• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dengan Variasi Suhu Kalsinasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Dengan Variasi Suhu Kalsinasi "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Karakteristik Senyawa Kalsium (Ca) Dari Hasil Sintesis Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa)

Dengan Variasi Suhu Kalsinasi

(Charactericteristics of Calcium (Ca) Compound from Synthesized Blood Cockle Shells (Anadara granosa) with Various Calcination

Temperatures)

Muhammad Firdan Resaldi*, Widyasri Prananingrum**, Twi Agnita Cevanti***

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

**Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

***Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background : Bone augmentation therapy requires a bone substitute material. One bone substitute material that has a structure and properties that resemble bone one of them is calcium carbonate. CaCO3 is derived from the synthesis of shells of clams of blood (Anadara granosa) to be used as a bone substitute material. Purpose: This research is aimed to know the characteristic of calcium compound from the synthesis of shells of Anadara granosa with variation of calcining temperature 100 ° C, 350 ° C, 700 ° C, and 1000 ° C. Methods: Sample of shell mussels pounded into small powder, then divided into 5 parts used for calcination ie; Group 1: without calcination, Group 2: 100 ° C, Group 3: 350 ° C, Group 4: 700 ° C, and Group 5: 1000 ° C. To know the characteristic of each calcining temperature is proved by X-Ray Diffraction and Fourier Transform Infra Red test. Results: XRD analysis showed no calcination and Group 1 had an aragonite phase CaCO3 content and group 3 contained a calcite phase. After calcination of CaCO3 decomposed into calcium oxide (CaO) at 1000 ° C. Characterization with FTIR shows in the sample before calcination there are functional groups of O-H, C-H, Ca-O and CO3. After calcination shows the functional groups of O-H, C-H and Ca-O.. Conclusion: : The shell of blood clams can be used as an alternative to calcium carbonate as the basic material of bone substitute material.

Keywords: Bone substitute material, blood clam shell, calcination, calcium carbonate (CaCO3) Correspondence : Twi Agnita Cevanti, Department of Conservative in Dentistry, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arif Rahman Hakim 150, Sukolilo, Surabaya, Phone 081259424501, Email: twicevanti2873@gmail.com

LAPORAN PENELITIAN

(2)

2 ABSTRAK

Latar belakang: (90%) kerusakan tulang disebabkan karena tindakan pencabutan gigi yang tidak mendapat penanganan lebih lanjut. Terapi bone augmentation merupakan upaya untuk meningkatkan volume tulang pada kasus bone defect. Bone substitute material memiliki struktur dan sifat yang mirip dengan tulang. Kalsium karbonat (CaCO3) yang diambil dari hasil sintesis cangkang kerang darah (Anadara granosa). Pada penelitian ini, dikembangkan karakteristik dari CaCO3 untuk digunakan sebagai bone substitute material. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik senyawa kalsium (Ca) dari hasil sintesis cangkang kerang darah (Anadara granosa) dengan variasi suhu kalsinasi 100°C, 350°C, 700°C, dan 1000°C. Bahan dan Metode: Sampel cangkang kerang darah ditumbuk hingga menjadi serbuk kecil, kemudian yang dibagi menjadi 5 bagian yang digunakan untuk kalsinasi yaitu; Kelompok 1: tanpa kalsinasi, Kelompok 2: 100°C, Kelompok 3: 350°C, Kelompok 4: 700°C, dan Kelompok 5: 1000°C. Untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing suhu kalsinasi dibuktikan dengan uji X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Hasil: Analisis XRD menunjukkan tanpa kalsinasi dan Kelompok 1 memiliki kandungan CaCO3 fasa aragonite dan kelompok 3 mengandung fasa calcite. Setelah kalsinasi CaCO3 terdekomposisi menjadi kalsium oksida (CaO) pada suhu 1000°C. Karakterisasi dengan FTIR menunjukkan dalam sampel sebelum kalsinasi terdapat gugus fungsi O-H, C-H, Ca-O dan CO3. Setelah kalsinasi menunjukkan gugus fungsi O- H, C-H dan Ca-O. Kesimpulan: Cangkang kerang darah dapat dijadikan alternatif pengganti kalsium karbonat sebagai bahan dasar bone substitute material dan dapat disintesis menjadi Hidroksiapatit.

