• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determinan Thin Capitalization pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Determinan Thin Capitalization pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Determinan Thin Capitalization pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Septian Adi Hananto, Nurmadi Harsa Sumarta dan Edy Supriyono

Universitas Sebelas Maret Email: [email protected]

Abstract

This study aims to analyse the determinants of thin capitalization practices on manufacturing companies in Indonesia. This study focuses on the manufacturing sector which ranks the second largest recipient of foreign debt. The population of this study consists of all manufacturing companies which have listed on the Indonesia Stock Exchange from 2016 to 2019. This study uses purposive sampling technique in order to determine sample. From that technique, it is obtained 308 samples. The hypothesis analysis technique in this study uses the Ordinary Least Square (OLS) method. The results show that tax havens utilization and substantial foreign ownership has a positive effect on the practice of thin capitalization. Meanwhile, the presence of foreign directors in the company has negative effect on the practice of thin capitalization. This study cannot prove the effect of multinationality on the practice of thin capitalization.

Keyword: thin capitalization, multinationality, tax haven utilization, substantial foreign ownership, foreign directors.

PENDAHULUAN

Keputusan perusahaan terkait pendanaan adalah satu hal yang penting karena memiliki efek terhadap posisi keuangan serta nilai perusahaan (Alvita & Khairunnisa, 2019). Untuk mendukung aktivitas operasionalnya, perusahaan dapat memanfaatkan sumber pendanaan dari internal ataupun eksternal perusahaan (Sugiarto, 2009). Dalam menemukan sumber-sumber pendanaan eksternal, perusahaan bisa memilih pendanaan baik itu utang ataupun ekuitas. Mengenai pendanaan utang, bunga dikenakan pada utang sementara pendanaan ekuitas, dividen dibayar sebagai imbalan atas investasi pemegang saham perusahaan (Waluyo & Doktoralina, 2018).

Dalam kaitannya dengan perpajakan, terdapat perbedaan perlakuan atas beban bunga dan dividen.

Ketika menghitung pajak penghasilan, beban bunga dikurangkan, sedangkan dividen tidak. Hal tersebut dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memperkecil pajak yang harus dibayarkan.

Diskriminasi atas biaya pendanaan dengan utang dan modal saham mendorong praktik pendanaan dengan lebih besar utang dibandingkan modal saham (Makagiansar, 2010).

Keputusan untuk menggunakan utang berbunga dibandingkan pendanaan ekuitas dalam struktur modal merupakan bentuk praktik thin capitalization (Taylor & Richardson, 2013). Waluyo &

Doktoralina (2018) menyatakan bahwa praktik thin capitalization merupakan strategi untuk mengalihkan keuntungan ke negara-negara lain. Hal ini juga dilakukan di Indonesia untuk mengurangi beban pajak perusahaan (Waluyo & Doktoralina, 2018).

Meskipun mempunyai sejumlah keuntungan, keputusan pendanaan dengan utang bukan tidak memberikan kerugian bagi perusahaan (Makagiansar, 2010). Perusahaan yang memiliki jumlah utang yang besar mempunyai peluang kebangkrutan yang tinggi (Sugiarto, 2009). Dampak negatif lainnya adalah praktik thin capitalization secara berlebihan dapat mengakibatkan tergerusnya penerimaan negara dari pajak (Darussalam & Kristiaji, 2015).

Praktik thin capitalization merupakan salah satu bentuk penghindaran pajak internasional (Taylor

& Richardson, 2012). Dalam Gravelle (2015) diketahui bahwa sebagian besar skema profit shifting

(2)

yang dilakukan perusahaan multinasional di US adalah dengan alokasi utang. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menyatakan lebih dari dua ribu perusahaan asing di Indonesia mempunyai keuntungan besar di Indonesia, namun tidak berkewajiban membayar pajak penghasilan. Modusnya adalah dengan menimbun utang agar diperhitungkan sebagai tax deductible expense (Supriadi, 2015).

Fenomena praktik thin capitalization di Indonesia pernah diungkap dalam laporan Tax Justice Network (TJN). Laporan tersebut menduga British American Tobacco (BAT) melakukan tax avoidance dengan skema intercompany loan melalui anak perusahaan, PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA). Dana pinjaman ke RMBA tersebut berasal anak perusahaan BAT di Inggris, Pathway 4 (Jersey) Limited. Indonesia dan Belanda memiliki perjanjian penghindaran pajak berganda, sehingga pinjaman yang berasal dari perusahaan di Belanda akan lebih menguntungkan. Indonesia diperkirakan kehilangan pendapatan sebesar 11 juta dolar per tahun (Amri et al., 2019).

Penelitian Taylor & Richardson (2012) menemukan bukti thin capitalization berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Hasil tersebut mendorong Taylor & Richardson (2013) melakukan penelitian determinan thin capitalization pada 300 perusahaan publik di Australia. Penelitian terkait determinan praktik thin capitalization di Indonesia dilakukan oleh Christiana & Martani (2015). Penelitian yang sama dilakukan Nuraini & Marsono (2014) dan Nugroho & Suryarini (2018) pada perusahaan multinasional di Indonesia.

