DAMPAK INTRUSI AIR LAUT TERHADAP KONDISI AIR SUMUR TANAH DANGKAL DI KENAGARIAN SASAK KECAMATAN SASAK
RANAH PASISIE KABUPATEN PASAMAN BARAT
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S1 (Strata I)
RESCA VIVI YONA NIM. 09030227
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Dasrizal, MP Widya Prarikeslan, S.Si, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2014
IMPACT OF SEA WATER INTRUSION TO GROUND WATER WELLS IN SASAK VILLAGE SASAK RANAH PASISIE DISTRICT
PASAMAN BARAT REGION
Oleh :
Resca Vivi Yona*Dasrizal**Widya Prarikeslan**
*the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.
** the lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat This study aims to 1) the impact of the condition of shallow ground water wells to chemicalc aused by the intrusion of sea water to the ground water wells, 2) the impact of the condition of the shallow ground water wells physical caused by the intrusion of sea water to the ground water wells and 3) public efforts to prevent sea water intrusion impacts on ground water wells in Sasak village Sasak Ranah Pasisie district Pasaman Barat Region.The results showed that: (1) the impact of seawater intrusion on the condition of shallow ground water wells be seen from the chemical properties, the amount of magnesium ranged from 1,835 to 2,626 mg / L, the intrusion of sea water had no impact of magnesium, iron ranged from 0,058 to 0,276 mg / L, mean seawater intrusion had no impact on the content of iron (Fe) shallow ground water wells. Total manganese ranged from 0,0038 to 1,193 qualify for drinking water, sea water intrusion means no impact.
pH of water ranged 5,0 -5,72 51 that qualifies for drinking water, salinity ranged from 15,46 to 81,92, (2) the impact of seawater intrusion to shallow ground water wells views of physical properties, the temperature of the water wells ranged between 360C - 390C. (3) Public efforts prevent seawater intrusion in various ways, such as by digging deeper wells, plant trees and do not consume water that has been exposed to sea water intrusion.
Key Words: impact, chemical, physical, public efforts
1
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan makhluk hidup, begitu pula yang menggunakan air sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari.
Sutrisno (2002:13) menyatakan sumber- sumber air yang dikonsumsi manusia pada umumnya berasal dari atmosfir, air permukaan dan air tanah. Menurut Arwin dalam Feby (2010) yang dimaksud dengan air tanah adalah semua air yang berada di bawah permukaan bumi atau tanah yang bergerak atau mengalir melalui media berbutir di bawah permukaan tanah.
Air yang digunakan harus memenuhi syarat dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas. Secara kualitas, air harus tersedia pada kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.
Standar kualitas air yang baik di konsumsi, DepKes RI menetapkan standar air minum yang dapat dikelompokkan atas 4 kriteria yaitu : (a) sifat fisik meliputi suhu, warna, rasa, bau dan kekeruhan, (b) sifat kimia yaitu bahan organic dan anorganik, (c) mikrobiologi meliputi bakteri dan kuman, (d) Radioaktif.
Menurut Kusnaedi dalam Ezri (2012) Air yang kurang baik dapat mengakibatkan penyakit keropos tulang, korosi gigi dan kerusakan ginjal.
Hal ini terjadi karena terdapatnya logam-logam berat yang banyak bersifat toksik (racun) dan pengendapan pada ginjal.
Kawasan pantai adalah kawasan yang secara topografi merupakan dataran rendah dan dilihat secara morfologi berupa dataran pantai. Secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai.
Umumnya batuan di dataran bersifat
kurang kompak, sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber air tanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai.
Menurut Kusnaedi dalam Ezri (2012), permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah keragaman sistem akuifer, posisi dan penyebaran penyusupan atau intrusi air laut baik secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan air tanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi.
Menuru Setijo dalam Feby (2010), air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar akibatnya air laut akan mudah mendesak air tanah semakin masuk. Secara alamiah air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan sebab air tanah memiliki piezometric yang menekan lebih kuat dari pada air laut, sehingga terbentuklah interface sebagai batas antara airtanah dengan air laut.
Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan air tanah.
Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut atau upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam air tanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut interface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi tekanan
piezometric air tanah lebih tinggi dari pada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan air tanah, sehingga tidak terjadi intrusi air laut.
Menurut Kusnaedi dalam Ezri (2012), Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan air tanah ke laut, serta fluktuasi air tanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan air tanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asin sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Aktivitas manusia terhadap lahan maupun sumberdaya air tanpa mempertimbangkan kelestarian alam tentunya dapat menimbulkan banyak dampak lingkungan. Bentuk aktivitas manusia yang berdampak pada sumberdaya air terutama intrusi air laut adalah pemompaan air tanah (pumping well) yang berlebihan dan keberadaannya dekat dengan pantai.
