Both the economic impact of the more expensive rubber the higher the income, but now the decline in rubber prices make farmers income is recuded .

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

Pembimbing II dan Dosen Stkip PGRI Sumatera Barat

(4)

2 DAMPAK ALIH TANAM KOMODITI PADI KE KOMODITI KARET TERHADAP

KEHIDUPAN SOSIAL-EKONOMI PETANI

(Studi Kasus: di Jorong Jati Salam Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya)

Deni Ratna Sari 1 Firdaus, M.Si 2 Isnaini, M.Si3

Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABTRAK

Perkembangan pertanian di Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengalami pasang surut yang disebabkan adanya perubahan dalam masyarakat, perubahan tersebut dapat mempengaruhi mata pencaharian yang semula petani sawah menjadi petani karet.

Seperti yang terdapat di Jorong Jati Salam terjadinya proses perubahan pertanian dengan cara melakukan alih tanam komoditi padi menjadi komoditi karet. Penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial tantangan dan tanggapan yang dikemukakan oleh Arnold Toynbee dan penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dan tipe penelitian Deskriptif. Informan dalam penelitian ini diambil dengan cara Purposive.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi dokumen.

Observasi nonpartisipan dan wawancara mendalam. Kemudian dalam penelitian ini yang menjadi unit analisisnya adalah individu yaitu petani yang melakukan alih tanam komoditi padi ke komoditi karet terhadap kehidupan sosial-ekonomi Jorong Jati Salam Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan analisis data interaktif yang dikembangkan oleh Milles dan Huberman. Dari hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab petani Jorong Jati Salam melakukan alih tanam dari komoditi padi ke komoditi karet adalah pertama faktor internal yaitu faktor yang berada dari dalam diri masyarakat. Kedua faktor Eksternal seperti: orang lain, waktu panen yang singkat, lokasi lahan. Selain itu adapun dampak yang terjadi yaitu pertama dampak sosial yang dapat membuat hubungan diantara petani yang lain menjadi berkurang, hilangnya sistem kerja sama, gotong royong. Kedua dampak ekonomi semakin mahal harga karet maka semakin tinggi pendapatan, tetapi sekarang terjadi penurunan harga karet yang membuat pendapatan petani berkurang.

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat Pembimbing I dan Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

Pembimbing II dan Dosen Stkip PGRI Sumatera Barat

(5)

3 PENDAHULUAN

Menurut Muin pertanian merupakan suatu kegiatan ekonomi utama penduduknya di Indonesia karena lebih dari 80%

penduduknya bekerja pada sektor pertanian.

Pertanian terdiri dari lima subsektor, yaitu tanaman pangan (sawah), perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan (Soekartawi, 2010:31).

Jenis-jenis pertanian berkaitan dengan tanaman pokok apa yang menjadi sumber kehidupan dari suatu masyarakat desa/petani, perbedaan dalam jenis tanaman pokok juga menciptakan perbedaan dalam corak kehidupan masyarakatnya (Raharjo, 1999:129).

Tanaman pangan (Sawah) merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan yang sangat strategis karena lahan tersebut merupakan sumber daya utama untuk memproduksi padi/beras, yang merupakan pangan pokok utama di negara Indonesia.

Sawah digunakansepanjang tahun, instalasi dan pengelolaannya menyiratkan adanya petani yang berdiam di satu tempat secara menetap (Soentoro & Soeyanto, 1990:60).

Pola penggunaan lahan sawah untuk komoditi padi ada beberapa cara yaitu:

a. Pola tanam dan penggenangan.

b. Penambahan lumpur bersama air irigasi.

c. Penambahan bahan kimia/unsur hara dengan sengaja dan praktek pengolahan tahan.

d. Pembuatan sawah diawali dengan perataan tanah dan pembuatan pematang.

