• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK SOSIAL-EKONOMI BADAN USAHA MILIK DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DAMPAK SOSIAL-EKONOMI BADAN USAHA MILIK DESA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK SOSIAL-EKONOMI BADAN USAHA MILIK DESA:

STUDI KASUS BUMDESA JULUKANA LABBIRI

Harry Yulianto1, Nurul Qamaria2, Citra Ayu Hidayana Usman3

1,2,3STIE YPUP Makassar

1harryyulianto.stieypup@gmail.com, 2nurul.qamaria13sep1997@gmail.com, 3citrahidayana@gmail.com

ABSTRACT

This village-owned business entity is one of the institutions engaged in the social and economic fields and as a service provider to the village community primarily regarding business fields. The formation of BUMDESA in Lonjoboko Village refers to the Gowa District Regulation Number 7 of 2015 concerning Village-Owned Enterprises. The research method used in this study is a qualitative research with a descriptive approach, with a focus of research: (1) the existence of a Village-Owned Business Entity (2) the socio-economic impact of the existence of a village-owned business entity. The results of this study are that the existence of a village-owned business entity is in accordance with the regional regulations of Gowa Regency which are then regulated by the village with village regulations regarding village-owned enterprises. However, all current business sectors have not run well, so they have only made a small contribution to the village.

Keywords: economic impact, social impact, village-owned enterprises.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai jika terdapat iklim perekonomian yang baik di level provinsi. Begitupula, pertumbuhan ekonomi di level provinsi akan tercapai jika kabupaten memiliki kegiatan ekonomi yang berjalan baik. Kemajuan ekonomi kabupaten dapat tercapai karena adanya dukungan ekonomi pedesaan yang kuat yang berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut akan menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang baik untuk diterapkan di semua level pembangunan. Pembangunan pedesaan merupakan salah satu upaya mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Pengembangan ekonomi di pedesaan sejak lama dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program pembangunan. Namun, upaya tersebut belum memuaskan. Salah satu faktornya adalah intervensi pemerintah yang terlalu dominan, sehingga mengakibatkan terhambatnya kreativitas dan inovasi masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan roda perekonomian di pedesaan.

Mekanisme kelembagaan ekonomi di pedesaan yang tidak berjalan efektif, sehingga berdampak pada ketergantungan terhadap bantuan pemerintah. Hal tersebut dapat mematikan semangat kemandirian desa.

Eksistensi desa perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat dengan dilahirkannya kebijakan yang terkait dengan pemberdayaan ekonomi dengan cara melembagakan kegiatan ekonomi masyarakat desa. Oleh karena itu, pemerintah telah menerapkan pendekatan baru yang diharapkan mampu mendorong dan menggerakkan roda perekonomian di desa melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa, yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMDESA) sebagai salah satu program unggulan dalam meningkatkan kemandirian perekonomian masyarakat di desa.

BUMDES lahir sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Pengelolaan BUMDES sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa, yaitu dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015, Badan Usaha Milik Desa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar- besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

(2)

Pendirian BUMDESA dimaksudkan sebagai upaya menampung seluruh kegiatan di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum yang dikelola oleh Desa dan/atau kerjasama antar-Desa[1]. Pendirian BUMDESA bertujuan untuk: a. meningkatkan perekonomian Desa;

b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; c. meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa; d. mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga; e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga; f. membuka lapangan kerja; g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa; dan h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.

BUMDESA sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa yang berdasarkan kebutuhan dan potensi sumber daya di desa. Pengelolaan BUMDES dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat desa, dengan prinsip “dari desa, oleh desa, dan untuk desa”. Aset ekonomi yang ada di desa harus dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa.

Substansi dan filosofi BUMDESA harus dijiwai dengan semangat kebersamaan dan self help sebagai upaya memperkuat aspek ekonomi kelembagaannya. Pada tahap ini, BUMDESA akan bergerak seirama dengan upaya meningkatkan sumber-sumber Pendapatan Asli Desa, menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dimana peran BUMDESA sebagai institusi payung dalam menaungi. Upaya ini penting dalam kerangka mengurangi peran freerider yang seringkali meningkatkan biaya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat melalui praktek rente.

