• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAUN MANGKOKAN Nothopanax scutellarium Merr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DAUN MANGKOKAN Nothopanax scutellarium Merr "

Copied!
50
0
0

Teks penuh

Metode Ekstraksi Maserasi Refluks Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Daun Mangkokan” merupakan karya saya sendiri dan belum pernah ada karya yang diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Pancasila maupun Universitas lain. JUDUL : PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DENGAN METODE REFLUX PADA ANTIOKSIDAN AKTIVITAS DAN TOKSISITAS DAUN MANGKOKAN Nothopanax scutellarium Dapatkan PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN METODE REFLUX TERHADAP AKTIVITAS DAN TOKSISITAS ANTIOKSIDAN DAUN MANGKOKAN.

Judul: Perbandingan metode ekstraksi maserasi dengan metode refluks terhadap aktivitas antioksidan dan toksisitas daun Mangokokan Nothopanax scutellarium Merr. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian yang membandingkan metode maserasi dan refluks untuk mengetahui tingkat aktivitas antioksidan dan toksisitas pada daun Mangkokan. Ekstrak partisi yang dihasilkan kemudian diuji aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH dan diuji toksisitasnya dengan metode BSLT.

Hasil ekstraksi dengan metode maserasi selama 24 jam secara rangkap tiga menghasilkan ekstrak etanol sebesar 21,63%, sedangkan hasil ekstraksi dengan metode refluks selama 3 jam dalam rangkap tiga menghasilkan ekstrak etanol sebesar 12,55%. Kesimpulan: Fraksi heksana dengan metode refluks dan maserasi mempunyai aktivitas toksisitas yang baik dan fraksi etil asetat dari kedua metode ekstraksi mempunyai aktivitas antioksidan yang baik. Tesis yang berjudul PERBANDINGAN METODE MASERASI DAN EKSTRAKSI REFLUX TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS DAUN MANGKOKAN Nothopanax scutellarium Merr disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Farmasigrea.

PENDAHULUAN

  • Latar belakang
  • Perumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu memberikan informasi ilmiah mengenai senyawa yang terkandung dalam daun Mangkokan dan memberikan informasi hasil dari metode maserasi dan refluks.

  • Ekstraksi
    • Maserasi
    • Refluks
  • Toksisitas terhadap Larva Udang (Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
  • Radikal Bebas
  • Antioksidan
  • Spektrofotometer UV-VIS

Daun mangkokan mempunyai ciri khas dan morfologi yang unik yaitu berwarna hijau dengan urat daun terlihat jelas, berada pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, serta dapat tumbuh pada ketinggian 1-200 m dpl. Daunnya bertangkai tunggal, cukup tebal dan bentuk daunnya bulat serta ujungnya membengkok ke atas hingga menyerupai mangkuk, oleh karena itu disebut daun mangkokan dan pada zaman dahulu sering digunakan sebagai pengganti wadah makanan. Menanam tanaman daun mangkokan caranya relatif mudah, Anda hanya perlu memotong batangnya lalu menanamnya di tanah hingga kedalaman beberapa cm.

Daun mangkokan berkhasiat sebagai obat perangsang pertumbuhan rambut, obat pembengkakan dan peluruh kencing, memperlancar keluarnya ASI, bau badan, obat luka dan luka bakar serta sebagai anti inflamasi. Untuk obat rambut rontok gunakan ± 25 gram daun segar dicuci bersih lalu dipotong kecil-kecil, tambahkan ± 100 ml minyak kelapa, remas-remas dan peras. Daun mangkokan mengandung kalsium oksalat, enzim peroksidase, amygdalin, fosfor, zat besi, lemak, protein, serta vitamin A, B1, C, alkaloid, saponin, triterpenoid dan flavonoid (2). Jenis flavonoid pada daun mangga antara lain flavonol seperti quercetin, kaemferol dan myrisetin serta flavon seperti luteolin dan apigenin (3).