Pengolahan lahan pertanian lahan sawah berbeda dengan perkebunan, perkebunan adalah usaha pertanian besar yang produksinya ditujukan untuk menghasilkan tanaman ekspor (Soentoro &

Soeyanto, 1990:75). Tanaman tertentu adalah tanaman semusim atau tanaman tahunan yang karena jenis dan tujuan pengolahannya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan. Tanaman semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh selama semusim pada tahun tersebut. Sedangkan tanaman tahunan merupakan tanaman yang mampu tumbuh lebih dari dua Tahun, Umumnya merujuk pada tanaman berkayu keras. Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus, yang tumbuh di berbagai daerah wilayah di

Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet.

Pengolahan perkebunan karet dengan lahan pertanian sawah berbeda, perkebuanan karet dibuka dengan cara menanam bibit karet yang kualitasnya bagus. karet yang sudah ditanam tidak bisa untuk langsung di sadap karena memerlukan waktu yang lama, karet normal disadap pada tahun kelima agar dapat menghasilkan getah yang berkualitas.

Petani yang bermata pencaharian karet ini, lebih cenderung bersifat individualisme, karena bekerja sendiri-sendiri tanpa adanya gotong royong atau saling tukar tenaga.

Dari kebutuhan ekonominya tanaman karet ini bisa di panen seminggu sekali, dalam waktu seminggu petani karet sudah bisa mendapatkan hasil dari menyadap karet tersebut. Berbeda dengan petani lahan sawah, yang hanya bisa mengasilkan panennya tiga bulan sekali.

Perkembangan pertanian di Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengalami pasang surut yang disebabkan adanya perubahan dalam masyarakat, perubahan tersebut dapat mempengaruhi mata pencaharian yang semula petani sawah menjadi petani karet. Hal ini karena adanya proses alih fungsi lahan pertanian, alih fungsi merupakan peralihan penggunaan lahan, yaitu dari hutan menjadi lahansawah, lahan sawah menjadi perkebunan (Suryana, 2004).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan Di Jorong Jati Salam, Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya. Memiliki banyak kekayaan alam yang terdiri dari kekayaan yang bersifat dapat diperbarui seperti hutan, sungai dan lahan pertanian yang merupakan potensi besar di bidang sektor pertanian dan perkebunan sebagai sumber utama untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat tersebut.

Tanaman pertanian yang dikelola oleh masyarakat Jorong Jati Salam tersebut seperti tanaman padi, karet, cokelat, sawit yang sesuai dengan kondisi iklim dan lahan yang sesuai dengan daerah.

Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan di Jorong Jati Salam, Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya terlihat adanya proses perubahan lahan komoditi padi menjadi komoditi karet, dan sawit. dengan

(6)

4 perkembangan masyarakat, mata

pencaharian yang semula petani sawah tersebut mulai berkurang dan berubah karena terjadinya proses perubahan sosial yaitu adanya proses alih tanam komoditi padi ke komoditi karet di dalam masyarakat Jorong Jati Salam Kecamatan Koto Salak, Kabupaten Dharmasraya. untuk lebih jelaskan lihat tabel di bawah ini:

Tabel 1.l : Luas lahan Pertanian di Jorong Jati Salam Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmasraya.

Tahun Lahan Pertanian/Ha

Sawah Karet Sawit 1995 56

Hektar

0 0

2000 20 Hektar

26 Hektar

10 Hektar 2005 20

Hektar 26 Hektar

10 Hektar 2010 10

Hektar 31 Hektar

15 Hektar 2015 10

Hektar 31 Hektar

15 Hektar Sumber : Data penduduk Jorong Jati Salam tahun 2015

Berdasarkan Tabel 1.1 maka dapat disimpulkan bahwa pada tahun 1995 mata pencaharian masyarakat Jorong Jati Salam yaitu petani sawah yang dapat menghasilkan tanaman padi, berguna untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Sebelum tahun 1995 yaitu tahun 1977 dimana pada tahun tersebut masyarakat baru terjadi transmigrasi ke Jorong Jati Salam, dengan diberikan lahan kosong untuk calon sawah yang berjumlah 56 hektar.

