• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Pasir Putih - Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Desa Pasir Putih - Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MANIFESTASI PEMBANGUNAN DESA MELALUI PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK

DESA (BUMDESA)

(Studi Kasus: Desa Pasir Putih, Kabupaten Situbondo)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Abigail Sofia Wahono 155020101111043

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)
(3)

MANIFESTASI PEMBANGUNAN DESA MELALUI PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDESA)

(Studi Kasus: Desa Pasir Putih, Kabupaten Situbondo)

Abigail Sofia Wahono*, Maryunani**

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

*Email: [email protected]

**Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat mekanisme pendirian dan pengelolaan, faktor pendukung dan penghambat, serta kontribusi Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dalam mewujudkan pembangunan Desa. Dengan studi Kasus Desa Pasir Putih di Kabupaten Situbondo, yang merupakan salah satu Kabupaten tertinggal menurut Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015. Metode yang digunakan adalah paradigma kualitatif-interpretatif, penelitian ini menemukan beberapa hasil.

Pertama, dalam proses pendirian dan pengelolaan BUMDesa Kastara Deshi secara umum sudah sesuai dengan Permendes Nomer 4 Tahun 2015, namun pelaksanaannya belum melibatkan penyertaan modal masyarakat sehingga partisipasi masyarakat terhadap BUMDesa masih kurang. Kedua, faktor pendukungnya yaitu berasal pemerintah Kabupaten Situbondo dan kualitas sumber daya manusia pengurus BUMDesa. Sedangkan faktor penghambat pendirian dan pengelolaan BUMDesa yaitu dari masyarakat, pendanaan, dan pekerjaan utama pengurus BUMDesa. Ketiga, secara umum BUMDesa sudah dapat membantu pembangunan desa yang diwujudkan dari meningkatnya jumlah pendapatan masyarakat dan Pendapatan Asli Desa (PADes) serta mampu membantu mengurangi angka kemiskinan di Kabupaten Situbondo.

Kata kunci: Pendirian, Pengelolaan, BUMDesa, Permendes BUMDesa, Pembangunan Desa

A. PENDAHULUAN

Tujuan negara Indonesia tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Indonesia 1945 alinea keempat yang mendambakan suatu kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin setiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan September di Indonesia ternyata jumlah penduduk miskin mencapai 26.582,99 ribu jiwa. Dengan komposisi penduduk miskin di perkotaan sebesar 10.272,55 ribu jiwa dan jumlah penduduk miskin di pedesaan sebesar 16.310,44 ribu jiwa. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara nasional penduduk miskin di pedesaan memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk miskin di perkotaan.

(4)

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Indonesia Tahun 2011-1017

Sumber: Data diolah Badan Pusat Statistik, 2018

Jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih banyak daripada di perkotaan juga ditunjukkan oleh grafik jumlah penduduk miskin di Jawa Timur. Pada tahun 2017 jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 2.949,82 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk miskin di perkotaan hanya sekitar 1.455,45 ribu jiwa. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan dasar, kebijakan pemerintah selama ini lebih banyak mengarah pada pembangunan infrastruktur dan pemerataan layanan di desa dan daerah tertinggal.

Untuk mencapai pemerataan pembangunan, pemerintah pusat melakukan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah sesuatu kebebasan yang diberikan kepada pemerintah daerah dalam bentuk wewenang untuk mengurus segala pemerintahan dan kepentingan masyarakat tanpa campur tangan pihak lain, namun tetap harus dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku. Undang-Undang tentang otonomi daerah pun juga sudah jelas tertulis. Diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (UU Pemda). Selanjutnya pemerintah juga mengatur lebih detail tentang pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa. Pada tanggal 15 Januari 2014 pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 mengatur segala bentuk penyelenggaraan Pemerintahan Desa termasuk mengenai peraturan tentang pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Dari definisi yang tercantum dalam Undang-Undang tersebut dapat disimpulkan bahwa kehadiran BUMDesa dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat desa. Oleh karena itu pemerintah menanggapi dengan serius program BUMDesa dengan dibentuknya peraturan dan hukum yang sesuai dengan kebutuhan untuk memperjelas keberadaan, pendirian, dan pengelolaan BUMDesa. Adapun Undang-undang yang mengatur secara khusus tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa yaitu dalam Permendes Nomor 4 Tahun 2015.

Namun dalam mengelola dan mengembangkan BUMDesa bukan hal yang mudah. Seperti yang disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Eko Putro Sanjoyo pada tahun 2017 lalu, bahwa jumlah

11046,75 10507,77 10634,47 10356,69 10619,86 10485,64 10272,55 18972,18 18086,87 17919,46 17371,09 17893,71 17278,68 16310,44

30018,93

28594,64 28553,93 27727,78 28513,57 27764,32 26582,99

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kota Desa Kota + Desa

(5)

BUMDesa di Indonesia telah mencapai sekitar 22.000 unit. Tetapi hanya ada sekitar 8.000 unit BUMDesa yang aktif dan hanya sekitar 4.000 unit BUMDesa yang menguntungkan.