Melihat posisi BUMDESA dalam menghadapi realitas arus modal domestik dan asing yang kini menjadikan desa sebagai sasaran pengembangan usaha. Disamping itu, BUMDESA hanya bermodal tak seberapa jika dibandingkan dengan swasta yang bermodal besar, maka posisi BUMDESA tak dapat dibandingkan. Dengan sumber daya alam yang dimiliki oleh desa, hal tersebut sangat rawan terjadi intervensi modal dan pasar di pedesaan.

Kehadiran BUMDESA diharapkan menjadi penangkal bagi kekuatan korporasi.

Desa Lonjoboko yang terletak di Kabupaten Gowa memiliki BUMDESA bernama Julukana Labbiri. BUMDESA yang didirikan oleh Pemerintah Desa Lonjoboko pada tanggal 21 Desember 2015 memiliki beberapa kegiatan usaha, salah satunya yakni unit usaha peternakan ayam petelur. Hal tersebut didasarkan pada peluang usaha bahwa telur sebagai salah satu bahan kebutuhan pokok yang paling sering digunakan oleh masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “Dampak Sosial-Ekonomi Badan Usaha Milik Desa:

Studi Kasus BUMDESA Julukana Labbiri”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan permasalahan penelitian ini yaitu bagaimana dampak sosial-ekonomi eksistensi BUMDESA Julukana Labbiri bagi masyarakat Desa Lonjoboko?

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana dampak sosial- ekonomi eksistensi BUMDESA Julukana Labbiri bagi masyarakat Desa Lonjoboko.

Manfaat penelitian yang didapat dari riset ini memberikan gambaran BUMDESA Julukana Labbiri ditinjau dari aspek sosial-ekonomi.

TINJAUAN LITERATUR BUMDESA

Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu yang diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan perekonomian masyarakat desa dengan mendirikan Badan Usaha Milik Desa.

BUMDESA sebagai lembaga sosial yang berpihak pada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial.

BUMDESA didirikan berdasarkan kebutuhan dan potensi desa sebagai hasil inisiatif masyarakat desa itu sendiri. Hal tersebut berarti usaha yang akan dijalankan digali dari keinginan untuk menciptakan sebuah pertumbuhan ekonomi. Pembentukan BUMDESA didasarkan pada kebutuhan,

(3)

potensi, dan kapasitas desa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.

BUMDESA sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal dari masyarakat dan Pemerintah Desa. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDESA dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari Pemerintah Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, sesuai peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan BUMDESA harus dijalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara profesional, dan mandiri[2]. Untuk membangun BUMDESA, maka diperlukan informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik kelokalan, termasuk ciri sosial-budaya masyarakatnya dan peluang pasar dari produk (barang dan jasa) yang dihasilkan.

Pengelolaan BUMDESA harus diutamakan demi kesejahteraan masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Desa.

Tujuan pengelolaan BUMDESA yaitu: 1.

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (Standar Pelayanan Minimal) agar berkembang usaha masyarakat di desa; 2.

memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan usaha-usaha produktif bagi pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan PADes; dan 3.

meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat dalam melakukan penguatan ekonomi di desa.

Dampak Sosial-Ekonomi BUMDESA

BUMDESA merupakan instrumen pemberdayaan ekonomi lokal dengan berbagai ragam jenis potensi. Pemberdayaan potensi tersebut bertujuan untuk peningkatan kesejahteran ekonomi masyarakat desa melalui pengembangan usaha ekonomi. Eksistensi BUMDESA memberikan sumbangan bagi peningkatan sumber Pendapatan Asli Desa yang memungkinkan desa mampu melaksanakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat secara optimal.

