• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Lingkungan Industri - UNDARIS Repository

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Dampak Lingkungan Industri - UNDARIS Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

Pendahuluan

Latar Belakang

Dengan kata lain, peranan industri kecil sangat penting dalam proses produksi dengan kemampuannya melakukan spesialisasi. Hasil penelitian The Asian Foundation & Akatiga (1999) menunjukkan masih rendahnya budaya inovasi pada industri kecil seperti.

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Industri, 2003-2007  Sumber: Statistik UKM 2003-2007
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Industri, 2003-2007 Sumber: Statistik UKM 2003-2007

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kontribusi Penelitian

Kontribusi praktis dari penelitian ini adalah: Pertama, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai model pengembangan kapasitas inovasi usaha kecil di daerah. Diharapkan model yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan dalam pembinaan, pengembangan dan peningkatan usaha industri kecil.

Orisinalitas Penelitian

Kedua, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pejabat pemerintah yang memiliki tugas atau wewenang untuk memimpin dan mengembangkan usaha di sektor industri kecil, khususnya terkait dengan bagaimana mengembangkan perilaku inovatif. Keempat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bahwa faktor lingkungan perlu diperhatikan dalam pengembangan kewirausahaan industri, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan secara tepat.

Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tinjauan Pustaka

Kajian Pustaka

Menurut Kementerian Perdagangan, industri kecil adalah usaha (perdagangan) yang modal kerjanya kurang dari Rp 25 juta. Pertumbuhan unit industri kecil juga dapat dipelajari dari segi keuntungan, penjualan, modal, produksi dll.

Gambar 2.1 Level Capacity Building  Sumber: GTZ-SfDM, 2005
Gambar 2.1 Level Capacity Building Sumber: GTZ-SfDM, 2005

Kerangka Konseptual

Pengukuran dengan menggunakan sistem balanced scorecard lebih komprehensif karena selain mempertimbangkan kinerja keuangan, kinerja non keuangan juga diperhatikan. Balanced scorecard juga mengukur aktivitas yang menentukan hasil, bukan hanya ukuran hasil. Kemampuan organisasi seperti kapasitas untuk mengakses informasi dan pengetahuan pasar, akses ke teknologi, akses ke sumber daya manusia yang unik dan akses ke modal untuk stabilitas keuangan diperlukan dalam lingkungan pasar yang dinamis.

Beberapa elemen kapasitas organisasi, seperti inovasi, kemampuan mengakses informasi dan pengetahuan pasar, akses ke teknologi, tidak diperlukan dalam lingkungan pasar yang statis di mana perilaku pasar mudah diprediksi dan produk mudah terserap ke dalam pasar.

Gambar 3.1 Pengaruh Karakteristik Personal, Karakteristik Organisasi dan Lingkungan Eksternal terhadap Kapasitas Inovasi terhadap Kinerja Usaha
Gambar 3.1 Pengaruh Karakteristik Personal, Karakteristik Organisasi dan Lingkungan Eksternal terhadap Kapasitas Inovasi terhadap Kinerja Usaha

Pengembangan Hipotesis

Struktur organisasi UKM dapat mendukung kegiatan inovasi dan kinerja perusahaan atau bahkan menghambatnya (Marques dan Ferreira, 2009). Marques dan Ferreira (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa karakteristik perusahaan yang diukur dengan: ukuran perusahaan, umur perusahaan, tingkat pelatihan, aktivitas sektor dan siklus bisnis mempengaruhi kapasitas inovatif perusahaan. Dalam lingkungan industri kecil yang dinamis dan tidak statis, lingkungan yang bergejolak dan tidak stabil membutuhkan ketangkasan dan keterampilan manajerial dan industri kecil harus dibantu untuk berpikir dan bertindak secara strategis.

Beberapa penelitian (seperti yang dilakukan oleh: Roberts dan Amit, 2003; Mogollón dan Vaquero, 2004; Marques dan Monteiro, 2006; . Marques & Ferreira, 2009) telah menemukan hubungan antara perilaku inovatif dan kinerja.

