• Tidak ada hasil yang ditemukan

Darul 'Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Darul 'Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

Analisis Nilai-Nilai Moral dan Agama Anak Usia Dini dalam Tayangan Film Kartun Nusa dan Rara

Fitri Ramadhini1 IAIN Padangsidimpuan

[email protected]

Abstract

This study aims to describe and analyze the moral and religious values in the cartoon film Nusa and Rara. This type of research is descriptive qualitative using a sample title "NUSSA: EPISODE COMPILATION VOL.1" using content analysis techniques. The data in this study are data that contain moral and religious values found in the cartoon film Nusa and Rara. The results of the study were obtained from the moral and religious values contained in each film entitled "Sleep alone is not afraid", "Dahsyatnya Basmalah", "Smiles are Worship" and "Viral". These moral and religious values include accustoming children's behavior and attitudes to religious values, helping children to grow and develop into individuals who believe and fear God, are self-confident, helpful, creative, humble, and care for the environment. The animated film Nussa and Rara is highly recommended to be watched by children because it contains moral and religious values in accordance with the Indonesian culture and the Islamic religion in it.

Keywords: Nusa and Rara cartoons; moral and religious values; early childhood.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis nilai moral dan agama dalam film kartun Nusa dan Rara. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif menggunakan sampel judul

“NUSSA : EPISODE COMPILATION VOL.1” dengan menggunakan teknik Analisis Konten.

Data dalam penelitian ini adalah data yang mengandung nilai moral dan agama yang terdapat pada film kartun Nusa dan Rara. Hasil penelitian didapatkan dari nilai moral dan agama yang terdapat pada masing-masing film yang berjudul “Tidur Sendiri Gak Takut”, “Dahsyatnya Basmalah”,

“Senyum itu Ibadah” dan “Viral”. Nilai moral dan agama tersebut diantaranya ialah membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama, membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan, percaya diri, tolong menolong, kreatif, rendah hati, dan peduli lingkungan. Film animasi Nussa dan Rara sangat dianjurkan untuk terus ditonton oleh anak-anak karena terkandung nilai moral dan agama sesuai dengan budaya bangsa Indonesia dan agama Islam di dalamnya.

Kata Kunci: film kartun Nusa dan Rara; nilai moral dan agama; anak usia dini

(2)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

PENDAHULUAN

Pendidikan meupakah salah satu wahana dalam menjaga moralitas yang dalam kehidupan suatu bangsa dan negara. Kehidupan suatu bangsa dan negara membutuhkan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan generasi yang berkualitas dan berkembang secara optimal. Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat mendukung berbagai aspek perkembangan anak. Anak memiliki berbagai aspek perkembangan yang harus dikembangkan, tidak terkecuali perkembangan moral dan agama yang harus dikembangkan sedini mungkin.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)

Nomor 20 Tahun 2003 (Grafika, 2003) disebutkan pendidikan bertujuan “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Penanaman nilai moral dan agama dapat dilakukan dalam bentuk pembiasaan, praktek peribadatan, dan penanaman budi pekerti. Dalam mengembangkan aspek tersebut tentunya dibutuhkan strategi maupun model pembelajaran yang tepat di sekolah atau dirumah. Sekolah dan orangtua harus bersinergi dalam mengembangkan aspek nilai moral dan agama pada anak.

Penanaman nilai moral dan agama tidak akan cukup hanya diberikan dalam muatan pembelajaran yang berupa hafalan ataupun dilakukan secara tertulis, namun penanaman nilai moral dan agama harus mampu terintegrasi pada perkembangan kognitif, afektif, dam fisik motorik anak dengan cara langsung melakukan dan menteladani peristiwa-peistiwa yang nyata dalam lingkungan sekitar anak. Tentunya pendidik dan orangtua harus mampu memberikan teladan yang baik pada anak terutama dalam menanamkan nilai moral dan agama pada anak terutama dalam hal beribadah, adab berdoa, dan menghargai sesama manusia.

