• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deteksi Dini Resiko Jatuh pada Lansia Melalui Program Latihan Keseimbangan

N/A
N/A
IGD SMPBG

Academic year: 2024

Membagikan "Deteksi Dini Resiko Jatuh pada Lansia Melalui Program Latihan Keseimbangan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok Bahasan : Deteksi dini resiko jatuh

Sub Pokok Bahasan : Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang deteksi dini resiko jatuh dan program latihan keseimbangan Hari/Tanggal : Selasa, 14 November 2024

Pukul : 09.00 - selesai

Sasaran : Umum, Pengunjung dan pasien RSU Siaga Medika Purbalingga

Tempat : Ruang Panel Edukasi RSU Siaga Medika Purbalingga

A. LATAR BELAKANG

Lanjut usia atau disebut dengan lansia merupakan seseorang yang telah mengalami penuaan yang ditandai dengan menurunnya beberapa fungsi tubuh.

Banyaknya penurunan fungsi tubuh yang dialami seorang lansia menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup pada lansia (Putri & Rakhmadi, 2018).

Seiring bertambahnya usia maka tubuh akan mengalami berbagai perubahan diantaranya perubahan pada sistem saraf dan sistem musculoskeletal, dimana kedua sistem tersebut merupakan komponen yang penting dalam menjaga keseimbangan tubu (Priyanto, et all. 2022).

Permasalahan utama yang sering dialami lansia di seluruh dunia adalah jatuh, resiko jatuh pada lansia salah satunya dipengaruhi oleh gangguan keseimbangan postural (Nugraha, et all. 2016). Lansia merupakan kelompok umur yang paling beresiko mengalami gangguan keseimbangan postural karena terjadinya kemunduran atau perubahan morfologis pada otot yang menyebabkan perubahan fungsional dan terjadinya penurunan kontraksi serta kekuatan otot (Prasetyo & Indardi. 2015).

(2)

Secara global terjadi peningkatan jumlah populasi penduduk lansia dari tahun ke tahu. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah populasi lansia terbesar di dunia, dimana pada tahun 2015 berjumlah 508 juta populasi lansia, menyumbang 56% dari total populasi lansia di dunia. Indonesia pada tahun 2013 menempati urutan ke 108 di dunia. Tetapi, diprediksi pada tahun 2050, Indonesia akan masuk dalam sepuluh besar Negara dengan jumlah lansia terbanyak. Berdasarkan data survey penduduk antar sensu (supas) tahun 2015 diketahui bahwa jumlah lanjut usia Indonesia sebanyak 21,7 juta atau 8,5%.

Dari jumlah tersebut terdiri dari lansia perempuan sebanyak 11,6 juta (52,8%) dan 10,2 juta (47,2%) lanjut usia laki-laki. Menurut WHO, klasifikasi lansia dibagi menjadi lansia usia pertengahan (middle aged) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (elderly old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua diatas 90 tahun. Sampai sekarang ini, penduduk di 11 negara anggota WHO kawasan asia tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050.

Latihan fisik sangat penting bagi lansia dalam meningkatkan kualitas hidup.Latihan yang tertatur dapat meningkatkan hubungan social, meningkatkan kesehatan fisik dan kesehatan mental.Latihan juag berperan penting dalam mengurangi resiko penyakit dan memelihara fungsi tubuh lansia.Latihan dapat mencegak kelelahan fisik karena meningkatkan fungsi kardiovaskuler, sistem saraf pusat, sistem imun dan sistem endokrin.Latihan juga dapat menurunkan gejala depresi (Rahmansyah, et al. 2021).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan edukasi, peserta mampu memahami tentang deteksi dini resiko jatuh dan program latihan keseimbangan

2. Tujuan Khusus

(3)

Setelah diberikan materi selama 1x50 menit, diharapkan:

a. Peserta mampu menjelaskan tentang resiko jatuh dan latihan keseimbanagn

b. Peserta mampu memahami penyebab jatuh c. Peserta mampu memahami bahaya jatuh d. Peserta mampu mencegah resiko jatuh

C. PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Topik:

Deteksi dini resiko jatuh dan program latihan keseimbangan 2. Sasaran:

Masyarakat umum, pengunjung dan pasien RSU Siaga Medika 3. Metode:

Ceramah dan Tanya jawab 4. Media dan Alat:

Leaflet, LCD dan Power point 5. Waktu dan Tempat:

Ruang panel edukasi RSU Siaga Medika Purbalingga 6. Setting tempat

Panel Edukasi

Pasien poli dan pengunjung Moderator Presentator

Fasilitator

(4)

D. RUNTUTAN ACARA PENYULUHAN No Tahapan dan

Waktu Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta 1. Pembukaan

(10 menit)  Memberi salam

 Memperkenalkan diri

 Menjelaskan tujuan pembelajaran

 Menjawab salam

 Mendengarkan

2. Pelaksanaan

(30 menit)  Menjelaskan tentang definisi jatuh/resiko jatuh

 Menjelaskan penyebab jatuh

 Menjelaskan tentang bahaya jatuh

 Menjelaskan tentang pencegahan resiko jatuh

 Menjelaskan tentang latihan keseimbangan

 Memberikan

kesempatan kepada peserta untuk bertanya

 Mendengarkan

 Tanya jawab

3. Penutup

(10 menit)  Merangkum hasil pembelajaran

 Melakukan evaluasi secara lisan

 Menyampaikan salam penutup

 Mendengarkan

 Menjawab salam

E. PENGORGANISASIAN 1. Dosen Pembimbing :

a. Tri Sumarni, S.Kep.,Ns.,M.Kep,

b. Wasis Eko Kurniawan., S.Kep.,Ns., MPH 2. Moderator : Eti Wilastri

3. Presentator : Jamilah

4. Observer : Tri Wigati

5. Dokumentator : Tri Wigati

(5)

6. Konsumsi : Tri Wigati, Eti Wilastri 7. Rincian Tugas/peran

a. Peran Moderator

1) Membuka dan menutup acara 2) Memperkenalkan diri

3) Menetapkan tata tertib

4) Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan 5) Menjaga kelancaran acara

b. Peran Presentator

Mejelaskan tentang materi penyuluhan c. Peran Observer

1) Mengamati jalannya kegiatan 2) Mengevaluasi kegiatan

3) Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan d. Peran Dokumentator

Mengabadikan kegiatan e. Peran Konsumsi

Menyiapkan konsumsi untuk para peserta kegiatan

F. EVALUASI PROSES 1. Evaluasi Struktur

a. Penggunaan media leaflet dan pengkondisian tempat agar kondusif b. Presentator menjelaskan materi penyuluhan dengan benar

c. Peserta mendengarkan dengan tertib saat proses penyuluhan 2. Evaluasi Proses

a. Proses penyuluhan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan b. Peserta dapat kooperatif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan dapat memahami deteksi dini resiko jatuh dan latihan keseimbangan

(6)

G. MATERI 1. Definisi

Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh dengan atau tanpa disaksikan orang lain, tidak disengaja atau direncanakan, dengan arah jatuh ke laintai, dengan atau tanpa mencederai dirinya. Resiko jatuh adalah suatu kejadian yang dapat menyebabkan subyek yang sadar berada di lantai tanpa disengaja (Stenley, 2007).

Resiko jatuh adalah peningkatan kerentanan terhadap jatuh yang dapat menyebabkan bahaya fisik (Wilkinson, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiko jatuh adalah kejadian yang kurang menyenangkan yang mengakibatkan lansia mendapatkan bahaya fisik ataupun cedera dan gangguan kesadaran.

