SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan : Deteksi dini resiko jatuh
Sub Pokok Bahasan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini resiko jatuh dan program latihan keseimbangan Hari/Tanggal : Selasa, 14 November 2024
Pukul : 09.00 - selesai
Sasaran : Umum, Pengunjung dan pasien RSU Siaga Medika Purbalingga
Tempat : Ruang Panel Edukasi RSU Siaga Medika Purbalingga
A. LATAR BELAKANG
Lanjut usia atau disebut dengan lansia merupakan seseorang yang telah mengalami penuaan yang ditandai dengan menurunnya beberapa fungsi tubuh.
Banyaknya penurunan fungsi tubuh yang dialami seorang lansia menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada lansia (Putri & Rakhmadi, 2018).
Seiring bertambahnya usia maka tubuh akan mengalami berbagai perubahan diantaranya perubahan pada sistem saraf dan sistem musculoskeletal, dimana kedua sistem tersebut merupakan komponen yang penting dalam menjaga keseimbangan tubu (Priyanto, et all. 2022).
Permasalahan utama yang sering dialami lansia di seluruh dunia adalah jatuh, resiko jatuh pada lansia salah satunya dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan postural (Nugraha, et all. 2016). Lansia merupakan kelompok umur yang paling beresiko mengalami gangguan keseimbangan postural karena terjadinya kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional dan terjadinya penurunan kontraksi serta kekuatan otot (Prasetyo & Indardi. 2015).
Secara global terjadi peningkatan jumlah populasi penduduk lansia dari tahun ke tahu. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah populasi lansia terbesar di dunia, dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia, menyumbang 56% dari total populasi lansia di dunia. Indonesia pada tahun 2013 menempati urutan ke 108 di dunia. Tetapi, diprediksi pada tahun 2050, Indonesia akan masuk dalam sepuluh besar Negara dengan jumlah lansia terbanyak. Berdasarkan data survey penduduk antar sensu (supas) tahun 2015 diketahui bahwa jumlah lanjut usia Indonesia sebanyak 21,7 juta atau 8,5%.
Dari jumlah tersebut terdiri dari lansia perempuan sebanyak 11,6 juta (52,8%) dan 10,2 juta (47,2%) lanjut usia laki-laki. Menurut WHO, klasifikasi lansia dibagi menjadi lansia usia pertengahan (middle aged) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (elderly old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua diatas 90 tahun. Sampai sekarang ini, penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan asia tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.
Latihan fisik sangat penting bagi lansia dalam meningkatkan kualitas hidup.Latihan yang tertatur dapat meningkatkan hubungan social, meningkatkan kesehatan fisik dan kesehatan mental.Latihan juag berperan penting dalam mengurangi resiko penyakit dan memelihara fungsi tubuh lansia.Latihan dapat mencegak kelelahan fisik karena meningkatkan fungsi kardiovaskuler, sistem saraf pusat, sistem imun dan sistem endokrin.Latihan juga dapat menurunkan gejala depresi (Rahmansyah, et al. 2021).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan edukasi, peserta mampu memahami tentang deteksi dini resiko jatuh dan program latihan keseimbangan
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan materi selama 1x50 menit, diharapkan:
a. Peserta mampu menjelaskan tentang resiko jatuh dan latihan keseimbanagn
b. Peserta mampu memahami penyebab jatuh c. Peserta mampu memahami bahaya jatuh d. Peserta mampu mencegah resiko jatuh
C. PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Topik:
Deteksi dini resiko jatuh dan program latihan keseimbangan 2. Sasaran:
Masyarakat umum, pengunjung dan pasien RSU Siaga Medika 3. Metode:
Ceramah dan Tanya jawab 4. Media dan Alat:
Leaflet, LCD dan Power point 5. Waktu dan Tempat:
Ruang panel edukasi RSU Siaga Medika Purbalingga 6. Setting tempat
Panel Edukasi
Pasien poli dan pengunjung Moderator Presentator
Fasilitator