Penelitian terdahulu menemukan bukti bahwa praktik thin capitalization cenderung dilakukan oleh perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional dengan anak dan atau cabang di tax haven country cenderung memiliki struktur thin capitalization (Nuraini & Marsono, 2014). Perusahaan dengan karakteristik multinasional tidak terlepas dari kepentingan pihak asing. Menurut Salihu et al. (2015), struktur kepemilikan asing dan susunan direksi serta komisaris asing dapat mencirikan kepentingan asing dalam suatu perusahaan. Hasil penelitian Salihu et al. (2015) memberikan bukti kepentingan asing dalam perusahaan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

Fenomena praktik thin capitalization di Indonesia yang diungkap Direktorat Jenderal Pajak dan Tax Justice Network, berkaitan erat dengan aktivitas internasional dan kepentingan asing. Praktik yang dilakukan oleh lebih dari dua ribu perusahaan asing di Indonesia dan ditaksir merugikan negara hingga 11 juta dolar setiap tahun. Hingga Menteri Keuangan menetapkan PMK nomor 169/PMK.010/2015 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan antara Utang dan Modal Perusahaan. Fenomena tersebut menjadi fokus dan batasan masalah dalam penelitian ini. Aktivitas internasional perusahaan dicirikan dengan karakteristik multinasional (Nainggolan & Sari, 2020).

Kepentingan asing dalam perusahaan dapat dicirikan oleh kepemilikan asing dan susunan direksi asing (Salihu et al., 2015).

Thin capitalization merujuk pada keputusan pendanaan yang mengutamakan utang dibandingkan ekuitas (Taylor & Richardson, 2013). Informasi Bank Indonesia dalam Statistik Utang Luar Negeri (SULNI), menginformasikan bahwa sektor manufaktur menempati urutan kedua penerima utang luar negeri terbesar tahun 2016-2018 setelah sektor keuangan. Sektor keuangan dikecualikan dalam PMK nomor 169/PMK.010/2015, sehingga objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Kontribusi penelitian ini adalah menambahkan variabel kepemilikan asing substansial dan direksi asing yang belum terdapat dalam penelitian terdahulu. Praktik thin capitalization yang memiliki manfaat tax deductible, namun di sisi lain berpotensi merugikan perusahaan dan menggerus penerimaan pajak negara, mendorong dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui determinan thin capitalization berkaitan dengan aktivitas internasional dan kepentingan asing dalam perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti determinan praktik thin capitalization oleh perusahaan manufaktur di Indonesia. Berbeda dengan penelitian terdahulu, objek ini penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Kontribusi penelitian ini adalah menambahkan variabel kepemilikan asing substansial dan direksi asing yang belum terdapat dalam penelitian terdahulu. Untuk mengetahui perkembangan penelitian determinan thin capitalization, dilakukan analisis bibliometrik dengan software Harzing’s Publish or Perish dan VOSviewer, menggunakan

(3)

metadata Scopus dan Google Scholar. Hasil analisis bibliometrik menunjukkan bahwa penelitian terkait determinan praktik thin capitalization belum banyak dilakukan. Praktik thin capitalization yang memiliki manfaat tax deductible, namun di sisi lain berpotensi merugikan perusahaan dan menggerus penerimaan pajak negara, mendorong penulis melakukan penelitian ini.

Penelitian Terdahulu

Penelitian Taylor & Richardson (2013) merupakan penelitian pertama yang membahas determinan thin capitalization. Penelitian dilakukan pada perusahaan publik di Australia. Hasil penelitian menunjukkan multinationality, tax haven utilization, withholding tax, dan tax uncertainty berpengaruh positif terhadap thin capitalization.

Nuraini & Marsono (2014). melakukan penelitian pada perusahaan multinasional di Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan multinationality dan pemanfaatan tax haven berpengaruh positif terhadap thin capitalization, sementara variabel withholding taxes berpengaruh negatif. Penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh kepemilikan institusional terhadap thin capitalization.

Penelitian Christiana & Martani (2015) dilakukan pada perusahaan publik di Indonesia. Hasil penelitian membuktikan multinationality, tax haven, dan effective tax rate berpengaruh positif terhadap thin capitalization. Sementara ketidakpastian kewajiban pajak dan foreign exposure berpengaruh negatif terhadap thin capitalization.

Penelitian Nugroho & Suryarini (2018) dilakukan pada perusahaan multinasional di Indonesia.

Hasil penelitian membuktikan multinationality, tax haven utilization, withholding tax, dan company size berpengaruh positif terhadap thin capitalization. Sementara audit committee size berpengaruh negatif terhadap thin capitalization.

Waluyo & Doktoralina (2018) melakukan penelitian terkait faktor yang memengaruhi tax avoidance melalui thin capitalization. Hasil penelitian menunjukkan multinationality dan tax haven utilization berpengaruh positif terhadap thin capitalization, sedangkan institutional ownership berpengaruh negatif terhadap thin capitalization. Multinationality dan tax haven utilization berpengaruh positif terhadap tax avoidance yang dimediasi thin capitalization.