Metode Penelitian

  • Karakteristik Penelitian
  • Variabel Penelitian
  • Populasi dan Sampel
  • Metode Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis

Jumlah sampel penelitian ini adalah 150 orang yang merupakan sampel pelaku usaha industri kecil di wilayah Semarang. Pelaku usaha industri kecil di wilayah Semarang pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam sebagai bahan baku utama, seperti: buah-buahan, pertanian, perikanan dan peternakan, (2) Pola pendapatan ganda yang memadukan dua atau beberapa usaha dan pekerjaan dalam satu rumah tangga untuk menutupi kekurangan kebutuhan ekonomi keluarga, (3) Sistem produksi keluarga yang mencakup anggota keluarga inti dan keluarga besar sebagai pekerja tidak dibayar dan pekerja upahan, (4) Penggunaan teknologi tradisional sederhana yang mempersulit persaingan dalam hal biaya produksi, (5) Modal kerja yang terbatas. Hasil penelitian ini secara umum menemukan bahwa karakteristik pemilik dan manajer perusahaan, karakteristik organisasi, dan lingkungan eksternal berpengaruh positif terhadap kinerja inovasi pada industri kecil.

Faktor karakteristik pemilik-pengelola bisnis, karakteristik organisasi, lingkungan eksternal dan kapasitas inovatif berdampak pada kinerja bisnis di industri kecil.

Gambar 4.1 Model Struktural Hubungan Antar Variabe
Gambar 4.1 Model Struktural Hubungan Antar Variabe

ANALISIS DATA

Gambaran Umum Industri Kecil di Kabupaten Semarang

Sektor industri non pertanian merupakan pekerjaan yang sudah lama dikenal masyarakat pedesaan di kabupaten Semarang. Sektor industri masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian wilayah Semarang. Industri di wilayah Semarang banyak menyerap tenaga kerja terutama kelompok industri kecil dan besar.

Kabupaten Semarang memiliki potensi sebagai daerah pertanian, oleh karena itu para pengusaha di Kabupaten Semarang sebagian besar adalah petani yang juga memutuskan untuk berbisnis di sektor industri selain sektor pertanian.

Gambar 5.1 Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Semarang Tahun  2009
Gambar 5.1 Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Semarang Tahun 2009

Analisis Deskriptif

Pelaku usaha biasanya memanfaatkan rumahnya sebagai tempat usaha yang tidak terpisah dari rumah tangganya. Tanah dengan status hak milik biasanya dimiliki oleh pelaku usaha yang menjalankan industri rumahan karena alasan turun-temurun. Secara umum jumlah pelaku usaha yang berusia di bawah 30 tahun adalah pelaku usaha baru (4,14%) (tabel 5.6).

Mereka yang mendapatkan pelatihan umumnya adalah para pelaku usaha yang menghasilkan produk unggulan di Kota Semarang.

Tabel 5.5   Profil Responden
Tabel 5.5 Profil Responden

Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Diketahui dari Tabel 5.6 bahwa setiap indikator pembentuk variabel laten menunjukkan nilai bobot regresi standar di atas 0,5. Tujuan dari analisis faktor konfirmatori dari konstruk endogen adalah untuk menguji unidimensionalitas dari indikator-indikator yang membentuk variabel laten (konstruk) endogen. Ketiga indikator pembentuk variabel laten Kapasitas inovasi (Y1) menunjukkan nilai bobot regresi standar antara atau di atas 0,5 (Tabel 5.6), sehingga disimpulkan bahwa ketiga indikator pembentuk variabel laten Kapasitas Inovasi (Y1) penting indikator faktor laten. yang muncul.

0,866 atau di atas 0,5 (Tabel 5.6), sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat indikator pembentuk variabel laten Kinerja bisnis (Y2) merupakan indikator karakteristik dari faktor laten yang terbentuk.

Uji Asumsi yang Mendasari SEM

Analisis Persamaan Struktural

Pengaruh Karakteristik Pemilik-Manajer Bisnis (X1), Karakteristik Organisasi (X2), Lingkungan Eksternal (X3) terhadap variabel Kapasitas Inovasi (Y1) merupakan pengaruh langsung. Karakteristik Pemilik-Manajer Bisnis (X1) memiliki pengaruh dominan terhadap Kapasitas Inovasi (Y1) diikuti oleh Karakteristik Organisasi (X2) dan Lingkungan Eksternal (X3). Pengaruh Karakteristik Pemilik-Manajer Bisnis (X1), Karakteristik Organisasi (X2), Lingkungan Eksternal (X3) dan Kapasitas Inovatif (Y1) terhadap variabel endogen Kinerja Bisnis (Y2) merupakan pengaruh langsung dan tidak langsung.