D. RUNTUTAN ACARA PENYULUHAN No Tahapan dan
Waktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta 1. Pembukaan
(10 menit) Memberi salam
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menjawab salam
Mendengarkan
2. Pelaksanaan
(30 menit) Menjelaskan tentang definisi jatuh/resiko jatuh
Menjelaskan penyebab jatuh
Menjelaskan tentang bahaya jatuh
Menjelaskan tentang pencegahan resiko jatuh
Menjelaskan tentang latihan keseimbangan
Memberikan
kesempatan kepada peserta untuk bertanya
Mendengarkan
Tanya jawab
3. Penutup
(10 menit) Merangkum hasil pembelajaran
Melakukan evaluasi secara lisan
Menyampaikan salam penutup
Mendengarkan
Menjawab salam
E. PENGORGANISASIAN 1. Dosen Pembimbing :
a. Tri Sumarni, S.Kep.,Ns.,M.Kep,
b. Wasis Eko Kurniawan., S.Kep.,Ns., MPH 2. Moderator : Eti Wilastri
3. Presentator : Jamilah
4. Observer : Tri Wigati
5. Dokumentator : Tri Wigati
6. Konsumsi : Tri Wigati, Eti Wilastri 7. Rincian Tugas/peran
a. Peran Moderator
1) Membuka dan menutup acara 2) Memperkenalkan diri
3) Menetapkan tata tertib
4) Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan 5) Menjaga kelancaran acara
b. Peran Presentator
Mejelaskan tentang materi penyuluhan c. Peran Observer
1) Mengamati jalannya kegiatan 2) Mengevaluasi kegiatan
3) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan d. Peran Dokumentator
Mengabadikan kegiatan e. Peran Konsumsi
Menyiapkan konsumsi untuk para peserta kegiatan
F. EVALUASI PROSES 1. Evaluasi Struktur
a. Penggunaan media leaflet dan pengkondisian tempat agar kondusif b. Presentator menjelaskan materi penyuluhan dengan benar
c. Peserta mendengarkan dengan tertib saat proses penyuluhan 2. Evaluasi Proses
a. Proses penyuluhan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan b. Peserta dapat kooperatif dalam kegiatan penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan dapat memahami deteksi dini resiko jatuh dan latihan keseimbangan
G. MATERI 1. Definisi
Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan orang lain, tidak disengaja atau direncanakan, dengan arah jatuh ke laintai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Resiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat menyebabkan subyek yang sadar berada di lantai tanpa disengaja (Stenley, 2007).
Resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko jatuh adalah kejadian yang kurang menyenangkan yang mengakibatkan lansia mendapatkan bahaya fisik ataupun cedera dan gangguan kesadaran.
2. Penyebab
Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat mencetuskan fraktur. Perubahan reflex baroreseptor cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural, menyebabkan pandangan berkunag- kunang, kehilangan keseimbangan dan jatuh. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan gelap dan penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi kedalaman, dan persepsi warna dapat menyebabkan salah interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat mengakibatkan lansia terpeleset dan jatuh.Gaya berjalan dan keseimbangan berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka, sensori, sirkulasi dan pernapasan.Semua perubahan ini mengubah pusat garvitasi, mengganggu keseimbanagn tubuh, yang pada akhirnya mengakibatkan jatuh.Perubahan keseimbangan membuat lansia sangat rentan terhadap perubahan permukaan lantai (contoh lantai licin).
Akhirnya usia yang sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu
fungsi refleks perlindungan dan membuat individu yang bersangkutan beresiko terhadap jatuh (Lord, 2007).
3. Factor resiko
Factor risiko jatuh dapat dikelompokkan menhadi 2 kategori:
a. Factor instrinsik
Factor yang berhubungan dengan kondisi seseorang, termasuk kondisi psikologis
b. Factor ekstrinsik
Factor yang berhubungan dengan lingkungan.
Selain itu factor risiko dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat diperkirakan Ianticipated) dan tidak dapat diperkirakan (an anticipated).