Pengembangan Hipotesis Multinasional

Operasi perusahaan di lebih dari satu negara dapat dimanfaatkan untuk tindakan penghindaran pajak melalui pergeseran laba dan manipulasi transaksi afiliasi (Nainggolan & Sari, 2020). Hasil penelitian Taylor & Richardson (2013) menunjukkan pengaruh positif multinationality terhadap thin capitalization. Hal ini didukung oleh penelitian Waluyo & Doktoralina (2018) yang membuktikan multinationality berpengaruh positif terhadap tax avoidance yang dimediasi thin capitalization. Menurut (Waluyo & Doktoralina, 2018), dengan adanya perusahaan afiliasi dan anak usaha yang tersebar di berbagai negara menjadi peluang perusahaan multinasional melakukan praktik thin capitalization. Sesuai dengan fenomena yang diungkap DJP dan TJN, praktik thin capitalization dilakukan oleh perusahaan-perusahaan asing di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut aktivitas internasional perusahaan multinasional diduga memiliki pengaruh terhadap praktik thin capitalization.

H1: Multinasional berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

Pemanfaatan Tax Haven

Fenomena praktik thin capitalization di Indonesia salah satunya adalah memanfaatkan negara treaty partner Indonesia yang memiliki tarif pajak lebih rendah. Menurut Gravelle (2009) salah satu sumber permasalahan dan perdebatan mengenai tax avoidance dan tax evasion adalah keberadaan negara dengan tarif pajak rendah dan negara tax haven. Negara tax haven memberikan fasilitas berupa pajak yang rendah atau tidak mengenakan pajak pada beberapa pendapatan, kurangnya transparansi, kerahasiaan perbankan dan sharing informasi, serta kemudahan dalam mendapat status badan hukum (Gravelle, 2015). Negara-negara tax haven memberikan sejumlah fasilitas yang lebih menguntungkan dari negara treaty partner. Tidak menutup kemungkinan perusahaan di Indonesia memanfaatkan negara tax haven dalam untuk tujuan thin capitalizarion.

(4)

Beberapa studi terdahulu yang meneliti determinan praktik thin capitalization menemukan bukti pemanfaatan tax haven berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization (Christiana &

Martani, 2015; Nugroho & Suryarini, 2018; Nuraini & Marsono, 2014; Taylor & Richardson, 2013).

H2: Pemanfaatan tax haven berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

Kepemilikan Asing Substansial

Bukti fenomena praktik thin capitalization di Indonesia dilakukan oleh suatu perusahaan yang didanai dengan lebih banyak utang oleh induk perusahaannya yang berada di luar negeri.

Berdasarkan fenomena tersebut, penelitian ini berusaha membuktikan pengaruh kepemilikan asing yang substansial dalam suatu perusahaan terhadap praktik thin capitalization. Studi terdahulu memberikan gambaran bahwa kepemilikan asing di suatu perusahaan berpotensi memberikan efek negatif bagi perusahaan (Nainggolan & Sari, 2020). Penelitian dari Kinney & Lawrence (2000) menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan asing substansial memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku penghindaran pajak. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa fenomena tersebut terjadi karena pemilik perusahaan cenderung memanfaatkan strategi profit shifting yang didapat dari fleksibilitas geografis yang dimiliki. Hasil penelitian Salihu et al. (2015) memberikan bukti kepentingan asing yang terdiri dari kepemilikan asing, kepemilikan asing substansial dan direksi asing berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.

H3: kepemilikan asing substansial berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

Direksi Asing

Struktur kepemilikan asing dan susunan direksi serta komisaris asing dapat mencirikan kepentingan asing dalam suatu perusahaan (Salihu et al., 2015). Menurut Sugiarto (2009), pemegang saham memiliki hak voting yang memungkinkan mereka memilih direksi. Direksi merupakan wakil pemilik perusahaan yang bertanggung jawab melindungi kepentingan pemilik perusahaan (Nainggolan & Sari, 2020). Direksi yang mewakili pemegang saham asing dapat memberikan pengaruh cukup besar dalam operasional perusahaan, termasuk dalam hal perilaku penghindaran pajak (Nainggolan & Sari, 2020). Kepentingan asing dalam perusahaan yang dicirikan dengan kepemilikan asing, kepemilikan asing substansial dan direksi asing berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak (Salihu et al., 2015). Direksi asing erat kaitannya dengan kepentingan asing dan kepemilikan asing dalam suatu perusahaan. Direksi asing akan melindungi kepentingan pemilik termasuk keputusan terkait pendanaan. Berdasarkan hal tersebut kepentingan asing dalam perusahaan yang diwakili dengan keberadaan direksi asing diduga memiliki pengaruh terhadap praktik thin capitalization.