Di Jawa Timur, hampir seluruh desa di setiap Kabupaten/Kota sudah memiliki BUMDesa. Dari hasil rekapitulasi update terakhir tahun 2017 dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur BUMDesa per kabupaten/kota diperoleh bahwa lima kabupaten dan satu kota telah berdiri 100%

BUMDesa yaitu Kabupaten Kediri, Jombang, Nganjuk, Blitar, Trenggalek dan Kota Batu. Sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah BUMDesa terkecil adalah Kabupaten Probolinggo. Jumlah BUMDesa yang dimiliki Kabupaten Probolinggo hanya sebanyak 8 dari 325 desa yang ada atau sebesar 2,46%. Penelitian ini dilakukan disalah satu Kabupaten tertinggal di Jawa Timur yaitu Kabupaten Situbondo. Sesuai dengan Peraturan Presiden (perpres) Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019, menetapkan Kabupaten Situbondo sebagai salah satu daerah tertinggal.

Desa Pasir Putih merupakan salah satu Desa di Kabupaten Situbondo yang memiliki BUMDesa dengan status aktif dan sudah berjalan sejak bulan September 2017 lalu. Lembaga ini bernama Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Kastara Deshi. Daerah Kerja BUMDesa Kastara Deshi berada di Desa Pasir Putih Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur. Meskipun terbilang baru, namun dalam pendirian dan pengelolaannya para pengurus BUMDesa Pasir Putih benar-benar menyusun secara matang dimulai dari penguatan kelembagaan seperti menetapkan AD-ART BUMDesa, Standar Oprasional Prosedur (SOP), proposal rencana usaha, dan Peraturan Desa Pasir Putih Tentang Badan Usaha Milik Desa.

Adapun yang menjadi salah satu landasan pelaksanaan BUMDesa Pasir Putih yaitu Peraturan Desa Pasir Putih Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

Karena letak geografis Desa Pasir Putih yang berada di kawasan pantura dan memiliki potensi alam berupa hasil laut serta obyek wisata pantai, maka salah satu unit usaha yang dikembangkan oleh BUMDesa Kastara Deshi adalah Wisata Desa Batu Kenong. Namun proses pendirian dan pengelolaan BUMDesa Kastara Deshi Pasir Putih tidaklah mudah dan menghadapi berbagai kendala, sama halnya dengan pendirian BUMDesa pada umumnya di desa lain.

Mengingat karena begitu pentingnya peraturan atau regulasi dibuat sebagai dasar pelaksanaan BUMDesa. Maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memastikan pelaksanaan pendirian dan pengelolaan BUMDesa Kastara Deshi Pasir Putih sesuai dengan ketentuan yang berlaku, mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pendirian dan pelaksanaan BUMDesa, serta mengetahui peran yang telah dicapai ataupun yang akan dicapai BUMDesa Kastara Deshi Pasir Putih dalam upaya meningkatkan pembangunan desa. Dengan mengetahui hal tersebut diharapkan penelitian ini dapat menjadi evaluasi baik untuk pengelola BUMDesa Kastara Deshi Pasir Putih maupun sebagai sumber pembelajaran bagi Desa lain dalam mengembangkan BUMDesa, sehingga tujuan dari terciptanya BUMDesa dapat tercapai yaitu meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat desa. Oleh karena itu berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tugas

(6)

akhir strata satu dengan judul “Manifetasi Pembangunan Desa Melalui Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) (Studi Kasus: Desa Pasir Putih, Kabupaten Situbondo)”.

B. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Desa

Sebutan desa sebagai kesatuan masyarakat hukum baru dikenal pada masa kolonial Belanda.Desa pada umumnya mempunyai pemerintahan sendiri yang dikelola secara otonom tanpa ikatan hirarkhis-struktural dengan struktur yang lebih tinggi. Dalam beberapa konteks bahasa, daerah-daerah di Indonesia banyak yang menyebutkan “desa” dalam ragam bahasa yang lainnya, namun tetap sama artinya desa, misal dimasyarakat lampung dikenal denga n sebutan tiyuh atau pekon. Namun jika dilihat secara etimologis kata desa diambil dari bahasa sansekerta yaitu “deca”, seperti tanah asal yang merujuk pada satu kesatuan hidup dengan satu kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas (Sukrino, 2012).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa, desa adalah “kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia” (Bab I, Pasal 1).

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa)

Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 2014, Pasal 1, “Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahter-aan masyarakat Desa”.

Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan DaerahTertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia No 4 tahun 2015 tentang pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa, dijelaskan bahwa tujuan pendirian BUMDesa sebagai berikut:

1. Meningkatkan perekonomian Desa.

2. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa.

3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa.

4. Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga.

5. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga.

6. Membuka lapangan kerja.

7. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa.

8. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan pendapatan asli Desa.

(7)

Pengaturan mengenai pendirian BUMDes diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan yaitu sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 87 sampai Pasal 90;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 132 sampai Pasal 142;

3. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Pedoman Tata Tertib Dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa Pasal 88 dan Pasal 89;

4. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menekankan pada masyarakat agar mendapatkan pengetahuan, keterampilan (skill), dan kekuasaan yang cukup agar dapat mengubah kehidupannya dan kehidupan orang lain menjadi lebih baik dan lebih produktif. Dalam pelaksanaan BUMDesa, ada nilai pemberdayaan yang ditekankan. Karena BUMDesa hadir untuk mensejahterakan masyarakat desa dengan memanfaatkan potensi desanya dan memberi pelatihan kepada warganya dalam memanfaatkan sumber daya yang ada.

Shardlow (1998:32) dalam Adi (2008) mengatakan bahwa pengertian pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana sutau kehidupan dalam individu, kelompok, ataupun komunitas dapat terkontrol dan dapat mengusahakan membentuk masa depan sesuai harapan mereka.

