• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENGALIHAN GADAI DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM (STUDI DI DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "DAMPAK PENGALIHAN GADAI DALAM PERSPEKTIF HUKUM EKONOMI ISLAM (STUDI DI DESA "

Copied!
152
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus permasalahan utama dalam penelitian ini adalah dampak pemindahan bendera dalam perspektif hukum niaga Islam. Gadai dari sudut pandang hukum dagang Islam yang menjadi acuan penelitian ini meliputi rukun dan syarat-syarat gadai, macam-macam agunan dalam gadai, jenis-jenis akad dalam pelaksanaan gadai syariah, penggunaan ma>rhun ( barang gadai), pemeliharaan ma>rhun (barang gadai), pertumbuhan dan peningkatan ma>rhun, resiko rusaknya ma>rhun, jangka waktu gadai tanah pertanian, akad akhir rekening, riba dan gadai, persepsi masyarakat bugis. bendera.

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Garis Besar Isi Tesis

Sebelum ra>hn menerima murta>hin, ra>hin berhak melanjutkan akad atau membatalkannya. Oleh karena itu murta>hin tidak mendapat tunjangan apapun dari ra>hin. Para ulama Hanfiyah menyatakan bahwa seorang ra>hin tidak boleh menggunakan ma>rhun dalam bentuk menunggangi, mencari nafkah, dan sebagainya, kecuali ia mendapat izin dari murta>hin.

Ulama Hanabi berpendapat sama dengan Hanafiyah, ra>hin tidak boleh mendapat manfaat daripada ma>rhun melainkan dengan izin dan persetujuan murta>hin. Ulama Maliki menguatkan pendapat sebelumnya, mereka menyatakan bahawa ra>hin tidak boleh mendapat manfaat daripada ma>rhun. Keizinan murta>hin terhadap ra>hin untuk mendapat manfaat daripada ma>rhun membatalkan kontrak ra>hn.

Tas}arruf (proses hukum) terhadap ra>hn boleh berasal daripada ra>hin atau murta>hin. Apabila ra>hin melunaskan hutang ma>rhun bih, kontrak ra>hn tamat. Jika jualan ma>rhun melebihi hutang ra>hin, lebihan itu hendaklah dikembalikan kepada ra>hin.

Penggunaan barang gadai dengan cara sewa, sumbangan atau hibah, baik dari ra>hin maupun murta>hin67. Murta>hin menerima jaminan pengembalian dari Ra>hin dalam jumlah yang sama. Murta>hin dapat terus mengolah kebun dan sawah jika Rahin tidak dapat mengembalikannya.

Sebagaimana murta>hin tidak boleh mendapat manfaat daripada ma>rhun melainkan dengan izin ra>hin. Ulama Hanabilah sependapat dengan Hanafijah, Ra>hin tidak boleh mendapat manfaat dari ma>rhun kecuali dengan izin dan persetujuan murta>hin. Murta>hin boleh terus mengusahakan kebun atau ladang pasir jika ra>hin tidak dapat mengembalikannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Teoretis Subjek

  • Dampak dan Pengalihan
  • Gadai

Bagan Kerangka Teoretis Penelitian

METODE PENELITIAN

Paradigma Penelitian

Sumber Data Penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian

Instrumen Penelitian

Tahapan Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data

Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu cara pengumpulan data yang memberikan catatan-catatan penting berkaitan dengan masalah yang diteliti sehingga diperoleh data yang lengkap, valid dan tidak berdasarkan perkiraan. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang telah tersedia dalam bentuk catatan dokumenter dan berfungsi sebagai data pendukung dan pelengkap terhadap data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam90.

Teknik Analisis Data

  • Teknik Pengujian Keabsahan Data

Ra>hin (pegadaian) membutuhkan pinjaman uang, akan menemui murta>hin dengan menawarkan sebidang kebun atau sawahnya sebagai jaminan utangnya. Tidak ada untungnya menggadaikan karena ra>hin tidak mendapatkan hasil melainkan hanya berhutang, sedangkan murta>hin mendapat untung karena kebunnya bisa dikelola sebagai jaminan dan hasilnya bisa dinikmati sendiri. Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat diketahui bahwa dalam pengalihan hak tanggungan yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Gattareng terdapat manfaat atau maslahah yang dirasakan oleh ra>hin dan murta>hin, terdapat juga kerugian atau mafs} ohh

Masalah ra>hin terselesaikan tanpa menghilangkan hak milik atas kebun dan sawah. Sedangkan dampak positif yang dirasakan kaum murta>hin dengan adanya transaksi penyanderaan perkebunan dan padi ini antara lain. Murta>hin boleh menerima hasil bumi dari kebun atau sawah yang dijadikan jaminan baginya sebagai hasil transaksi gadai yang dilakukan dengan ra>hin.