Sebelum adanya irigasi pekerjaan yang dilakukan pada tahun 1977 yaitu berladang darat artinya lahan yang masih tanah darat di tanami padi dengan cara menanjak padi seperti cara menanam kacang, dan hanya mengharapkan air hujan karena belum ada irigasi. Selain tanaman padi juga di tanami kacang hijau, kacang tanah, dan sayur- sayuran. Pada tahun 1995 barulah dibuka lahan persawahan untuk komoditi padi dengan membuat irigasi dengan luas 56 hektar.

Seiring dengan perubahan yang terjadi di Jorong Jati Salam terjadinya proses pengurangan lahan sawah yang bertujuan untuk membuka lahan perkebunan yaitu

karet yang terjadi pada tahun 2000 seluas 26 hektar yang dijadikan khusus untuk perkebunan karet, tanaman karet berbeda dengan padi yang tidak bisa menunggu waktu beberapa bulan bisa di panen. Tetapi karet yang baru dibuka harus menunggu enam csampai tujuh tahun untuk bisa hasilnya di panen agar getah yang dihasilkan berkualitas. untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Jorong Jati Salam.

Karena lahan karet yang masih baru dan belum bisa dihasilkan maka cara untuk memenuhi kebutuhan mereka yaitu komoditi karet yang masih baru tersebut sambil ditanami semangka, kacang hijau, cabe, jagung, dan ubi kayu dengan tujuan untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup sambil menunggu karet dapat dihasilkan.

Pada tahun 2010 alih tanam komoditi padi menjadi komoditi karet semakin bertambah besar, lahan sawah pada tahun 2000 sampai 2005 berjumlah dengan luas 20 hektar. Pada tahun 2010 terjadinya pengurangan lahan sawah seluas 5 hektar untuk dijadikan lahan karet dan sampai pada tahun sekarang jumlah keseluruhan lahan sawah yang tersisa yaitu hanya tersisa 10 hektar dan karet seluas 31 hektar.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa luas sawah yang dijadikan ke lahan karet dari tahun 2000 sampai tahun 2015 seluas 31 ha dan sisa sawah seluas 10 ha. Jumlah petani yang masih mengolah sawah yaitu 10 orang dimana masing-masing petani mempunyai lahan seluas 1 ha per/individu, dan petani yang melakukan alih tanam ke lahan karet adalah 31 orang dan masing-masing petani memiliki luas lahan 1 ha.

METODE DAN JENIS DATA

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kualitatif dan tipe penelitian ini adalah tipe deskritif

.

Metode pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Purposive sampling adalah salah satu strategi menentukan informan berdasarkan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu (Bungin, 2011:108).

Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan data primer dan data skunder.

(7)

5 Teknik pengumpulan data dalam

penelitianini adalah observasi, wawancara dan dokumen. Model analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis data Miles dan Huberman.

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pertanian Masyarakat

Masyarakat Jorong Jati Salam dalam mengelola sumber daya alam lebih kepada bercocok tanam padi dan karet, dibanding dengan memilih sawit. Hal ini terjadi karena masyarakat dahulunya lebih memilih untuk membuka lahan komoditi padi tanah darat pada tahun 1977 awal kedatangan penduduk transmigrasi dan kemudian tahun 2000 mulai ada orang-orang yang membuka lahan karet dari peralihan lahan sawah tanah darat.

Ada beberapa macam sistem pertanian yang ada di Jorong Jati Salam seperti pertanian pangan (padi), perkebunan (karet, cokelat, sawit). Selain itu adapun buruh tani yang bekerja kepada orang lain untuk membantu mengolah lahan pertaniannya, sistem pertanian padi dengan perkebunan seperti komoditi karet dari segi pengelolahannya jauh berbeda, komoditi padi sifatnya lebih banyak menggunakan waktu untuk bekerja dari pagi hingga sore.