H4: Direksi asing berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini memiliki populasi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019. Perusahaan manufaktur dipilih didasarkan pada informasi Bank Indonesia dalam laporan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI), menginformasikan bahwa selama tahun 2016 hingga 2018 sektor manufaktur menempati urutan kedua penerima utang luar negeri terbesar setelah sektor keuangan. Sektor keuangan dikecualikan dalam PMK nomor 169/PMK.010/2015, sehingga objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Periode pemilihan sampel tahun 2016-2019, dikarenakan adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 169/PMK. 010/2015 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan antara Utang dan Modal Perusahaan yang mulai berlaku efektif sejak tahun 2016. Sampel dalam penelitian dipilih menggunakan teknik purposive sampling.

(5)

Model Penelitian

Analisis regresi dalam penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi diestimasi menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) yang diaplikasikan pada data panel. Berikut model regresi dalam penelitian ini.

Thincapit = α0 + β1Multiit + β2Taxhavit + β3Forsubit + β4Forboardit + β5Sizeit + β6RoAit + εit

Keterangan:

Thincap : Thin capitalization, diukur dengan MAD Ratio.

α0 : Konstanta.

Multi : Multinasional,

Taxhav : Pemanfaatan tax haven, Forgsub : Kepemilikan asing substansial Forgboard : Direksi asing

Size : Ukuran perusahaan RoA : Return on Assets Β1- β6 : Koefisien regresi.

i : Perusahaan.

t : Tahun laporan keuangan.

ε : Error.

Definisi Operasionalisasi Variabel Variabel Dependen

Pengukuran thin capitalization penelitian ini menggunakan Maxiumum Amount Debt Ratio (MAD Ratio), disesuaikan dengan penelitian Taylor & Richardson (2013). Adapun langkah menghitung MAD Ratio adalah sebagai berikut.

Menghitung Safe Harbor Debt Amount (SHDA). Perbandingan utang dan modal disesuaikan dengan batasan Debt to Equity Ratio (DER) maksimal 4:1 sesuai ketentuan dalam PMK nomor 169/PMK.010/2015.

Kemudian menghitung average debt sebagai berikut.

Selanjutnya menghitung MAD Ratio.

Nilai MAD Ratio yang mendekati atau bahkan melewati 1, menunjukkan praktik thin capitalization oleh perusahaan semakin tinggi karena rata-rata utang perusahaan melampaui batasan utang yang diperbolehkan.

Variabel Independen Multinasional

Proksi multinasional (Multi) mengacu pada penelitian Taylor & Richardson (2013).

Pengukurannya dengan dummy variable, nilai 1 diberikan bagi perusahaan yang mempunyai minimal satu anak atau cabang perusahaan di luar negeri, dan sebaliknya diberikan nilai 0.

Penelitian Taylor & Richardson (2013) menemukan bahwa perusahaan dengan struktur thin capitalization cenderung memiliki setidaknya satu perusahaan yang terafiliasi di luar negeri.

Variabel multinasional diprediksi mempunyai pengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

Pemanfaatan Tax Haven

Proksi pemanfaatan tax haven (Taxhav) mengacu pada penelitian Taylor & Richardson (2013).

Pengukurannya dengan dummy variable, nilai 1 bagi perusahaan yang mempunyai minimal satu anak atau cabang usaha berada di negara tax haven menurut Gravelle (2015), dan sebaliknya diberikan nilai 0. Kriteria negara tax haven oleh Gravelle (2015) bersumber dari daftar negara tax haven menurut Organization for Economic Development and Cooperation (2009), Tax Justice Network (2007), dan Darmapala & Hines (2009). Hasil penelitian Taylor & Richardson (2013)

(6)

membuktikan perusahaan yang memanfaatkan tax haven lebih cenderung memiliki struktur thin capitalization. Dengan demikian, variabel pemanfaatan tax haven diprediksi mempunyai pengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

Kepemilikan Asing Substansial

Kepemilikan asing substansial (Forgsub) diukur dengan dummy variable, nilai 1 diberikan bagi perusahaan dengan kepemilikan asing lebih dari 20%, dan sebaliknya diberikan nilai 0. Proksi kepemilikan asing substansial mengacu pada penelitian Salihu et al., (2015) dan Nainggolan &

Sari (2020) yang didasarkan pada definisi PSAK 15. Kepemilikan signifikan apabila terdapat kepemilikan saham dengan persentase lebih dari 20%. Kepemilikan asing secara signifikan dapat lebih memengaruhi arah kebijakan perusahaan dalam keputusan pendanaan. Variabel kepemilikan asing substansial diprediksi mempunyai pengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

Direksi Asing

Direksi asing (Forgboard) merupakan proporsi direktur asing dalam suatu perusahaan.

Pengukurannya dengan membagi jumlah direktur asing dengan jumlah seluruh direktur. Proksi direksi asing mengacu pada penelitian Nainggolan & Sari (2020). Keberadaan direksi asing dalam perusahaan dapat mempresentasikan kepentingan dari kepemilikan. Variabel direksi asing diprediksi mempunyai pengaruh positif terhadap praktik thin capitalization.