Banyak strategi yang dapat digunakan dalam mengembangkan nilai moral dan agama, salah satunya adalah dengan menonton film kartun yang mengandung muatan moral dan agama.

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kini media film merupan cara yang cukup ampuh dalam memberikan teladan yang baik karena secara tidak langsung anak dapat melihat langsung peranan para pemainnya sehingga memungkinkan anak untuk meniru dan mencontoh gerak-gerik dan tingkah laku yang positif dalam tayangan tersebut.

(3)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

Beberapa tahun terakhir ini dunia perfilman berkembang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dengan maraknya film kartun yang ditujukan untuk anak usia dini yang bertemakan pendidikan nilai moral dan agama. Film tersebut dapat diakses dengan mudah melalui internet maupun TV, tentunya orangtua harus memfilter mana tayangan yang tepat dalam memberikan efek positif dalam pengembangan nilai moral dan agama, karena tontonan dapat mempengaruhi karakter seorang anak.

Salah satu film animasi yang populer pada saat ini adalah film animasi Nussa dan Rara.

Film animasi Nussa dan Rara ialah sajian animasi islam yang mempunyai karakter utama bernama Nussa seorang anak laki-laki berusia 9 tahunyang memiliki sifat keingintahuan yang tinggi dan bercita-cita menjadi astronot dan hafiz Qur’an. Karakter utama pendukung Nussa adalah adiknya sendiri yang bernama Rara yang berusia 5 tahun dan memiliki sifat pemberani, selalu aktif, periang, dan berimajinasi tinggi. Banyak orangtua yang yang memberikan tayangan ini karena kepercayaan mereka terhadap nilai moral dan agama yang terkadung di dalam tayangan Nussa dan Rara. Tayangan ini disajikan secara sederhana bertemakan kegidupan sehari-hari, bergaya komunikatif dan juga mendidik. Tayangan ini tentu dapat dikatakan tepat sebagai film animasi yang mampu mengembangkan nilai moral dan agama anak usia dini.

Film mempunya keunggulan sebagaimana dikemukakan oleh Sukenti dalam Nurwita (Nurwita, 2019) yaitu: merupakan suatu dominator belajar yang umum, sangat bagus untuk menerangkan suatu proses, dapat menyajikan baik teori maupun praktek, dapat mengikat perhatian anak, lebih realitis, dapat diulang-ulang, dihentikan dan sebagainya, sesuai dengan kebutuhan, mengatasi keterbatasan daya indera kita (penglihatan) film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan anak-anak.

Pengertian moral menurut Suseno dalam (Kurnia, 2015) adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara.

Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak manusia bermoral dan manusiawi. Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (Kurnia, 2015), moral adalah prinsip baik- buruk yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang.

Walaupun moral itu berada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Moral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan.

(4)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakteristik anak. Pakar-pakar tersebut diantaranya adalah Newman, Simon, Howe, dan (Kleinschmidt, 1994). Dari beberapa pakar tersebut, pendapat yang lebih cocok diterapkan untuk

membentuk watak/ karater anak. Pandangan tersebut dikenal dengan educating for character atau pendidikan karakter/watak untuk membangun karakter atau watak anak. Dalam hal ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosofi Michael Novak yang berpendapat bahwa watak/

karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu, moral knowing, moral feeling, dan moral behavior, yang satu sama lain saling berhubungan dan terkait. Lickona menggarisbawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan karakter/watak anak dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan prilaku moral (moral behavior). Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karekter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pengertian moral/ moralitas adalah suatu tuntutan prilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam pemikiran/konsep, sikap, dan tingkah laku. Dan pengembangan moral ini sangat penting untuk dilakukan pada anak di Taman Kanak-Kanak.

Menurut (Dewey, 1986) tahapan perkembangan moral seseorang akan melewati 3 (tiga) fase, yaitu premoral, conventional dan autonomous. Anak

Taman Kanak-kanak secara teori berada pada fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan memperhatikan kedua karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut. Sedangkan menurut Piaget, seorang manusia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous dan autonomous.