Sedangkan pegelolahan komoditi karet yang hanya memerlukan waktu dua sampai empat jam untuk menyadap karet, setelah itu petani bisa melakukan aktifitas yang lainnya seperti mencari rumput, memancing atau bekerja buruh bangunan. Sedangkan buruh tani ia bekerja dari pagi kurang lebih jam 08.00-12.00 wib dan ada juga yang dari jam 08.00-17.00 wib.

B. Proses Berccok Tanan Komoditi Padi Pada Masa Transmigrasi

Sejak awal kedatangan penduduk dari proses transmigrasi masyarakatnya mengelola lahan yang telah disediakan oleh pemerintah dengan bercocok tanam padi mulai pada tahun 1977, dari yang hanya memanfaatkan air hujan tanpa adanya irigasi.

Proses menanam padi hanya dengan cara tonjok padi atau proses memberi lubang untuk benih padi yang akan ditanam proses menanam komoditi padi ini sama persis dengan proses menanam kacang-kacangan hal ini karena lahan sawah belum ada

dipetak-petak dan masih berbentuk lahan yang masih datar, selain itu pada masa dulu belum ada yang namanya bajak sawah.

Seiring dengan perubahan yang terjadi, semakin lama maka semakin ada kemajuan dalam mengelola komoditi padi, yang dahulunya lahan komoditi padi hanya berupa tanah datar dan belum ada irigasi kemudian pada tahun 1995 masyarakat jorong Jati Salam membuat irigasi untuk saluran air sawah yang diberi bantuan oleh pemerintah, dan merubah tanah yang masih datar menjadi petak-petak sawah. Namun proses pembajakan sawah masih dengan menggunakan kerbau atau sapi, tidak semua orang membunyai bajak sapi, hanya beberapa orang saja.

C. Alih Komoditi Padi ke Komoditi Karet di Jorong Jati Salam

Pertama sekali petani melakukan alih tanam dari tanaman padi yang kemudian dijadikan ke karet pada tahun 2000 lahan yang digunakan untuk alih tanam ini yaitu lahan yang sebelumnya menjadi sawah irigasi dan kemudian semakin lama masyarakatnya mengalami peningkatan dalam melakukan alih tanam dari padi menjadi karet seperti tahun 2005 sampai tahun 2010.

Alih tanam yang dilakukan oleh petani Jorong Jati Salam dari tanaman padi ke karet sebelumnya adalah lahan sawah irigasi dan bukan lahan sawah tanah darat. Tetapi lahan sawah yang sudah diolah dengan menggunakan air irigasi dan lahan sawah yang berbentuk petak-petak yang kemudian dialihkan menjadi karet tanpa menggusur atau meratakan lahan sawah yang berbentuk petak-petak tersebut.

Alih tanam yang dilakukan oleh petani Jorong Jati Salam, bahwa tidak semua lahan yang mereka punya di gantikan menjadi karet semua. tetapi ada beberapa petani yang masih menyisahkan lahannya untuk tetap diolah menjadi sawah.

D. Proses Alih Tanam Komoditi Padi ke Komoditi Karet

Komoditi karet dibuka dari lahan sawah melalui beberapa proses untuk menanam bibit karet yaitu dengan cara membuat lubang untuk bibit karet yang akan ditanam, sebelum dilakukan penanaman maka tanah yang mau di tanami tersebut di beri pupuk dengan tujuan agar tanahnya

(8)

6 subur dan bibit karet yang di tanam bisa

cepat tumbuh besar, selain itu lokasi yang sebelumnya lahan sawah yang berbentuk petak-petak sawah tidak perlu lagi untuk dilakukan proses penggusuran atau pemerataan tanah dan langsung bisa di tanami bibit karet.

Tetapi sebelumnya bekas sawah yang diolah tersebut harus dikeringkan dari air sawah, jika tidak maka karet yang ditanam akan membusuk karena tergenang air bekas sawah, maka dari itu air sawah yang masih menggenah di lokasi harus dikeringkan hingga tanahnya benar-benar kering dan tidak tergenang oleh air, barulah tanah tersebut bisa benar-benar di tanami oleh bibit karet.