Teori Modal Sosial Dalam Membangun Jejaring BUMDesa

Bisnis BUMDesa adalah suatu bisnis kepercayaan. BUMDesa dapat menjadi kuat karena adanya sinergi antara pemerintah desa dan masyarakat. Sistem kepercayaan tersebut dalam ilmu ekonomi disebut modal sosial. Modal sosial berkaitan dengan struktur sosial dimana masyarakat tersebut tinggal. Artinya modal sosial baru akan terasa dampaknya bila telah terjadi interaksi dengan orang lain yang dipandu oleh struktur sosial. Para ahli telah banyak mendefinisikan modal sosial, sehingga dari serangkaian definisi yang ada ada sebuah aporisme terkenal yaitu menurut Fine dan Lapavitsas dalam Yustika (2012) mengatakan bahwa modal sosial bukanlah tentang apa yang anda ketahui , namun tentang siapa yang anda kenal (it’s not what you know, it’s who you know know that matters. Yang artinya modal sosial bisa merujuk pada norma dan jaringan yang memungkinkan orang untuk melakukan tindakan kolektif.

Konsep Partisipasi Masyarakat

Suatu BUMDesa yang sukses tentu harus ada dukungan dan partisipasi baik dari pemerintah desa maupun dari masyarakat desa. Partisipasi memiliki makna penting dalam pembangunan, dimana pembangunan dengan partisipasi bertujuan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Adi (2008:110) mengungkapkan bahwa

(8)

partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam proses mulai dari pengidentifikasian masalah, kemudian pengidentifikasian potensi, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah, lalu pelaksanaan upaya mengatasi masalah, hingga proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Teori Pembangunan Ekonomi

Todaro (2006), menyatakan bahwa pembangunan ekonomi bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Todaro (2006:11), mendefinisikan pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan.

Teori Kemiskinan

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah suatu keadaan dimana jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan tertentu. Sedangkan kemiskinan relatif adalah berkaitan masalah distribusi pendapatan. Sharp, et al (1996) dalam Mudrajat Kuncoro (2004) mencoba mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pada kepemilikan sumberdaya yang menyebabkan distribusi pendapatan yang timpang. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

C. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan pendekatan kualitatif merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan untuk memahami suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat secara alamiah dengan mengedepankan suatu proses komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Tujuan penggunaan metode kualitatif sendiri adalah untuk mengetahui pengertian secara mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita (Semiawan, 2010).

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo Jawa Timur. Dengan studi kasus Badan Usaha Milik Desa Pasir Putih yang bernama BUMDesa Kastara Deshi.

Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data kualitatif yang bersumber dari hasil wawancara dan observasi, serta data kuantitatif yang bersumber

(9)

dari dokumen keuangan yang didapatkan dari BUMDesa Kastara Deshi.

Menggunakan data primer yang bersumber langsung dari pengelola BUMDesa, Pemerintahan Desa maupun masyarakat pemanfaat BUMDesa yang ada di wilayah objek penelitian yang berkaitan dengan pembangunan kelembagaan ekonomi desa melalui BUMDesa. Dan menggunakan data sekunder yang bersumber dari pedoman umum pelaksanaan BUMDesa serta dokumen-dokumen terkait BUMDesa yang pernah disusun baik oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa maupun peraturan perundangan terkait BUMDesa.

Informan Penelitian

Peneliti telah menentukan bahwa yang akan menjadi informan dalam penelitian ini ada 3 (dua) pihak, yaitu:

a. Kepa Desa Pasir Putih yang dapat memberikan informasi mengenai latar belakang hingga proses berdirinya BUMDesa Kastara Deshi.

b. Pengelola/ Pengurus BUMDesa yang dapat memberikan informasi mengenai kinerja BUMDesa Pasir Putih dan implikasinya bagi pembangunan desa dari sudut pandang pengelola atau pengurus.

c. Masyarakat yang menerima hasil dari program BUMDesa dan yang tergabung sebagai pelaku dalam unit usaha BUMDesa Pasir Putih, diharapkan mampu memberikan informasi terkait kinerja BUMDesa dan perannya terhadap pemabangunan desa dari sudit pandang penerima langsung manfaat BUMDesa.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: a) observasi lapangan, b) wawancara tidak terstruktur, dan c) dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif.

Teknik analisis data kualitatif dilakukan menggunakan analisis data interaktif menurut Miles dan Huberman dengan tahap-tahap sebagai berikut: a) pengumpulan data, b) kondensasi data, c) penyajian data, d) penarikan kesimpulan.

Teknik Keabsahan Temuan

Penelitian ini melakukan pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik yang dimana peneliti menggunakan berbagai sumber informasi untuk menyesuaikan dan memperkuat data, adapun sumber-sumber tersebut berasal dari informan kunci, informan utama dan informan tambahan yang telah dijelaskan sebelumnya. Serta triangulasi teknik dengan memeriksa hasil wawancara dengan observasi dan hasil dokumentasi yang dilakukan peneliti. Namun apabila dalam proses penelitian ditemukan keadaan untuk menggunakan triangulasi lain, maka peneliti akan mempertimbangkan untuk menggunakan triangulasi lain sebagai alat pengecekan keabsahan data.

(10)

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Lokasi Penelitian

Kabupaten Situbondo merupakan salah satu wilayah kabupaten yang terletak di sebelah timur wilayah Propinsi Jawa Timur dan terkenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih. Secara geografis, wilayah Kabupaten Situbondo berada pada posisi 113˚ 30’ – 114˚ 42’ Bujur Timur dan 7˚ 35’ – 7˚ 44’ Lintang Selatan.