Pantai berbatu memiliki pori-pori antar batuan yang lebih besar dan bervariatif sehingga mempermudah air laut masuk ke dalam airtanah. Pengendalian air laut membutuhkan biaya yang besar sebab beberapa metode sulit dilakukan pada pantai berbatu.
Kabupaten Pasaman Barat mempunyai 11 kecamatan di antaranya adalah Kecamatan Sasak Ranah Pasisie ibu kotanya Sasak, Kecamatan Luhak Nan Duo ibu kotanya Simpang Tigo Kapa, Kecamatan Pasaman ibu kotanya Simpang Ampek, Kecamatan Kinali ibu kotanya Kinali, kecamatan Talamau ibu kotanya Talu, Kecamatan Gunuang Tuleh ibu kotanya Simpang Tigo Alin,
Kecamatan Sungai Aua ibu kotanya Sungai Aua, Kecamatan Lembah Melintang ibu kotanya Ujung Gading, Kecamatan Koto Balingka ibu kotanya Parit, Kecamatan Sungai Beremas ibu kotanya Aia Bangih dan Kecamatan Ranah Batahan ibu kotanya Silapiang.
Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie merupakan salah satu daerah pantai di Kabupaten Pasaman Barat dan juga menjadi salah satu objek wisata yang ada di Pasaman Barat ini merasakan dampak dari terjadinya intrusi air laut terhadap air sumur penduduk yang tinggal di sekitar pantai Sasak. Masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur pantai Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie tetap menggunakan air sumur mereka hanya saja di gali dangkal untuk menghindari pengaruh dari intrusi air laut yang masuk kedalam air tanah sehingga menjadikan rasa dari air tanah di dalam sumur menjadi asin.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif Kuantilatif yaitu gabungan dari deskriptif Kualitatif dan deskriptif kauntitatif.
Penelitian ini dilakukan pada jorong di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat. Jorong yang ada di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie ada 7 Jorong: Jorong Sialang, Jorong Pisang Hutan, Jorong Rantau Panjang, Jorong Padang Halaban, Jorong Pasa Lamo, Jorong Pondok dan Jorong Maligi
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling). Menurut Arikunto (2006:139), sampel bertujuan (purposive sampling) dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan
didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya : alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Peneliti bisa menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi dengan persyaratan sebagai berikut: Pertama, daerah ini merupakan salah satu daerah pantai yang ada di Pasaman Barat dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya sehari-hari sangat bergantung kepada air sumur (Mandi, Cuci dan Kakus). Kedua, dapat dilihat dari kondisi masyarakat sekitar kawasan Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat yang masih menggunakan air sumur tanah untuk di konsumsi (Memasak)
Sampel air sumur dilakukan di tiga titik: (1) titik I berada pada daerah pemukiman masyarakat di Jorong Pondok yang berjarak ± 50 m dari kawasan pantai dan akan diambil 2 sampel air sumur tanah dangkal dari lokasi itu. (2) titik II berada pada daerah pemukiman masyarakat Jorong Pasa Lamo yang berjarak ± 80 m dari kawasan Pantai dan akan diambil 2 sampel air sumur tanah dangkal dari lokasi itu. (3) titik III berada pada daerah pemukiman masyarakat Jorong Maligi yang berjarak ± 100 m dari kawasan pantai dan akan diambil 2 sampel air sumur tanah dangkal dari lokasi.
Analisis data berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan dilapangan serta uji laboratorium menghasilkan data primer yang menjadi data dasar penelitian.
Data primer tersebut dianalisis secara deskriptif untuk menentukan intrusi air laut terhadap air sumur tanah di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak
Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertama, dampak intrusi air laut terhadap kondisi air sumur tanah dangkal dilihat dari sifat kimia (Mg, Fe, Mn, pH, dan NaCL) di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat, hasil pengukuran menunjukkan bahwa jumlah mangan yang terdapat dalam air di daerah penelitian berkisar antara 1,835 - 2,626 mg/L, dimana sampel I, II dan sampel III memenuhi standar kualitas magnesium memenuhi syarakat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010). Hal ini berarti pada sampel I (Pondok) dan sampel II (Pasa Lamo) dan sampel III (Maligi) intrusi air laut tidak berdampak terhadap kandungan magnesium.
