• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan suatu sektor yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, karena negara Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil alam. Oleh karena itu, sektor pertanian menjadi perhatian terhadap proses pembangunan Indonesia. Sektor pertanian juga masih dapat diandalkan sebagai penopang perekonomian baik pada saat normal maupun dalam kodisi krisis. Komoditas pertanian yang perlu diperhatikan sistem pemasarannya adalah karet (Fahrurrozi et al., 2015).

Sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan.

Kontribusi sub sektor perkebunan menempati urutan pertama pada sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian. Sub sektor ini merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja, dan penghasil devisa negara. Karet merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.

Karet juga salah satu komoditi ekspor Indonesia yang cukup besar sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir karet terbesar dunia (Statistik Karet Indonesia, 2018).

Produksi karet di Indonesia sebagian besar berasal dari perkebunan negara dan perkebunan rakyat sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia sangat menggantungkan hidupnya pada perkebunan karet baik sebagai petani maupun sebagai pedagang pengumpul. Menurut Statistik Karet Kering Indonesia (2018) terdapat lima Provinsi penghasil karet kering di Indonesia. Provinsi Jambi

(2)

merupakan penghasil karet kering sebesar 9,0% setelah Kalimantan Barat 7,3%

sedangkan Provinsi Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Riau secara berurutan adalah 28,1%, 11,8% dan 9,4%.

Provinsi Jambi merupakan daerah yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil karet. Perkebunan di Provinsi Jambi berasal dari perkebunan karet rakyat yang diusahakan turun - temurun. Sehingga menjadi kebiasaan dan kebudayaan masyarakat. Hampir secara keseluruhan di wilayah Kabupaten yang ada di Provinsi Jambi memproduksi tanaman karet. Luas lahan perkebunan karet pada tahun 2020 mencapai 672.577 ribu/hektar, sementara produksi karet sebesar 377.159 ribu/ton. Dilihat dari luas lahan, laju produksi dan produktivitas pertumbuhan perkebunan karet di Provinsi Jambi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini didukung oleh data perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas perkebunan karet rakyat di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Karet di Provinsi Jambi Tahun 2016-2020

No Tahun

Luas Lahan (ha) Produksi (Ton)

Produktiv itas (Kg/ha)

TBM TM TTM Jumlah

1. 2016 194.003 362.858 112.660 669.521 337.544 930 2. 2017 193.611 369.757 109.982 673.350 344.413 931 3. 2018 190.335 376.896 104.098 671.319 351.651 933 4. 2019 189.867 378.019 101.445 669.331 353.145 934 5. 2020 176.145 395.120 101.312 672.577 377.159 955

Sumber. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2022

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2020 menunjukkan bahwa komoditas karet tersebar hampir semua wilayah di Provinsi Jambi salah satunya adalah Kabupaten Batanghari. Kabupaten Batanghari merupakan

(3)

Kabupaten yang mengusahakan tanaman karet dengan luas lahan terbesar ke empat setelah Kabupaten Bungo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Sarolangun dibandingkan dengan kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Jambi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Tanaman Karet di Provinsi Jambi Menurut Kabupaten Tahun 2020

No Kabupaten

Luas Lahan (ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Kg/ha)

TBM TM TTM Jumlah

1. Batanghari 24.667 79.756 9.153 113.576 75.357 945 2. Muaro Jambi 13.475 44.242 7.241 64.958 49.260 1.113 3. Bungo 31.405 47.758 14.775 93.938 50.288 1.053

4. Tebo 33.211 65.334 18.036 116.581 54.149 829

5. Merangin 36.479 82.261 19.718 138.458 77.813 946 6. Sarolangun 33.033 64.094 30.147 127.274 61.517 960 7. Tanjab Barat 1.600 6.239 326 8.165 3.822 613 8. Tanjab Timur 1.212 4.708 1.836 7.756 4.505 957 9. Kerinci 1.063 728 80 1.871 448 615

Jumlah 176.145 395.120 101.312 672.577 377.159 955 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2022