2. Penyebab

Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi rapuh dan dapat mencetuskan fraktur. Perubahan reflex baroreseptor cenderung membuat lansia mengalami hipotensi postural, menyebabkan pandangan berkunag- kunang, kehilangan keseimbangan dan jatuh. Perubahan lapang pandang, penurunan adaptasi terhadap keadaan gelap dan penurunan penglihatan perifer, ketajaman persepsi kedalaman, dan persepsi warna dapat menyebabkan salah interpretasi terhadap lingkungan, dan dapat mengakibatkan lansia terpeleset dan jatuh.Gaya berjalan dan keseimbangan berubah akibat penurunan fungsi sistem saraf, otot, rangka, sensori, sirkulasi dan pernapasan.Semua perubahan ini mengubah pusat garvitasi, mengganggu keseimbanagn tubuh, yang pada akhirnya mengakibatkan jatuh.Perubahan keseimbangan membuat lansia sangat rentan terhadap perubahan permukaan lantai (contoh lantai licin).

Akhirnya usia yang sangat tua atau penyakit parah dapat mengganggu

(7)

fungsi refleks perlindungan dan membuat individu yang bersangkutan beresiko terhadap jatuh (Lord, 2007).

3. Factor resiko

Factor risiko jatuh dapat dikelompokkan menhadi 2 kategori:

a. Factor instrinsik

Factor yang berhubungan dengan kondisi seseorang, termasuk kondisi psikologis

b. Factor ekstrinsik

Factor yang berhubungan dengan lingkungan.

Selain itu factor risiko dapat dikelompokkan menjadi kategori dapat diperkirakan Ianticipated) dan tidak dapat diperkirakan (an anticipated).

Factor risiko yang dapat diperkirakan merupakan hal-hal yang diperkirakan dapat terjadi sebelum jatuh.

Faktor Intrinsik (Berhubungan dengan kondisi)

Ekstrinsik (Berhubungan dengan

lingkungan) Dapat

diperkirakan  Riwayat jatuh sebelumnya

 Inkontinensia

 Gangguan

kognitif/psikologis

 Gangguan

keseimbangan/mobilitas

 Usia >65th

 Osteoporosis

 Status kesehatan yang buruk

 Gangguan muskuloskeletal

 Lantai basah/silau, ruang berantakan, pencahyaan kurang, kabel longgar atau lepas

 Alas kaki tidak pas

 Dudukan toilet yang rendah

 Kursi atau tempat tidur beroda

 Peralatan yang tidak aman

 Peralatan rusak Tidak dapat

diperkirakan  Kejang

 Aritmia jantung

 Stroke atau serangan iskemia (TIA)

 Pingsan

 Serangan jatuh (drop attack

 Tempat tidur di tinggalakn dalam posisi tinggi

 Reaksi individu terhadap obat- obatan

(8)

 Penyakit kronis

4. Pencegahan Terhadap Jatuh

a. Mengidentifikasi factor resiko, penilaian keseimbangan, gaya berjalan, diberikan latihan fleksibilitas gerakan, latihan keseimbangan fisik, koordinasi keseimbnagan serta mengatasi factor lingkungan. Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam melakukang gerakan pindah tempat atau posisi

b. Penilaian goyangan badan sangat diperlukan untuk mencegak terjadinya jatuh, begitu pula dengan penilaian apakah kekuatan otot ekstermitas bawah cukup untuk berjalan tanpa bantuan, apakah lansia menampakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, dan mengangkat kaki dengan benar saat berjalan. Kesemuanya itu harus diperbaiki bila terdapat penurunan.

c. Memperbaiki kondisi lingkungan yang dianggap tidak aman, misalnya dengan memindahkan benda berbahaya, peralatan rumah dibuat yang aman (stabil, ketinggian disesuaikan, dibuat pegangan pada meja dan tangga) serta lantai yang tidak licin dan penerangan yang cukup.

d. Menanggapi adanya keluhan pusing, lemas atau penyakit yang baru.

Apabila keadaan lansia lemah atau lemas tunda kegiatan jalan samapi kondisi memungkinkan dan usahakan pelan-pelan jika akan merubah posisi (Darmojo, 2009).

5. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri penderita.

a. Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneleminiasi factor resiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.

Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang

(9)

terdiri dari dokter (geriatric, neurologic, bedah orthopedic, rehabilitasi medic, psikiatrik, dll), sosiomedik, arsitek dan keluarga penderita.

b. Penatalaksanaan bersifan individual, artinya berbeda untuk setiap kasus karena perbedaan factor-faktor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila penyebab nerupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah, sederhana dan langsung bisa mengilangkan penyebab jatuh serta efektif. tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktoral sehingga diperlukan terapy gabungan antara obat rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan perbaikan kebiasaan lansia itu.

Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian/aktivitas fisik, dan menggunakan alat bantu gerak.

c. Untuk penderita kelemahan otot ekstremitas bawah dan penuruna fungsional terapy difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot sehingga memperbaiki fungsionalnya. Sayangnya sering terjadi kesalahan, terapy rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus menerus samapi terjadi peningkatan kekuatan otot dan status fungsional.

d. Penelitian yang dilakukan dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih dari 75 tahun, didapatkan peningkatan kekuatan otot dan ketahanannya baru terlihat nyata setelah menjalani terapy rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia melakukan latihan semakin baik kekuatannya

e. Terapy untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan difokuskan untuk mengatasi / mengiliminasi penyebabnya / factor yang mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait training, latihan strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Biasanya program rehabilitasi ini dipimpin oleh fisioterapis. Program ini sangat membantu penderita dengan stroke, fraktur collum femur, arthritis dan parkinsonisme.

(10)

f. Penderita dengan dissines syndrome, terapy ditujukan pada penyakit kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat-obat yang menyebabkan hipotensi postural seperti betabloker, diuretic, antidepresan, dll.

g. Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan rumah / tempat kegiatan lansia seperti dipencegahan jatuh (Rouben, 2005).

6. Latihan Keseimbangan a. Latihan Pemanasan

Lakukan latihan pemanasan untuk mempersiapkan tubuh agar tidak mengalami cedera selama latihan.

1) Gerakan kepala

Berdiri tegak dan secara perlahan gerakkan kepala ke kanan dan ke kiri sebanyak 5 kali.

2) Gerakan leher

Berdiri tegak, letakkan tangan di dagu, gerakan kepala ke depan dank e belakang sebanyak 5 kali.

3) Meluruskan punggung

Berdiri tegak dengan kaki dibuka selebar bahu, letakkan tangan di pinggang dan secara perlahan lengkungkan punggung ke belakang sebanyak 5 kali.

4) Gerakan miring

Berdiri tegak dengan tangan di pinggang, putar pinggang secara perlahan ke kanan dan ke kiri sebanyak 5 kali.

5) Gerakan pergelangan kaki

Dapat dilakukan duduk atau berdiri, arahkan pergelangan kaki posisi naik turun dan ulangi 10 kali pada setiap kaki.

b. Latihan Penguatan

(11)

Setiap latihan penguatan dilakukan secara perlahan (2-3 detik untuk mengangkat beban, 4-5 detik untuk menurunkan beban) melalui rentang fungsional gerakan sendi aktif. Lakukan istirahat 1-2 menit di antara set.

Bernapaslah secara normal (biasa), tidak dianjurkan untuk menahan nafas, karena dapat meningkatkan kerja jantung.Tidak boleh menahan beban atau tegangan lebih dari 6 detik, karena dapat meningkatkan tekanan darah.

Untuk melanjutkan ke level berikutnya, harus mampu menyelesaikan 2 set pengulangan, 10 tiap gerakan. Untuk meningkatkan level dilakukan dengan menambahkan beban kaki atau meningkatkan jumlah set latihan, peningkatan level ini dilakukan dalam pengawasan dokter, sebaiknya tidak dilakukan menurut keputusan pribadi.

1) Meluruskan lutut

Latihan dalam posisi duduk, dapat sambil menonton televise.

Gunakan pemberat kaki 2) Menekuk lutut

Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan. Gunakan pemberat kaki

3) Gerakan pinggul ke samping

Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan.Gunakan pemberat kaki pada salah satu sisi, luruskan tungkai, bawa tungkai ke samping, ulangi 10 kali. Lakukan hal yang sama dengan tungkai lain.