Konsentrasi yang lebih besar dari 0,3 mg/l dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa tidak enak pada air minum bahkan dapat membentuk endapan pada pipa dan bahan cucian. Pengukuran zat besi di lakukan di laboratorium, di mana hasil pengukuran menunjukkan bahwa jumlah zat besiyang terdapat pada air di daerah penelitian berkisar antara 0,058 – 0,276 mg/l, di mana sampel I, II, dan III memenuhi syarat untuk air minum yang berarti intrusi air laut tidak berdampak terhadap kandungan besi (Fe) air sumur tanah dangkal di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupatan Pasaman Barat.
Pengukuran mangan di lakukan di laboratorium, hasil pengukuran menunjukkan bahwa jumlah mangan yang terdapat dalam air di daerah penelitian berkisar antara 0,0038 – 1,193 dimana sampel I dan II memenuhi standar kualitas mangan menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) sehingga memenuhi syarat untuk air minum, sedangkan sampel III tidak memenuhi standar kualitas mangan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010 sehingga tidak layak dikonsumsi. Hal ini berarti instrusi air laut tidak berdampak pada sampel 1 (Jorong Pondok) dan sampel II (Jorong Pasa Lamo), tetapi berdampak terhadap sampel III (Maligi), dimana kandungan mangannya sangat tinggi.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH air daerah penelitian sumur dangkal berkisar antara 5,51 –5,72, dimana sampel I, II dan III pHnya sesuai dengan standar kualitas pH air Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) sehingga memenuhi syarat untuk air minum dan berarti intrusi air laut tidak berdampak terhadap pH air.
Konsentrasi garam atau salinitas dinyatakan dalam dengan daya hantar listrik (electrical conductivity) air. Daya hantar listrik dinyatakan dalam decisiemens permeter (ds/m) atau dalam millimbos permeter
Pengukuran salinitas di lakukan di laboratorium, hasil pengukuran menunjukkan bahwa salinitas yang terdapat dalam air di daerah penelitian berkisar antara 15,46 - 81,92, dimana sampel I, II dan III tidak memenuhi standar kualitas salinitas menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) sehingga memenuhi syarat untuk air minum.
Intrusi air laut menimbulkan dampak yang sangat luas terhadap berbagai aspek kehidupan, seperti gangguan kesehatan, penurunan kesuburan tanah, kerusakan bangunan dan lain sebagainya (Saputra, dalam Widada 2007). Pada beberapa kejadian air tanah asin tersebut merupakan air laut yang terjebak pada sedimen saat
proses sedimentasi (connate water).
Pemetaan lokasi akuifer yang mengandung air payau maupun asin perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran sebaran air tanah asin, penyebab keasinan air tanah tersebut, sehingga dapat ditemukan cara pencegahan meluasnya zona intrusi air laut yang terjadi.
Kedua, dampak intrusi air laut terhadap air sumur tanah dangkal dilihat dari sifat fisik (warna, bau, rasa dan suhu) di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat, suhu air sumur di daerah ini berkisar antara 360C – 390C.
Sampel I suhu air 360C, sampel II suhu air 390C dan sampel III suhu air 370C.
Air yang terdapat di daerah penelitian ada yang berasa dan berbau serta ada yang tidak berasa dan tidak berbau.
Pada sampel I, II dan III kondisi air tidak berbau, tetapi air agak asin sehingga tidak memenuhi syarat untuk air minum. Hal ini berarti intrusi air laut derdampak terhadap rasa dan bau air.
Air di daerah penelitian pada sampel I, II dan III tidak berwarna (bening) sehingga memenuhi syarat untuk air minum. Hal ini berarti instrusi air laut tidak berdampak terhadap warna air.
Soemirat dalam Ezri (2012) air minum sebaiknya tidak berwarna untuk alas an estetis dan untuk mencegah keracuanan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Secara alamiah, warna dapat disebabkan adanya tannin dan asam humat yang terdapat di air rawa, berwarna kuning muda, menyerupai urin, oleh karenanya orang tidak menggunakannya. Selain itu, zat organik ini bila terkena klor dapat membentuk senyawa-senyawa kloroform yang beracun. Warnapun dapat berasal dari buangan industri.
Menurut Menteri Kesehatan RI standar air minum yang baik tidak boleh
berwarna atau tidak berwarna.
Selanjutnya Slamet dalam Feby (2010) secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam, manis, pahit atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam organik. Menurut Menteri Kesehatan RI standar air minum yang baik tidak boleh berasa atau tidak berasa. Sedangkan Kusnaedi dalam Supeno (2010) air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila air dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. Menurut Menteri Kesehatan RI standar air minum yang baik tidak boleh berbau atau tidak berbau. (PerMenKes RI No.