Variabel Kontrol

Variabel kontrol penelitian ini terdiri dari ukuran perusahaan (Size) dan Return on Assets (RoA) mengacu pada penelitian Taylor & Richardson (2013). Penelitian ini fokus pada determinan praktik thin capitalization yang berkaitan dengan aktivitas internasional dan kepentingan asing dalam perusahaan. Variabel Size dan RoA digunakan untuk mengendalikan ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan, sehingga akan didapatkan hasil penelitian yang lebih baik.

Ukuran perusahaan (Size) penelitian ini diukur dengan logaritma natural total aset. Ukuran perusahaan digunakan sebagai variabel kontrol mengacu pada penelitian Taylor & Richardson (2013) untuk mengontrol pengaruh ukuran perusahaan sampel penelitian. Perusahaan besar cenderung mempunyai utang pajak yang kecil karena praktik perencanaan pajak yang dilakukan serta insentif dan sumber daya yang dimiliki (Taylor & Richardson, 2013). Variabel ukuran perusahaan diprediksi mempunyai pengaruh positif. Return on Assets (RoA) pada penelitian ini diukur dengan membagi laba sebelum pajak dengan total aset. Mengacu pada penelitian Taylor &

Richardson (2013), RoA digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian untuk mengontrol profitabilitas perusahaan. Arah hubungan variabel RoA tidak dapat diprediksi karena beberapa penelitian menunjukkan hasil yang tidak konsisten.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel Penelitian

Tabel 1. Sampel Penelitian

Kriteria Sampel Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016-2019 Dikurangi dengan:

Laporan tahunan tidak lengkap selama tahun 2016-2019 Perusahaan dengan ekuitas negatif

Perusahaan dengan laba sebelum pajak negatif Perusahaan dengan tahun fiskal selain 31 Desember Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap

132 7 2 43

1 2 Jumlah sampel perusahaan

Periode pengamatan penelitian

77 4

Jumlah sampel penelitian 308

Sumber: Data yang sudah diolah

(7)

Penelitian ini memiliki sampel seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019. Dalam masa empat tahun tersebut jumlah perusahaan yang tercatat sebanyak 205 perusahaan. Sejumlah 73 perusahaan di antaranya tidak tercatat selama empat tahun berturut-turut. Sebanyak 132 perusahaan manufaktur yang selama empat tahun tercatat di BEI dikurangi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sesuai dalam tabel. Total sampel penelitian ini sejumlah 77 perusahaan dengan periode pengamatan empat tahun, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebanyak 308.

Statistik Deskriptif

Tabel 2. Statistik Deskriptif

N Min. Max. Mean Std. Deviation

Thincap Forgboard Size RoA

308 308 308 308

.000 .000 11.825

.000

1.445 1.000 19.679

.709

.342 .156 15.047

.102

.274 .239 1.617

.106 Sumber: Output IBM SPSS Statistics 25 (data diolah)

Hasil statistik deskriptif menunjukkan terdapat perusahaan yang tidak memiliki utang berbunga dalam struktur modalnya. Nilai MAD Ratio (proksi Thincap) yang lebih dari satu dikarenakan pada tahun tertentu terjadi peningkatan utang berbunga secara signifikan dibanding tahun sebelumnya, namun tidak diikuti peningkatan jumlah ekuitas secara signifikan. Nilai MAD Ratio yang mendekati atau bahkan melewati 1, menunjukkan praktik thin capitalization oleh perusahaan semakin tinggi karena rata-rata utang perusahaan melampaui batasan utang yang diperbolehkan.

Berdasarkan nilai rata-rata Thincap sebesar 0,342 menunjukkan bahwa sampel perusahaan dalam penelitian belum menunjukkan adanya intensi melakukan praktik kapitalisasi tipis. Tabel di atas menunjukkan bahwa beberapa perusahaan tidak memiliki direksi asing, namun terdapat perusahaan dengan seluruh jajaran direksinya diisi oleh warga negara asing. Secara umum, rata- rata proporsi direksi asing pada sampel penelitian sebesar 15,6%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel Dummy

Frekuensi Persentase

Multi

Taxhav

Forgsub

0 1 Total 0 1 Total 0 1 Total

188 120 308 228 80 308 166 142 308

61.0 39.0 74.0 26.0 53.9 46.1 Sumber: Output IBM SPSS Statistics 25 (data diolah)

Tabel 4.3 menjelaskan distribusi frekuensi dari variabel Multi, Taxhav, dan Forgsub. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa modus dari data variabel Multi adalah nilai 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan dalam sampel penelitian adalah perusahaan nonmultinasional. Sementara itu, sebesar 39% dari sampel perusahaan dalam penelitian memiliki anak dan atau cabang perusahaan di luar negeri. Modus dari data variabel Taxvah adalah nilai 0, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar perusahan dalam sampel penelitian tidak memiliki anak dan atau cabang perusahaan di negara tax haven. Tabel di atas menunjukkan bahwa modus dari data variabel Forgsub adalah nilai 0, sehingga sebagian besar perusahaan sampel dalam penelitian tidak terdapat kepemilikan asing substansial.

(8)

Pengujian Hipotesis

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis

Unstandardized Coefficients Adjusted

R Square

F-statistic Prob(F- statistic)

B Std. Error Sig.

