Determinan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2015-2017
Nabila Ariesda Hidayat STIE Widya Gama Lumajang Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin dan Return On Assets terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Populasi pada penelitian ini berjumlah 162 perusahaan manufaktur dengan jumlah sampel 81. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap perataan laba sedangkan NPM dan ROA berpengaruh secara parsial terhadap perataan laba.
Kata kunci: perataan laba, ukuran perusahaan, net profit margin, return on assets
Abstract
This study aims to determine whether there is an influence of Company Size, Net Profit Margin and Return On Assets on income smoothing in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2015-2017. The research method used is quantitative descriptive. The sampling technique in this study used purposive sampling with predetermined criteria. The population in this study amounted to 162 manufacturing companies with a sample of 81. The analytical method used in this study was multiple linear regression. The results of this study indicate that Company Size does not affect income smoothing while NPM and ROA have a partial effect on income smoothing.
Keyword : income smoothing, company size, net profit margin, return on assets
PENDAHULUAN
Ketika investor akan menentukan untuk mengambil keputusan di pasar modal, hal mendasar yang sangat berhubungan dengan kinerja perusahaan yaitu informasi akuntansi yang pada penelitian ini lebih spesifik lagi yaitu laporan laba perusahaan. Hal ini juga yang memotivasi manajemen untuk berusaha mengelola laba dan membuat entitas tampak lebih bagus secara finansial, karena informasi laba adalah faktor penting yang mempengaruhi pengguna laporan keuangan untuk mengambil sebuah keputusan. Karena minat investor yang utama terletak pada laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba, maka manajer memilih untuk melakukan manajemen laba (earnings management).
Dalam manajemen laba ini salah satu tindakannya adalah perataan laba atau income smoothing.
Laporan Keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5) merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi
keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth, beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas. Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi arus kas masa depan.
Pada penelitian Rahmawati (2012) yang menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan dan Net Nrofit Margin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba yang berarti bahwa semakin tinggi dan besar ukuran perusahaan maka perusahaaan akan cenderung melakukan perataan laba karena akan menjadi sorotan masyarakat. Namun pada penelitian ini ukuran perusahaan tidak berpengaruh karena ukuran perusahaan bukan penentu sebuah perusahaan melakukan perataan laba.
Karena misalkan perusahaan dengan total asset besar cenderung melakukan perataan laba karena akan menjadi sorotan masyarakat bukan berarti perusahaan kecil juga tidak bisa melakukan perataan laba untuk mencari perhatian investor juga. Untuk net profit margin dan roa pada penelitian ini berpengaruh secara parsial karena npm dan roa menunjukkan kinerja manajemen dalam menghasilkan laba.
Teori Agensi (Agency Theory). Teori agensi adalah teori yang saling berkaitan dan mampu menjelaskan konsep manajemen laba yang juga berkesinambungan dengan perataan laba dalam sebuah perusahaan. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005) dalam Rahmawati (2012), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Agency theory saling berkaitan dengan konsep manajemen laba dan perataan laba. Teori agensi berasumsi bahwa setiap individu mementingkan dirinya sendiri sehingga menyebabkan konflik antara principal dan agent. Karena sebagai pihak internal, agen dan manajer lebih mengetahui kondisi perusahaan disbanding pemilik perusahaan.
Teori Akuntansi Positif. “Tujuan dari teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) praktik akuntansi. Penjelasan berarti memberikan alasan-alasan terhadap praktik yang diamati. Misalnya, teori akuntansi positif berusaha menjelaskan mengapa perusahaan tetap menggunakan akuntansi cost historis dan mengapa perusahaan tertentu mengubah teknik akuntansi mereka. Prediksi terhadap praktik akuntansi berarti teori berusaha memprediksi fenomena yang belum diamati.” (Ghozali, 2007)
Perataan Laba (Income Smoothing). Menurut Belkaoui (2006) Definisi awal mengatakan bahwa perataan laba (income smoothing) adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan.”
Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu Belkaoui (1993) dalam (Ghozali, 2007). Definisi income smoothing lainnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Beidelman (1973) perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi virus abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar (sound).
Pernyataan Kesenjangan (Orisinalitas). Dari penjelasan para ahli diatas mengenai perataan laba dapat disimpulkan bahwa perataan laba merupakan sebuah tindakan menstabilkan fluktuasi laba perusahaan dengan cara memanipulasi laporan keuangan pada periode tertentu
agar laporan keuangan menjadi seimbang (tidak terlalu rendah tidak juga menanjak tinggi) namun masih harus dalam batas wajar agar tidak terjadi fraud atau kecurangan yang signifikan. Tindakan perataan laba dilakukan guna menarik minat investor terhadap perusahaan.
Ukuran Perusahaan. Menurut Herawaty (2005) Ukuran perusahaan adalah suatu alat ukur yang dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium- size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan”.