Factor risiko yang dapat diperkirakan merupakan hal-hal yang diperkirakan dapat terjadi sebelum jatuh.
Faktor Intrinsik (Berhubungan dengan kondisi)
Ekstrinsik (Berhubungan dengan
lingkungan) Dapat
diperkirakan Riwayat jatuh sebelumnya
Inkontinensia
Gangguan
kognitif/psikologis
Gangguan
keseimbangan/mobilitas
Usia >65th
Osteoporosis
Status kesehatan yang buruk
Gangguan muskuloskeletal
Lantai basah/silau, ruang berantakan, pencahyaan kurang, kabel longgar atau lepas
Alas kaki tidak pas
Dudukan toilet yang rendah
Kursi atau tempat tidur beroda
Peralatan yang tidak aman
Peralatan rusak Tidak dapat
diperkirakan Kejang
Aritmia jantung
Stroke atau serangan iskemia (TIA)
Pingsan
Serangan jatuh (drop attack
Tempat tidur di tinggalakn dalam posisi tinggi
Reaksi individu terhadap obat- obatan
Penyakit kronis
4. Pencegahan Terhadap Jatuh
a. Mengidentifikasi factor resiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan, latihan keseimbangan fisik, koordinasi keseimbnagan serta mengatasi factor lingkungan. Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukang gerakan pindah tempat atau posisi
b. Penilaian goyangan badan sangat diperlukan untuk mencegak terjadinya jatuh, begitu pula dengan penilaian apakah kekuatan otot ekstermitas bawah cukup untuk berjalan tanpa bantuan, apakah lansia menampakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, dan mengangkat kaki dengan benar saat berjalan. Kesemuanya itu harus diperbaiki bila terdapat penurunan.
c. Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya dengan memindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketinggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga) serta lantai yang tidak licin dan penerangan yang cukup.
d. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru.
Apabila keadaan lansia lemah atau lemas tunda kegiatan jalan samapi kondisi memungkinkan dan usahakan pelan-pelan jika akan merubah posisi (Darmojo, 2009).
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri penderita.
a. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneleminiasi factor resiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.
Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang
terdiri dari dokter (geriatric, neurologic, bedah orthopedic, rehabilitasi medic, psikiatrik, dll), sosiomedik, arsitek dan keluarga penderita.
b. Penatalaksanaan bersifan individual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena perbedaan factor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab nerupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhana dan langsung bisa mengilangkan penyebab jatuh serta efektif. tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktoral sehingga diperlukan terapy gabungan antara obat rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu.
Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, dan menggunakan alat bantu gerak.
c. Untuk penderita kelemahan otot ekstremitas bawah dan penuruna fungsional terapy difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapy rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus menerus samapi terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.
d. Penelitian yang dilakukan dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun, didapatkan peningkatan kekuatan otot dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah menjalani terapy rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia melakukan latihan semakin baik kekuatannya
e. Terapy untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi / mengiliminasi penyebabnya / factor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis. Program ini sangat membantu penderita dengan stroke, fraktur collum femur, arthritis dan parkinsonisme.
f. Penderita dengan dissines syndrome, terapy ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti betabloker, diuretic, antidepresan, dll.
g. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah / tempat kegiatan lansia seperti dipencegahan jatuh (Rouben, 2005).
6. Latihan Keseimbangan a. Latihan Pemanasan
Lakukan latihan pemanasan untuk mempersiapkan tubuh agar tidak mengalami cedera selama latihan.
1) Gerakan kepala
Berdiri tegak dan secara perlahan gerakkan kepala ke kanan dan ke kiri sebanyak 5 kali.
2) Gerakan leher
Berdiri tegak, letakkan tangan di dagu, gerakan kepala ke depan dank e belakang sebanyak 5 kali.
3) Meluruskan punggung
Berdiri tegak dengan kaki dibuka selebar bahu, letakkan tangan di pinggang dan secara perlahan lengkungkan punggung ke belakang sebanyak 5 kali.