Radikal bebas merupakan molekul yang sangat reaktif karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya sehingga dapat bereaksi dengan molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron sel sehingga menimbulkan reaksi berantai yang menghasilkan radikal bebas baru. Radikal bebas dapat bereaksi dengan komponen sel, baik komponen struktural (molekul penyusun membran) maupun komponen fungsional yaitu enzim dan DNA. Secara eksogen radikal bebas diperoleh dari pencemaran luar melalui pernafasan, pencernaan/makanan dan penyerapan kulit, sedangkan secara endogen radikal bebas diproduksi secara terus menerus di dalam tubuh manusia sebagai hasil metabolisme normal melalui sistem transpor normal dan aktivitas oksidasi seperti siklooksigenase.

Radikal bebas diproduksi di dalam sel oleh mitokondria, membran plasma, lisosom, peroksisom, retikulum endoplasma, dan inti sel. Beberapa kerusakan yang dapat diakibatkan oleh serangan radikal bebas antara lain kerusakan protein, DNA, peroksidasi lipid, kerusakan membran sel, terutama penyusun membran berupa asam lemak tak jenuh yang merupakan bagian dari fosfolipid dan juga menyebabkan autoimunitas dan penuaan. proses dapat menyebabkan. . Secara alami, tubuh manusia mempunyai mekanisme pertahanan endogen untuk mengurangi dampak negatif radikal bebas, yaitu dalam bentuk antioksidan.

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menetralisir dan melawan zat beracun atau radikal bebas dan. Senyawa yang dapat dianalisis dengan spektrofotometer UV-VIS adalah senyawa yang mempunyai gugus kromofor.

RANCANGAN PENELITIAN

Prinsip Penelitian

Tahap Penelitian

  • Pengumpulan Simplisia
  • Identifikasi Tanaman
  • Preparasi simplisia
  • Ekstraksi
  • Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
  • Uji Toksisitas dengan Metode BSLT
  • Uji Fitokimia

Keenam hasil ekstraksi yang diperoleh dikeringkan dengan rotavapor pada suhu 45°C kemudian dipanaskan lebih lanjut dalam penangas air pada suhu 70°C.

Tempat Penelitian

BAHAN, ALAT DAN METODE PENELITIAN

  • Bahan
  • Alat
  • Metode Penelitian
    • Determinasi Tanaman
    • Penyediaan Sampel
    • Pembuatan Ekstrak
    • Penapisan Fitokimia (Kualitatif)
    • Uji Toksisitas dengan metode Brine Shrimp Lethal Toxicity (BSLT) a. Penetasan Kista Artemia salina Leach
    • Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
  • Metode Statistik
    • Metode Statistik Referal
    • Metode Statistik Pembanding

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T independen dengan equal variance, one way anova, Kruskal Wallis. Sebanyak 0,5 gram ekstrak aktif dalam gelas kimia ditambahkan ke dalam larutan sampel, beberapa tetes larutan besi klorida 1%. Kista Artemia salina Leach ditimbang kurang lebih 50 mg dan dimasukkan ke dalam gelas kimia berisi 500 ml air laut yang telah disaring kemudian dipasang aerator.

Konsentrasi 200 ppm dicapai dengan memipet 2 ml larutan 2000 ppm dan menambahkan 20 ml air laut. Larutan sampel 1000 ppm dibuat dengan memipet 5 mL larutan ekstrak 2000 ppm dan menambahkan 5 mL air laut. Konsentrasi 100 ppm dicapai dengan memipet 5 ml larutan ekstrak 200 ppm dan menambahkan 5 ml air laut.