Kata kunci: Bone substitute material, cangkang kerang darah, kalsinasi, kalsium karbonat (CaCO3)

Korespondensi: Twi Agnita Cevanti, Departemen Ilmu Konservasi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah, Arif Rahman Hakim 150, Sukolilo, Surabaya, Telp 081259424501, Email: twicevanti2873@gmail.com

PENDAHULUAN

Di bidang kedokteran gigi penyebab utama kerusakan tulang adalah karena pencabutan gigi, tumor, dan penyakit periodontal.

(90%) kerusakan tulang disebabkan karena tindakan pencabutan gigi, terutama yang tidak mendapat penanganan lebih lanjut.1

Kerusakan tulang dapat memungkinkan timbulnya adanya penurunan volume tulang dan bone defect. Adanya bone defect akan mengakibatkan

mengakibatkan berkurangnya retensi dan stabilisasi pada pemakaian gigi tiruan.2,3 Terapi bone tulang secara umum bertujuan untuk pemeliharaan kontur, mengeliminasi dead space, dan mengurangi infeksi pasca operasi.4,5

Salah satu jenis bahan yang digunakan untuk terapi bone augmentation adalah bone subtitute material. Penggunaannya harus memenuhi beberapa syarat tertentu, yaitu dapat diterima tubuh atau bio- kompatibel (osteogenesis), berfungsi sebagai perancah (scaffold) untuk pembentukan tulang (osteokonduksi), dan mengandung bahan-bahan penginduksi tulang (osteoinduksi) (Wahl dan Czernuszka, 2006).

(3)

3 sebagai perencah (scaffold) untuk pembentukan tulang (osteokonduksi), dan mengandung bahan-bahan penginduksi tulang (osteoinduksi).6,7

Adanya berbagai bahan bone substitute material yang dapat digunakan pada terapi bone augmentation, yaitu autograft, allograft, xenograft, dan alloplast. Di bidang kedokteran, tulang sapi dan koral adalah sumber xenograft yang banyak dipergunakan. Kelebihannya, ketersediaan mudah, osteokonduk- tivitas, sifat mekanik yang baik, dan biaya yang murah.8,9

Bone substitute material yang memiliki struktur dan sifat yang menyerupai tulang salah satunya adalah kalsium karbonat (CaCO3).

Hampir tidak larut dalam air dan alkohol. Larut dalam asam asetat, asam hidroklorik, asam nitrat, asam lainnya, larutan ammonium klorida.

Keberadaan kristal nano kalsium karbonat (CaCO3) yang berasal dari kerang-kerangan berpotensi untuk meniru komposisi, struktur, dan sifat- sifat asli tulang, sehingga cocok jika digunakan untuk bahan pengganti partikel tulang.10,11

Sumber kalsium dapat diperoleh dengan memanfaatkan limbah cangkang dan dapat ditemukan di Indonesia salah satunya adalah kerang darah (Anadara granosa) yang merupakan anggota famili Arcidae dari genus Anadara.12 Cangkang kerang mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Hal ini terlihat dari tingkat kekerasan cangkang kerang. Semakin keras cangkang, maka semakin tinggi kandungan kalsium karbonatnya.

Kerang darah terdapat di pantai laut pada substrat lumpur berpasir dengan kedalaman 10m sampai 30m.13,14

CaCO3 memiliki tiga jenis fase kristal, yaitu; calcite dengan morfologi rombik (kotak miring), aragonite dengan morfologi jarum, dan vaterite dengan morfologi speroid berpori.

Dari ketiga polimorf ini, calcite merupakan fase kristal yang paling mudah terbentuk akibat kestabilan fasenya, sedangkan vaterite me- rupakan fase yang paling tidak stabil dan paling sulit terbentuk. Calcite dan aragonite mempunyai komposisi sama namun struktur kristalnya berbeda.