Perkembangan moral dan etika pada diri anak Taman Kanak-kanak dapat diarahkan pada pengenalan kehidupan pribadi anak dalam kaitannya dengan orang lain. Misalnya, mengenalkan dan menghargai perbedaan di lingkungan tempat anak hidup, mengenalkan peran gender dengan orang lain, serta mengembangkan kesadaran anak akan hak dan tanggung jawabnya. Puncak yang diharapkan dari tujuan pengembangan moral anak Taman Kanak- kanak adalah adanya keterampilan afektif anak itu sendiri, yaitu keterampilan utama untuk merespon orang lain dan pengalamanpengalaman barunya, serta memunculkan perbedaan- perbedaan dalam kehidupan teman disekitarnya. Hal yang bersifat substansial tentang

(5)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

pengembangan moral

anak usia Taman Kanak-kanak di antaranya adalah pembentukan karakter, kepribadian, dan perkembangan sosialnya.

Menurut (Kohlberg, 1995), perkembangan moral anak usia prasekolah berada pada tingkatan yang paling dasar, yaitu penalaran moral prakonvensional.Pada tingkatan ini anak belum menunjukkan pengembangan nilai-nilai moral. Pertimbangan moralnya didasarkan pada akibat-akibat yang bersifat fisik danhedonistik. Ada 4 (empat) area perkembangan yang perlu ditingkatkan dalam kegiatan pengembangan atau pendidikan usia prasekolah, yaitu perkembangan fisik, sosial emosional, kognitif dan bahasa.

Ruang lingkup pengembangan moral dalam rangka pembentukan karakter menurut (Megawangi, 2010) adalah sebagai berikut :

a) Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya, b) tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian, c) kejujuran, d) hormat dan santun, e) dermawan, suka menolong dan gotongroyong/kerjasama, f) percaya diri, kreatif dan pekerja keras, g)

kepemimpinan dan keadilan, h) baik dan rendah hati, i) oleransi, kedamaian dan kesatuan, j) 4K ( kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan)

Sementara pada pedoman pendidikan karakter bagi anak usia dini yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal terkait dengan karakter yang dikembangkan di Taman Kanak-kanak adalah:

a) kecintaan terhadap Tuhan YME, b) kejujuran, c) disiplin, d) toleransi dan

cinta damai, e) percaya diri, f) mandiri, g) tolong menolong, kerjasama, dan gotong royong, h) hormat dan sopan santun, i) tanggung jawab, j) kerja keras, k) kepemimpinan dan keadilan, l) kreatif, m) rendah hati, dan n) peduli lingkungan, o) cinta bangsa dan tanah air. (Kementrian Pendidikan Nasional,

2012).

Secara umum tujuan pengembangan nilai agama pada diri anak adalah meletakkan dasar-dasar keimanan dengan pola takwa kepada-Nya dan keindahan akhlak, cakap, percaya pada diri sendiri, serta memiliki kesiapan untuk hidup di tengah-tengah dan bersama-sama dengan masyarakat untuk menempuh kehidupan yang diridhai-Nya. Adapun tujuan khusus pengembangan nilai agama pada anak-anak usia prasekolah yaitu:

(6)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

a. Mengembangkan rasa iman dan cinta terhadap Tuhan

b. Membiasakan anak-anak agar melakukan ibadah kepada Tuhan

c. Membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama d. Membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Orang tua di rumah merupakan faktor utama dan pertama dalam menentukan kepribadian anak termasuk agamanya. Agama seorang anak pada umumnya ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya sejak kecil terutama oleh orang tuanya di dalam keluarga. Dalam hal ini orang tua dapat menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan dasar-dasar keimanan (keagamaan) pada diri anak-anaknya.

Untuk mencapai keberhasilan pembentukan kepribadian anak agar

mampu terwarnai dengan nilai-nilai agama, maka perlu didukung oleh unsur keteladanan dari orang tua dan guru. Untuk tujuan tersebut dalam pelaksanaannya guru dapat mengembangkan strategi pembelajaran dalam bentuk kegiatan terprogram, kegiatan rutin, kegiatan spontan, dan keteladanan.