Desa Pasir Putih terletak di Kecamatan Bungatan, Kabupaten Situbondo Jarak tempuh wilayah Desa tersebut dari Ibukota Kabupaten Situbondo 35 km. Desa Pasir Putih memiliki luas wilayah 169,95 ha/m2, dengan potensi lahan yang produktif.

Desa Pasir Putih memiliki BUMDesa yang bernama Kastara Deshi yang artinya desa yang masyur. BUMDesa tersebut berdiri pada tanggal 12 September 2017.

Pelaksanaan BUMDesa Kastara Deshi ini diatur dalam Peraturan Desa Pasir Putih Nomor 14 Tahun 2017 tentang pendirian BUMDesa Kastara Deshi.

Pendirian BUMDesa Kastara Deshi

Disamping itu melihat peraturan dalam Permendes No 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam mendirikan BUMDesa. Unsur- unsur tersebut yaitu:

a) Inisiatif Pemerintah Desa dan atau Masyarakat

Pendirian BUMDesa Kastara Deshi Desa Pasir Putih dimulai pada tahun 2017, sekitar bulan September. Pendirian BUMDesa Kastara Deshi dibentuk karena adanya inisiatif dari Kepala Desa H. Zaenal Arifin ditahun 2017.

Pendirian BUMDesa yang berasal dari inisiatif Kepala Desa ini kemudian disosialisasikan ke setiap dusun yang ada di desa Pasir Putih dengan di fasilitasi oleh BPD (Badan Permusywaratan Desa), sekum, dan tokoh masyarakat.

b) Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat

Kemudian persetujuan pembentukan BUMDesa oleh forum ini dilanjutkan dengan membentuk Tim Persiapan Pendirian (TPP) BUMDesa. TPP BUMDesa terdiri dari berbagai unsur dalam masyarakat desa yaitu perangkat desa, BPD, dan tokoh-tokoh masyarakat. Tugas dari TPP BUMDesa adalah melakukan inventarisasi dan pemetaan potensi usaha, membuat usulan jenis usaha, menyusun draft AD/ART dan Raperdes pembentukan BUMDesa.

Sehingga ditetapkan wisata desa pantai Watu Kenong dan unit Laku Pandai BNI46 sebagai unit usaha yang dikelola BUMDesa pada awal pendirian, karena hal tersebut sesuai dengan potensi dan kondisi ekonomi masyarakat Desa Pasir Putih.

c) Modal Awal BUMDesa Kastara Deshi

Modal awal BUMDesa Pasir Putih yaitu berasal dari dana desa. Kemudian dikelola untuk membeli peralatan dan perlengkapan kantor, kemudian selanjutnya dikelola untuk membangun fasilitas di wisata desa Pasir Putih yaitu Pantai Watu Kenong.

(11)

d) AD-ART BUMDesa Kastara Deshi

AD ART ditetapkan melalui musyawarah desa yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, BPD, pengawas, dan kepala desa. Dalam rangkaian musyawarah tersebut juga membahas tentang Perdes terkait pembentukan BUMDesa, AD/ART, susunan pengurus, serta sistem pembagian hasil usaha. Sehingga dalam proses pembentukan BUMDesa Kastara Deshi, desa Pasir Putih telah melaksanakan musyawarah hingga beberapa kali untuk mendapatkan mufakat bersama. Dimana dalam hal ini, partisipasi dari masyarakat dan perangkat desa sangat dibutuhkan agar dapat membentuk BUMDesa yang sesuai dengan harapan.

Sehingga, apabila dibentuk dalam sebuah bagan, maka secara singkat proses pendirian BUMDesa Kastara Deshi adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Tahapan Pendirian BUMDesa Kastara Deshi

Sumber: Data Lapang Peneliti, 2019 Pengelolaan BUMDesa Kastara Deshi

Setelah BUMDesa Kastara Deshi didirikan, maka langkah selanjutnya yaitu mengelola BUMDesa. Dalam mengelola BUMDesa, tentu tidak boleh terlepas dari unsur-unsur yang sudah diatur dalam Permendes No 4 Tahun 2015, Perdes Pasir Putih tentang Pendirian dan Pengelolaan BUMDesa, AD/ART BUMDesa Kastara Deshi, dan SOP Pengelolaan BUMDesa. Adapun unsur-unsur yang harus diperhatikan yaitu:

a) Bentuk Organisasi dan Organisasi Pengelola BUMDesa Kastara Deshi

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Kastara Deshi tidak mempunyai unit- unit usaha yang berbadan hukum, sehingga bentuk organisasi Badan Usaha Milik Desa didasarkan pada Peraturan Desa tentang Pendirian, Pengelolaan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa. Sedangkan pendirian dan pembentukan BUMDesa Kastara Deshi selama ini diatur berdasarkan Peraturan Desa No 14 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa). Organisasi pengelola Badan Usaha Milik Desa terpisah