Struktur kristal aragonite memiliki kecenderungan untuk berubah ke calcite secara alami dalam hitungan jutaan tahun.15,16 Pembentukan fase kristal dari senyawa ini dapat dipengaruhi oleh banyak parameter, seperti; pH, temperatur, dan konsentrasi reaktan.17 Bentuk aragonite banyak dilakukan penelitian khusus-nya untuk Hidroksiapatit karena lebih mudah bertransformasi menjadi HA dibanding calcite.18

Penelitian ini dibuktikan dengan uji X-Ray Diffraction (XRD) yang digunakan untuk mengidentifikasi fase kristal dalam material dan Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk menganalisa senyawa organik maupun anorganik dalam suatu material.12 Hal ini menjadi alasan dipilihnya uji XRD dan FTIR untuk mengetahui karakteristik senyawa kalsium (Ca) dari hasil sintesis cangkang kerang darah.

(4)

4

Position [∞2Theta]

30 40 50

Counts

0 25 100 C5

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional deskriptif.

Objek penelitian ini menggunakan sampel cangkang kerang darah (Anadara granosa) direbus selama 30 menit. Kemudian, cangkang kerang darah disikat pada bagian luar dan dalam dengan menggunakan air dan sabun tanpa pemutih, lalu dikeringkan di suhu ruangan. Setelah itu, dihancurkan menggunakan mortar dan pastle hingga menjadi bubuk agar lebih mudah dimasukan ke dalam crussible untuk proses kalsinasi.

Kemudian dibagi menjadi 5 bagian berat sama rata diletakkan menyebar pada dinding crussible yang digunakan untuk kalsinasi dengan variasi suhu yaitu; 100°C, 350°C, 700°C, dan 1000°C dengan waktu penahanan 3 jam.19 Untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing suhu kalsinasi dibuktikan dengan uji X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).

HASIL PENELITIAN

Data yang diperoleh dari hasil penelitian (lampiran) ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran distribusi dan ringkasan data guna memperjelas penyajian hasil.

Gambar 1. Hasil pola difraksi sampel tanpa dikalsinasi

Gambar 2. Hasil pola difraksi sampel yang dikalsinasi pada suhu 100°C

Gambar 3. Hasil pola difraksi sampel yang dikalsinasi pada suhu 350°C

Gambar 4. Hasil pola difraksi sampel yang dikalsinasi pada suhu 700°C

Gambar 5. Hasil pola difraksi sampel yang dikalsinasi pada suhu 1000°C

Position [∞2Theta]

30 40 50

Counts

0 25 100 225 C4

Position [∞2Theta]

30 40 50

Counts

0 100 400 C3

Position [∞2Theta]

30 40 50

Counts

0 100 400 C90 1,94 gr

Position [∞2Theta]

30 40 50

Counts

0 25 100 225 C169

(5)

5 Pada gambar hasil pola difraksi diatas menunjukkan perubahan fasa dari pola XRD dengan masing-masing temperatur kalsinasi. Perubahan fasa tersebut dapat dilihat dari hilang dan munculnya puncak fasa cangkang kerang darah. Perubahan fasa mulai terjadi pada temperatur kalsinasi 1000C, dimana bentuk kristial aragonite mengalami transformasi ke calcite. Aragonite pada cangkang kerang darah bertransformasi ke calcite sampai pada temperatur 3500C.

Pada temperatur 10000C calcite menghilang, sehingga hanya calcite yang tersisa sampai dengan temperatur kalsinasi 7000C. Transformasi aragonite ke calcite akibat pengaruh temperatur kalsinasi ditampilkan pada Tabel 5.1

Tabel 1. Bentuk kristal CaCO3 yang terbentuk pada masing-masing suhu.

Hasil Pengujian FTIR

Gambar 6. Spektra IR tanpa kalsinasi

Gambar 7. Spektra IR kalsinasi suhu 100°C

Gugus fungsi yang teramati pada Gambar 6. dan Gambar 7. sebelum dilakukan kalsinasi dan setelah dikalsinasi suhu 100°C yaitu, kalsium oksida (Ca-O) pada bilangan gelombang 425.50 cm-1 dan 442.95 cm-1 dan puncak tertinggi gugus karbonat (CO3) pada bilangan gelombang 862.42 cm-1.