BUMDESA pada dasarnya merupakan bentuk konsolidasi atau penguatan terhadap lembaga-lembaga ekonomi desa. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain: 1.

pengembangan kemampuan SDM, sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam pengelolaan aset ekonomi desa, 2.

mengintegrasikan produk-produk ekonomi perdesaan, sehingga memiliki posisi nilai tawar yang baik dalam jaringan pasar, 3.

mewujudkan skala ekonomi kompetitif terhadap usaha ekonomi yang dikembangkan, 4. menguatkan kelembagaan ekonomi desa, serta 5. mengembangkan unsur pendukung seperti perkreditan mikro, informasi pasar, dukungan teknologi dan manajemen, prasarana ekonomi dan jaringan komunikasi maupun dukungan pembinaan dan regulasi.

BUMDES merupakan perwujudan partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha yang dikuasai oleh kelompok tertentu di tingkat desa. Hal tersebut berarti aturan yang terbentuk berupa mekanisme kelembagaan. Penguatan kapasitas kelembagaan akan mengarah pada adanya tata aturan yang mengikat seluruh anggota.

Dengan adanya BUMDESA, maka diharapkan mampu meningkatkan pembangunan yang berdampak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Terciptanya pelaku usaha membuktikan berkembangnya usaha ekonomi masyarakat di desa, hal tersebut berarti kegiatan BUMDES di pedesaan menciptakan multiplier effect, dimana tercipta lapangan pekerjaan dan peluang dalam berusaha. Suatu peluang usaha akan menjadi sumber pendapatan yang memberikan tambahan penghasilan pada masyarakat, jika mampu menangkap peluang usaha yang potensial untuk dikembangkan menjadi suatu kegiatan usaha yang riil.

Kegiatan BUMDES memberikan pengaruh eksternal yang bersifat positif atau bermanfaat bagi masyarakat. Dampak ekonominya, antara lain: 1. memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; 2.

peningkatan kesejahteraan masyarakat; 3.

memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah. Beberapa kegiatan BUMDESA yang secara langsung memberikan dampak sosial bagi masyarakat, antara lain: 1. kegiatan pembangunan sumberdaya masyarakat desa; 2.

pembangunan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat,

(4)

terutama sarana jalan darat; 3. penyerapan tenaga kerja lokal; dan 4. penyuluhan dan pelatihan mengenai pertanian, kesehatan dan pengelolaan BUMDESA[3].

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Dalam melaksanakan suatu penelitian sangat diperlukan desain penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian[4]. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-rang dan perilaku yang dapat diamati[5]. Sedangkan, pendekatan deskriptif merupakan laporan yang berisi kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan.

Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, dapat juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu[4]. Objek penelitian ini adalah BUMDESA Julukana Labbiri di Desa Lonjoboko.

Data Penelitian

Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data yang bukan berbentuk bilangan atau angka[6]. Data kualitatif berupa ciri, sifat, atau gambaran dari kualitas obyek. Biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau judgement. Data penelitian ini berasal dari hasil wawancara dan dokumen.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang digunakan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang dapat menjelaskan/menyatakan permasalahan penelitian secara objektif. Karena data yang diperoleh peneliti merupakan data primer, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab secara langsung antara peneliti dan narasumber[6].

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata, kalimat, bagan, gambar dan foto. Eksistensi data bermuatan kualitatif adalah catatan lapangan yang berupa catatan atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf yang diperoleh dari wawancara menggunakan pertanyaan terbuka, atau pemaknaan peneliti terhadap dokumen atau peninggalan[7].

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Desa Lonjoboko terletak di Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Di Desa Lonjoboko terdapat BUMDESA Julukana Labbiri yang mampu mengelola potensi sumber daya alam menjadi salah satu sumber peningkatan Pendapatan Asli Desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BUMDESA Lonjoboko didirikan oleh Pemerintah Desa Lonjoboko pada tanggal 21 Desember 2015 berdasarkan Peraturan Desa Lonjoboko Nomor 05 Tahun 2015 tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Pembentukan BUMDESA Lonjoboko dimaksudkan untuk mendorong seluruh kegiatan peningkatan pendapatan masyarakat dalam kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk dikelola oleh masyarakat melalui program pemerintah.