Tabel 2 menunjukkan bahwa Kabupaten Batanghari merupakan Kabupaten dengan produksi yang cukup tinggi di Provinsi Jambi setelah Kabupaten Merangin, yang mengusahakan tanaman karet dengan luas lahan sebesar 113.576 ha dan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 75.357 ton serta produktivitas mencapai 945 Kg/ha.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perkebunan Provinsi Jambi tahun 2020 bahwa sebaran luas tanaman karet di Kabupaten Batanghari berada pada seluruh Kecamatan. Kecamatan Bajubang merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Batanghari yang penduduknya masih bermata pencaharian sebagai petani perkebunan karet. Hal ini didukung oleh data luas

(4)

lahan, produksi dan produktivitas perkebunan karet rakyat di Kecamatan Bajubang dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Karet di Kabupaten Batanghari Menurut Kecamatan Tahun 2020

No Kecamatan

Luas Lahan (Ha)

Produksi (Ton)

Produk tivitas (Kg/Ha) TBM TM TTM Jumlah

1. Mersam 2.401 5.068 537 8.006 4.783 944 2. Muara Tembesi 2.482 9.254 461 12.197 8.894 961 3. Muara Bulian 3.190 8.238 1.698 13.126 7.928 962 4. Batin XXIV 4.222 25.607 428 30.257 23.803 930 5. Pemayung 2.488 5.367 1.518 9.373 4.972 926 6. Maro Sebo Ulu 4.836 5.961 1.427 12.224 5.506 924 7. Maro Sebo Ilir 1.968 3.205 276 5.449 3.007 938 8. Bajubang 3.080 17.056 2.808 22.944 16.464 965 Jumlah 24.667 79.756 9.153 113.576 75.357 945 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2022

Tabel 3 menunjukkan Kecamatan Bajubang merupakan Kecamatan di Kabupaten Batanghari yang mengusahakan tanaman karet dengan memiliki luas lahan sebesar 22.944 ha dengan jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 16.464 Ton dan produktivitas sebesar 965 Kg/ha. Selain memperhatikan besarnya produksi dan produktivitas, pemasaran bokar juga berperan penting dalam pengembangan komoditi karet di Kecamatan Bajubang. Menurut Murshid (2015) menyatakan bahwa tujuan akhir dari setiap produk adalah pemasaran. Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar menjual barang melainkan harus mencakup segala fungsi dan kegiatan pemasaran yang sangat luas.

Menurut Kotler, et al (2008) sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka kepada pengguna akhir secara langsung, melainkan terdapat sekelompok perantara yang melakasanakan beragam fungsi pemasaran dengan perantara yang membentuk saluran pemasaran. Pada umumnya, permasalahan dalam pemasaran karet yang dihadapi adalah petani karet menempati posisi yang kurang

(5)

menguntungkan dalam transaksi pemasaran bokar, panjangnya rantai pemasaran menyebabkan banyak lembaga pemasaran yang berperan dalam pemasaran karet.

Hal ini dapat menimbulkan perbedaan harga yang diterima petani karet di dalam memasarkan hasil karetnya.

Dalam proses pemasaran komoditi karet, transmisi harga karet yang diterima petani mengalami perbedaan, karena panjangnya saluran pemasaran dari petani ke konsumen akhir, harga karet pada tingkat petani di Kabupaten Batanghari dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Harga Karet Pada Tingkat Petani di Kabupaten Batanghari Tahun 2020

No. Bulan Harga

1. Januari 8.100

2. Februari 7.800

3. Maret 7.500

4. April 5.600

5. Mei 5.750

6. Juni 5.938

7. Juli 6.125

8. Agustus 7.500

9. September 8.200

10. Oktober 9.175

11. November 9.158

12. Desember 9.140

Jumlah 89.985

Rata – rata 7.499

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi 2022

Tabel 4 menunjukkan bahwa Perubahan harga yang sering mengalami fluktuatif berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh petani karet dalam memasarkan hasil karetnya. Persoalan harga karet merupakan bagian dari masalah pemasaran bokar yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki dampak langsung terhadap pihak yang terlibat di dalam sistem pemasaran bokar. Harga bokar perbulan pada tingkat petani di Kabupaten Batanghari tahun 2020 mengalami

(6)

pluktuatif. Rata-rata harga bokar pada tingkat petani di Kabupaten Batanghari yaitu sebesar Rp 7.499,- / Kg.