Strategi yang dapat dilakukan oleh petani Jorong Jati Salam dalam menunggu karet untuk bisa dinikmati ada beberapa cara untuk dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan ekonomi agar tidak terbebani yaitu dengan cara memanfaatkan tanah yang masih baru ditanami karet seperti menanam semangka, sayuran, jagung, cabe, yang dapat diolah dan di jual agar dapat menambah pendapatan sambil menunggu karet bisa untuk dinikmati hasilnya.

E. Faktor Penyebab Alih Tanam Komoditi Padi ke Komoditi Karet

a. Faktor Internal

Salah satu faktor timbulnya petani Jorong Jati Salam Nagari Pulau Mainan untuk melakukan alih tanam komoditi padi menjadi komoditi karet disebabkan karena faktor dari dalam diri masing-masing petani tersebut. Untuk merubah komoditi tanam yang sebelumnya sebagai petani padi menjadi petani karet dengan tujuan yaitu:

Agar lebih mudah atau santai bekerjanya, Lebih gampang untuk dihasilkan dan tidak repot dalam mengolah tanamannya sewaktu tanaman karet sudah bisa untuk dipanen.

Tidak hanya itu saja faktor alam juga dapat mempengaruhi petani untuk melakukan alih tanam dari yang sebelumnya padi dan dirubah menjadi karet ini terjadi pada awal masa kedatangan masyarakat transmigrasi, karena pada saat itu alam kurang mendukung untuk petani mengolah sawah, karena pada saat itu belum ada dilakukan pembuatan irigasi dan hanya memanfaatkan air hujan, atau menyiram dengan air yang diambil dari sungai.

Meskipun pada tahun 1995 sudah dibuat irigasi tetapi sempat terjadi kekeringan air sampai tahun 1999, seingga banyak petani yang gagal panen. Maka dari itu timbul niat dari para petani untuk memilih bercocok tanam karet dari pada padi, tetapi tidak semua orang melakukan perubahan lahan untuk dijadikan karet, ada juga yang masih mempertahankan sawah hingga saat ini.

a. Faktor Eksternal

Alih tanam komoditi padi menjadi komoditi karet juga dapat disebabkan faktor dari luar, yaitu akibat pengaruh dari luar diri individu, seperti yang terjadi pada petani Jorong Jati Salam Nagari Pulau Mainan Kecamatan Koto Salak Kabupaten Dharmaraya. Faktor pendorong petani melakukan alih tanam komoditi padi menjadi karet salah satunya disebabkan karena faktor dari luar yaitu akibat pengaruh dari petani yang telah melakukan alih tanam komoditi sawah ke komoditi karet sebelumnya seperti:

1. Orang lain.

Informan yang melakukan alih tanam dari tanaman padi menjadi tanaman karet, menyatakan bahwa tindakannya tersebut dilakukan karena terpengaruh orang lain yang telah terlebih dahulu melakukan alih tanam dari komoditi padi ke komoditi karet.

orang lain tersebut adalah tetangganya atau teman yang lahannya bersebelahan dari lahan mereka. Selain itu mereka terpengaruh karena melihat kehidupan petani karet lebih makmur karena cara bekerja petani karet yang lebih gampang dan tidak susah dalam mengelolah tanamannya dibandingkan dengan petani sawah yang harus mengelola sawahnya mulai dari proses menanam sampai panen tiba diantaranya seperti membajak, meratakan tanah setelah di bajak, proses penambahan tanah di pematang sawah, pemupukan, pengendalian hama, dan ketika panen membutuhkan orang banyak untuk membantu, begitu seterusnya sampai proses penanamn padi lagi.