(Constant)

.292 22.099 .000

-.528 .295 0.75

Multi -.036 .044 0.412

Taxhav .096 .047 0,042

Forgsig .075 .032 0.021

Forgboard -.186 .053 0.001

Size .329 .080 0.000

RoA -.820 .109 0.000

Sumber: Output IBM SPSS Statistics 25 (data diolah) Koefisien Determinasi (R2)

Hasil pengujian menunjukkan nilai Adjusted R2 sebesar 0,292. Hasil ini menunjukkan bahwa 29,2% dari variabel dependen yakni Thincap dapat dijelaskan oleh seluruh variabel independen yakni Multi, Taxhav, Forgsub, dan Forgboard serta kedua variabel kontrol yakni Size dan RoA.

Sementara itu, sebesar 70,8% dari variabel Thincap dijelaskan oleh faktor-faktor di luar variabel independen dan variabel kontrol dalam penelitian ini.

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil uji F menunjukkan nilai probabilitas statistik F 0,000 kurang dari 0,05. Sehingga seluruh variabel independen dan variabel kontrol dalam penelitian ini secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Multinasional terhadap Thin Capitalization

Hasil pengujian hipotesis pertama tidak dapat membuktikan pengaruh multinasional terhadap praktik thin capitalization. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Christiana & Martani (2015); Nugroho & Suryarini (2018); Nuraini & Marsono (2014); Taylor & Richardson (2013).

Argumen yang dapat menjelaskan hal ini adalah terdapat sejumlah perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Nuraini & Marsono (2014) dan Nugroho & Suryarini (2018) melakukan penelitian pada perusahaan multinasional di Indonesia, sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Operasionalisasi variabel dependen penelitian ini, yaitu MAD Ratio berbeda dengan penelitian Christiana & Martani (2015) yang menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Perbedaan objek penelitian kemungkinan menjadi penyebab penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan Taylor & Richardson (2013) yang melakukan penelitian serupa di Australia.

Lebih lanjut, alasan variabel multinasional tidak berpengaruh terhadap praktik thin capitalization adalah kemungkinan tujuan perusahaan operasi di luar negeri adalah dalam rangka untuk memperluas pasar dan mendapatkan sumber daya dengan biaya yang lebih murah (Nainggolan &

Sari 2020). Hal ini dapat dilihat dari sampel perusahaan penelitian ini yang menunjukkan operasi perusahaan di luar negeri sebagian besar berupa pabrik dan kantor pemasaran. Menurut Widodo et al. (2020), tujuan perusahaan multinasional mendirikan operasi di berbagai negara adalah untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, memperkuat aliansi perdagangan, dan memperkuat basis global perusahaan.

Pemanfaatan Tax Haven terhadap Thin Capitalization

Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pemanfaatan tax haven berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki anak atau cabang usaha yang berada di negara tax haven lebih cenderung melakukan praktik thin capitalization. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Christiana & Martani (2015); Nugroho & Suryarini (2018); Nuraini & Marsono (2014); Taylor & Richardson (2013).

Slemrod & Wilson (2009) menyampaikan bahwa sebuah entitas di negara tax haven dapat

(9)

digunakan oleh perusahaan multinasional untuk tujuan pembayaran utang berbunga oleh anak perusahaan yang berada di yurisdiksi pajak yang tinggi.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Taylor & Richardson (2013) yang menemukan bahwa perusahaan yang memiliki operasi di negara tax haven lebih cenderung memiliki struktur thin capitalization. Menurut Christiana & Martani (2015), ketika perusahaan Indonesia mendapatkan pinjaman perusahaan afiliasi di negara tax haven, perusahaan mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan bunga utang yang diperlakukan sebagai tax deductible expense.

Kepemilikan Asing Substansial terhadap Thin Capitalization

Penelitian ini berhasil membuktikan kepemilikan asing substansial berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization. Hasil ini memberikan bukti bahwa perusahaan yang terdapat kepemilikan asing substansial lebih cenderung melakukan praktik thin capitalization. Kepemilikan asing substansial dapat memengaruhi keputusan perusahaan untuk menggunakan utang berbunga dibandingkan pendanaan ekuitas dalam struktur modal. Penelitian dari Kinney & Lawrence (2000) menemukan bahwa perusahaan dengan kepemilikan asing substansial memiliki kecenderungan untuk menjadi pelaku penghindaran pajak. Hasil penelitian Kinney & Lawrence (2000) menjelaskan bahwa fenomena perusahaan dengan kepemilikan asing substansial memiliki kecenderungan memanfaatkan strategi profit shifting yang didapat dari fleksibilitas geografis yang dimiliki.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Salihu et al. (2015) yang menemukan bahwa kepentingan asing yang dicirikan dengan kepemilikan asing substansial berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak perusahaan. Sugiarto (2009) menyatakan bahwa pendanaan dengan utang tidak akan memengaruhi kekuasaan (voice share) dari pemilik. Investor yang merasa kekuasaan di perusahaan adalah penting, pendanaan utang akan lebih disukai. Biaya dari pembayaran utang kepada kreditur diperlakukan sebagai tax deductible expense. Beberapa keuntungan dari pendanaan dengan utang tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan yang terdapat kepemilikan asing substansial pada sampel penelitian.