Berdasarkan hasil survey dilapangan pemasaran Bahan Olahan Karet (Bokar) di Kecamatan Bajubang terdapat tiga saluran pemasaran yaitu pertama petani karet menjual bokarnya melalui saluran pemasaran Pasar Lelang, kedua petani karet menjual bokarnya kepada Pedagang Pengumpul Desa (PPD) dan ketiga petani karet menjual bokarnya kepada Pedagang Pengumpul Provinsi (PPProv). Harga bokar pada pasar lelang untuk periode bulan Agustus - September 2022 sebesar Rp. 10.000 – Rp. 11.000,- dan harga bokar pada pedagang pengumpul periode bulan Agustus - September 2022 sebesar Rp. 9.000 – Rp. 10.000,- / Kg. Sistem pemasaran bokar pada pasar lelang melalui pengawasan pengurus lembaga Koperasi Unit Desa (KUD). Permasalahan yang terjadi dimana petani yang menjual ke pasar lelang lebih sedikit dibandingkan petani yang menjual ke pedagang pengumpul tanpa perantara dan pengawasan KUD. Tujuan pembentukan pasar lelang ialah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani karet. kenggulan pada pasar lelang adalah harga pasar lelang lebih terbuka, penilaian mutu dan penetapan Kadar Karet Kering (KKK) dilakukan oleh tim, dan harga ditetapkan berdasarkan mutu (Kurniati, et al., 2020).

Cara untuk meningkatkan jumlah penjualan dan harga yang diterima petani maka fungsi koperasi berperan penting dalam pasar lelang. Koperasi di Kecamatan Bajubang masih berjalan aktif sebagai tempat kegiatan pasar lelang.

Pasar lelang berperan dalam menjalankan pengawasan atau lembaga penyelenggara pemasaran bahan olah karet. Kelembagaan koperasi dibentuk atas

(7)

dasar kepentingan bersama karena diketahui bahwa harga jual melalui pasar lelang dengan perantara Koperasi Unit Desa dan ke non pasar lelang memiliki perbedaan. Terdapat dua Desa dari beberapa desa yang paling banyak petani karet menjual bokar di pasar lelang yaitu Desa Penerokan dan Desa Ladang Peris.

Proses pemasaran bokar melalui pasar lelang dilakukan setiap dua minggu sekali yaitu pada hari rabu, dalam proses pemasaran tersebut masing-masing petani membawa bokarnya ke tempat pengumpulan bokar, Kadar Karet Kering (KKK) yang ditetapkan oleh pasar lelang biasanya yaitu 50-60%. Sehingga dalam hal ini terdapat peran dari pasar lelang itu sendiri yaitu untuk meningkatkan mutu bokar melalui ketentuan - ketentuan yang berlaku. Sedangkan pemasaran bokar melalui pedagang pengumpul di lakukan setiap satu minggu sekali, yaitu pada hari kamis, dalam proses pemasaran tersebut petani membawa bokar pada pedagang pengumpul dan ada juga pedagang pengumpul ke tempat petani. Di Kecamatan Bajubang komoditi karet diproduksi dalam bentuk bokar (Slab) merupakan sumber penghasil utama bagi petani. Sebagian besar petani pada umumnya menjual bokar berdasarkan bobot karet bukan berdasarkan mutu atau KKK.

Karena berat bokar akan lebih besar, maka petani melakukan perendaman, mencampurkan lateks dengan tatal, pasar atau benda-benda lain sebagai penambah berat meskipun mutu rendah. Biasanya petani seperti itu akan menjual karetnya ke non pasar lelang (pedagang pengumpul) di Kecamatan tersebut dengan tingkat harga yang rendah dan harga tidak transparan.

Pasar lelang karet berfungsi agar pedagang pengumpul tidak mempermainkan harga beli dari petani. Kegiatan pasar lelang akan mempertemukan secara langsung petani produsen dengan pembeli atau konsumen.

(8)

Oleh karena itu, akan terciptanya harga yang transparan, memperpendek jalur pemasaran, serta mendorong peningkatan mutu dan produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani dan kesejahteraan petani. Sedangkan pada pedagang pengumpul petani hanya menjual bokar pada Pedagang Pengumpul Desa (PPD) dan Pedagang Pengumpul Provinsi (PPProv), harga di tentukan berdasarkan ketetapan dari pedagang pengumpul itu sendiri. Banyaknya petani yang menjual pada pedagang pengumpul atas dasar keluarga, saudara dan rekan bisnis. Panjangnya saluran pemasaran bokar dan harga yang diterima petani rendah dapat dikatakan berakar pada masalah sistem pemasaran bokar. Upaya untuk meningkatkan harga yang diterima petani dapat dilakukan dengan memperbaiki sistem pemasaran dengan meningkatkan efisiensi pemasarannya.