2. Waktu Panen Yang Singkat

Tanaman padi bisa dipanen memerlukan waktu kurang lebih 4 bulan lamanya karena tanaman padi sifatnya sementara artinya ketika sudah dipanen maka harus dilakukan penanaman biji padi yang baru lagi. Sedangkan karet merupakan tanaman yang mampu bertahan hidup dan

(9)

7 dimanfaatkan selama bertahun-tahun, hanya

saja tanaman karet ketika baru di tanam dengan bibit yang baru maka memerlukan waktu 5 (lima) sampai 7 (tujuh) tahun baru bisa dipanen. Ketika karet sudah bisa untuk di sadap maka informan bisa panen dalam waktu satu minggu sekali.

3. Lokasi Lahan

Lokasi lahan pertanian juga dapat mempengaruhi petani dalam mengelola tanaman, seperti dalam satu lahan pertanian khusus untuk lahan sawah atau karet, lahan padi tidak bisa bercampur dengan lahan karet karena padi membutuhkan irigasi untuk menyalurkan air ke sawah, terkecuali jika orang yang membuka lahan karet berseberangan dengan lahan karet yang posisinya tidak sejalur dengan irigasi.

Petani yang melakukan alih tanam dari lahan sawah kemudian dialihkan ke karet maka akan mengganggu petani sawah yang lain. Jika petani yang melakukan alih tanam berada pada lahan paling atas berdekatan dengan irigasi maka petani yang mempunyai lahan berada di bawahnya akan terganggu, tidak bisa mengalirkan air irigasi melalui lahannya lagi. Selain itu serangan binatang atau hama akan bertambah banyak, karena tidak ada tanaman padi yang akan diserang lagi. Sehingga petani yang masih mengolah sawahnya berfikir untuk lebih ikut memilih melakukan alih tanam padi menjadi karet.

b. Dampak Sosial Alih Tanam Komoditi Padi Menjadi Karet a. Pola Kerja antara Petani Karet dengan

Petani Padi

Komoditi padi dengan komoditi karet mempunyai pola kerja yang berbeda, artinya cara kerja antara mengolah tanaman karet dengan padi tidak sama, mulai dari bercocok tanamnya sampai saat panen tiba, pola kerja untuk mengolah padi lebih banyak yang dilakukan ketimbang pola kerja dalam mengolah karet, seperti kalau mengolah padi yaitu segi penanaman bibit padi yang harus melakukan beberapa tahap sebelum pola tanam dilakukan diantaranya proses pembajakan, garu-garu atau meratakan tanah yang di bajak, mopok penambahan tanah kepada tiap-tiap pematang sawah agar air sawah tidak melimpah, selanjutnya proses mengeringkan air, setelah itu bibit padi baru bisa di tanam, tidak cukup sampai disitu saja tetapi petanni juga harus melakukan perawatan agar padi bebas dari

hama, selain itu waktu yang diperlukan untuk bekerja bisa sampai seharian (pagi- sore).

Sedangkan karet cara kerjanya lebih mudah hanya memerlukan beberapa jam untuk menyadap karet dan setiap satu minggu sekali sudah bisa di panen dan dijual di toke getah.

b. Proses Kerja Sama dan Interaksi Berkurang

Setelah petani melakukan alih tanam dari komoditi padi menjadi karet, hal ini mempengaruhi kerja sama diantara sesama petani Jorong Jati Salam mulai yang sebelumnya saling bertukar tenaga seperti ketika panen padi secara bergantian membantu panen, bergantian memberi makan untuk orang yang bekerja dalam membajak sawah. selain itu interaksi dengan masyarakat yang lahannya diolah berdekatan dengan masyarakat yang lain juga berubah sebelumnya bisa saling bertemu dan bercakap-cakap sekarang hanya sekedar menyapa jika bertemu, hal ini dipengaruhi karena pola pekerjaannya sudah berbeda tetapi ada juga petani yang masih melakukan kerja sama dan interaksi dengan baik untuk yang masih mengolah lahan sawah.