Inisiatif Pemdes yang diikuti oleh langkah

sosialisasi pembentukan

BUMDesa

Pembentukan Tim Persiapan Pendirian

BUMDesa

Pemetaan Potensi dan Pemilihan Jenis

Usaha

Penyusunan Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDesa Kastara

Deshi

Pembentukan dan Pelantikan Pengurus

BUMDesa melalui Musdes Penyusunan AD ART

BUMDesa Kastara Deshi Penerbitan Peraturan

Desa Pasir Putih No 14 Tahun 2017 tentang Pembentukan BUMDesa

dan Penetapan AD ART Pembuatan Rencana

Kerja dan Rencana Anggaran BUMDesa

untuk 1 tahun kedepan

(12)

dari organisasi pemerintahan Desa. Berdasarkan susunan organisasi pengelola BUMDesa yang dibentuk oleh BUMDesa Kastara Deshi, sudah sesuai dengan Permendes No 4 Tahun 2015. Penasihat diganti dengan nama Komisaris yang dijabat langsung oleh Kepala Desa Pasir. Adapun BUMDesa Pasir Putih memiliki 4 anggota pengawas yang memiliki tugas memeriksa secara periodik satu bulan sekali sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan BUMDesa Kastara Deshi dapat dilihat bahwa dalam menjalankan tugasnya, baik penasihat, pelaksana opersional, maupun pengawas selalu ada komunikasi dan keterbukaan. Dimana ini berarti prinsip kooperatif, partisipatif, dan transparansi sudah terjadi di BUMDesa Kastara Deshi.

b) Modal Usaha BUMDesa Kastara Deshi

Berdasarkan Peraturan Desa Pasir Putih No. 14 Tahun 2017 tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa, dalam pengelolaan usahanya BUMDesa Kastara Deshi memiliki sumber keuangan dari:

a. Penyertaan modal Desa;

b. Penyertaan modal kelompok masyarakat Desa; dan/atau

c. Bantuan Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan swasta yang ditujukan untuk pembangunan Kawasan Perdesaan.

Namun hingga saat ini yang terlaksana, sumber keuangan BUMDesa Kastara Deshi berjalan hanya berasal dari penyertaan modal desa dan bantuan dari pemerintah. Padahal BUMDesa seharusnya bukan hanya kumpulan orang saja, namun juga kumpulan modal. Penyertaan modal dari masyarakat perlu dilakukan agar masyarakat merasa ikut memiliki keberadaan BUMDesa.

Pengurus BUMDesa Kastara Deshi mengatakan belum siap untuk melakukan penyertaan modal dari masyarakat. Disamping karena belum ada sistem yang jelas, alasan lain karena pengurus BUMDesa Kastara Deshi masih ingin memapankan keuangan BUMDesa yang baru berdiri sekitar satu tahun ini.

c) Jenis Usaha BUMDesa Kastara Deshi

Pada awal pendirian ada dua jenis usaha yang dimiliki oleh BUMDesa Kastara Deshi yaitu unit usaha wisata desa Watu Kenong dan Unit Usaha PPOB “Laku Pandai” yang bekerjasama dengan bank BNI 46. Namun dengan berjalannya waktu sejak bulan Februari 2018, unit usaha BUMDesa Kastara Deshi bertambah satu yaitu usaha simpan pinjam yang bekerjasama dengan program pemerintah yaitu Jalin Matra (Jalan Lain Menuju Mandiri dan Sejahtera).

d) Pembagian Hasil Usaha BUMDesa Kastara Deshi

Hasil usaha Badan Usaha Milik Desa merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil transaksi dikurangi dengan pengeluaran biaya dan kewajiban pada pihak lain, serta penyusutan atas barang-barang inventaris dalam 1 tahun buku. Perhitungan satu buku BUMDesa “Kastara Deshi” dimulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun berjalan. Pembagian Hasil usaha BUMDesa “Kastara Deshi” ditetapkan berdasarkan prosentase dari hasil laba Netto dengan berpedoman kepada prinsip kerjasama yang saling menguntungkan dengan realisasi :

(13)

 Penambahan Modal BUMDesa : 35%

 Pendapatan Asli Desa : 35%

 Komisaris : 5%

 Pengawas : 5%

 Pelaksana Operasional : 10%

 Dana Sosial : 10%

e) Pertanggung Jawaban Pelaksanaan BUMDesa

BUMDesa Kastara Deshi setiap bulannya juga mencatat segala transaksi keuangan dengan menggunakan standar akuntansi yang dibuat secara sistematis dan teratur dan disajikan baik dalam hardfile maupun softfile.

BUMDesa Kastara Deshi merupakan satu-satunya BUMDesa di Kabupaten Situbondo yang mampu menyajikan laporan keuangan dalam bentuk akuntansi/ pembukuan secara lengkap dan terstruktur. Laporan keuangan tersebut secara rutin dilaporkan kepada Kepala Desa dan pengurus BUMDesa lainnya setiap bulan, untuk mengetahui perkembangan keuangan BUMDesa.

Disetiap akhir tahun, BUMDesa Kastara Deshi melakukan rapat evaluasi kinerja pengelola BUMDesa yang dihadiri oleh Kepala Desa, Ketua BPD, Anggota BPD, pengawas, dan pelaksana operasional BUMDesa.

Identifikasi Faktor Pendukung dan Penghambat BUMDesa Kastara Deshi Adapun faktor-faktor pendukung BUMDesa Kastara Deshi dalam mendirikan maupun mengelola BUMDesa Kastara Deshi. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor Pemerintah

Pendirian badan usaha harus disertai dengan upaya penguatan kapasitas dan didukung oleh kebijakan daerah (kabupaten/kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman persaingan para pemodal besar. Meskipun BUMDesa merupakan hal yang termasuk baru di Indonesia, namun pemerintah kabupaten Situbondo sangat mendukung keberadaan BUMDesa.