4) Gerakan miring
Berdiri tegak dengan tangan di pinggang, putar pinggang secara perlahan ke kanan dan ke kiri sebanyak 5 kali.
5) Gerakan pergelangan kaki
Dapat dilakukan duduk atau berdiri, arahkan pergelangan kaki posisi naik turun dan ulangi 10 kali pada setiap kaki.
b. Latihan Penguatan
Setiap latihan penguatan dilakukan secara perlahan (2-3 detik untuk mengangkat beban, 4-5 detik untuk menurunkan beban) melalui rentang fungsional gerakan sendi aktif. Lakukan istirahat 1-2 menit di antara set.
Bernapaslah secara normal (biasa), tidak dianjurkan untuk menahan nafas, karena dapat meningkatkan kerja jantung.Tidak boleh menahan beban atau tegangan lebih dari 6 detik, karena dapat meningkatkan tekanan darah.
Untuk melanjutkan ke level berikutnya, harus mampu menyelesaikan 2 set pengulangan, 10 tiap gerakan. Untuk meningkatkan level dilakukan dengan menambahkan beban kaki atau meningkatkan jumlah set latihan, peningkatan level ini dilakukan dalam pengawasan dokter, sebaiknya tidak dilakukan menurut keputusan pribadi.
1) Meluruskan lutut
Latihan dalam posisi duduk, dapat sambil menonton televise.
Gunakan pemberat kaki 2) Menekuk lutut
Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan. Gunakan pemberat kaki
3) Gerakan pinggul ke samping
Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan.Gunakan pemberat kaki pada salah satu sisi, luruskan tungkai, bawa tungkai ke samping, ulangi 10 kali. Lakukan hal yang sama dengan tungkai lain.
4) Berdiri jinjit
Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan. Pandangan lurus ke depan, kaki dibuka selebar bahu. Lakukan gerakan menjinjit dan ulangi 10 kali
5) Berdiri dengan tumit
Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan. Pandangan lurus ke depan, kaki dibuka selebar bahu. Lakukan gerakan berdiri dengan tumit dan ulangi 10 kali.
6) Menekuk siku
Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan.Gunakan pemberat kaki pada slah satu lengan, tekuk siku dan ulang 10 kali. Lakukan hal yang sama pada siku lain
c. Latihan Keseimbangan
Gunakan bantuan tangan berpegangan pada meja atau kursi yang stabil untuk memulai latihan keseimbangan agar terbiasa dan untuk menghindari resiko jatuh.Gerakan dilakukan dalam posisi berdiri kecuali latihan ke-6 yaitu latihan duduk ke berdiri. Lakukan gerakan sebanyak 1 set dan dapat diulang 204 set sesuai kemampuan. Untuk melanjutkan ke level berikutnya, harus mampu menyelesaikan minimal 2 set. Peningkatan level latihan dilakukan dari berpegang pada struktur stabil. tanpa pegangan. Untuk peningkatan level ini dilakukan dalam pengawasan peneliti, sebaiknya tidak dilakukan menurut keputusan pribadi.
1) Berjalan mundur
Mulai latihan dengan berpegangan pada meja atau dinding, berjalan mundur 10 langkah secara perlahan, putar balik dan ulangi latihan berjalan mundur dari awal.
1 set : berjalan mundur 10 langkah 2) Berjalan dan berputar
Lintasan latihan berbentuk angka 8, mulai latihan dari titik tengah dan berjalan sesuai kecepatan biasa.
1 set : berjalan sepanjang lintasan angka 8 3) Berjalan menyamping
Letakkan tangan pada pinggang, mulai berjalan ke samping kanan sebanyak 10 langkah secara perlahan, kemudian ke kiri 10
langkah.Dapat juga dilakukan 5 langkah ke kanan dan ke kiri, dengan total 1 set sebanyak 20 langkah ke kanan dank e kiri.
1 set : berjalan ke samping kanan dan kiri total 20 langkah.
4) Berdiri tandem
Mulai latihan dengan berpegangan pada meja atau tinding.