1. Kegiatan pengembangan nilai agama secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan anak secara individual, kelompok, dan atau klasikal di dalam maupun di luar kelas.

2. Kegiatan pengembangan agama secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut:

a. Kegiatan Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti: berdo’a, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.

b. Kegiatan Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti:

pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi pertengkaran, dan lain-lain.

c. Kegiatan Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti:

berdo’a, berpakaian rapi, berbahasa yang baik, gemar menolong, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, , sabar, dan lain-lain. Selain itu Pengembangan nilai agama hendaknya dilaksanakan melalui kegiatan terintegrasi dan kegiatan khusus. Kegiatan terintegrasi berupa pengembangan materi nilai-nilai agama yang disisipkan melalui pengembangan bidang kemampuan dasar. Sedangkan kegiatan khusus merupakan program kegiatan yang pelaksanaannya tidak dimasukkan atau tidak harus dikaitkan

(7)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

dengan pengembangan bidang kemampuan dasar lainnya, sehingga membutuhkan waktu dan penanganan khusus.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif sebagai prosedur penelitian untuk menghasilkan data deskriptif berupa eksposur secara keseluruhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah “analisis isi”. Sumber data utama untuk penelitian ini adalah konten film kartun Nussa dan Rara dari media YouTube. Menggunakan data pemutaran perdana film animasi Nussa dan Rara "NUSSA (NUSSA: EPISODE COMPILATION VOL.1)", dan masing-masing film berjudul “Tidur Sendiri Gak Takut”, “Dahsyatnya Basmalah”, “Senyum itu Ibadah” dan

“Viral”. Dengan bantuan data sekunder, berbagai karya membahas penelitian sebelumnya dan konten film animasi Nussa dan Rara di Internet. Alat penelitian yang digunakan adalah catatan anekdot, observasi pustaka, Kartun Nussa dan Rara.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terdapat 7 nilai agama dan moral yang dapat ditemukan dalam film animasi Nussa dan Rara "NUSSA (NUSSA: EPISODE COMPILATION VOL.1)", pada episode yang dianalisis yaitu; membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama, membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan, percaya diri, tolong menolong, kreatif, rendah hati, dan peduli lingkungan.

1. Episode Pertama berjudul “Tidur Sendiri Gak Takut”

Episode pertama yang berjudul “Tidur Sendiri Gak Takut” terdapat nilai agama dan moral yaitu membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama dan

(8)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan, sebagaimana terdapat pada dialog di bawah ini : Ketika Rara takut untuk tidur sendiri, Nussa datang menemani dan memberikan beberapa tata cara sebelum tidur.

Nussa : “Kamu pasti lupa baca doa sebelum tidur ya, sama ini nih (mengeluarkan sapu lidi”

Rara : “Aaampun Nussa”

Nussa : Ihhh suudzon, siapa yang mau nyabet kamu pakai sapu lidi Rara : “Oooo kiraiin”

Nussa :“Makanya kalau mau tidur, pertama baca basmallah,

Bismillahirrohmanirrohim (sambil menyapu/menyabet kasur dengan

sapu lidi) Nah yang kedua wudhu, tapi ingat jangan boros air, wudhunya yang tertib”

Rara : “Habis wudhu apalagi?”

Nussa : “Baca Ayat Kursi, dilanjut tiga suroh Qul. Qulhuallahu ahad,

Qulaudzubirobbil falaq, dan Qulaudzubirobbinnas masing-masing tiga kali terus ditiupin ke tangan, terus diusapin kemuka, sama ke badan”

Rara : “Terus apalagi?”

Nussa : “Keempat, tidurnya hadap kanan atau arah kiblat”

2. Episode Kedua berjudul “Dahsyatnya Basmalah”

Episode Kedua yang berjudul “Dahsyatnya Basmalah” terdapat nilai agama dan moral yaitu percaya diri dan mandiri sebagaimana terdapat pada dialog di bawah ini : Ketika Nussa, Rara, dan Anta pergi bersama dengan menaiki sepeda.