Direksi Asing terhadap Thin Capitalization

Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan direksi asing berpengaruh negatif terhadap praktik thin capitalization, sehingga hipotesis ketiga ditolak. Argumen yang dapat menjelaskan hal ini adalah keberadaan direksi dengan kewarganegaraan asing menciptakan diversitas dalam susunan direksi perusahaan. Hal ini memberikan diversitas pengetahuan, opini, dan kompetensi direksi yang melandasi proses pengambilan keputusan dalam perusahaan termasuk kaitannya dengan perpajakan (Dewi, 2017). Menurut Suh et al. (2018) direksi asing dalam susunan direksi berpengaruh positif dalam fungsi pengawasan perilaku penghindaran pajak oleh eksekutif, meningkatkan independensi direksi, dan meningkatkan transparansi perusahaan. Penelitian Almutairi (2020) menjelaskan bahwa direksi asing di perusahaan memiliki pengaruh lebih besar dan memiliki fungsi pengawasan yang kuat untuk menghilangkan perilaku oportunistis manajer.

Keberadaan direksi asing pada perusahaan sampel penelitian memberikan pengaruh terhadap pengambilan keputusan perusahaan untuk tidak melakukan praktik thin capitalization.

Kepemilikan asing substansial dan direksi asing terhadap praktik thin capitalization yang memiliki arah koefisien berlawanan menunjukkan adanya masalah keagenan seperti yang dijelaskan pada agency theory (Nainggolan & Sari 2020). Masalah keagenan terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan sebagai prinsipal dan direksi sebagai agen.

Variabel Kontrol terhadap Thin Capitalization

Variabel Size berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization sejalan dengan hasil penelitian Taylor & Richardson (2013). Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan kecenderungan melakukan praktik thin capitalization semakin tinggi. Variabel RoA berpengaruh negatif terhadap praktik thin capitalization sejalan dengan penelitian Christiana &

Martani (2015). Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan, kecenderungan melakukan praktik thin capitalization semakin kecil. Hal ini terjadi

(10)

karena ketika perusahaan dengan utang berbunga yang besar akan diikuti beban bunga yang besar, sehingga akan mengurangi profitabilitas perusahaan.

KESIMPULAN

Penelitian ini memberikan bukti bahwa kepemilikan asing substansial berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization. Perusahaan yang terdapat kepemilikan asing substansial cenderung lebih melakukan praktik thin capitalization. Sementara itu, direksi asing berpengaruh negatif terhadap praktik thin capitalization. Keberadaan direksi asing menciptakan diversitas dalam susunan direksi perusahaan, sehingga meningkatkan fungsi pengawasan terhadap praktik thin capitalization.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu bahwa pemanfaatan negara tax haven berpengaruh positif terhadap praktik thin capitalization. Perusahaan yang memiliki operasi di negara tax haven lebih cenderung melakukan praktik thin capitalization. Sementara itu, penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh multinasional terhadap praktik thin capitalization. Tujuan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melalukan operasi di luar negeri adalah untuk ekspansi, memeroleh sumber daya biaya yang lebih rendah, dan memperkuat basis global perusahaan.

Keterbatasan dan Saran

Penelitian ini mempunyai sejumlah keterbatasan. Sampel penelitian terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dalam rentang waktu 2016-2019. Penelitian ini menunjukkan hasil berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu tidak dapat membuktikan pengaruh variabel multinasional terhadap praktik thin capitalization.

Diharapkan, keterbatasan penelitian ini dapat disempurnakan dengan menambah jumlah sampel dan variabel independen lain sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan penjelasan latar belakang yang lebih baik dan menambahkan bukti- bukti permasalahan yang lebih konkret yang timbul akibat praktik thin capitalization.

REFERENSI

Almutairi, A. R. 2020. Foreign directors and corporate governance in Islamic banks. Journal of Islamic Accounting and Business Research. 11 (4), 765–791.

Alvita, F., & Khairunnisa, P. 2019. Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi Dan Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal ASET (Akuntansi Riset). 11 (1), 108–122.

Amri, A. B., Prima, B., & Prasetyo, H. 2019. Bentoel Didera Rugi Menahun Hingga Tudingan

Memanfaatkan Celah Pajak dan Cukai. Insight Kontan.

https://insight.kontan.co.id/news/bentoel-didera-rugi-menahun-hingga-tudingan- memanfaatkan-celah-pajak-dan-cukai.

Christiana, D., & Martani, D. 2015. Determinan Praktik Thin Capitalization Listed Companies di Indonesia 2010-2013. Proceedings of Konferensi Regional Akuntansi III (KRA III) Universitas Jember, 20-21 April 2016.

Darussalam, & Kristiaji, B. B. 2015. Telaah Konstruktif Debt to Equity Ratio di Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 81 (4), 1–10.