Hal tersebut sesuai dengan menjelasan yang diberikan oleh Kepala Desa, pemerintah Kabupaten Situbondo sering mengadakan rapat dengan Kepala Desa agar membentuk BUMDesa terutama untuk desa yang memiliki tempat wisata. Tidak hanya menghimbau setiap Kepala Desa untuk membentuk BUMDesa, namun pemerintah Kabupaten Situbondo juga mencoba memfasilitasi setiap pengolah BUMDesa dengan pelatihan-pelatihan dalam mengembangkan BUMDesa.

b. Faktor Sumber Daya Manusia Pengelola BUMDesa

Pemimpin BUMDesa harus seseorang yang memiliki jiwa wirausaha dan kreatif, karena BUMDesa sebagai social enterprise. BUMDesa adalah sebuah bentuk badan usaha, maka setiap langkahnya perlu diperhitungkan secara ekonomis. BUMDesa harus aktif dan kreatif mengembangkan pelayanan untuk pelanggan. Namun, fungsi pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah tujuan akhir lahirnya BUMDesa. Inilah yang dinamakan social enterprise (Rudy, 2018). Ketua BUMDesa Kastara Deshi

(14)

adalah seorang wirausaha yaitu pengekspor kerang yang cukup sukses, sehingga tidak diragukan lagi jiwa kewirausahaannya. Sedangkan wakil BUMDesa Kastara Deshi juga memiliki latar belakang pernah bekerja sebagai pendamping desa dan mengurus PNPM Mandiri Perdesaan di Kabupaten Situbondo. Dan bendahara BUMDesa Kastara Deshi memiliki latar belakang pernah bekerja dibagian keuangan di salah satu perusahaan.

Adapaun faktor-faktor yang menjadi penghambat baik dalam proses pendirian BUMDesa Kastara Deshi maupun dalam proses pengelolaannya, diantaranya yaitu:

a. Faktor Masyarakat

Hambatan yang pertama dirasakan oleh BUMDesa Kastara Deshi adalah dari masyarakat. Terutama saat wisata desa pantai Watu Kenong yang awalnya dikelola oleh komunitas warga, diambil alih untuk dikelola BUMDesa Kastara Deshi. Warga yang memiliki warung dipinggiran pantai tersebut merasa memiliki hak sepenuhnya atas tanah yang mereka tempati, padahal seharusnya tanah tersebut milik Desa Pasir Putih bukan milik pribadi. Sehingga ketika Wisata Pantai Watu Kenong akan diambil alih pengelolaannya oleh BUMDesa, masyarakat banyak yang menentang. Disamping itu kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan wisata pantai Watu Kenong. Dan setiap ada undangan untuk musyawarah BUMDesa, antusias masyarakat masih kurang.

Pengorbanan BUMDesa Pasir Putih diawal pendiriannya cukup besar, karena dalam pendiriannya tentu harus didukung oleh warga. Sehingga sebisa mungkin apapun yang diminta warga difasilitasi oleh BUMDesa demi berjalannya BUMDesa di Desa Pasir Putih. Hal ini pun juga dilakukan untuk menarik simpati dan partisipasi masyarakat dalam mendukung pelaksanaan BUMDesa. Partisipasi masyarakat menjadi hal penting dalam mencapai keberhasilan dan keberlanjutan program pembangunan. Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu kegiatan secara sadar (Irene, 2015).

b. Faktor Pendanaan

Modal awal BUMDesa bersumber dari APBDes dan dapat terdiri dari:

Penyertaan Modal Desa dan Penyertaan modal dari masyarakat. Sedangkan BUMDesa Kastara Deshi yang telah berjalan kurang lebih satu tahun ini baru hanya menggunakan modal dari Dana Desa sebesar lima juta ribu rupiah.

Meskipun penyertaan modal dari masyarakat sudah diatur dalam AD/ART, BUMDesa Kastara Deshi belum melakukan penyertaan modal dari masyarakat. Hal ini dikarenakan mempertimbangkan BUMDesa Kastara Deshi yang baru dibentuk. Sehingga pengurus ingin memaksimalkan lebih dulu pengelolaan Dana Desa sebelum melibatkan penanaman modal dari masyarakat. Namun karena BUMDesa Kastara Deshi masih baru merintis, maka modal awal yang dikeluarkan banyak digunakan untuk membeli peralatan, fasilitas, dan memperbaiki infrastruktur yang ada yang ada di wisata pantai Watu Kenong. Perbaikan fasilitas di wisata pantai Watu Kenong pun masih belum selesai karena terhambat oleh dana yang terbatas.

(15)

Disamping itu Desa Pasir Putih juga termasuk terlambat dalam menerima Dana Desa.

c. Faktor Pekerjaan Utama Pengelola BUMDesa Kastara Deshi

Disamping kemampuan pengurus operasional BUMDesa Kastara Deshi yang cukup memadai, namun pengelolaan BUMDesa terkadang juga berjalan dengan kurang optimal. Hal ini disebabkan karena masing-masing pengurus memiliki pekerjaan utama yang lebih diprioritaskan.