Ada dua pendapat mengenai penggunaan ma>rhun oleh ra>hin, yaitu sebagian ulama menyatakan bahwa ra>hin tidak boleh menggunakan ma>rhun. Ra>hin tidak mempunyai hak untuk menggunakan susu hewani, mengendarainya, meminumnya atau tinggal di rumah dengan hipotek132. Murta>hin boleh menggunakan dan mengambil susu hewan jika ia mencari nafkah (merawat hewan).

Menurut Hanafi, murta>hin mempunyai resiko kerusakan atau kehilangan ma>rhun baik karena kelalaian (pemborosan) maupun tidak. Menurut peneliti, sejauh ini belum ditemukan kasus kerusakan tanaman akibat kelalaian murta>hin.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian

  • Proses Gadai yang dilakukan Masyarakat di Desa Gattareng
  • Faktor-faktor terjadinya Pengalihan Gadai di Desa Gattareng
  • Dampak Pengalihan Gadai dalam Perspektif Hukum Ekonomi

Transaksi gadai yang dilakukan oleh kedua belah pihak bersifat adat yaitu dilakukan secara lisan tanpa ada konfirmasi dari saksi, karena pada dasarnya terdapat rasa saling percaya antara pihak ra>hin dan murta>hin, jika ada masalah dalam pelunasannya maka diselesaikan melalui musyawarah antara kedua belah pihak, kedua belah pihak. Menurutnya, menggadaikan tanah itu saling menguntungkan karena baik ra>hin maupun murta>hin saling membutuhkan. Ra>hin dan murta>hin mendapatkan keuntungan karena pemilik tanah dapat meminjam uang dan pemilik uang dapat mengelola tanahnya dan mengumpulkan sendiri hasilnya.

Menurut peneliti, ibu Yuniarti (ra>hin) mempunyai keuntungan, bukan kerugian, karena ia bisa meminjam uang dan tanahnya dirawat oleh murta>hin tanpa kehilangan hak kepemilikan atas tanah tersebut. Ra>hin dan Murta>hin sama-sama diuntungkan karena Ra>hin dapat meminjam uang pada saat itu, sedangkan Murta>hin juga diuntungkan karena ia dapat mengambil atau menikmati hasil kebun yang dijadikan jaminan oleh Ra>hin. Tn. Bide, salah satu informan yang mentransfer uang jaminan di Desa Gattareng mengatakan: Saya memberikan uang kepada Bu. Keluarga Nurdalia meminjamkan sebagai jaminan tanah berupa sawah.

Ra>hin tidak terdesak untuk segera melunasi utangnya ketika tiba waktunya untuk melunasi utangnya, sedangkan Ra>hin belum mempunyai cukup uang untuk melunasi kebun dan sawahnya. Sisi negatif dari gadai adalah ra>hin membutuhkan uang untuk membangun rumah tetapi tidak mempunyai cukup uang sehingga ia meminjam uang dengan menggadaikan sebidang tanah kepada murta>>hin, setelah itu sulit untuk berbelanja karena harus menabung atau menabung untuk melunasi hutangnya dan menarik tanah yang digadaikan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melunasi hutang maka semakin kecil kesempatan kerja, semakin sedikit biaya dan semakin mendesaknya kebutuhan mereka serta semakin banyak pula keuntungan yang diperoleh murta>hin.

Menurut masyarakat Desa Gattareng, mereka lebih menyukai tradisi ini karena selain tidak kehilangan kepemilikan atas kebun dan sawah yang digadaikan, mereka juga tidak perlu khawatir dengan hal-hal seperti menjaga kebun dan sawah. bidang. Murtahin mendapat manfaat dan Ra>hin mendapat bantuan untuk mengatasi kesulitannya dengan menggunakan norma dan aturan.

Pembahasan Hasil Penelitian

Maka, apabila ijab dan qabul dilaksanakan, akad tersebut secara langsung mengikat dan ra>hin terpaksa menyerahkan barang yang dijanjikan kepada murta>hin. Murta>hin tidak boleh mengambil manfaat barang yang digadai melainkan barang itu berupa kenderaan atau binatang yang diambil susunya. Ulama Hanabi berpendapat kecuali binatang yang tidak memerlukan pemeliharaan, tidak boleh murtahin mendapat manfaat tanpa izin ra>hin, manfaat dan pertumbuhan ma>rhun adalah hak milik ra>hin. . .