Gambar 8. Spektra IR kalsinasi suhu 350°C

Temperatur

Kalsinasi Bentuk Kristal Present ase (%) Sebelum

Kalsinasi

Calcium Carbonate

(Aragonite) 100

1000C Calcium Carbonate

(Aragonite) 100

3500C Calcium Carbonate

(Calcite) 100

7000C

Calcium Carbonate (Calcite) Calcium Hydroxide

60

40

10000C Calcium Hydroxide Calcium Oxide

75 25

(6)

6 Gugus fungsi yang teramati pada Gambar 8. setelah dikalsinasi suhu

350°C yaitu kalsium oksida (Ca-O) pada bilangan gelombang 420.46 cm-1 dan gugus karbonat (CO3) pada bilangan gelombang 875.18 cm-1 dan 1439.00 cm-1

Gambar 9. Spektra IR kalsinasi suhu 700°C

Gugus fungsi yang teramati pada Gambar 9. setelah dikalsinasi suhu 700°C yaitu kalsium oksida (Ca-O) pada bilangan gelombang 443.84 cm-1 dan gugus karbonat (CO3) pada bilangan gelombang 874.31cm-1 dan 1437.99 cm-1, dan terdapat ikatan rangkap C=C tidak jenuh pada

bilangan gelombang 1639.57cm-1 Gambar 2.10 Spektra IR kalsinasi

suhu 1000°C

Gugus fungsi yang teramati pada Gambar 5.10 setelah dikalsinasi suhu 1000°C yaitu kalsium oksida (Ca-O) pada bilangan gelombang 487.68cm-1 dan gugus karbonat (CO3) pada bilangan gelombang 874.65 cm-1,

1116.88 cm-1 dan 1473.98 cm-1, dan terdapat ikatan rangkap C=C tidak jenuh pada bilangan gelombang 1648.24 cm-1

PEMBAHASAN

Pada uji dengan teknik XRD, diketahui serbuk cangkang kerang darah sebelum kalsinasi mengandung CaCO3 dalam bentuk kristal aragonite.

Demikian pula pada serbuk cangkang kerang darah setelah dilakukan kalsinasi pada suhu 100°C me- nunjukkan adanya kandungan CaCO3

dalam bentuk kristal aragonite sebesar 100%. Hasil uji XRD menunjukkan perubahan fasa dari pola XRD masing- masing temperatur kalsinasi.20,21 Perubahan fasa tersebut dapat dilihat dari hilang dan munculnya puncak cangkang kerang darah. Fasa berubah disebabkan karena parameter kisi dan sudut kisi berubah akibat pengaruh temperatur. Temperatur kalsinasi menyebabkan komposisi, struktur, dan kristalinitas berubah.22,23 Perubahan fasa terjadi pada temperatur kalsinasi 350°C, dimana fasa aragonite mengalami transformasi ke fasa calcite sebesar 100%. Hal ini dijelaskan bahwa struktur kristal aragonite akibat dekomposisi termal akan membentuk struktur kristal calcite. Pada temperatur 350°C sudah tidak teranalisa fasa aragonite, tetapi terdapat fasa calcite sebesar 60 % dan kalsium hidroksida 40 % pada temperatur 700°C. CaCO3 memiliki titik lebur pada suhu 825°C dan memliki sifat higroskopis yang mudah

(7)

7 menyerap air dari udara.24 Adapun reaksinya adalah sebagai berikut;

CaCO3 + H2O → Ca(OH)2 + CO2

Pada temperatur 1000°C terdapat Ca(OH)2 sebesar 75% serta muncul fase oksida dari kalsium dikarenakan mengalami CaCO3

dekomposisi termal dan membentuk kalsium oksida (CaO) sebesar 25%.

Dekomposisi termal adalah ketika senyawa memanas, atom yang bergerak lebih keras akan dapat mematahkan ikatan kimia CaCO3 yang sangat panas, kemudian akan terurai menjadi kalsium oksida (CaO) dan karbondioksida (CO2). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut;

CaCO3 CaO + CO2

CaO seringkali dihasilkan melalui kalsinasi CaCO3 secara langsung dengan suhu tinggi. Perubahan struktur kristal ini terjadi akibat getaran atom sehingga inti (nucleus) di dalam sampel akan bergabung sehingga membentuk fasa baru. Suatu benda akan memuai saat dipanaskan, begitu juga dengan sampel cangkang kerang darah.25

Analisis FTIR didasarkan pada analisis dari panjang gelombang puncak– puncak karakteristik dari suatu sampel. Panjang gelombang puncak–puncak tersebut menunjukkan adanya gugus fungsi tertentu yang ada pada sampel, dikarenakan masing – masing gugus fungsi memiliki puncak karakteristik yang spesifik untuk gugus fungsi tertentu.26 Pada analisis FTIR akan mendeteksi gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam serbuk cangkang kerang darah yaitu gugus fungsi CO3,

Ca-O, C-H dan O-H.