Dalam Peraturan Desa Lonjoboko Nomor 05 Tahun 2015 Tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa Pasal 4 menyatakan bahwa kegiatan

(5)

BUMDESA Julukana meliputi usaha: 1) unit usaha produksi bahan galian (tambang galian C); 2) unit usaha produksi bahan pangan, buah-buahan dan obat-obatan; 3) unit usaha produksi komuditas perkebunan, dan hasil hutan; 4) unit usaha industri dan rumah tangga; 5) unit usaha jasa; dan 6) unit usaha peternakan ayam petelur.

Pembahasan

Dalam pengembangan usaha yang dilakukan oleh BUMDESA Julukana di Desa Lonjoboko fokus utama usahanya pada usaha peternakan ayam petelur, dimana usaha ini dimulai pada tahun 2015, namun terjadi kendala dan sempat tidak beroperasi dan baru terlaksana kembali pada tahun 2017.

Banyak sekali manfaat yang diperoleh oleh masyarakat dengan adanya usaha ayam petelur, diantaranya masyarakat diberikan kemudahan saat ingin membeli telur karena sebelum adanya usaha ayam petelur masyarakat sangat sulit mendapatkan telur dari kota karena terkendala oleh transportasi dan biaya yang dikeluarkan juga banyak, sehingga telur yang dijual di Desa Lonjoboko terbilang mahal. Namun dengan adanya usaha ayam petelur, masyarakat menjadi lebih mudah mendapatkan telur dan harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan saat harus membeli dari kota. Dampak sosial ekonomi dengan eksistensi BUMDESA di Desa Lonjoboko dilihat dari tabel responden berikut ini.

Tabel 1. Dampak Sosial

Responden Sebelum Sesudah 1. Hj.Mustafa Responden

bekerja sebagai petani yang hanya

mengandalkan hasil taninya untuk menghidupi keluarganya

Responden menjadi pengelola BUMDESA, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan untuk keluarganya 2. Hasbullah Responden

bekerja sebagai petani yang hanya

mengandalkan hasil taninya saja

Responden menjadi pengelola BUMDESA, sehingga penghasilannya tidak hanya diandalkan dari hasil tani saja tapi juga

Responden Sebelum Sesudah mendapatkan penghasilan dengan adanya BUMDESA tersebut.

3. Hadrianti Responden awalnya hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan

Adanya BUMDESA, responden memiliki penghasilan dari

pekerjaannya sebagai pengelola BUMDESA Sumber: data diolah (2018).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa BUMDESA Julukana Labbiri memberikan dapak sosial bagi masyarakat Desa Lonjoboko, yakni adanya tambahan pekerjaan berupa pengelola BUMDESA yang sebelumnya hanya sebagai petani maupun ibu rumah tangga saja.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Syamsuri et.al[8] yang menyatakan bahwa dampak sosial eksistensi BUMDes dapat memberikan jaminan sosial bagi warga desa.

Tabel 2. Dampak Ekonomi

Responden Sebelum Sesudah 1. Hj. Mustafa Sebelum adanya

BUMDESA penghasilan responden sebesar Rp 10 juta per tiga bulan

Setelah adanya BUMDESA, penghasilan responden bertambah menjadi Rp 13 juta per tiga bulan 2. Hasbullah Sebelum adanya

BUMDESA penghasilan responden sebesar Rp 5 juta per tiga bulan

setelah adanya BUMDESA penghasilan responden bertambah menjadi Rp 8 juta per tiga bulan 3. Hadrianti Sebelum adanya

BUMDESA responden tidak memiliki penghasilan karena hanya sebagai ibu rumah tangga

Setelah adanya BUMDESA penghasilan responden sebesar Rp 3 juta per tiga bulan Sumber: data diolah (2018).