Nussa : “Sarung?”

Rara : “Cek!”

(9)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

Nussa : “Helm?”

Rara : “Cek!”

Nussa : “Engine, Cek! Safety belt sudah terpasang, Are you ready guys?

Rara : “Ready, berangkat!”

Selanjutnya terdapat nilai agama dan moral yaitu membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama sebagaimana terdapat pada dialog di bawah ini : Ketika Nussa, Rara dan Anta terjatuh dari sepeda.

Rara : “Benar juga kata Anta, sebelum berangkat kita belum baca Bismillah

Nussa : “Oiyaa ya tadi kita lupa”

Rara : “Okee, kalau gitu sekarang kita jangan lupa baca Basmallah Nussa : “Iyaa”

Nussa & Rara : “Bissmillahirrahmanirrahim

3. Episode Ketiga berjudul “Senyum itu Sedekah”

Episode Ketiga yang berjudul “Senyum Ibadah” terdapat nilai agama dan moral yaitu tolong

(10)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

menolong, kerja sama, dan gotong royong sebagaimana terdapat pada dialog di bawah ini : Ketika Nussa dan Rara sedang menyiapkan barang-barang yang akan disumbangkan ke Panti Asuhan.

Nussa : “Alhamdulillah akhirnya beres juga”

Rara : “Kak, mainan dan pakaiannya masuk kardus semua?”

Nussa : “Iyalah, kan mau kita antar kerumah yatim piatu. Kamu kemana aja sih Ra?”

Rara : “Iya Rara bingung mau kasih apa ya, hmm... oiyaaa boneka!. Maaf ya Bunny kalau mau berbagi harus yang bagus, Bunny kan boneka kesukaan Rara pasti bagus (sambil memegang boneka kelinci).”

Umak : “Nussa Rara ingat ya jangan sampai ada pakaian yang robek atau mainan yang rusak”

Ibu Panti : “Bunda dan keluarga terimakasih sekali atas bantuannya semoga ini menjadi pahala ya Bunda, Insha Allah kita bisa ketemu lagi ya Bunda”

Umak : “Aamiin Allahumma Amiin, terimakasih untuk doanya bu kami pamit yaa”

Selanjutnya terdapat nilai agama dan moral yaitu rendah hati sebagaimana terdapat pada dialog di bawah ini : Ketika Nussa dan Rara menyalami teman-teman panti satu persatu dengan tersenyum.

Nussa : “Lagi ngapain sih Ra?”

Rara : “Rara lagi sedekah nih”

Nussa : “Hah sedekah? Sedekah apa”

Rara : “Rara lagi sedekah senyum, senyum kan juga sedekah (sambil tersenyum)”

(11)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

Nussa : “Oiyaa ya bener juga kamu Ra, kalau gitu Nussa ikutan sedekah ya (sambil tersenyum) Aku dah senyum, salam.”

3. Episode Keempat berjudul “Viral”

Episode Keempat yang berjudul “Viral” terdapat nilai agama dan moral yaitu kreatif sebagaimana terdapat pada dialog di bawah ini : Ketika Nussa dan Rara akan membuat video agar viral.

Rara : “Kemarin Nussa bilang kita mau bikin video viral”

Nussa : “Ra, lagi ngapain sih emang bisa pakai laptop”

Rara : “Sekarang Rara ngerti viral, kalau mau bikin video viral Nussa harus sakit dulu”

Nussa : “Gak kaya gitu juga kali, nih Ra lihat kaya gini”

Rara : “Yuk kita buat joget challenge yuk, atau Nussa lempar uang kecelengan nanti Rara bilang masuk Nussa”

Nussa : “Haduhh harus bikin yang bermanfaat dong Ra”

(12)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

Selanjutnya terdapat nilai agama dan moral yaitu peduli lingkungan sebagaimana terdapat pada dialog di bawah ini : Ketika Nussa dan Rara sedang membersihkan lingkungan dengan membuang sampah dan divideokan.