Letakkan 1 kaki di depan kaki lainnya (posisi tumit menyentuh ujung jari kaki lain). Tahan posisi ini selama 10 detik dan lakukan hal yang sama pada kaki lain.
1 set : berdiri tandem 10 detik kaki kanan di depan dan 10 detik kaki kiri di depan
5) Berjalan tandem
Latihan sama seperti sebelumnya berdiri tandem. Lakukan dengan berjalan ke depan secara tandem sebanyak 10 langkah. Putar balik dan ulangi latihan berjalan tandem dari awal.
1 set : berjalan tandem 10 langkah 6) Duduk ke berdiri
Latihan dalam posisi duduk, dapat sambil menonton televisi.
Gunakan kursi yang tidak terlalu rendah, posisi tubuh dapat condong ke depan, berdiri dengan bantuan dorongan tangan.
Lakukan latihan ini sebanyak 5 kali dan jumlah set disesuaikan dengan kemampuan anda.
1 set : duduk berdiri 5 kali
d. Latihan Berjalan
Lakukan latihan berjalan pada sela-sela hari latihan penguatan dan keseimbangan anda.Latihan dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan, sebaiknya biasakan diri untuk latihan berjalan normal di dalam rumah sebelum memulai latihan di luar. Gunakan pekaian dan alas kaki yang nyaman saat akan mulai latihan, pastikan cuaca mendukungjika ingin latihan di luar rumah. Pastikan lingkungan untuk berjalan aman, singkirkan benda-benda yang beresiko menyebabkan
jatuh dan hindari jalan yang ramai, jalan menanjak dan tidak datar.
Juga dapat menggukan alat bantu jalan yang biasanya dipakai.
Pastikan memulai latihan pemanasan sebelum memulai latihan berjalan dan latihan pendinginan setelahnya, seperti jalan di tempat selama 2 menit, saat jalan usahakan bahu dalam posisi relaks .ayunkan tangan secara perlahan-lahan dan arahkan pandangan ke depan dengan tetap memperhatikan keadaan di sekitar. Berjalanlah dengan keceatan biasa, jangan terburu-buru dan berhenti untuk beristirahat bila merasakan keluhan seperti pusing, sesak nafs, nyeri lutut atau kelelahan.
Lakukan latihan berjalan ini sebanyak 2 kali dalam seminggi selama 30 menit untuk satu kali latihan, latihan dilakukan semampunya, juga dapat membagi waktunya menjadi 3 sesi selama 10 menit.
e. Latihan Pendinginan
Lakukan latihan pendinginan sebelum menghentikan latihan, untuk menormalkan denyut jtung dan nafas anda serta menghindari kelelahan otot (pegal) setelah berolahraga. Setelah selesai cek denyut nadi setelah latihan.
1) Peregangan otot paha depan
Dalam posisi duduk, tekuk lutut dengan bantuan tangan, tahan selama 10 detik. Lakukan hal yang sama pada lutut lain.
2) Peregangan otot punggung bawah
Dalam posisi duduk, condongkan badan ke depan dengan posisi tungkai di luruskan. Tahan posisi ini dalam 10 detik, lakukan hal yang sama pada tungkai lain.
3) Peregangan otot punggung dan lengan
Latihan dalam posisi berdiri, angkat kedua lengan ke atas sambil menjinjit.Tahan posisi ini dalam 10 detik.
H. LEAFLET
I. DAFTAR PUSTAKA
Sumarsih, Gusti. 2023. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Resiko Jatuh.
Yogyakarta.CV Mitra Edukasi Negri.
Rahmansyah, B et al. 2021. Panduan Latihan Keseimbangan Pada Lansia (Pencegahan Resiko Jatuh Pada Lansia). Jakarta. Program Studi Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia.
Wilkinson. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC.
Darmojo. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut). Jakarta. FKUI.
Stenley, M & Beare, P.G. 2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Gerontological nursing: Ahealth Promotion/ptotection approach) (Edisi 2) (Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta.
EGC.