4) Berdiri jinjit

Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan. Pandangan lurus ke depan, kaki dibuka selebar bahu. Lakukan gerakan menjinjit dan ulangi 10 kali

5) Berdiri dengan tumit

(12)

Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan. Pandangan lurus ke depan, kaki dibuka selebar bahu. Lakukan gerakan berdiri dengan tumit dan ulangi 10 kali.

6) Menekuk siku

Latihan dalam posisi berdiri, dapat berpegangan.Gunakan pemberat kaki pada slah satu lengan, tekuk siku dan ulang 10 kali. Lakukan hal yang sama pada siku lain

c. Latihan Keseimbangan

Gunakan bantuan tangan berpegangan pada meja atau kursi yang stabil untuk memulai latihan keseimbangan agar terbiasa dan untuk menghindari resiko jatuh.Gerakan dilakukan dalam posisi berdiri kecuali latihan ke-6 yaitu latihan duduk ke berdiri. Lakukan gerakan sebanyak 1 set dan dapat diulang 204 set sesuai kemampuan. Untuk melanjutkan ke level berikutnya, harus mampu menyelesaikan minimal 2 set. Peningkatan level latihan dilakukan dari berpegang pada struktur stabil. tanpa pegangan. Untuk peningkatan level ini dilakukan dalam pengawasan peneliti, sebaiknya tidak dilakukan menurut keputusan pribadi.

1) Berjalan mundur

Mulai latihan dengan berpegangan pada meja atau dinding, berjalan mundur 10 langkah secara perlahan, putar balik dan ulangi latihan berjalan mundur dari awal.

1 set : berjalan mundur 10 langkah 2) Berjalan dan berputar

Lintasan latihan berbentuk angka 8, mulai latihan dari titik tengah dan berjalan sesuai kecepatan biasa.

1 set : berjalan sepanjang lintasan angka 8 3) Berjalan menyamping

Letakkan tangan pada pinggang, mulai berjalan ke samping kanan sebanyak 10 langkah secara perlahan, kemudian ke kiri 10

(13)

langkah.Dapat juga dilakukan 5 langkah ke kanan dan ke kiri, dengan total 1 set sebanyak 20 langkah ke kanan dank e kiri.

1 set : berjalan ke samping kanan dan kiri total 20 langkah.

4) Berdiri tandem

Mulai latihan dengan berpegangan pada meja atau tinding.

Letakkan 1 kaki di depan kaki lainnya (posisi tumit menyentuh ujung jari kaki lain). Tahan posisi ini selama 10 detik dan lakukan hal yang sama pada kaki lain.

1 set : berdiri tandem 10 detik kaki kanan di depan dan 10 detik kaki kiri di depan

5) Berjalan tandem

Latihan sama seperti sebelumnya berdiri tandem. Lakukan dengan berjalan ke depan secara tandem sebanyak 10 langkah. Putar balik dan ulangi latihan berjalan tandem dari awal.

1 set : berjalan tandem 10 langkah 6) Duduk ke berdiri

Latihan dalam posisi duduk, dapat sambil menonton televisi.

Gunakan kursi yang tidak terlalu rendah, posisi tubuh dapat condong ke depan, berdiri dengan bantuan dorongan tangan.

Lakukan latihan ini sebanyak 5 kali dan jumlah set disesuaikan dengan kemampuan anda.

1 set : duduk berdiri 5 kali

d. Latihan Berjalan

Lakukan latihan berjalan pada sela-sela hari latihan penguatan dan keseimbangan anda.Latihan dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan, sebaiknya biasakan diri untuk latihan berjalan normal di dalam rumah sebelum memulai latihan di luar. Gunakan pekaian dan alas kaki yang nyaman saat akan mulai latihan, pastikan cuaca mendukungjika ingin latihan di luar rumah. Pastikan lingkungan untuk berjalan aman, singkirkan benda-benda yang beresiko menyebabkan

(14)

jatuh dan hindari jalan yang ramai, jalan menanjak dan tidak datar.