Nussa : “Assalamualaikum sahabat Nusantara, itu tadi video viral kita. Gimana? Seru kan?”

Rara : “Nussa, Rara, dan Anta saja peduli dengan kebersihan kota”

Nussa : “Yuk teman-teman di seluruh Nusantara, kita juga harus peduli dengan kebersihan kota kita

Rara : “Yaaakk betul”

PEMBAHASAN

Membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama dan membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Dialog pada episode pertama berjudul “Tidur Sendiri Gak Takut” dan dialog pada episode kedua yang berjudul “Dahsyatnya Basmalah” yang menunjukkan sikap membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama dan membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan. Makna kedua dialog diatas menunjukkan bahwa Nussa dan Rara mempunyai sikap taat dan setiap kegiatannya dilandasi pada nilai-nilai agama yang terbiasa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan STPPA yang terdapat di dalam Permendikbud 137 tahun 2014 (Permendikbud, 2014) yang berindikator mengucapkan doa sebelum dan/atau sesudah melakukan sesuatu dan membiasakan diri berperilaku baik. Berdasarkan dialog tersebut mengajarkan anak-anak untuk selalu menegingat Allah disetiap kegiatan dan langkahnya dan membiasakan diri berdoa sebelum melakukan kegiatan di kehidupan.

Secara umum pendidikan pada anak usia dini bertujuan untuk membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, agama dan moral secara optimal pada anak dalam lingkungan pendidikan yang kondusif, demokratis, dan kompetitif. Pengenalan do’a lebih bermakna apabila pendidik berusaha menghadirkan situasi nyata dalam bentuk kegiatan sehari-hari baik dirumah maupun disekolah. Ketika anak hendak belajar pendidik mengajak anak berdo’a yang sebelumnya dijelaskan kenapa kita harus berdo’a, dan menjelaskan pula makna do’a yang diucapkannya, sehingga, do’a–do’a yang sering diajarkan guru atau pendidik akan dimengerti anak maksud dan makna dari do’a tersebut. Proses pembelajaran tersebut ditanamkan secara terus menerus melalui pembiasaan anak secara langsung ketika akan

(13)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

melakukan suatu kegiatan. Diharapkan bacaan do’a tersebut akan semakin ”menginternal” dalam diri anak dan akan membawa pengaruh dalam perilaku anak sehari-hari.

Percaya diri dan mandiri

Dialog pada episode kedua yang berjudul “Dahsyatnya Basmalah” yang menunjukkan sikap percaya diri dan mandiri. Makna dialog diatas menunjukkan rasa percaya diri adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk mengekspresikan perasaan, mampu berinteraksi dengan orang lain dan berani menghadapi kehidupan di lingkungan. Hal ini terlihat saat Nussa dan Rara berani dan percaya diri serta mandiri untuk pergi mengendarai sepeda tanpa pengawasan orangtua.

Kepercayaan diri merupakan satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang.

Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Sejalan dengan Permendikbud 146 (Permendikbud, 2014) pada KI-II yaitu memiliki perilaku hidup sehat, rasa ingin tahu, kreatif dan estetis, percaya diri, disiplin, mandiri, peduli, mampu menghargai dan toleran kepada orang lain, mampu menyesuaikan diri, tanggungjawab, jujur, rendah hati dan santun dalam berinteraksi dengan keluarga, pendidik, dan teman.