Berdasarkan uraian latar belakang fenomena tersebut dalam upaya untuk mengetahui efisiensi pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Efisiensi Pemasaran Bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari”.

1.2. Rumusan Masalah

Kecamatan Bajubang merupakan Kecamatan yang mempunyai produksi karet cukup tinggi di Kabupaten Batanghari. Pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang yang diproduksi oleh petani hingga sampai pada konsumen akhir tidak terjadi secara langsung melainkan banyak saluran pemasaran yang terlibat meliputi lembaga pemasaran dan pihak perantara. Banyaknya saluran pemasaran dapat menyebabkan perubahan harga yang akan diterima petani. Perubahan harga yang sering mengalami pluktuatif berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima

(9)

petani karet dalam mesarkan hasil karetnya. Persoalan harga merupakan bagian dari masalah pemasaran bokar yang tidak dapat dipisahkan karena memiliki dampak langsung terhadap pihak yang terlibat di dalam sistem pemasaran.

Permasalahan yang dihadapi dalam memasarkan bokar adalah terdapat perbedaan harga yang diterima petani karet, karena adanya perbedaan harga antara pasar lelang dan non pasar lelang (pedagang pengumpul).

Proses pemasaran bokar transmisi harga dari petani ke pasar lelang dan pedagang pengumpul mengalami perbedaan. Harga pada pedagang pengumpul ditentukan berdasarkan taksiran pedagang dengan melihat adanya hubungan antara pedagang dan petani, seperti hubungan keluarga, saudara, maupun hubungan ekonomi dan ketergantungan pihak serta jarak Desa yang cukup jauh untuk ke pasar lelang. Hal ini akan berdampak terhadap penerimaan harga karet yang diterima petani.

Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah berupa margin pemasaran yang tercipta, bagian harga yang diterima petani, serta keuntungan, biaya dan bagaimana saluran pemasaran yang efisien, dengan melihat efisiensi pemasaran bokar dalam kesejahteraan petani.

Sehubung dengan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana saluran pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari ?

2. Bagaimana efisiensi pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari ?

(10)

3. Bagaimana perbedaan farmer’s share yang diterima petani pada masing- masing saluran pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan saluran pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari

2. Menganalisis efisiensi pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari

3. Menganalisis perbedaan farmer’s share yang diterima petani pada masing- masing saluran pemasaran bokar di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batanghari?

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi petani dalam memilih pemasaran bokar yang efisien sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani.

Referensi

Dokumen terkait

O Jadi ada perusahaan yang memiliki persediaan karena sengaja membuat produk lebih awal atau lebih banyak dari waktu dan jumlah yang akan dikirim atau dijual pada suatu

Bagi produsen/pemilik warung internet game online, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi agar dapat lebih mengetahui apa saja yang menjadi

Saat Anda menggunakan fitur atau aplikasi yang memerlukan daya lebih atau menggunakannya dalam jangka waktu yang panjang, perangkat Anda mungkin sementara menjadi panas karena

 Seluruh pendukung Ghuwai Cetik dan semua yang pernah mendukung karya ujian penulis dari ujian komposisi musik etnis I..

Konsep anima mundi Vaughan-Lee menerangkan urgensi dan signifikansi untuk menyadari kembali kebijaksanaan feminin, peran spiritual energi feminin dalam diri manusia

Keluarga mengalami pertumbuhan spiritual yang terwujud dalam bentuk pemerolehan makna dan cara pandang baru, perubahan prioritas hidup berupa meningkatnya kemauan untuk

Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin berdaya saing suatu industri yang berarti industri unggulan provinsi tersebut memiliki pangsa output yang lebih

Untuk dapat mengimplementasikan smoke candy sebagai produk alternatif pengganti rokok, maka diperlukan adanya peran aktif dari berbagai pihak diantaranya dari Dinas