Pengaruh faktor karakteristik owner-manager (X1) terhadap variabel kinerja usaha (Y2) terdiri dari pengaruh langsung sebesar 0,357 dan pengaruh tidak langsung melalui kapasitas inovasi (Y1) sebesar 0,165.

Tabel 5.14  Hasil Pengujian Regresi
Tabel 5.14 Hasil Pengujian Regresi

Pengujian Hipotesis

Selain faktor manajemen pemilik usaha, karakteristik organisasi juga menjadi faktor yang berpengaruh positif terhadap kapasitas inovasi pada industri kecil. Faktor karakteristik pemilik-pengelola bisnis, karakteristik organisasi dan lingkungan eksternal berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap tingkat kapabilitas inovasi pada industri kecil. Karakteristik organisasi berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap tingkat kapabilitas inovasi pada industri kecil.

Variabel kapabilitas inovasi berpengaruh langsung positif dan signifikan terhadap kinerja usaha pada industri kecil.

Tabel 5.16  Kesimpulan Hipotesis
Tabel 5.16 Kesimpulan Hipotesis

Pembahasan Hasil Penelitian

Kapasitas Inovasi Industri Kecil di Kabupaten Semarang

Pada kelompok ini, produk yang dihasilkan serta cara pembuatan dan penjualan yang digunakan sama dengan pendahulunya, seperti induknya. Kelompok ini belum banyak menggunakan inovasi baik dengan menciptakan maupun mengadopsi inovasi baik untuk produksi maupun pemasaran. Pada kelompok ini, masalah akses informasi, selain masalah permodalan yang disebabkan oleh sulitnya mengakses lembaga keuangan karena kurangnya keamanan, merupakan masalah yang telah disadari oleh industri kecil dan sekaligus menjadi kelemahan. .

Pada kelompok ini telah dimulai inovasi pasar, inovasi produksi, inovasi produk dan inovasi manajemen, misalnya melalui pembentukan kelompok usaha untuk mendapatkan akses teknologi, permodalan dan pasar.

Pengaruh Karakteristik Manajer-Pemilik Usaha,

Dari hasil wawancara dengan beberapa pelaku usaha UMK dapat diketahui bahwa usaha kecil di Kabupaten Semarang pada umumnya merupakan usaha keluarga yang dijalankan secara turun-temurun dan ada juga yang merupakan usaha sampingan, modal berasal dari keluarga, kerabat, tengkulak, Pemkab Semarang, bank dan keuangan. institusi lainnya. Hasil ini menjelaskan bahwa karakteristik organisasi dengan tingkat formalisasi yang lebih tinggi, organisasi yang lebih terdesentralisasi, penghargaan yang lebih besar terhadap pasar, dan konektivitas yang lebih besar akan diikuti oleh kapasitas inovasi yang lebih besar di industri kecil. Di sisi lain, usaha kecil di Kabupaten Semarang memiliki karakteristik organisasi dengan formalisasi sedang, cenderung terpusat dan sistem reward belum berorientasi pasar, sehingga penelitian ini merekomendasikan industri kecil untuk meningkatkan level formalisasi organisasi (seperti: peningkatan standar kualitas produk dan layanan, standar operasional prosedur, rencana bisnis (business plan) yang jelas dan keterlibatan aktif karyawan dalam pengambilan keputusan dan pengembangan perusahaan, serta perubahan sistem reward yang berorientasi pasar.

Selain faktor manajemen dan karakteristik organisasi pemilik usaha, lingkungan eksternal juga merupakan faktor yang berpengaruh positif terhadap kapasitas inovasi industri kecil.

Dampak Kapasitas Inovasi Terhadap Kinerja Usaha

Faktor karakteristik pemilik-pengelola bisnis memiliki pengaruh dominan terhadap kemampuan inovasi dan kinerja bisnis. Hasil penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi pengembangan kemampuan inovasi pada industri kecil di Kabupaten Semarang dalam rangka meningkatkan kinerja usaha. Pengembangan kapasitas inovasi pada industri kecil dalam rangka meningkatkan kinerja usaha dapat dilakukan dengan cara mengelola lingkungan internal (dengan menekankan manajemen pemilik usaha, karakteristik) agar selalu tanggap terhadap perubahan lingkungan eksternal (perubahan pasar, intensitas persaingan dan perubahan teknologi). .

