Definisi
Merupakan prosedur invasif untk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura untuk tujuan diagnostik atau terapeutik
Pleura sediri adalah ruang antara dinding dada dan paru-paru.
Fungsi cairan pleura = mencegah gesekan terhadap dinding dada saat paru mengembang dan mengempis
Diagnostik : infeksi (pleuritis, empisema)
Terapeutik : utk mengurangi sesak napas akibat akumulasi cairan/ efusi pleura/ udara /pneumothoraks utk menghilangkan tekanan pada paru dan agar Kembali mengembang Indikasi
1. Pyothorax/ empiema → nanah di rongga pleura akibat infeksi bakteri (guna identifikasi bakteri penyebab infeksi melalui kultur dan pemeriksaan sensitivitas antibiotik
2. Hemothorax → cairan darah di rongga pleura utk memastikan sumber perdarahan dan membantu evaluasi apakah perdarahan masi berlangsung atau tidak
3. Pneumothorax → mengeluarkan udara (biasanya dengan chest tube atau kateter) 4. Chylothorax → pengambilan cairan limfe diperlukan utk analisis kandungan
trigliserida yg tinggi
5. Bilothorax → identifikasi cairan empedu (tinggi bilirubin) di rongga pleura, sering kali akibat trauma atau komplikasi bedah
6. Malignant effusion → mendapatkan sampel cairan utk sitologi yg dpt mengidentifikasi sel kanker, menentukan asal kanker
7. Efusi sekunder untuk jantung primer penyakit 8. Tujuan diagnosis (bakteriologis, maupun cytologis Kontraindikasi
1. Absolut
o Infeksi pada area tusukan.
o Ketidakstabilan hemodinamik berat.
2. Relatif
Antikoagulasi atau diatesis perdarahan, dengan PT atau ApTT lebih besar 2x kisaran normal, trombosit < 50.000 atau konsentrasi kreatinin serum > 6 mg/dL
o PT atau aPTT lebih dari 2 kali nilai normal: Menandakan gangguan
pembekuan darah, sehingga risiko perdarahan selama atau setelah thorakosintesis meningkat.
o Trombosit < 50.000: Jumlah trombosit yang terlalu rendah dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menghentikan perdarahan.
o Kreatinin serum > 6 mg/dL: Menunjukkan gangguan fungsi ginjal berat, yang sering berkaitan dengan gangguan koagulasi atau risiko komplikasi lain.
Pasien yang menerima ventilasi mekanis dengan atau tanpa hasil akhir positif tekanan ekspirasi (PEEP) Pasien dengan ventilasi mekanis memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami pneumotoraks akibat tekanan dari ventilator. PEEP (Positive End-
Expiratory Pressure) meningkatkan risiko ini karena menambah tekanan dalam rongga pleura.
Infeksi kulit aktif pada titik penyisipan jarum dapat menyebabkan penyebaran infeksi ke rongga pleura, mengakibatkan komplikasi seperti empiema (nanah di rongga pleura).
Pasien yang tidak kooperatif, batuknya tidak terkontrol berisiko tinggi bergerak selama prosedur, yang dapat menyebabkan cedera pleura atau organ di sekitar seperti paru-paru.
Lokasi cairan yang tidak pasti (misalnya karena perlengketan pleura atau efusi pleura yang sangat kecil), maka prosedur menjadi berisiko tinggi menyebabkan kerusakan pada struktur lain, seperti paru-paru, hati, atau limpa.
Guidelines
Pantau pasien selama prosedur. = seperti pucat, kesulitan bernapas atau tanda syok hipovolemik atau gangguan pernapasan
Teknik
Duduk tegak dan condongkan tubuh kedepan
Jika pasien duduk ditepi meja, berikan dukungan untuk kakinya seperti bangku kaki. Topang lengannya pada meja yang empuk diatas tempat tidur
Berbaring pada sisi yang tidak terpengaruh
Kepala tempat tidur ditinggikan 30-45 derajat jika tidak dapat duduk
Ruang optimal: Ruang interkostal ke-7 hingga ke-9, di garis aksila posterior atau lateral.
Anterior ? pasien yg berbaring/ tidak dapat duduk tegak misalnya karena kondisi kritis atau trauma), cairan pleura mungkin berpindah ke area anterior akibat gravitasi.