Larutan sampel 10 ppm dibuat dengan menambahkan 5 mL larutan ekstrak 20 ppm dan menambahkan 5 mL air laut. Uji bioaktivitas dilakukan dengan memasukkan 15 ekor larva udang Artemia salina Leach berumur 48 jam ke dalam botol berisi larutan ekstrak dan air laut, serta dilakukan 3 kali pengulangan (tiga kali) untuk setiap konsentrasi. Sebanyak 1 ml larutan DPPH 0,4 mM dipipet ke dalam tabung reaksi yang ditetapkan menjadi 5 ml, kemudian ditambahkan metanol ke dalam penetapan kadar sehingga diperoleh tanda dan.

Nilai tersebut didapat dari perpotongan garis antara resistansi 50% dengan sumbu konsentrasi, lalu dimasukkan. Metode statistik acuan yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas varians, uji independensi Chi Square. Uji independensi merupakan pengujian untuk mengetahui ada tidaknya suatu data dengan data yang lain.

Uji T yang terkenal adalah uji T berpasangan dan uji mandiri. Untuk menentukan apakah akan menggunakan tes berpasangan atau independen, data harus diuji terlebih dahulu dengan tes independen. Jika data independen digunakan uji T independen, jika data tidak independen digunakan uji T berpasangan. Uji T independen terdiri dari uji T independen dengan varian yang sama dan uji T independen dengan varian berbeda.

Uji F untuk membedakan apakah variansnya sama atau tidak diperlukan untuk menentukan perlu tidaknya uji T independen dengan varians yang sama atau uji T independen dengan varians berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman

  • Hasil Ekstraksi
    • Hasil Organoleptik Ekstrak
    • Hasil Rendemen
    • Hasil Kadar Air
    • Hasil Berat Ekstrak Partisi
  • Hasil Uji Fitokimia
  • Hasil Uji Antioksidan
  • Hasil Uji Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
  • Hasil Analisis Statistik
    • Hasil Analisis IC 50 dari Antioksidan
    • Hasil Analisis LC 50 dari Toksisitas BSLT

Hasil uji normalitas data antioksidan dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data normalitas secara keseluruhan tidak normal. Hasil uji normalitas data BSLT dapat dilihat pada Lampiran 8, hasil pengujian menunjukkan bahwa secara keseluruhan bukan merupakan data BSLT. Data IC50 hasil maserasi dan fluks air diuji normalitasnya, dan kedua data tersebut dinyatakan normal, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan parametrik yaitu uji T untuk mengetahui apakah uji T independen atau uji T berpasangan. Uji yang akan digunakan, Uji independen dilakukan dimana hasilnya mengatakan kedua kelompok data saling independen, berdasarkan uji independensi kita menggunakan uji T independen.

Uji T independen terdapat dua buah, yaitu uji T independen dengan varian sama dan uji T independen dengan varian berbeda, sehingga dilakukan uji F untuk mengetahui apakah kedua data mempunyai varian yang sama atau tidak. Uji F menunjukkan bahwa data mempunyai varian yang sama, sehingga digunakan uji T independen dengan varian yang sama. Hasil uji T-test independen dengan varian sama pada kedua data menghasilkan H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan nyata pada proses refluks dan maserasi menggunakan air sebagai pelarut terhadap kadar antioksidan.

Data IC50 maserasi dan refluks etil asetat diuji normalitasnya dan diperoleh kedua data normal, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan parametrik yaitu uji. Hasil uji T-test independen dengan varian yang sama pada kedua data menghasilkan penolakan H0 dan penerimaan H1, artinya terdapat perbedaan nyata pada proses refluks dan maserasi menggunakan pelarut etil asetat ditinjau dari antioksidan. Data IC50 maserasi dan refluks heksana diuji normalitasnya dan ternyata kedua data tersebut normal, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan parametrik yaitu uji T untuk mengetahui apakah uji T independen atau uji T berpasangan. tes tes akan digunakan. telah dilakukan uji independen, dengan hasil yang menunjukkan bahwa kedua kelompok data tersebut independen satu sama lain. Berdasarkan uji independensi digunakan uji Independent T-test.

