Nama : Alvita Dewi NIM : 21040122120032 Kelas : D
Dasar-Dasar dan Analisis Lokasi Kegiatan Perdagangan (Retail)
Retail atau yang dikenal sebagai eceran, merupakan penjualan barang secara satuan dan bukan grosir. Retail berhubungan langsung dengan konsumen, sehingga memiliki tujuan memuaskan kosumen, dengan menyediakan fasilitas penunjang.
Rantai suplai perdagangan: manufaktur → grosir → retail → konsumen
▪ Retail tradisional: terdapat tawar-menawar, alat pembayaran masih cash dan mungkin qris, pengelolaan uang masih sederhana (dengan dicatat), pilihan produk terbatas → pasar
▪ Retail modern: harga tetap, pengelolaan uang modern, pilihan produk variative, menawarkan kenyamanan kepada masyarakat → H&M
Terkait dengan faktor lokasi, terdapat 2 pertimbangan yang harus diputuskan retailer 1. Memilih target pasar
2. Menentukan format retail, ada 2:
▪ Store based: kawasan bisnis, berdiri sediri, nontradisional, shopping centers/mall → yang akan dibahas dengan teori lokasi
▪ Nonstore based: menjajakan jalanan, pesanan melalui pos, internet, sistem perdagangan otomatis, penjualan langsung
Tipe retail store based
1. Central Business District (CBD) → pusat perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan 2. Secondary Business District (SBD)
3. Neighborhood Business District (NBD) → di sekitar kawasan permukiman 4. Shopping center/mall → di khususkan untuk perdagangan
5. Departement store → menjual lini/brand tertentu → Matahari 6. Supermarket → ADA, Superindo
7. Supercenter
8. Factory outlet → milik abrik, sebagai ruang pamer pabrik itu 9. Convenience store → Indomart, Alfamart, Lawson
Variabel pertimbangan pemilihan lokasi retail
▪ Volume lalu lintas yang padat
▪ Frontage yang lebar dan akses yang aman untuk keluar masuk menuju tapak
▪ Ukuran tapak untuk ekspansi nanti
▪ Threshold populasi → pertimbangan pertumbuhan penduduk ke depan Pertimbangan lain menurut Davidson et al (1980)
1. Pertimbangan wilayah → menggunakan scoring, melihat dari berbagai aspek 2. Pertimbangan cakupan pasar
3. Pertimbangan area perdagangan 4. Pertimbangan tapak
Teori Lokasi Retail
❖ Central Place theory (Christaller & Losch)
Ada pusat-pusat yang elayani Kawasan di sekitarnya, jadi ada jenjangnya.
▪ Range: jarak yang ditempuh orang untuk mendapat barang
▪ Threshold: jumlah penduduk minimal yang diperlukan agar usaha tidak bankrut Makin tinggi tingkat barang dan jasa, makin besar pula range nya.
- Threshold tinggi: barang yang punya resiko tinggi, misal barang mewah - Threshold rendah: barang pokok sehari-hari, misal telur
❖ Spatial Interaction Theory (Reilly)
“Hukum gravitasi retail”, konsumen tidak selamanya memilih lokasi usaha terdekat, bisa jadi kemanapun perginya akan balik lagi ke tempat ini. Dengan menyediakan fasilitas yang nyaman untuk menunjang aktivitas perdagangan, seperti mushola, nursery room.
❖ Bid-rent Theory (Alonso)
Retail berkompetisi untuk berlokasi di pusat kota, karena konsumennya banyak. Namun semakin dekat dengan pusat kota, harga lahan semakin mahal. Ada pula usaha yang tidak mengalami keuntungan yang signifikan jika ada di pusat kota, misal industry.
❖ Minimum of Differentiation (Hotelling)
Dalam memilih lokasi dipengaruhi konsumen dan keputusan produsen lain. Jika bisa melakukan price competition, cenderung berdampingan dengan lawan usaha, seperti Alfamart dan Indomart. Namun jiika sulit untuk melakukan price competition, cenderung memilih tempat yang berjauhan untuk meminimalisir kompetisi pasar dan memastikan keuntungan.
Terdapat Peraturan Presiden Repulik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.
1. Lokasi pendirian wajib mengacy pada RTRW, RDTRK, termasuk peraturan zonasi 2. Batasan luas lantai
▪ Minimarket < 400 m²
▪ Supermarket 400 – 5.000 m²
▪ Hypermarket > 5.000 m²
▪ Departement store > 400 m²
▪ Perkulakan > 5.000 m²
3. Harus memperhitungkan kondisi social ekonomi Masyarakat, memperhatikan jarak dengan pasar tradisional, menyediakan area parkir, menyediakan fasiliatas yang menjamin pusat perbelanjaan bersih, aman, nyaman.
Perkembangan TIK dalam penentuan lokasi retail → era informaasi, jarak menjadi nisbi/relatif, drive on demand, ruang menjadi relatif → shopping online, pick up online
Perkembangan retail akan mempengaruhi guna lahan
▪ Terhadap struktur ruang → bisa mengubah hierarki pusat pelayanan, dari orde 2 menjadi orde 1 (Hierarki pusat pelayanan didasarkan kelengkapan fasilitas).
▪ Terhadap guna lahan → bisa menjadi guna lahan sendiri
Referensi
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern.
Santoso, E. B., Umilia, E., & Aulia, B. U. (2012). Diktat Analisis Lokasi dan Keruangan (RP09-1209). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.
Schmidt, C. G. (n.d.). Location Decision-Making Within a Retail Corporation. 60-71.