Tolong menolong, kerja sama, dan gotong royong

Dialog pada episode ketiga yang berjudul “Senyum itu Sedekah” yang menunjukkan sikap tolong menolong, kerja sama, dan gotong royong. Makna dialog di atas menunjukkan sikap saling tolong menolong dan berbagi/ memberi merupakan salah satu dari nilai-nilai kebaikan untuk dilaksanakan didalam hidup ini. Muslim yang percaya pada Tuhannya tidak memiliki keraguan sedikitpun bahwa apapun yang ia belanjakan hanya karena Allah tidak akan mengurangi kekayaannya, karena sedekah akan menambah kekayaan dan tidak akan menguranginya. Sikap Tolong-menolong juga terdapat dalam Indikator perkembangan agama dan moral anak usia 5-6 tahun yaitu menyayangi ciptaan Tuhan dan dapat dikembangkan pada NAM.5: Suka menolong sesama teman dan orang dewasa.

Ajarkan tolong menolong dan berbagi pada anak itu penting. Sebab, sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri. Selalu butuh bantuan dalam bentuk tolong menolong dengan orang lain. Keterampilan sosial ini terkait dengan keterampilan sosial lain seperti simpati dan empati. Menolong menumbuhkan kesadaran diri pada anak untuk membantu orang lain dan dapat mengembangkan sikap kepedulian sosialnya, sehingga ia diterima di lingkungan kelompok pertemanan maupun lingkungan sosial lain yang lebih luas.

(14)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

Rendah hati

Dialog pada episode ketiga yang berjudul “Senyum itu Sedekah” yang menunjukkan sikap rendah hati. Makna dialog di atas menunjukkan sikap rendah hati mengajarkan anak tentang kerendahan hati memang perlu dilakukan sejak dini. Karena, dengan memiliki sifat ini seorang anak akan lebih sopan, lemah lembut dan tidak sombong dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan dialog di atas yang mengajarkan kita untuk rendah hati dan memberi sedekah walau hanya dengan senyuman. Keluarga merupakan pendidikan dasar tempat anak mendapatkan wawasan dan membentuk karakter. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk berperan aktif memperlihatkan dan mempraktikkan sikap rendah hati di lingkungan rumah. Sebab, usia kanak- kanak cenderung meniru dari orang-orang terdekatnya.

Rendah hati ditandai dengan sikap sopan, lemah lembut, dan sederhana. Rendah hati sendiri adalah sifat seseorang yang sebetulnya memiliki kemampuan berlebih, tapi tidak sombong atau memamerkannya. Kerendahan hati juga merupakan wujud dari rasa syukur. Sayangnya, tidak semua anak memiliki sifat seperti itu. Maka orangtua dan pendidik bisa mengajarkan kerendahan hati pada anak sedini mungkin, agar kelak saat sudah besar ia sudah paham dalam bersikap.

Kreatif

Dialog pada episode keempat yang berjudul “Viral” yang menunjukkan sikap kreatif.

Makna dialog di atas menunjukkan sikap kreatif. Dalam hal ini sikap kreatif yang dikembangkan oleh Nussa dan Rara adalah membuat video viral yang bermanfaat tentang peduli lingkungan.

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang yang dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan hal-hal yang baru atau sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru, menemukan cara-cara dalam pemecahan masalah yang tidak dapat ditemukan oleh kebanyakan orang, membuat ide-ide baru yang belum pernah ada, dan melihat adanya berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Pada dasarnya, setiap orang memiliki potensi untuk kreatif, namun yang perlu digaris bawahi adalah bagaimana untuk mengembangkan kemampuan yang masih bersifat potensi tersebut.

Kreativitas bukan kemampuan bawaan dari lahir, tetapi merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Kreativitas penting untuk dikembangkan karena kreativitas berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, misalnya kreativitas berpengaruh terhadap gagasangagasan seseorang, pemecahan terhadap suatu permasalahan, serta berpengaruh terhadap prestasi akademik. Pengembangan kreativitas anak usia dini sangat penting untuk dikembangkan, karena usia dini merupakan golden age yakni usia emas yang merupakan pondasi bagi

(15)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

perkembangan di usia selanjutnya

.