Net Profit Margin (NPM). Menurut Horne dan Wachowicz (2001) Net Profit Margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan.” “Margin tersebut memberitahu kita penghasilan bersih dari perusahaan per satu dolar penjualan Net Profit Margin adalah suatu pengukuran dari setiap satuan nilai penjualan yang tersisa setelah dikurangi oleh seluruh biaya termasuk bunga dan pajak”
Herawaty (2005).
Return On Assets (ROA). Menurut Nurcahaya (2015) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.
Hipotesis. Dari penjelasan penelitian yang pernah dilakukan di atas, maka diperoleh tiga hipotesis yaitu:
H1: Ukuran Perusahaan diduga berpengaruh terhadap perataan laba.
H2: Net Profit Margin diduga berpengaruh terhadap perataan laba. H3 : Return On Assets diduga tidak berpengaruh terhadap perataan laba.
Gambar 1. Kerangka Penelitian
METODE PENELITIAN
Populasi dan Teknik Pemilihan Sampel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017
UKURAN PERUSAHAAN
Net Profir Margin
Return On Assets
Perataan Laba
dengan jumlah 162 perusahaan. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian ini dengan metode purposive sampling dan didapatkan sampel sebanyak 81 perusahaan berdasarkan kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sebagai berikut :
1. Perusahaan tersebut sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan 31 Desember 2017, menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk periode 2015, 2016 dan 2017 serta mempunyai laporan keuangan lengkap sesuai dengan data yang diperlukan dalam variabel penelitian.
2. Perusahaan tersebut mempunyai laporan keuangan yang positif dan tidak pernah merugi. Pada penelitian ini laporan keuangan yang dibutuhkan yaitu Total Aset, Total Penjualan dan Laba Bersih Setelah Pajak. Jadi jika pada salah satu transaksi atau pada satu periode terjadi kerugian atau negatif maka tidak akan digunakan sebagai sampel.
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang tidak melaporkan laporan keuangan tahunan yang telah di audit pada salah satu periode 2015-2017
4. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang mengalami kerugian pada Total Aset, Total Penjualan dan Laba Bersih Setelah Pajak atau pada salah satu periode maka perusahaan tersebut disebut merugi dan tidak dapat digunakan sebagai sampel.
Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan oleh variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perataan laba, sedangkan variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan, NPM (Net Profit Margin) dan ROA (Return on Asset).
Perataan laba (income smoothing) pada penelitian ini dihitung menggunakan indeks eckel yang dapat dihitung dengan rumus seperti yang tertera berikut ini:
Indeks Eckel = CV∆I CV∆S
Ukuran Perusahaan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan logaritma natural dari total aset dengan rumus:
Ukuran Perusahaan = Ln (Total Asset)
Net Profit Margin dalam penelitian ini dihitung dengan laba bersih perusahaan setelah pajak dengan total penjualan, dihitung sebagai berikut:
Net Profit Margin = Laba bersih setelah pajak X 100%
Total Penjualan
Return On Assets dalam penelitian ini menggambarkan perbandingan antara laba bersih setelah beban bungan dan pajak dengan total aset perusahaan.
ROA (Return of asset) = Laba Bersih X 100%
Total Aset
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Normalitas. Pengujian ini untuk mengetahui apakah variabel dependen dan independen dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk itu perlu dilakukan
analisis grafik yang menguji normalitas data dengan melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal atau dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi komulatif data sesungguhnya dengan data distribusi komulatif dari distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi
dikatakan baik jika memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Dengan demikian berarti model regresi layak digunakan karena sudah memenuhi asumsi normalitas. Jika signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikataan normal. Selain itu, uji Kolmograv Smirnov (K- S) terhadap model yang di uji juga dilakukan membuat ketentuan:
Apabila signifikan > 0,05, Data dikatakan terdistribusi normal Apabila signifikan < 0,05, Data dikatakan tidak terdistribusi normal
Gambar 2. Uji Normalitas P-P Plot
Tabel 1. Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 60
Kolmogorov-Smirnov Z 1,266
Asymp. Sig. (2-tailed) ,081
Dari output diatas dapat diketahui bahwa niali signifikansi (Asymp.sig.(2-tailed)) sebesar 0,081 atau lebih besar dari 0,05, sehingga nilai residual ini dapat dikatakan berdistribusi normal.
Uji Heterokedastisitas. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Gambar 3. Uji Heterokedastisitas
Dari gambar output diatas dapat dilihat bahwa titik tidak membentuk pola yang jelas. Titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehinga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
Uji Multikolinearitas. Bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah dengan cara melihat nilai Tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai Tolerance lebih dari 0,10 berarti tidak ada korelasi antar variabel independent yang nilainya lebih dari 95%. Jika nilai Variance Inflation Factor lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas.