Juga dapat menggukan alat bantu jalan yang biasanya dipakai.

Pastikan memulai latihan pemanasan sebelum memulai latihan berjalan dan latihan pendinginan setelahnya, seperti jalan di tempat selama 2 menit, saat jalan usahakan bahu dalam posisi relaks .ayunkan tangan secara perlahan-lahan dan arahkan pandangan ke depan dengan tetap memperhatikan keadaan di sekitar. Berjalanlah dengan keceatan biasa, jangan terburu-buru dan berhenti untuk beristirahat bila merasakan keluhan seperti pusing, sesak nafs, nyeri lutut atau kelelahan.

Lakukan latihan berjalan ini sebanyak 2 kali dalam seminggi selama 30 menit untuk satu kali latihan, latihan dilakukan semampunya, juga dapat membagi waktunya menjadi 3 sesi selama 10 menit.

e. Latihan Pendinginan

Lakukan latihan pendinginan sebelum menghentikan latihan, untuk menormalkan denyut jtung dan nafas anda serta menghindari kelelahan otot (pegal) setelah berolahraga. Setelah selesai cek denyut nadi setelah latihan.

1) Peregangan otot paha depan

Dalam posisi duduk, tekuk lutut dengan bantuan tangan, tahan selama 10 detik. Lakukan hal yang sama pada lutut lain.

2) Peregangan otot punggung bawah

Dalam posisi duduk, condongkan badan ke depan dengan posisi tungkai di luruskan. Tahan posisi ini dalam 10 detik, lakukan hal yang sama pada tungkai lain.

3) Peregangan otot punggung dan lengan

Latihan dalam posisi berdiri, angkat kedua lengan ke atas sambil menjinjit.Tahan posisi ini dalam 10 detik.

(15)

H. LEAFLET

(16)

I. DAFTAR PUSTAKA

Sumarsih, Gusti. 2023. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Resiko Jatuh.

Yogyakarta.CV Mitra Edukasi Negri.

Rahmansyah, B et al. 2021. Panduan Latihan Keseimbangan Pada Lansia (Pencegahan Resiko Jatuh Pada Lansia). Jakarta. Program Studi Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia.

Wilkinson. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta. EGC.

Darmojo. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut). Jakarta. FKUI.

Stenley, M & Beare, P.G. 2007.Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Gerontological nursing: Ahealth Promotion/ptotection approach) (Edisi 2) (Nety Juniarti, Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta.

EGC.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh latihan jalan tandem (tandem stance ) terhadap peningkatan keseimbangan untuk mengurangi risiko jatuh pada lansia di Desa Geyer,

Hasil penelitian: uji statistic kelompok perlakuan menggunakan Paired Sample T-Test didapatkan hasil p= 0,001, berarti ada pengaruh latihan keseimbangan terhadap

Tujuan penelitian ini yaitu ingin melakukan pemaparan pada pendahuluan, pengabdian masyarakat kali ini akan memberikan pengetahuan terkait dengan keseimbangan dinamis dan

Pada Pengujian Hipotesa II digunakan uji t-Test Related pada kelompok perlakuan 2 dengan jumlah sampel 13 orang dengan latihan dengan menggunakan Swiss Ball pengukuran

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan jalan tandem (tandem stance ) terhadap peningkatan keseimbangan untuk mengurangi risiko jatuh

Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan keseimbangan di paralel bar secara rutin terhadap peningkatan rerata skor risiko jatuh pada pasien stroke non hemoragik

Berdasarkan hasil Uji Paired Sample T-Test, menunjukkan bahwa dari kelompok kontrol tidak ada pengaruh tanpa diberikan latihan keseimbangan terhadap penurunan

Hasil penelitian Setyoadi dkk, 2013 dengan judul Senam dapat Meningkatkan Keseimbangan Tubuh Lansia di Yayasan Gerontologi Kecamatan Wajak Kabupaten Malang yang dilakukan pada 20 lansia