• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Pengawasan Syariah (DPS)

N/A
N/A
Ananda Khalaisya

Academic year: 2024

Membagikan "Dewan Pengawasan Syariah (DPS) "

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

C. Dewan Pengawasan Syariah (DPS)

Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga yang mengawasi aktivitas keuangan syariah agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Untuk memastikan kesesuaian Syariah, maka DPS melakukan pengawasan, baik secara aktif maupun pasif, terutama dalam pelaksanaan fatwa DSN serta memberikan pengarahan/pengawasan atas produk/jasa dan kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip Syariah.

1. Peranan DPS

Dewan Pengawas Syariah adalah lembaga yang mengawasi aktivitas keuangan syariah agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Mengutip Lokadata, anggota DPS direkomendasikan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) —yang berada di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI)— untuk menjamin seluruh produk, jasa layanan, dan operasional lembaga keuangan syariah (LKS) sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Pejabat DPS sendiri berasal dari lembaga tersebut yang kemudian menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana mestinya. DPS wajib dibentuk di bank syariah dan bank umum konvensional yang memiliki unit usaha syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah.

Berdasarkan hukum, DPS diangkat berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dalam kegiatannya, DPS akan mengawasi sistem manajemen, produk yang dipasarkan, dan pengelolaan dana serta kebijakan investasi lembaga tersebut. Menurut Otoritas Jasa keuangan (OJK) fungsi pengawasan perbankan syariah dibentuk dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian serta tata kelola yang baik. Hal ini untuk menjamin mekanisme pemenuhan kepatuhan syariah. Lebih jauh, aturan DPS ditetapkan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

2. Fungsi dan Tugas DPS

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6 tahun 2004 pasal 27, tugas, wewenang, dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah:

a. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional bank terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.

b. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan bank.

c. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank.

d. Mengkaji jasa produk baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa kepada DSN.

e. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap enam bulan kepada direksi, komisaris, DSN, dan Bank Indonesia.

Secara umum, ada dua fungsi DPS, yang pertama adalah fungsi penasihat. Fungsi ini untuk menjamin berbagai kebijakan bisnis yang dilakukan agar tetap sesuai syariat. Selain itu, dewan ini juga berfungsi dalam proses melakukan pengembangan produk yang akan disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Meskipun begitu, lembaga keuangan syariah juga diarahkan memiliki fungsi audit internal yang fokus untuk memantau apakah suatu kegiatan sesuai dengan syariat. Ada pula pelaksanaan audit eksternal yang digunakan bank syariah dengan auditor yang memiliki kualifikasi dan kompetensi di bidang syariah. Secara rinci, tugas Dewan Pengawas Syariah antara lain menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan lembaga keuangan syariah.

Fungsi lain DPS adalah meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya. Tugas DPS lainnya adalah melakukan review secara berkala

(2)

atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank. DPS juga bertugas untuk meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya. DPS juga bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi agar kegiatan perbankan sesuai dengan prinsip syariah.

3. Keanggotaan DPS

Mengacu pada Pasal 109 UU PT, perseroan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS terdiri atas seorang ahli syariah atau lebih yang diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Hal ini juga diatur di dalam Pasal 32 UU Perbankan Syariah bahwa DPS wajib dibentuk di Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS). Demikian juga pada peraturan-peraturan lain tentang lembaga keuangan syariah (LKS). Maka dari norma tersebut tersurat tegas bahwa keberadaan DPS wajib ada pada LKS baik itu lembaga keuangan bank maupun pada lembaga keuangan bukan bank semisal pegadaian, asuransi, perusahaan pembiayaan.

4. Pendapat Syariah DPS

Menurut Harahap (2002:207) dalam Pradita (2015) Dewan Pengawas Syariah adalah suatu

instansi yang memiliki kewajiban untuk mengarahkan, mereview, dan mengawasi segala aktivitas yang dilakukan oleh lembaga keuangan. Hal tersebut dilakukan agar dapat memastikan bahwa perbankan syariah benar-benar mematuhi aturan Hukum Islam.

Dewan Pengawas Syariah sangatlah penting untuk kepatuhan syariah pada perbankan syariah. Karena, dengan adanya pengawasan dari Dewan Pengawas Syariah, masyarakat akan lebih

percaya terhadap kegiatan dan produk-produk yang dijalankan sesuai syariah pada BPRS dan dapat meminimalisir adanya kekhawatiran dari masyarakat terhadap kegiatan transaksi ataupun produk-produk bank syariah yang sesuai berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Referensi

Dokumen terkait

b) Memeriksa apakah terhadap akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI). Apabila sudah ada

1) Menetapkan, mengubah, atau mencabut fatwa dan pedoman kegiatan lembaga keuangan syariah. Dewan Syariah Nasional menetapkan, mengubah atau mencabut fatwa

Proses pengawasan dan kegiatan dijalankan dan diputuskan secara bersama-sama dengan terlebih dahulu melakukan kajian masing-masing DPS pada bank Aceh Syariah

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mekanisme penerapan dan pengawasan prinsip syariah mengacu pada fatwa nomor 124/DSN-MUI/XI/2018, yang diterapkan oleh

Kedudukan DPS yang paling tepat adalah sebagai bagian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kedudukan DPS yang menjadi bagian dari OJK akan membuat DPS menjadi sebuah lembaga

Dalam upayanya memurnikan pelayanan institusi keuangan syariah agar benar-benar sejalan dengan ketentuan syariah Islam, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah (DPS)

menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/19/DPbs, DPS memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab antara lain memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional

Jika pada suatu lembaga atau perusahaan asuransi syariah diangkat lebih dari satu DPS maka masing-masing DPS tersebut harus memiliki kompetensi yang berbeda