Tabel 2. Uji Multikolinearitas
Tolerance VIF Keterangan
Ukuran Perusahaan 0,978 1,022 Tidak terjadi multikolineritas Net Profit Margin 0,352 2,842 Tidak terjadi multikolineritas Return On Assets 0,353 2,829 Tidak terjadi multikolineritas Sumber: Hasil olah data SPSS, 2019
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai tolerance ketiga variabel adalah 0,978, 0,352 dan 0,353 lebih dari 0,10, dan untuk VIF ketiga variabel adalah 1,022, 2,842 dan 2,829 kurang dari 10.
Maka dapat disimpulakan bahwa disini tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen.
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin-Watson (DW Test).
Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (kontanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel independent. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0: tidak ada autokorelasi (r = 0) HA: ada autokorelasi (r ≠ 0)
Tabel 3. Uji Autokorelasi
dL dU 4-dL 4-dU Durbin-
Watson
Keterangan
1,5337 1,7430 2,4663 2,257 1,885 Tidak terjadi autokorelasi
Nilai d sebesar 1,4797 akan dibandingkan dengan nilai tabel yang memiliki signifikansi 5%, dengan sampel berjumlah 80 dan 4 variabel. Nilai dL 1,5337 , nilai dU 1,7430 , nilai 4-dL
2,4663 dan nilai 4-dU 2,257.
1,5337<1,7430<2,257
Karena nilai d lebih besar dari batas atas (dU) dan kurang dari 4-dU, maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi positif ataupun negatif.
Uji Asumsi Klasik Linier Berganda. Pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan memilih data kedalam variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk mempermudah perhitungan dan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih akurat, maka peneliti akan menggunakan program statistik yaitu SPSS. Penelitian ini menggunakan regresi berganda karena ingin mengetahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.
Adapun persamaan regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut:
Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 ε Keterangan:
Y : Perataan Laba
α : Konstanta
β1β2 : Koefisien Regresi X1 : Ukuran Perusahaan (Ln) X2 : Net Profit Margin X3 : Return On Assets ε : Kesalahan Pengganggu
Tabel 5. Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta 1
(Constant) ,425 ,086 4,931 ,000
Ukuran Perusahaan ,016 ,184 ,010 ,088 ,930 Net Profit Margin -,099 ,076 -,245 -1,292 ,200 Return Of Asset ,023 ,068 ,063 ,334 ,740 Sumber: Hasil olah data SPSS, 2019
Berdasarkan hasil hitung SPSS pada tabel 4.9 uji regresi linier berganda dengan persamaan regresi yang dihasilkan yaitu:
Y = 0,425 + 0,016X1 + -0,099X2 + 0,023X3 + ε
Dari persamaan regresi diatas dapat disimpulkan bahwa, nilai koefisien regresi ukuran perusahaan ,016 ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 Ukuran Perusahaan akan menyebabkan kenaikan terhadap perataan laba sebesar 0,016. Untuk nilai koefisien regresi Net Profit Margin yaitu -,099, hasil hitung tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 Net Profit Margin akan menyebabkan penurunan Perataan laba sebesar -,099. Sedangkan untuk nilai koefisien regresi Return On Assets yaitu 0,023, dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 Return On Assets akan menyebabkan kenaikan perataan laba sebesar 0,023.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa Ukuran Perusahaan, Net Profit Margin dan Return On Assets terbukti berpengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015- periode 2015-2017.
DAFTAR PUSTAKA
Dina Rahmawati. (2012). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba.
Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali. (2007). Teori Akuntansi (3rd ed.). Semarang.
Harahap, S. S. (2008). Teori Akuntansi (Revisi). Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.
Harahap, S. S. (2011). Teori Akuntansi (Revisi). Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada.
Herawaty, A. (2005). SNA VIII Solo, 15 – 16 September 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, (September), 15–16.
Juniarti, C. (2001). ( Income Smoothing ) Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public, 148–161.
N, I. N. A. W., & Yasa, G. W. (2013). Perataan Laba serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Bursa Efek Indonesia, 2, 297–317.
Lutfi, S., & Irwanto, J. (2017). Pengaruh Store Atmosphere, Lokasi, Dan Keragaman Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pakaian. Jurnal Ilmu Manajemen Advantage, 1(1), 40- 51.
Pramono, O. (2013). income smoothing ). Income smoothing, 2(2), 1–16.
Purweni Widhianningrum. (2012). Perataan Laba dan Variabel-Variabel yang mempengaruhinya (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ).
Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, 24–33.
Riahi-Belkaoui, A. (2006). Accounting Theory (Teori Akuntansi) (Kelima). Jakarta: Salemba Empat.
Rio Nur Agustianto. (2014). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba.
Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba, 65.
Simorangkir, N. P. (2016). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba.
Styaningrum, N. (2016). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014. Jurnal Akuntansi Bisnis Dan Ekonomi.
Akunt. Keu = ratna
http://ejournal.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/wiga/article/view/120