Hasil deteksi FTIR tergambar dalam bentuk puncak-puncak gugus fungsi tersebut pada bilangan

gelombang masing-masing. Pada cangkang kerang darah sebelum kalsinasi, setelah kalsinasi suhu 100°C pada bilangan 862.42 cm-1 dan suhu 350°C pada bilangan 875.18 cm-1 terdapat konsentrasi gugus –CO3 yang lebih tinggi pada suhu 100°C daripada 350°C. Setelah kalsinasi pada suhu 700˚C dan suhu 1000˚C terdapat gugus Ca-O pada bilangan 443.84 cm-1 dan 487.68 cm-1 dimana konsentrasi gugus Ca-O pada suhu 700˚C lebih tinggi daripada suhu 1000˚C, gugus C-H pada bilangan 2875.88 cm-1 dan 2925.8 cm-1, gugus C=C tidak jenuh hidroksida (alkena), gugus -CO3 yang memiliki konsentrasi gugus -CO3 yang hampir sama dengan bilangan 874.31 cm-1 dan 874.65 cm-1 dan gugus O-H.

Hasil FTIR diketahui bahwa semakin tinggi suhu reaksi maka semakin sedikit CO3 yang terbentuk.12 Kenaikan dari nilai transmitan pada hasil analisis FTIR mengindikasikan bahwa konsentrasi dari gugus fungsi tersebut semakin kecil dengan naiknya suhu kalsinasi, maka semakin besar transmitan serapan dari spektrum maka konsentrasinya akan semakin kecil karena transmitan berbanding terbalik dengan konsentrasi.27 Pertumbuhan kristal yang baik ditunjukkan dengan puncak yang tajam pada data hasil analisa FTIR. Semakin tinggi suhu reaksi, maka semakin sedikit gugus karbonat yang terbentuk.

Teridentifikasinya gugus CO3

mengindikasikan bahwa sampel yang dihasilkan mengandung senyawa karbonat.

Bentuk aragonite banyak di- lakukan penelitian khususnya untuk disintesis menjadi Hidroksiapatit (HA) karena bubuk CaCO3 dalam bentuk aragonite lebih mudah bertransformasi

(8)

8 menjadi HA dibanding calcite. HA berpotensi untuk digunakan sebagai bone graft karena sifat biokimia dan mekanik dari hidroksiapatit sama dengan yang dimiliki oleh tulang dan gigi, merupakan material yang tidak menyebabkan reaksi penolakan dari sistem kekebalan tubuh, dan mengandung komponen Ca2+ dan PO43-.28 Sedangkan CaCO3 dapat pula memiliki potensi sebagai bone graft tanpa harus ditranformasikan menjadi HA karena memliki sifat; cepat dalam proses pembentukan tulang baru, mengandung komponen Ca2+, PO43-

dan CO32 dan juga merupakan material yang tidak menyebabkan reaksi penolakan dari sistem kekebalan tubuh.29

Selain itu, pemanfaatan kalsium hidroksida juga dapat digunakan secara luas khususnya di kedokteran gigi pada bidang konservasi, untuk perawatan pada gigi vital atau non-vital dengan apeks yang belum tumbuh lengkap karena bahan ini memilki sifat antibakteri, antiradang, efek osteogenik, dan keadaan pH-nya yang ideal untuk menghasilkan calc~fic barrier pada bagian apikal gigi. Ca(OH)2 dapat meningkatkan terjadinya mineralisasi dari dentin sehat, terjadinya remineralisas dentin lunak, serta sterilisasi dentin yang mengalami infeksi.30 Kalsium oksida juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi saluran akar, penggunaan pasta CaO didapatkan kebocoran apeks gigi yang lebih kecil dibandingkan penggunaan pasta kalsium hidroksida. Lebih sedikitnya kebocoran pada apeks gigi dengan pengisian saluran akar menggunakan bahan CaO disebabkan pasta CaO dapat berekspansi lebih

jauh ke dalam saluran-saluran yang kecil dibandingkan pasta Ca(OH)2

karena berat molekulnya yang lebih kecil dan karena CaO bereaksi secara kimia dengan H2O di dalam saluran- saluran yang tidak dapat dicapai secara mekanis.31