492/MenKes/Per/IV/2010)
Ketiga, usaha mencegah terjadinya intrusi air laut dengan berbagai cara, diantaranya dengan menggali sumur lebih dalam, menanam pohon dan tidak mengkonsumsi air yang telah terkena instrusi air laut.
KESIMPULAN
1. Dampak intrusi air laut terhadap kondisi air sumur tanah dangkal dilihat dari sifat kimia (Mg, Fe, Mn, pH, dan NaCL) di Kenagarian Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisie Kabupaten Pasaman Barat, magnesium dalam air di daerah penelitian berkisar antara 1,835 - 2,626 mg/L dan memenuhi standar kualitas magnesium. Jumlah zat besi yang terdapat pada air di daerah penelitian berkisar antara 0,058 – 0,276 mg/l dan memenuhi syarat untuk air minum. Jumlah mangan yang terdapat dalam air di daerah
penelitian berkisar antara 0,0038 – 1,193, sampel I dan II memenuhi standar kualitas mangan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) dan sampel III tidak memenuhi standar kualitas mangan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010 sehingga tidak layak dikonsumsi.
pH air daerah penelitian berkisar antara 5,51 –5,72, dimana sampel I, II dan III pHnya sesuai dengan standar kualitas pH air Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) sehingga memenuhi syarat untuk air minum. Salinitas yang terdapat dalam air di daerah penelitian berkisar antara 15,46 - 81,92, berarti tidak memenuhi standar kualitas salinitas menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) sehingga memenuhi syarat untuk air minum.
2. Kedua, dampak intrusi air laut terhadap air sumur tanah dangkal dilihat dari sifat fisik (warna, bau, rasa dan suhu), suhu air sumur berkisar antara 360C – 390C dan memenuhi syarat, air yang terdapat di daerah penelitian ada yang berasa dan berbau serta ada yang tidak berasa dan tidak berbau, kondisi air tidak berbau, air agak asin sehingga tidak memenuhi syarat untuk air minum. Air di daerah tidak berwarna (bening) sehingga memenuhi syarat untuk air minum.
3. Usaha mencegah terjadinya intrusi air laut dengan berbagai cara, diantaranya dengan menggali sumur lebih dalam, menanam pohon dan tidak mengkonsumsi air yang telah terkena instrusi air laut.
SARAN
1. Bagi masyarakat yang ada di sekitar pantai, sebelum mengkonsumsi air minum terlebih dahulu di perhatikan sifat fisik air dan sifat kimia air dengan cara yang telah penulis unggkapkan sebelumnya supaya air yang di konsumsi tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak keruh.
2. Jika membuat sumur gali di harapkan kepada masyarakat agar melakukan penggalian lebih dalam untuk menghindari terjadinya indtrusi air laut.
3. Diharapkan peran serta masyarakat dalam rangka menekan intrusi air laut terhadap sumur air dangkal
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Kurniawan, Ezri. 2012. Studi Intrusi Air
Tanah Di Kecamatan Padang Barat Kota Padang (SKRIPSI). Padang : STKIP PGRI SUMBAR
Lismana, Feby. 2010. Studi Kualitas Air Tanah Dangkal Untuk Konsumsi Air Minum di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampai Air Dingin Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang (SKRIPSI). Padang : STKIP PGRI Sumbar
Notoadmodjo, Soekidjo. 2007.
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Notodarmojo, Suprianto. 2005.
Pencemaran Air Tanah. Bandung : ITB
Nurrohim, Ahmad, 2012. Kajian intrusi air laut di kawasan pesisir kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia (Jurnal)
Sasak Ranah Pasisie dalam Angka, Kantor Camat Sasak Ranah Pasisie
Sopeno. 2010. Kualitas Air Sumur Dangkal Berdasarkan Kualitas Geologi di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indra
Giri Hulu (SKRIPSI). Padang : STKIP PGRI SUMBAR
Sutrisno, C Totok. 2004. Tekhonologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : Rineka Cipta
Sugeng Widada, 2007. Gejala Intrusi Air Laut di Daerah Pantai Kota Pekalongan.Jurnal Ilmu Kelautan, Maret 2007. Vol. 12 (1) : 45 – 52 http://Vienastra.blogspot.com. April
2013
http://PerMenKesRI
No.492/MenKes/Per/IV/2010.com Mei 2013
http://PerMenKesRI No.
736/MenKes/Perni/2010.com.
Mei 2013