(6)

Hasil lainnya menunjukkan bahwa BUMDESA Julukana Labbiri memberikan dapak ekonomi bagi masyarakat Desa Lonjoboko, yakni adanya peningkatan penghasilan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Syamsuri et.al[8] yang menyatakan bahwa dampak ekonomi BUMDes dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

PENUTUP Simpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Tata kelembagaan BUMDESA Julukana Labbiri di Desa Lonjoboko sebagai penguatan ekonomi desa:

a) Pembentukan BUMDESA Julukana Labbiri sudah sesuai dengan Peraturan Desa[9] yang ada dimulai dari dasar hukum yang melandasi, anggaran dasar maupun anggaran rumah tangga yang tersusun, dan struktur organisasinya.

b) Mekanisme penyaluran dan pemanfaatan dana BUMDESA sudah jelas, dana awal yang dimiliki oleh BUMDESA Julukana Labbiri berasal dari dana hibah yang diberikan oleh Pemerintah Desa ke BUMDESA Julukana Labbiri.

c) Fokus usaha BUMDESA Julukana Labbiri pada usaha ayam petelur.

2. Dampak sosial ekonomi eksistensi BUMDESA Julukana Labbiri di Desa Lonjoboko yaitu:

a) Sumber-sumber dana untuk peningkatan pendapatan desa yang diberikan oleh BUMDESA masih sedikit memberikan kontribusi terhadap desa karena fokus usahanya baru satu, yakni pada usaha ayam petelur

b) Dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, BUMDESA Julukana Labbiri memberikan sedikit kemudahan kepada masyarakat dalam hal konsumsi rumah tangga, dimana masyarakat diberikan kemudahan untuk memperoleh telur dengan harga yang lebih murah dan akses yang lebih mudah.

c) Dalam bidang sosial-ekonomi, eksistensi BUMDESA memberikan manfaaat karena ada beberapa orang yang awalnya tidak memiliki pekerjaan

atau hanya sebagai petani hingga akhirnya mendapatkan penghasilan tambahan dari usaha ayam petelur.

Saran

Beberapa saran terhadap eksistensi BUMDESA Julukana Labbiri sebagai berikut:

1. Harus lebih banyak lagi usaha yang dikembangkan dalam BUMDESA Julukana Labbiri di Desa Lonjoboko, sehingga tidak hanya berfokus pada ayam petelur.

2. BUMDESA Julukana Labbiri harus dapat memberikan tambahan lapangan pekerjaan pada masyarakat di Desa Lonjoboko dengan memperluas usaha ayam petelur, karena saat ini hanya menternakkan sebanyak 1000 ayam, sehingga kedepannya agar diharapkan bertambah sampai 10 ribu bahkan 100 ribu ayam petelur.

3. Usaha yang lainnya agar dioperasikan kembali, sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, karena ada banyak potensi usaha di Desa Lonjoboko.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 2015. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. Jakarta: Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.

[2] Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan.

2007. Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Malang: Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.

[3] Tama, D.O.E., & Yanuardi. Dampak Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Bagi Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Karangrejek Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. 1-28.

[4] Umar, H. 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[5] Moleong, L.J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

[6] Yulianto, H. 2016. Statistik 1. Yogyakarta: Ladang Kata.

[7] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(7)

[8] Syamsuri, H., Yulianto, H., & Suryadi, D.F.. 2018.

Peningkatan Daya Saing Badan Usaha Milik Desa:

Studi Kasus BUMDES Tirta Mandiri. Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M PNUP) 2018.

224-229.

[9] Kepala Desa Lonjoboko. 2015. Peraturan Desa Lonjoboko Nomor 05 Tahun 2015 Tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Gowa: Pemerintah Desa Lonjoboko.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Analisis Peranan Modal Sosial Dalam Mengembangkan Badan Usaha Milik Desa BUM Desa Studi Kasus Pada BUM Desa Sauyunan di Kabupaten Bogor Andre Chaniago Fakultas Ekonomi dan