SIMPULAN

Bedasarkan hasil uji dan analisis yang telah dilakukan, bubuk cangkang kerang darah (Anadara granosa) dengan variasi suhu kalsinasi mengandung CaCO3 yang dapat dijadikan alternatif pengganti kalsium karbonat sebagai bahan dasar bone substitute material dan dapat disintesis menjadi Hidroksiapatit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi PS. 2014. Penatalaksanaan kerusakan tulang pasca pencabutan dengan teknik bone grafting. Jurnal Interdental, 5(2): 17 Rahardjo P, 2012. Ortodonti Dasar. Surabaya:

Airlangga University Press. hal. 2- 5.

2. Chiapasco M, Casentini P, Zaniboni M, 2009. Bone Augmentation Procedures in Implant dentistry. Int J Oral Maxillofac Implants 2009;

24(SUPPL): 237-259

3. Nirmalasari L, Oley MCh, Prasetyo E, Hatibie M, Loho LL. 2016.

Pengaruh Pemberian Plasma Kaya Trombosit dan Karbonat Hidroksiapatit pada Proses Penutupuan Defek Tulang Kepala Hewan Coba Tikus. Jurnal Biomedik (JBM), 8(3): p.172-8.

4. Kumar P, Vinitha B, Fathima G.

2013. Bone Grafts in Dentistry.

(9)

9 Journal of Pharmacy and Bioallied Sciences. P. 1-4.

5. Kusumo, DA. 2012. Efek Colostrum Bovine Terhadap Kadar Osteocalsin dan Bone Alkali Phospatase Dalam Proses Penyembuhan Fase Reaktif Fraktur Tulang Femur Kelinci New Zealand. Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

6. Wahl, DA dan Czernuszka. 2006.

Collagen-Hydroxiapatite Compo- sites for Hard Tissue Repair.

Eropean Cells and Material. Vol.11 pages 43-56

7. Riani. 2013. Evaluasi Radiografis Tinggi dan Densitas Tulang Alveolar Pada Terapi Periodontitis Dengan Allograft (DFDBA) Dibandingkan Xenograft. Tesis, Universitas Indonesia: Depok.

8. Ooi C.Y, Hamdi M, Ramesh S.

Properties of Hydroxyapatite Produced by Annealing of Bovine Bone. Ceramics International.

2007; 33: 1171-1177.

9. Andrena, Soeroso Y, Bachtiar EW.

2008. Evaluasi Pemberian Bahan Allograft dan Alloplast Pada Penderita Periodontitis Agresif Menyeluruh Dengan Genotipe Positif Alel 2 (+3954) Interleukin-1 Beta. Indonesian Journal of Dentistry, 15(2):135-140.

10. Kamba, Abdullahi Shafiu and Zuki Abu Bakar Zakaria. 2014.

Osteoblasts Growth Behaviour on Bio-Based Calcium Carbonate Aragonite Nanocrystal. BioMed Research International, vol. 2014, Article ID 215097

11. Bharatham, H., Zakaria, Md.Z.A.B., Perimal, E.K., Yusof, L.M., and Hamid, M. 2014. Mineral and Physiochemical Evaluation of

Cockle Shell (Anadara granosa) and Other Selected Molluscan Shell as Potential Biomaterials. Sains Malaysiana. Vol.43. No.7. Pp:1023- 1029.

12. Nurjanah, Zulhamsyah, Kusti- yariyah. 2005. Kandungan Mineral dan Proksimat Kerang Darah (Anadara granosa) yang Diambil dari Kabupaten Boalemo, Gorontalo. Buletin Teknologi Hasil Perikanan 8(2) : 15- 24.

13. Surest, A.H., Wardani, A.R., dan Fransiska, R. 2012. Pemanfaatan Limbah Kulit Kerang Untuk Menaikkan pH Pada Proses Pengelolaan Air Rawa Menjadi Air Bersih. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang. 3(18): 10 – 15.