Peran dan Hasil BUMDesa Dalam Meningkatkan Pembangunan Desa

Permendes No 4 Tahun 2015 Pasal 3 menjelaskan bahwa dalam pembentukan BUMDesa memiliki tujuan untuk meningkatkan perekonomian desa, mengoptimalkan aset desa, meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa, mengembangkan rencana kerjasama antar desa, menciptakan peluang dan jaringan pasar, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli desa (PAD). Dalam mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, BUMDesa Kastara Deshi memfasilitasi masyarakat Desa Pasir Putih melalui tiga unit usaha yang di kelolanya, yaitu:

a. “Laku Pandai” Agen BNI46

Laku Pandai Agen BNI46 merupakan unit usaha BUMDesa Kastara Deshi yang bekerjasama dengan bank BNI dan mulai beroperasi sejak bulan Februari 2018. Dalam usaha ini BUMDesa Kastara Deshi berperan sebagai perantara dalam memberikan layanan seputar fasilitas yang dimiliki bank BNI, diantaranya yaitu membuat buku tabungan, setor tunai, tarik tunai, pembayaran listrik, tiket kereta, BPJS, PDAM, hingga pembelian pulsa dan paket data. “Laku Pandai” Agen BNI46 sebagai salah satu unit bisnis BUMDesa Kastara Deshi, memberikan dampak dalam memudahkan proses transaksi dan kelancaran kegiatan ekonomi masyarakat desa Pasir Putih.

Dampak kehadiran cabang bank ini secara tidak langsung akan mendorong pertumbuhan ekonomi karena dapat mempermudah dan mengurangi hambatan masyarakat dalam berproduksi. Hal tersebut sesuai dengan teori inklusi keuangan menurut Bank Indonesia (2014) yang mengatakan bahwa inklusi keuangan menjadi suatu upaya untuk meningkatkan akses jasa-jasa keuangan, dengan mengurangi hambatan yang bersifat harga maupun non harga. Bank sebagai sektor keuangan yang inklusif dapat membantu dalam mengurangi kemiskinan melalui program-program yang diberikan, seperti membantu masyarakat dalam mempersiapkan hari tua melalui program tabungan.

Ataupun program lainnya dalam bentuk investasi untuk bisnis yang dikelola oleh masyarakat.

b. Jalin Matra PK2

Jalin Matra PK2 merupakan unit usaha BUMDesa Kastara Deshi dibidang bisnis keuangan yang memberikan pinjaman kepada warga Desa Pasir Putih. Simpan Pinjam Jalin Matra PK2 ini mulai beroperasi sejak bulan Februari 2018. Pemberian pinjaman hanya dilakukan kepada keluarga yang

(16)

hampir miskin dan memiliki pekerjaan atau bila dimasukan dalam pengelompokan penduduk miskin berdasarkan desil, maka yang mendapatkan pinjaman adalah penduduk yang masuk dalam desil 2. Dampak dari simpan pinjam yang diberikan BUMDesa Kastara Deshi kepada warga Desa Pasir Putih sangat berdampak dalam mengembangkan usaha warga. Dalam kasus Kabupaten Situbondo sebagai daerah tertinggal (Peraturan Presiden Nomor 131/2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019), salah satu penyebab diantaranya yaitu tingginya angka kemiskinan. Kemiskinan tinggi salah satunya karena rendahnya tingkat modal untuk berproduksi (R.

Nurkse:1953). Unit usaha simpan pinjam Jalin Matra yang dikelola oleh BUMDesa Kastara Deshi, menjadi salah satu program untuk mengurangi angka kemiskinan.

c. Wisata Desa “Watu Kenong”

Wisata ini berupa pantai dengan ombak yang tenang sehingga sangat aman jika digunakan untuk berenang. Diberi nama “Watu Kenong” karena dulunya di pinggir pantai terdapat karang yang berbentuk sesperti kenong, namun karena ulah manusia yang tidak bertanggung jawab maka karang tersebut kini telah hilang. Wisata Desa Watu Kenong dulu dikelola oleh paguyuban desa yang bernama Mpok Darwis. Namun karena pengelolaannya yang tidak maksimal, maka fasilitas dan kebersihan di Watu Kenong tidak terawat. Oleh karena itu mulai akhir tahun 2017, pengelolaan Wisata Desa Watu Kenong diambil alih oleh BUMDesa Kastara Deshi. Wisata Desa Watu Kenong merupakan unit usaha yang menjadi andalan BUMDesa Kastara Deshi, oleh karena itu pembangunan fasilitas hingga perbaikan tempat yang bersifat untuk mempercantik terus ditingkatkan sehingga menambah daya tarik wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut. Ketika jumlah wisatawan meningkat, maka akan meningkatkan pendapatan desa melalui tiket masuk yang terjual. Pendapatan masyarakat pun juga meningkat melalui barang dagangan yang mereka jual kepada pengunjung. Sehingga peningkatan pendapatan akan meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat Desa Pasir Putih. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph D. Fritgen (1996) yang mengatakan bahwa obyek wisata yang dikembangkan dengan baik dapat memilliki dampak positif untuk meningkatkan pendapatan ekonomi untuk komunitas setempat.

Sehingga secara ringkas, peta jalan (roadmap) pendirian dan peran BUMDesa Kastara Deshi terhadap pembangunan desa dapat dilihat melalui gambar berikut ini:

(17)

Gambar 4.2 Peta Jalan Peran BUMDesa Kastara Deshi Terhadap Pembangunan Desa Pasir Putih

Sumber: Data Lapang Peneliti, 2019.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pada fokusan rumusan masalah, penelitian ini mengambil tiga poin kesimpulan sebagai berikut:

1. Unsur-unsur Pendirian BUMDesa Kastara Deshi sudah sesuai dengan Permendes No 4 tahun yang diantaranya yaitu inisiatif pemerintah desa dan atau masyarakat, kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat, modal usaha BUMDesa, AD dan ART BUMDesa, Hanya saja dalam pendirian BUMDesa Kastara Deshi ada hal-hal yang belum dimusyawarahkan dalm pembuatan AD/ART seperti presentasi bagi hasil untuk pemegang saham BUMDesa Kastara Deshi.