Sebaliknya, jika ra>hin membenarkan murta>hin mendapat manfaat daripada ma>rhun tanpa sebarang iwa>d (ganti rugi), maka hutang ra>hn daripada qard} tidak boleh kerana setiap qard} yang mendatangkan faedah, haram. . Adapun binatang, murta>hin boleh menggunakannya, seperti memandu atau membawa barang mengikut tahap pemeliharaan, walaupun tanpa izin ra>hin137. Hak memelihara ma>rhun tetap berada di tangan murta>hin, menurut ulama Hanafi, murta>hin wajib memelihara ma>rhun sebagaimana dia memelihara hartanya.

Selama barang yang digadaikan masih berada di tangan pemegang gadai, kedudukannya hanyalah sekedar amanah yang dititipkan kepadanya oleh ra>hin. Jika kebun atau sawah yang dijadikan jaminan rusak atau tanamannya mati, murta>hin menggantinya dengan tanaman baru. Pandangan Syafi’iyah adalah murta>hin menanggung resiko kehilangan atau kerusakan ma>rhun apabila ma>rhun tersebut rusak atau hilang karena murta>hin menyia-nyiakannya.

Oleh itu, pihak ra>hin adalah pemilik barang manakala yang murta>hin hanyalah pihak yang berhak memegang cagaran sehingga hutangnya dilunaskan. Jika cagarannya adalah lembu, menurut sebahagian ulama Hanafi, murta>hini boleh mendapat manfaat daripada lembu tersebut jika mendapat izin pemiliknya.

PENUTUP

Implikasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, dampak transfer gadai ditinjau dari hukum ekonomi syariah yang diterapkan mempunyai implikasi yang sangat tinggi. Janji tersebut juga harus mempunyai batas waktu sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat 1, 2 dan 3 Undang-undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian yang menetapkan jangka waktu 7 tahun. Bermuamalah hendaknya benar-benar memperhatikan ketentuan hukum ekonomi Islam yang berlaku agar pergadaian sesuai dengan hukum ekonomi Islam dan menerapkan prinsip ekonomi Islam.

Rekomendasi

Budi Srinastiti, Pengendalian Gadai Tanah Dalam Rangka Penetapan Luas Maksimal Pertanian, diakses dari repositori.unair.ac.id/../Tesis- Penguasaan%20Gadai%20 Tanah%20In%20Lingkup..pdf, pada tanggal 02 Agustus 2018 .Abdul Rahim Arifin, Bill of Lading Sebagai Objek Gadai dan Jaminan Fidusia, diakses dari www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/128135-T+25164++. Implementasi Gadai Sawah Pada Masyarakat Desa Dadapayam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang diakses dari eprints.ums.ac.id/38140/1/ARTIKEL %20PUBLICATION.pdf.

Judul: Dampak Pemindahan Bendera Dalam Perspektif Hukum Dagang Islam (Studi di Desa Gattareng Kecamatan Soppeng). Strata Satu (S1) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, Jurusan Ekonomi Syariah dan Islam, Program Studi Hukum Ekonomi Islam, 2009-2013. Staf Kepegawaian Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare, Tahun 2014-2016.

Referensi

Dokumen terkait

Pangandaran, untuk dikaji dan dianalisa dalam tinjauan hukum Islam, dengan tujuan untuk mengetahui status hukum yang pasti mengenai praktek gadai tanah sawah tersebut  dan juga

Jika dilihat dari segi syarat dan rukun gadai, maka aqad dalam transaksi tradisi gadai tanah sawah yang terjadi di Dusun Cirapuan Desa Sindang Jaya sudah sah dan dapat

Dilihat dari murtahin selaku pihak yang melaksanakan perjanjian dalam pelaksanaan gadai sawah di Desa Dadapayam telah sesuai atau sah menurut pandangan hukum

Maka peneliti bertujuan untuk mendiskripsikan secara jelas terkait masalah pelaksanaan gadai sawah di Desa Dadapayam Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang, untuk

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dituangkan pada BAB III dapat dianalisis bahwa pelaksanaan gadai pohon cengkeh di Desa Sumberjaya adalah pinjam meminjam

Berdasarkan pengertian gadai yang dikemukakan oleh para ahli hukum Islam diatas, penulis berpendapat bahwa gadai (rahn) adalah menahan barang jaminan yang bersifat

Hal ini menunjukkan bahwa Praktik Appita’galak tana (gadai sawah) Perspektif Hukum Islam di Desa Julukanaya Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa belum sepenuhnya sesuai

Gadai (rahn) adalah menahan barang jaminan yang bersifat materi milik peminjam (rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima tersebut bernilai