Dewi, L. G. K. 2017. Pengaruh Diversitas Dewan Komisaris dan Direksi Pada Tax Avoidance. E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 18 (1), 763–789.

Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The Academy of Management Review. 14 (1), 57–74.

Gravelle, J. G. 2009. Tax Havens: International Tax Avoidance and Evasion. National Tax Journal. 62 (4), 727-753.

Gravelle, J. G. 2015. Tax havens: International tax avoidance and evasion. Congressional Research Service Report.

(11)

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics. 3 (4), 305–360.

Kinney, M., & Lawrence, J. 2000. An Analysis of the Relative U.S Tax Burden of U.S Corporation Having Substantial Foreign Ownership. National Tax Journal. 53 (1), 9–22.

Kurniawan, A. M. 2015. Transfer Pricing untuk Kepentingan Pajak. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Makagiansar, A. B. 2010. Analisis atas Transaksi Intercompany Loan (Thin Capitalization) sebagai Salah Satu Praktek Penghindaran Pajak : Studi Kasus pada PT. X. Thesis.

Universitas Indonesia.

Malik, S. 2020. Pengaruh Beban Pajak, Mekanisme Bonus, dan Tunneling Incentive terhadap Keputusan Transfer Pricing dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Skripsi.

Universitas Negeri Semarang.

Nainggolan, C., & Sari, D. 2020. Kepentingan Asing, Aktivitas Internasional, dan Thin Capitalization: Pengaruh Terhadap Agresivitas Pajak di Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. 19 (2), 147-159.

Nugroho, A., & Suryarini, T. 2018. Determinant of Thin Capitalization in Multinational Companies in Indonesia. Journal of Accounting and Strategic Finance. 1 (02), 69–78.

Nuraini, N. S., & Marsono. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Thin Capitalization pada Perusahaan Multinasional di Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting. 3 (3), 1–

9.

Reinganum, J. F., & Wilde, L. L. 1985. Income tax compliance in a principal-agent framework.

Journal of Public Economics. 26 (1), 1–18.

Salihu, I. A., Annuar, H. A., & Sheikh Obid, S. N. 2015. Foreign investors’ interests and corporate tax avoidance: Evidence from an emerging economy. Journal of Contemporary Accounting and Economics. 11 (2), 138–147.

Sugiarto. 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan. Permasalahan Keagenan.

Informasi Asimetri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suh, J., Lee, H., & Lee, H. 2018. The Association between Foreign Directors and opportunistic Financial Reporting. Investment Management and Financial Innovations. 15 (4), 98–112.

Supriadi, A. 2015. Hindari Pajak, 2000 Perusahaan Asing Sengaja Timbun Utang. CNN Indonesia.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150917154008-78-79395/hindari-pajak-2000- perusahaan-asing-sengaja-timbun-utang.

Taylor, G., & Richardson, G. 2012. International Corporate Tax Avoidance Practices: Evidence from Australian Firms. International Journal of Accounting. 47 (4), 469–496.

Taylor, G., & Richardson, G. 2013. The determinants of thinly capitalized tax avoidance structures: Evidence from Australian firms. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation. 22 (1), 12–25.

Waluyo, W., & Doktoralina, C. M. 2018. Factors affecting tax avoidance through thin capitalisation: Multinational enterprises in Indonesia. International Journal of Management and Business Research. 8 (3), 210–216.

Widodo. L. L., Diana. N., & Mawardi. M. C. 2020. Pengaruh Multinasionalitas, Good Coorporate Governance, Tax Haven, Dan Thin Capitalization terhadap Praktik Penghindaran Pajak pada Perusahaan Multinasional yang Terdaftar di BEI Periode Tahun 2016-2018. Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi. 9 (6), 119-133.

Referensi

Dokumen terkait

(2012), dengan sedikit modifikasi yakni menambah variabel kepemilikan terkonsentrasi, serta sampel yang digunakan lebih dikhususkan pada perusahaan yang ada di negara

Berdasarkan hasil penelitian, variabel profitabilitas terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan institusi sebagai pemoderasi memiliki nilai p value 0.28 serta

Deskripsi variabel penelitian untuk periode analisis tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 memperlihatkan bahwa perusahaan-perusahaan yang diambil sebagai sampel

didapatkan bahwa sebagian besar terdapat dalam kategori mendukung yaitu sebanyak 69 orang (70,4%).. Hasil analisis bivariat pada variabel pendidikan didapatkan bahwa

Tabel 4.4 ini menunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,400 (40%) menunjukkan bahwa variabilitas variabel audit tenure, ukuran perusahaan, opinion shopping dan

Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara parsial maupun simultan antara variabel kepemilikan asing, ukuran perusahaan, profitabilitas dan

Hasil ini menunjukan bahwa variabel kinerja lingkungan dan kepemilikan asing memiliki dampak yang baik terhadap harga saham perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa efek

Secara simultan variabel independen Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Diverifikasi Produk, Konsentrasi Kepemilikan Saham dan Kepemilikan Institusional memiliki pengaruh signifikan