14. Saksono, N. 2008. Efek Medan Magnet Terhadap Konduktivitas Larutan Na2CO3 dan Pesipitasi CaCO3 pada Sistem Sirkulasi Fluida Dinamik. Jurnal Teknologi.

(4): 317-323.

15. Wahyuningtyas, S. 2010. Analisis biologi reproduksi pada kerang darah (A.granosa) di perairan Bojonegara, Teluk Banten, Banten.

[Skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

16. Wang. 2010. “Combination of adsorption by porous CaCO3 microparticles”, International Journal of Pharmaceutics, Vol.

308, p. 160–167.

17. Han, Y.S., (2006). Factors affecting the phase and morphology of CaCO3 prepared by a bubbling method. Journal of the European

(10)

10 Ceramic Society, Vol. 26: p. 843–

847.

18. Amin A dan Ulfah M. 2017.

Sintesis dan Karakterisasi Komposit Hidroksiapatit dari Tulang Ikan Lamuru (Sardilnella Longiceps)- Kitosan Sebagai Bone filler. Jurnal Farmasi 4(4): 10-13.

19. Efhana DP dan Zainuri M. 2014.

Pengaruh Variasi Waktu Penahanan Proses Kalsinasi Terhadap Prekursor Bahan Katoda Lithium Ferrophospate (LFP). Jurnal Sains dan Seni. 3(2): 118

20. Suryadi. 2011. Sintesis dan Karakterisasi Biomaterial Hidroksiapatit dengan Proses Pengendapan Kimia Basah.

Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok.

21. Nelson, S A, (2010), X-ray Crystallography, www.tulane.edu diakses pada tanggal 28 Mei 2017 22. Delvita, H., Djamas, D., dan Ramli.

2015. Pengaruh Variasi Temperatur Kalsinasi Terhadap Karakteristik Kalsium Karbonat (CaCO3) Dalam Cangkang Keong Sawah (Pila ampullacea) Yang Terdapat Di Kabupaten Pasaman. Pillar Of Physics. Vol.6.Hal 17-24.

23. Sahara, Rita. (2011). Karakteristik Kerang Darah (Anadara granosa).

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

24. Patnaik, P. 2003. Handbook of Inorganic Chemicals. USA:

MCGraw-Hill.

25. Noviyanti, Jasaruddin, Sujiono EH, 2015. Karakterisasi Kalsium Karbonat (Ca(CO3)) dari Batu Kapur Kelurahan Tellu Limpoe Kecamatan Suppa. Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika 11(2): 169-72

26. Pudjiastuti W, Listyarini A, Sudirman. 2012. Polimer nanokomposit sebagai master batch polimer biodegradable untuk kemasan makanan. J. Riset Industri.

1(VI): 51-56.

27. Adianti, E.P., 2007. Penggunaan Difraksi Sinar X dan Spektro- fotometer Inframerah. Skripsi.

Fakultas MIPA. Institut Pertanian Bogor.

28. Liswanti T, 2015. Kombinasi Grafting Cangkang Kerang Darah (Anadara granosa) dan Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) terhadap jumlah Osteoblas pada proses Bone Remodelling. Skripsi.

Universitas Padjadjaran. Bandung.

29. Surbakti A, Maximillian Ch. Oley, dan Prasetyo E. 2017. Perbandingan antara Penggunaan Karbonat Apatit dan Hidroksi Apatit pada Proses Penutupan Defek Kalvaria dengan Menggunakan Plasma Kaya Trombosit. Jurnal Biomedik (JBM), 9(2) : 107-114.

30. Widyanti, P. W., (2017) Kegunaan Kalsium Hidroksida Pada Perawatan Gigi Dengan Apeks Yang Belum Tumbuh Lengkap.

Thesis. UNIVERSITAS

AIRLANGGA.

31. Soedjono P, Mooduto L, dan Setyowai L. 2009. Penutupan apeks pada pengisian saluran akar dengan bahan kalsium oksida lebih baik dibanding kalsium hidroksida.

JURNAL PERSATUAN DOKTER GIGI INDONESIA 58 (2), hal. 1-5

(11)

11

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangan karena adanya suatu good news yang ingin segera disampaikan