Data LC50 hasil maserasi dan water reflux diuji normalitasnya dan kedua data tersebut dinyatakan normal, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan parametrik yaitu uji T untuk mengetahui apakah uji T independen atau uji T berpasangan. dilakukan uji independen, dan hasilnya menunjukkan bahwa kedua kelompok data saling independen, dan berdasarkan uji independensi, kami menggunakan uji T independen. Hasil uji T independen dengan variansi yang sama pada kedua data menghasilkan penolakan H0 dan penerimaan H1 yang berarti terdapat perbedaan nyata pada proses refluks dan maserasi. Data LC50 hasil maserasi dan refluks etil asetat diuji normalitas dan kedua data dinyatakan normal, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan parametrik yaitu uji T, untuk mengetahui apakah uji independen T atau uji berpasangan. Uji coba dilakukan, dimana hasilnya menunjukkan bahwa kedua kelompok data tersebut independen satu sama lain, dan berdasarkan uji independensi, kami menggunakan uji T independen.

Hasil uji T-test independen dengan varian sama pada kedua data menghasilkan H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan nyata pada proses refluks dan maserasi menggunakan pelarut etil asetat pada tingkat toksisitas. Data LC50 hasil maserasi dan refluks heksana diuji normalitasnya dan kedua data dinyatakan normal, kemudian dilanjutkan dengan uji perbandingan parametrik yaitu uji T untuk mengetahui apakah uji T independen atau uji T berpasangan. yang akan digunakan, Uji independen dilakukan dimana hasilnya mengatakan kedua kelompok data saling independen, berdasarkan uji independensi kita menggunakan uji T independen. Hasil uji analisis ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat perbedaan nyata penggunaan pelarut yang berbeda pada proses yang sama yaitu maserasi ditinjau dari tingkat toksisitasnya.

Hasil uji analisis tersebut menyatakan H0 ditolak dan H1 diterima, dengan kata lain terdapat perbedaan nyata penggunaan pelarut yang berbeda pada proses yang sama yaitu maserasi ditinjau dari tingkat toksisitasnya.

Tabel 5.1. Organoleptik Ekstrak Daun Mangkokan
Tabel 5.1. Organoleptik Ekstrak Daun Mangkokan

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Saran

KESIMPULAN DAN SARAN C. Kesimpulan

Saran

Gambar

Tabel 5.2  Hasil Rendemen Ekstrak  No  Simplisia serbuk yang
Tabel 5.1. Organoleptik Ekstrak Daun Mangkokan
Tabel 5.4 Berat Ekstrak Partisi
Tabel 5.5 Hasil Uji Fitokimia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada fraksi etil asetat setelah ditotolkan pada plat KLT dan dielusi dengan pelarut etil asetat : metanol : air (100 ml : 13,5 ml : 10 ml) didapat noda pada Rf 0,83

Menurut Rowe, 2009 Setil alkohol pada konsentrasi 2-5% dapat berfungsi sebagai agen pengemulsi juga merupakan bahan yang stabil terhadap asam dan basa serta

Penelitian ini meliputi fraksinasi daun mulwo menggunakan metode maserasi dengan variasi pelarut yang memiliki kepolaran berbeda yaitu metanol, etil asetat, dan n-heksan.. Hasil

Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsul dan Eka (2014), menggunakan perasan buah mentimun terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti ekstrak

Metode: Pembuatan ekstrak etanol daun sibo dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, kemudian difraksinasi dengan pelarut n-heksan dan etil asetat

Ektrak daun binahong diperoleh dari maserasi daun binahong dengan pelarut metanol dan dipartisi dengan menggunakan pelarut etil asetat, kemudian dilakukan uji

9 ekstrak yang didapatkan dapat dilihat dari tinggi berat ekstraksi air baik dari metode maserasi dan metode refluks dibandingkan ekstrak partisi heksan dan etil asetat adalah karena

Penelitian aktivitas antioksidan dan kadar flavonoid total ekstrak etil asetat daun kersen (Muntingia calabura) menggunakan metode