F. Dampak Ekonomi Alih Tanam Komoditi Padi ke Karet

a. Pendapatan

Pendapatan yang dihasilkan oleh karet tergantung harga karet, jika karet harganya mahal maka pendapatan semakin tinggi bahkan bisa mencapai 1 juta/minggu. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan bahwa jika harga karet mahal bisa untuk mengadakan arisan setiap dua minggu sekali dengan jumlah Rp 100.000, kemudian ketika ada orang pesta mereka bisa menyumbang Rp 50.000. tetapi setelah harga karet turun dan ditambah musim kemarau yang membuat getah karet menjadi berkurang sehingga pendapatan yang dihasilkan dari yang sebelumnya 1 juta perminggu sekarang berubah menjadi Rp 600.000 yang membuat petani tersebut sudah tidak lagi mengadakan arisan, karena hasil yang di dapat dari panen karet tidak cukup untuk membayar arisan dan hanya untuk keperluan belanja kebutuhan pokok setiap minggunya. Selain itu ketika ada orang pesta yang sebelumnya mereka bisa menyumbang Rp 50.000 sekarang hanya bisa menyumbang Rp 25.000-30.000 saja.

(10)

8 b. Kepemilikan Barang

Penghasilan dari komoditi karet juga dapat mempengaruhi kepemilikan barang para petani, untuk membeli barang-barang atau peralatan yang dibutuhkan, bahkan ada yang 100% uang untuk belanja dari hasil karet karena sebelumnya telah di tabung dan ada juga yang sebagian buat tambahan untuk berbelanja seperti membeli kulkas, televisi, dan peralatan yang dibutuhkan untuk bertani. Tetapi karet tidak selamanya mempunyai harga yang mahal, ada saatnya harga karet bisa turun drastis yang dapat membuat masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan selain kebutuhan untuk membeli barang-barang yang mereka inginkan. Sebelumnya petani yang dapat membeli keperluan perlengkapan dan peralatan rumah tangga sekarang mereka hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari- hari untuk makan saja.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab yang membuat petani Jorong Jati Salam lebih memilih untuk bercocok tanam karet yaitu diantaranya:

1. Faktor internal yaitu faktor yang berada dari dalam diri petani untuk lebih memilih melakukan alih tanam komoditi padi menjadi komoditi karet 2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang

berasal dari luar diri individu, Faktor alam karena belum ada pembuatan irigasi hanya memanfaatkan air hujan, kekeringan air, pupuk padi yang susah dicari.

3. Petani yang melakukan proses alih tanam ini rata-rata petani yang sebelumnya berlatar belakang sebagai petani sawah, kemudian melakukan proses alih tanam dari yang padi menjadi karet

Alih tanam dari komoditi padi menjadi komoditi karet berdampak terhadap kehidupan sosial dan ekonomi petani setempat diantaranya yaitu:

1. Dampak sosial dari alih tanam komodi padi ke karet yaitu sangat mempengaruhi kerja sama, gotong royong dan interaksi diantara petani yang lainnya, yang membuat hubungan diantara mereka semakin berkurang.

2. Dampak ekonomi, alih tanam dari padi menjadi karet jika harga karet semakin tinggi maka pendapatan petani akan bertambah, dan bisa untuk memenuhi segala kebutuhan, baik itu pangan, sandang maupun papan, tetapi harga karet tidak selamanya tinggi, bahkan sekarang harga karet turun, dan membuat petani kebingungan karena pendapatan semakin hari semakin menipis.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif ( Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Kearah Ragam Farina

Konterporer. Jakarta : Grafindo Persada.

Soentoro, Titi & Soeyanto. 1990. Sosiologi Pertanian. Edisi 1. Cetakan 1.

Jakarta: Yayasan Obor Ondonesia

.

Soekartawi. 2010. Agribisnis. Jakarta:

Rajawali Pers.

Ritzer, George & Douglas J. Goodman.

2003. Teori Sosiologi Modern.

Jakarta : Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis SWOT menunjukkan bahwa faktor prioritas petani sistem lelang berada pada kuadran I, maka strategi yang difokuskan pada pengembangan sistem usahatani karet adalah

Lampiran 24 Dokumentasi Komoditi Padi Dan Jagung Di Lapangan..