Loculated Effusion Pada kondisi di mana cairan pleura terkumpul di area anterior akibat adhesi atau perlengketan,
ANALISIS CAIRAN PLEURA
Transudat = perbedaan cairan atau protein di seluruh tubuh, akibat adanya perbedaan tekanan, onkotik yang rendah, dan hidrostatik yg meningkat (gagal jantung, sirosis, hypoalbuminemia)
Eksudat = disebabkan oleh infeksi (pneumonia, TB), keganasan, emboli paru Kriteria light
Rasio protein cairan pleura/serum >0,5
Rasio LDH cairan pleura/serum > 0,6.
LDH cairan pleura > 2/3 batas atas normal LDH serum.
Jika tidak ada yg terpenuhi masuk ke transudate TRANSUDAT
A. NORMAL
Keseimbangan Tekanan Hidrostatik dan Tekanan Osmotik Koloid:
o Tekanan hidrostatik (panah biru atas): Tekanan yang mendorong cairan keluar dari pembuluh darah kapiler menuju jaringan sekitarnya.
o Tekanan osmotik koloid (panah hijau bawah): Tekanan yang menarik cairan kembali ke pembuluh darah karena keberadaan protein plasma (seperti
albumin).
o Dalam kondisi normal, kedua tekanan ini seimbang sehingga tidak terjadi kebocoran cairan yang signifikan.
B. TRANSUDATE (Transudat)
Peningkatan Tekanan Hidrostatik:
o Pada kondisi seperti gagal jantung kongestif, tekanan dalam pembuluh darah kapiler meningkat, sehingga lebih banyak cairan terdorong keluar dari kapiler menuju ruang pleura. Ini menyebabkan kebocoran cairan ke jaringan
sekitarnya.
Penurunan Tekanan Osmotik Koloid:
o Penurunan protein plasma (seperti pada penyakit hati atau sindrom nefrotik) menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk menarik cairan kembali.
o Akibatnya, cairan tetap berada di ruang pleura, menyebabkan efusi pleura transudatif.
EKSUDAT
Eksudat terbentuk karena peningkatan permeabilitas pembuluh darah akibat inflamasi. Ini
memungkinkan cairan kaya protein, leukosit, dan mediator inflamasi keluar ke jaringan atau rongga pleura.
PERTANYAAN :
1. Dalam kondisi apa pemasangan selang dada (chest tube) lebih disarankan daripada thorakosintesis?
Chest tube utk drainase jangka panjang
Pneumotoraks besar atau tension pneumothorax.
Efusi pleura masif dengan kebutuhan drainase kontinu.
Empiema atau hemotoraks yang membutuhkan pengeluaran cairan/nanah secara terus- menerus.
2. Mengapa pemeriksaan fisik seperti perkusi dan auskultasi sering kurang cukup tanpa pencitraan dalam menentukan lokasi cairan?
Pemeriksaan fisik sering kurang akurat, terutama jika cairan pleura sedikit, lokasinya tersebar, atau pasien memiliki obesitas. Pencitraan seperti USG membantu memastikan lokasi dengan lebih presisi.
3. langkah awal yang harus dilakukan jika terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi pasca- prosedur?
Perdarahan: Kompresi langsung, koreksi koagulasi, dan konsultasi bedah thoraks jika perdarahan masif.
Infeksi: Antibiotik empiris segera dan evaluasi untuk kemungkinan drainase lebih lanjut jika terjadi empiema.
4. Bagaimana posisi pasien dapat memengaruhi keberhasilan thorakosintesis, dan bagaimana posisi dipilih berdasarkan kondisi pasien?
Posisi duduk tegak dengan lengan di meja adalah ideal karena memungkinkan cairan terkumpul di bagian dasar pleura (gravitasi). Untuk pasien yang tidak dapat duduk, posisi lateral decubitus digunakan.
5. Jika pasien dengan pneumotoraks dilakukan thoracosintesis, bagaimana memastikan udara tidak kembali masuk ke rongga pleura?
Penggunaan kateter satu arah
One-way valve atau Heimlich valve digunakan untuk memungkinkan udara keluar dari rongga pleura tetapi mencegah udara masuk kembali.
o Kateter yang terhubung ke alat ini memfasilitasi aliran udara keluar saat pasien bernapas.
tabung dada (chest tube) dihubungkan ke sistem water seal:
o Sistem ini menciptakan tekanan negatif sehingga udara yang keluar tidak dapat kembali masuk.
o Prinsip water seal mencegah masuknya udara atmosfer ke rongga pleura.
Untuk pneumotoraks yang signifikan atau berulang, pemasangan chest tube lebih disarankan dibandingkan hanya thoracosintesis:
IGRA
THORACO PUNCTURE untuk pneumothorax fentil