Selain itu, penelitian ini juga membuktikan bahwa kapasitas inovasi pada industri kecil di wilayah Semarang mampu meningkatkan pencapaian kinerja usaha.

Penutup

Kesimpulan

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen konstruk adalah Karakteristik Manajer-Pemilik Usaha sebesar 0,912, Karakteristik Organisasi sebesar 0,866, Lingkungan Eksternal sebesar 0,882, Kemampuan Inovasi sebesar 0,916 dan Kinerja Bisnis sebesar 0,839. Pada persamaan struktur 1 (tabel 5.14) terlihat bahwa ketiga variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel kapasitas inovasi endogen. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa variabel eksogen yang terdiri dari karakteristik business owner-manager, karakteristik organisasi dan lingkungan eksternal berpengaruh signifikan terhadap kapasitas inovasi perusahaan.

Persamaan struktural ke-2 (Tabel 5.14) menunjukkan bahwa tidak kurang dari 4 variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen kinerja perusahaan, yang terdiri dari variabel: karakteristik pengusaha-manajer, karakteristik organisasi, lingkungan eksternal dan kapasitas inovasi. Semakin tinggi pengalaman, partisipasi pelatihan dan pengambilan risiko akan diikuti dengan semakin tingginya kapasitas inovasi di industri kecil. Pengaruh faktor karakteristik pengusaha-pengelola, karakteristik organisasi, lingkungan eksternal dan kemampuan berinovasi berpengaruh terhadap kinerja usaha, baik berupa pengaruh langsung maupun tidak langsung masing-masing sebesar dan 0,354.

Tabel 5.8  Uji Normalitas Data
Tabel 5.8 Uji Normalitas Data

Implikasi Manajerial

Pemerintah daerah dapat memberikan sistem insentif dan pembinaan untuk mendorong berkembangnya pelaku usaha baru berbasis teknologi, akses pasar, pengembangan teknologi dan inkubator usaha, serta memberikan dukungan pengembangan kemitraan antar usaha kecil. Menemukan dampak faktor karakteristik pemilik-manajer bisnis terhadap kapasitas inovatif, menunjukkan peran penting pemilik-manajer bisnis dalam pengembangan kapasitas inovatif. Temuan pengaruh faktor karakteristik organisasi terhadap pemilik-pengelola usaha berimplikasi pada pelaku usaha: (1) perlu adanya formalisasi kualitas produk jasa, standar prosedur operasi dan kontrak kerja, (2) kebutuhan manajemen usaha di industri kecil dimaksudkan untuk melibatkan partisipasi aktif karyawan sebagai lawan dari sentralisasi keputusan pada pemilik bisnis.

Sehubungan dengan upaya merespon perubahan teknologi, pemerintah daerah dapat memberikan bantuan teknis dan pendampingan teknologi kepada pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku usaha.

Implikasi Teoretis

Keterbatasan Metode dan Agenda Penelitian Mendatang

Structural Equation Modeling: Metode Partial Least Square Alternatif, Semarang: Universitas Diponegoro Publisher GTZ-SfDM, (2005) Pedoman Capacity Building di Daerah. 2003), isu-isu yang mempengaruhi pemasaran dalam usaha kecil. 2001), Apa yang kita ketahui tentang capacity building. Kajian evaluasi pelatihan management and leadership capacity building (LMCB) pada manajemen dan kepemimpinan Puskesmas Pagar Alam Kabupaten Lahat Sumatera Selatan tahun 2000.

Yahya (2011) Management skills and entrepreneurial success of small and medium-sized enterprises (SMEs) in the service sector.

Gambar

Tabel   5.10  Uji Heterokedastisitas ............................................................76  Tabel   5.11  Hasil Pengujian Kelayakan Model pada Model Awal .............79  Tabel   5.12  Hasil  Pengujian  Kelayakan  Model  pada  Model
Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan PDB Industri, 2003-2007  Sumber: Statistik UKM 2003-2007
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Level Capacity Building  Sumber: GTZ-SfDM, 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

c i This was the best answered section of the question as most students chose to use the formula which required basic substitution in solving the equation... The most common errors