Sedangkan unsur-unsur dalam pengelolaan BUMDesa Kastara Deshi juga sudah sesuai denga peraturan diantaranya yaitu bentuk organisasi BUMDesa, organisasi pengelola BUMDesa, modal usaha BUMDesa, jenis usaha

2015, dibentuk Permendes No 4 Tahun 2015 tentang

BUMDesa

2017, dibentuk PerBup Kab.

Situbondo tentang BUMDesa

September 2017, BUMDesa Kastara

Deshi berdiri

Diikuti berdirinya BUMDesa lainnya di

Kab. Situbondo BUMDesa Kastara

Deshi mengembangkan wisata pantai Watu Kenong, Agen BNI46,

Simpan Pinjam Jalin Matra Wisatawan di Desa

Pasir Putih meningkat

Pendapatan dan perekonomian

masyarakat meningkat

PADes Pasir Putih meningkat dari Rp 20.700.000 (2017) menjadi

Rp 24.689.718,59 (2018).

(Sumber:APBDes Pemerintah Desa Pasir

Putih)

Status Indeks Desa Membangun (IDM) Desa Pasir Putih tahun

2017 menjadi Desa Berkembang. (Sumber:

DPMD Kab. Situbondo)

Kab. Situbondo sebagai salah satu Kabupaten tertinggal memiliki penurunan presentasi penduduk miskin dari 13,05%

(tahun 2017) menjadi 11,82% (tahun 2018). (Sumber: BPS Prov. Jatim)

(18)

BUMDesa, pembagian hasil usaha BUMDesa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa. Hanya saja dalam pengelolaan modal, BUMDesa Kastara Deshi hanya menggunakan penyertaan modal dari pemerintah desa dan bantuan dari pemerintah Provinsi saja. Penyertaan modal dari masyarakat belum dilakukan karena administrasi dan ketentuan pelaksanaannya yang belum diatur.

2. Faktor pendukung BUMDesa Kastara Deshi adalah faktor dari pemerintah dan faktor dari sumber daya manusia pengelola BUMDesa. Sedangkan Faktor penghambat dalam pendirian dan pengelolaan BUMDesa Kastara Deshi diantaranya faktor dari masyarakat, faktor pendanaan, dan faktor pekerjaan utama pengelola BUMDesa Kastara Deshi.

3. Adapun unit-unit usaha yang dikelola oleh BUMDesa Kastara Deshi diantanya yaitu Agen 46, Jalin Matra PK2, dan Wisata Desa Watu Kenong.

Yang dimana hasil dari pelaksanaan unit-unit usaha tersebut telah memberikan manfaat terhadap masyarakat desa diantaranya yaitu meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes), menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan usaha masyarakat dalam mengelola potensi ekonomi, dan mempermudah kebutuhan masyarakat desa.

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat diberikan agar pendirian dan pengelolaan BUMDesa dapat berjalan sesuai peraturan yang ada dan manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat desa dalam mewujudkan pembangunan desa.

1. Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) bukan merupakan lembaga ekonomi desa yang hanya berupa sekumpulan orang saja, namun juga sekumpulan modal. Oleh karena itu penyertaan modal dari masyarakat maupun swasta, dalam pengelolaan BUMDesa saat dibutuhkan agar masyarakat merasa memiliki BUMDesa sehingga dapat berpartisipasi dalam mendukung penuh pengelolaan BUMDesa.

2. BUMDesa sebagai lembaga ekonomi desa seharusnya tidak hanya memaksimalkan potensi alam di desanya, namun juga harus mampu mamksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada di desanya.

3. Dalam pembentukan unit usaha BUMDesa sebaiknya diintergrasikan dengan program/kebijakan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

4. Pemerintah sebaiknya bisa lebih meningkatkan sistem sosialisasi pembentukan BUMDesa di setiap desa dan meningkatkan sistem pengawasan terhadap pelaksanaan BUMDesa.

5. Pemerintah sebaiknya dapat membuat peraturan Bupati yang lebih tegas dan jelas terkait kesetaraan honor atau upah untuk pengelola BUMDesa.

(19)

UCAPANTERIMAKASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTARPUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Agus Suryono. 2004. Pengantar Teori Pembangunan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. Jumlah Penduduk Miskin.

https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/30/1494/jumlah-penduduk-miskin-- persentase-penduduk-miskin-dan-garis-kemiskinan--1970-2017.html. Diakses pada tanggal 7 November 2018.

Budiono, Puguh. 2015. Implementasi Kebijakan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Bojonegoro (Studi di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor). Jurnal Politik Muda. Volume 4 No. 1.

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPM) Provinsi Jatim. 2017. Rekapitulasi BUMDESA per Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2017.

http://www.dpmd.jatimprov.go.id/. Diakses pada tanggal 7 November 2018.

Peraturan Desa Pasir Putih Nomor 14 Tahun 2017 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa).

Peraturan Presiden No. 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019.

Todaro, Michael P. dkk. 2006. Pembangunan Ekoonomi Edisi Kesembilan. Jakarta:

Erlangga.

Undang-Undang No. 6 tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

(20)

Referensi

Dokumen terkait