Peduli Lingkungan

Dialog pada episode keempat yang berjudul “Viral” yang menunjukkan sikap peduli lingkungan. Ketika Nussa dan Rara sedang membersihkan lingkungan dengan membuang sampah dan divideokan. Perilaku peduli lingkungan hidup atau lebih dikenal peduli lingkungan saja merupakan perilaku atau tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi. Secara khusus dijelaskan pada Pedoman Pendidikan Karakter PAUD (Hadisi, 2015) peduli lingkungan adalah Nilai yang didasarkan pada sikap dan perilaku yang penuh perhatian dan rasa sayang terhadap keadaan yang ada dilingkungan sekitarnya Memperhatikan, mengamati dan mencintai lingkungan. Namun tidak jarang kita temui banyak sekali anakanak bahkan orang dewasa sebagai pencontoh yang tidak peduli terhadap sampah yang berserakan, merusak tanaman serta membuang sampah sembarangan, hal tersebut terjadi karena rendahnya penanaman perilaku peduli lingkungan sejak dini.

KESIMPULAN

Film animasi Nusa dan Rara merupakan film yang banyak mengandung nilai moral dan agama yang seusia dengan budaya dan agama Islam, diantaranya pesan akidah mempunyai indikasi segala bentuk keyakinan dan keimanan pada enam hal dalam rukun iman, pesan akhlak mempunyai indikasi segala perilaku dan tindakan yang terpuji, pesan ibadah mempunyai indikasi segala bentuk perbuatan dalam ketaatan yang dilakukan untuk memperoleh Ridho dari Allah Swt.

(16)

Darul ‘Ilmi Vol. 09 No. 01 Juni 2021

DAFTAR PUSTAKA

Dewey, J. (1986). Experience and education. The educational forum, 50(3), 241–252.

Grafika, S. (2003). Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No.

20 Tahun 2003). Jakarta.

Hadisi, L. (2015). Pendidikan karakter pada anak usia dini. Al-TA’DIB: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(2), 50–69.

Kleinschmidt, G. (1994). Lickona, T.(1992): Educating for Character-How our Schools can teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books (478 Seiten)[Rezension]. Praxis der Kinderpsychologie und Kinderpsychiatrie, 43(7), 276–277.

Kohlberg, L. (1995). Tahap-tahap perkembangan moral.

Kurnia, Y. (2015). Pengembangan Kemampuan Nilai-nilai Agama dan Moral di TK. Bandung:

PPPPTK TK dan PLB.

Megawangi, R. (2010). Pengembangan program pendidikan karakter di sekolah: Pengalaman sekolah karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation (IHF).

Nurwita, S. (2019). Analisis Nilai-Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini dalam Tayangan Film Kartun Upin dan Ipin. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 506–517.

Permendikbud, R. I. (t.t.). Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdikbud.

Permendikbud, R. I. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Mendiknas.

Referensi

Dokumen terkait

9 Medina Nur Asyifah Purnama “Nilai-nilai Pendidikan Moral (Santun dan Hormat Pada Orang lain) Dalam Film Animasi Nussa dan Rara.. Jika diperhatikan lebih jauh dan

Gambar di atas menunjukkan tentang implementasi pesan akhlak terhadap masyarakat dengan indikator sedekah dalam film animasi Nussa dan Rara episode “Lomba Traktir” dan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis nilai-nilai karakter pada anak yang terdapat pada film animasi Nussa dan Rara yang terdapat di

Atas dasar suasana yang penuh bermakna inilah peneliti ingin menelusuri Strategi Muslim Mempertahankan Kerukunan Umat Beragama Sebagai Wujud NIlai Pendiikan Bertoleransi di Graha Maria

Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan tekhnik content analysis dan constant comparative analysis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan fungsi otak secara seimbang

Sedangkan kegunaan penelitian sebagai: a bahan masukan bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kemampuan diri sebagai seorang guru, b evaluasi dalam

Sebelum Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Mulia Nasution yang merupakan guru mengajar dalam membaca Al-qur’an bahwa Sebelum proses pembelajaran

Film Animasi “Nussa dan Rara Episode Baik Itu Mudah” sebagai Sarana Penanaman Karakter pada Anak Usia Dini Octavian Muning Sayekti Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu