EFEKTIFITAS PENGAWASAN
DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS)
PADA BANK TABUNGAN NEGARA SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh:
IRFAN WAHYUDI
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
IRFAN WAHYUDI
NIM. 105046101680Di Bawah Bimbingan
PROF.DR.HUZAEMAH TAHIDO YANGGO.MA NIP12313133474147714651
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Efektifitas pengawasan Dewan Pengawas Syariah pada Bank Tabungan Negara Syariah, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 24 September 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM
NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...) NIP. 197107011998032002
Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001
Pembimbing I : Prof.Dr.Huzaemah Tahido Yanggo. M.A (...) NIP. 194530121967121001
Penguji I : Prof.Dr.M.Nurul Irfan, M.Ag (...) NIP. 150270614
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang Maha Kuasa
yang dengan kuasa-Nya telah memberikan inspirasi dan bimbinga-Nya kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat dan salam Penulis sanjungkan kepada seorang pembawa risalah
syariat Islam yakni Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat-sahabatnya. Amin.
Penulis sepenuhnnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna,
demikian pula penulis menyadari tidak dapat menghindari keterlibatan banyak pihak
dalam penulisan skripsi ini. Karena kata pepatah al-rajulu ibnu bi'atihi (orang itu
anak dari lingkungannya). Maka, boleh jadi apa yang tertuang dalam skripsi ini ada
pikiran-pikiran mereka yang terkutip yang tidak disadari penulis. Motifasi, nasehat,
dukungan, bantuan, teguran dan peringatan dari mereka, hingga penulis
menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis merasa sangat perlu untuk
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MH. MM. Selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah
Jakarta.
iv
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag. Selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Ah Azharuddin Lathif, M.Ag. Selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, serta
Ibu Oke selaku Asisten Sekretaris Prodi Muamalat/Perbankan Syariah.
3. Prof. DR. Huzaemah Tahido Yanggo, MA. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik, yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk membimbing
dari awal perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Bpk Muhammad Hidayat selaku dewan pengawas syariah Bank BTN Syariah
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan
arahan serta sumber data secara langsung kepada penulis.
5. Pimpinan Perpustakaan Fakultas dan juga Perpustakaan Umum UIN Syarif
Hidayatullah yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi
perpustakaan.
6. Ayahanda dan Ibunda tersayang Mustofa Adnani dan Sa’diyah atas doa yang tak
pernah henti dipanjatkan dan kasih sayang yang tak pernah lelah diberikan, yang
selalu memotivasi dan mendukung penulis baik secara moril maupun materil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Kakak ku Haris Fadilah, dan adik-adikku, Fuad Ikhwanih, Maydi Akmalia Putri
atas motivasi dan dukungannya dalam penyusunan skripsi ini
8. Teman-temanku di Prodi Perbankan Syariah angkatan 2005, khususnya saudara
Muhajir, Indra, Syafe’i, Roni, Azhar F dan perbankan syariah 2005 kelas D, yang
selalu menjadi teman belajar, diskusi, sharing, baik di dalam maupun di luar kelas
v
vi
lainnya, yang telah memberikan masukan dan dukungannya.
10. Temen-temen kos ibu Pristiwa, Faiz, Hamdan, Ozi, Rangga, dan Asep, terimakasi
atas semua masukan dan dukungannya.
11. Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani
perkuliahan di UIN hingga akhir.
Akhir hanya kepada Allah jualah penulis memanjatkan doa, semoga Allah
memberikan balasan berupa amal yang berlipat kepada mereka, atas dorongan,
dukungan dan kontribusi mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif. Kiranya skripsi
ini masih jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat diharapkan dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi bagi orang banyak. Amin
Jakarta 24 September 2010 M 15 Syawal 1431 H
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAAN
KATA PANGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Tinjaun Pustaka ... 6
E. Metode Penelitian ... 8
F. Sistematiaka Penulisan... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG EFEKTIFITAS, PENGA-WASAN DAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) A. Efektifitas ... 13
B. Pengawasan 1. Pengetian Pengawasan ... 14
2. Proses dan Tujuan Pengawasan ... 15
C. Tolak Ukur Efektiftas Pengawsan ... 17
D. Dewan Pengawas Syariah (DPS) 1. Pengetian Dewan Pengawas Syariah ... 19
2. Struktur keanggotaan DPS ... 22
viii
B. Tujuan Pendirian Bank BTN Syariah ... 28
C. Visi Dan Misi Bank BTN Syariah ... 28
D. Struktur Organisasi ... 29
E. Komisaris dan direksi ... 30
F. Peran Bank BTN Syariah ... 30
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH A. Peran dan Tanggung Jawab Pengawasan Dewan Pengawas Syaria pada Bank Tabungan Negara Syariah ... 42
B. Mekanisme Pengawasan DPS pada Bank BTN Syariah ... 45
C. Analisa Pengawasan DPS Bank Tabungan Negara Syariah ... 48
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73
B. Saran... 74
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri perbankan syari'ah sejatinya dijalankan berdasarkan prinsip
syari'ah. Oleh karena itu, kesesuaian praktek bank syariah dengan syari'at
merupakan piranti mendasar dalam perbankan syari'ah. Dengan tujuan itulah
semua perbankan yang beroperasi dengan sistem syari'ah wajib memiliki institusi
pengawasan internal yang independen, yang secara khusus bertugas memastikan
bank tersebut sesuai dengan syariah Islam, sebagaimana yang diamanatkan
dalam undang-undang (UU) No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang
menyebutkan bahwa bank syari'ah mesti memiliki dewan pengawas syari'ah
(DPS). Peranan DPS sangat strategis dalam penerapan prinsip syariah pada
lembaga perbankan syariah.
Oleh karena itu DPS harus berperan aktif, dalam memajukan perbankan
syariah dari segi pengembangan produk ataupun pengawasannya agar
penggunaan kata syariah bukan hanya untuk konsumsi bisnis semata, tanpa
menyiapkan produk-produk dan perangkat penunjang serta aturan-aturan yang
jelas, maka usaha yang dikatakan syariah hanya sekedar ganti baju dalam usaha
non syariah.
Dalam keputusan DSN No. 03 tahun 2000 tentang petunjuk pelaksanaan
penetapan anggota DPS Pada lembaga keuangan syariah (LKS), dijelaskan tugas
dan fungsi yang harus dijalankan oleh seorang DPS diantaranya:1
1. Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan
syari’ah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip syari’ah yang telah
difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).
2. Fungsi utama DPS adalah:
a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit
usaha syari’ah dan pimpinan kantor cabang syari’ah mengenai hal-hal
yang terkait dengan aspek syari’ah.
b. Sebagai mediator antara lembaga keuangan syari’ah dengan DSN
dalam mengkomunikasikan usul dan saran pengembangan produk dan
jasa dari lembaga keuangan syari’ah yang memerlukan kajian dan
fatwa dari DSN.
Di Indonesia DPS yang ditempatkan pada lembaga keuangan syariah
harus di rekomendasikan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) sebuah lembaga
otonom di bawah Majlis Ulama Indonesia (MUI) hal itu berdasarkan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yang dimaksud
dengan DSN adalah dewan yang dibentuk oleh MUI yang bertugas dan memiliki
1
Wirdyaningsi. Dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta, PutraGrafika,
3
kewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa, dan kegiatan
usaha bank syariah dengan prinsip syariah.2
Tugas DSN secara khusus adalah mengambil alih fungsi DPS dalam
memberikan fatwa terhadap produk baru yang dikeluarkan, dan menindaklanjuti
pengawasan DPS akibat masalah yang timbul dari transaksi-transaksi yang
dilakukan bank syariah . Dengan demikian seluruh transaksi perbankan syariah
harus diawasi oleh DPS dengan mengikuti petunjuk dari DSN yang bertujuan
untuk menyamakan seluruh pengawasan DPS dalam meluruskan
transaksi-transaksi yang dilakukan bank syariah . Dengan pengawasan DPS yang baik,
maka akan tercipta bentuk pengaplikasian produk syariah yang benar-benar
sesuai dengan syariat yaitu sesuai dengan ketetapan fatwa DSN.
Akan tetapi pada faktanya walaupun keberadaan DSN dan DPS sebagai
lembaga pengawasan dalam lembaga keuangan syariah dijamin oleh UU No. 10
tahun 1998, fungsi DPS belum berjalan secara optimal3. Seperti menurut
Agustianto, “ keberadaan mereka di bank-bank syariah selama ini tampaknya
masih belum optimal, khususnya dalam menjalankan tugas-tugas pengawasan.
Karena itu tidak aneh bila banyak praktek bank syariah yang menyimpang tetapi
luput dari pengawasan DPS ”.4 dan Bank Indonesia juga pernah menemukan
indikasi bahwa 40% Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) berpraktik seperti
2
Amin Ma’ruf, Proispek Cerah Perbankan Syariah, Jakarta, LEKAS (Lembaga Kajian
Agama dan Sosial), 2007, h.299 3
DR.Muhammad Firdaus. Dkk, Simtem dan mekanisme Pengawasan Syariah,
(Jakarta.2005,RENAIS Anggota IKAPI), hal.25 4
Dr.agustianto,pustaka, DPS Plus,diakses pada tanggal 28 oktober 2009 pada situs
Bank BTN Syariah termasuk bank yang berbentuk UUS, Oleh sebab itu
berdasarkan keterangan diatas saya tertarik untuk meneliti tentang pengawasan
DPS pada Bank BTN Syariah, dan melihat apakah pengawasan DPS pada Bank
BTN Syariah sudah benar-benar menjalankan tanggung jawabnya dalam
memastikan operasional Bank BTN Syariah dengan prinsip syariah, Maka
dengan ini penulis mengambil judul skripsi “Efektifitas Pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada Bank Tabungan Negara (BTN) syariah.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengemukakan seputar
permasalahan yang berhubungan dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Mengingat luasnya pembicaraan mengenai DPS , maka penulis membatasinya
5
Abdul Aziz dkk, Prospek Bank Syariah Pasca Fatwa MUI, (Jakarta,2005,
SuaraMuahammadiayah) hal.136. 6
Edi Setiadi, Modul Kuliah Manajemen sumberdaya Insani, ( Universitas Syarif
5
pada fungsi dan tanggung jawab DPS Bank BTN Syariah dalam melakukan
pengawasan operasional dan kinerja pengawasannya.
Untuk mengarahkan kepada pembahasan, maka masalah diatas dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1. Apa saja fungsi dan tanggung jawab DPS Bank BTN Syariah dalam
melakukan pengawasan operasional Bank BTN Syariah dan bagaimana
mekanisme pengawasan tersebut.
2. Apakah kinerja DPS Bank BTN Syariah sudah efektif atau sebaliknya dalam
menjalankan pengawasannya
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Dalam suatu penelitian, seorang peneliti tentunya mempunyai tujuan dari
penelitian tersebut. tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian dan penulisan ini
adalah:
1. Untuk menjelaskan fungsi dan tugas DPS, dan menentukan apakah DPS
sudah bekerja sesuai dengan prosedur dan maksimal.
2. Untuk melihat apakah pengawasan DPS telah tepat dan efektif .
3. Untuk menjelaskan permasalahan yang ada pada DPS untuk dijadikan
introspeksi dalam kelembagaanya.
1. Bagi penulis, penelitian ini akan dapat menambah wawasan mengenai
masalah yang diteliti, sehingga dapat membuka wacana berpikir analitis
kritis terhadap masalah diangkat.
2. Signifikasi akademisi, jawaban eksploratis yang berkaitan dengan efektifitas
pengawasan DPS yang di harapakan dapat memperkaya literatur yang
informatif sebagai referensi dan bahan bacaan tentang akurasi perbankan
syariah.
3. Signifikasi praktis: Hasil penelitian di harapakan dapat membantu para
paraktisi perbankan sebagai bahan literatur bagi pihak-pihak yang
memerlukannya dan tertarik dalam mengkaji masalah-masalah yang
berkaitan dengan ini.
D. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penulusuran dari beberapa sumber kepustakaan, penulis
menemukan sejumlah skripsi yang membahas tentang Dewan Pengawas Syariah
(DPS), skripsi-skripsi tersebut antara lain:
1. Sebuah skripsi yang ditulis oleh saudari Fitri Barkah, 204046101273,
dengan judul. ”kinerja Dewan Pengawas Syariah dalam Menentukan Produk Baru Bank Syariah (Studi kasus Bank permata Syariah Cabang Pondok Indah)”. (Jakarta, Program Studi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat, fakutas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
7
menentukan suatu produk yang sesuai dengan hukum syari’, disini DPS mengkaji suatu produk yang akan digunakan bank syariah, apakah produk
tersebut sudah benar-benar terbebas dari riba, maisir, dan gharar perbedaannya dengan skripsi ini pada ruang lingkup yang lebih luas dari
segala aspek yaitu pada pembahasan produk dan pengaplikasian produk
tersebut serta Langkah DPS dalam menghadapi permasalahan yang ada
sehingga kita dapat melihat kinerja DPS apakah sudah maksimal dalam
menjalani tugasnya.
2. Sebuah skripsi yang ditulis oleh saudari Yani Haryati, dengan judul “Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Mekanisme Operasional Asuransi Syariah”. (Jakarta, Program Studi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat, fakutas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:2006), Saudari
Yani Haryani membahas tugas dan langkah DPS dalam mengawasi
operasional asuransi dari membuat sebuah produk sampai aplikasi produk
tersebut dalam asuransi serta mekanisme pengawasan DPS dalam mengawasi
usaha asuransi syariah sekaligus penanganan permasalahan yang ada dalam
asuransi, perbedaan dengan skripsi ini adalah ruang lingkup yang berbeda
sehingga pembahasan dari segi produk serta pengaplikasian produk pun akan
berbeda, serta analisa yang lebih mendalam dalam melihat peran DPS itu
sendiri
3. Sebuah skripsi yang ditulis oleh saudari Lilik Erfana, 204046102937.
Kinerja Perbankan Syariah”. (Jakarta, Program Studi Perbankan Syariah Jurusan Muamalat, fakutas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta). Saudari Lilik Erfanah membahas tentang langkah seperti apa yang
diambil DPS dalam menjaga akurasi sebuah produk, transaksi, manajemen
terkait aspek syariah pada bank syariah dengan hukum syar’i, sehingga tidak ada lagi penyimpangan yang ada pada bank syariah, perbedaan dengan
skripsi ini yaitu pada sudut pandang dimana saudari Lilik Erfanah ini hanya
mengupas sebatas pada sebuah teori dan wacana tanpa melihat implementasi
yang riil, sehingga tidak ketahui sebuah teori dan wacana yang dibuat oleh
DPS itu sendiri berjalan atau tidak.
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang merujuk pada data yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk melihat
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat yang berhubungan
dengan fenomena diteliti. Dalam menggunakan metode penelitian deskriptif ini,
penulis menggunakan deskripsi analisis adapun langkah-langkah yang diambil
dalam menganalisis data ini yaitu :
1. Jenis Penelitian
Adapun bentuk atau pendekatan penelitian ini dengan menggunakan
tipe penelitian kualitatif yang merujuk pada data yang bersifat deskriptif yang
9
menggambaran permasalahan secara sistematis, faktual dan akurat yang
berkenaan dengan hubungan antar fenomena yang diteliti. Metode penelitian
ini bersifat analisis yaitu analisa data, pengolahan data dan penafsiran data.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Setiap data yang menguraikan yang berhubungan tentang pengawasan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) merupakan jenis data yang dipilih penulis dalam
penyusunan skripsi ini, penulis mengunakan dua jenis sumber data, yaitu:
a. Data Primer
Data ini merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil
wawancara DPS Bank BTN, dan DSN, yaitu hasil pertanyaan yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari literature kepustakaan seperti
buku-buku serta referensi lain yang berkaitan dengan materi penulisan
skripsi ini.
3. Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan
data skripsi ini, penulis menggunakan penelitian sebagai berikut:
a. Penelitian kepustakaan (library research), dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya
dengan penulisan skripsi ini berupa skipsi terdahulu,buku, majalah, surat
studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip, untuk
menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam
memenuhi data dalam penelitian.
b. Penelitian lapangan (field research), dalam hal ini untuk mendapatkan data-data dan informasi tentang efektifitas pengawasan DPS terhadap
Bank BTN Syariah, penulis melakukan penelitian langsung ke obyek
penelitian yaitu pada Bank BTN pusat dan kantor DSN sebagai induk dari
DPS dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1) Observasi yaitu mengamati secara langsung ke objek penelitian, yaitu
DPS pada Bank BTN dan DSN. Terkait pengawasan DPS, dari
keaktifan DPS serta keakuratan dalam menangani permasalahan yang
ada dalam Bank BTN dari aspek syariah,
2) Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian ini secara langsung.
3) Dokumentasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan laporan yang
dapat dari lembaga yang diteliti dan laporan lainnya yang berkaitan
dengan masalah penelitian ini.
4. Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif analisis evaluatif, yakni penelitian menggambarkan
data yang berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dilapangan mengenai
11
terhadap fakta tersebut serta memberikan penilaian terhadap permasalahan
yang diangkat melalui interpretasi yang tepat dan akurat.
5. Tekhnik penulisan
Adapun tekhnik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2008 “ Dengan beberapa pengecualian sebagai
berikut:
a. Dalam daftar pustaka, Al-Quran ditulis pada urutan pertama sebagai
tanda penghormatan.
b. Terjemah dari ayat-ayat tersebut berpedoman pada Al-Quran ditulis pada
urutan pertama sebagai tanda penghormatan
c. Pengetahuan terjemah ayat Al-Quran berjarak satu spasi, diawal dan di
akhir diberi tanda kutif
F. Sistematika Penulisan
Adapun tekhnik penulisan skripsi ini adalah menggunakan “ Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2007”. Sistematika penulisan yang digunkan dalam penyusunan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
pendahuluan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah,
penelitian, metode penelitian dan tekhnik penulisan, dan sitematis
penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Tentang Efektifitas Pengawasan dan Perbankan Syariah
Dalam bab ini akan dibahas tentang pengertian efektifitas, tolak
ukur efektifitas, pengertian pengawasan DPS, prinsi-prinsip
pengawasan, pengertian perbankan syariah, dan
perkembangannya.
BAB III: Tinjauan Umum DPS pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah
Gambaran umum profil Bank BTN, sejarah singkat Bank BTN
Syariah , visi dan misi Bank BTN Syariah, struktur organisasi
Bank BTN Syariah dan peran Bank BTN Syariah.
BAB IV: PEMBAHASAN MASALAH
Dalam bab ini membahas tanggung jawab, fungsi, wewenang dan
mekanisme kerja DPS Bank BTN Syariah, menganalisa
pengawasan DPS terhadap operasional Bank BTN Syariah apakah
sudah sesuai atau belum.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini penulis menyimpulkan pembahasan. Dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektifitas
1. Pengertian Efektifitas
Secara sederhana efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, atau mujarab, dapat
membawa hasil, berhasil guna).1 Efesiensi dan efektifitas menurut Peter
Drucker adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right tihink)
sedangkan efesiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doink thing
rigt)2. Sebab efektifitas pada umumnya terkait dengan keberhasilan
pencapaiaan tujuan dan sasaran, sedangkan efesiensi merupakan
perbandingan yang baik antara perubahan/masukan dengan hasilnya. Dengan
demikian antara efektifitas dan efisien saling terkait satu sama lain.
Oleh karena itu, Efektifitas merupakan kemampuan untuk memilih
rencana yang tepat atau starategi yang tepat untuk mencapai target yang telah
di tetapkan ataupun konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan
yang telah direncanakan.3
1
Pusat Bahasa Pendidikan Nasional,” kamus Bahasa Indonesia” (Jakarta : Balai
Pustaka, 2001), cet, edisi III, h.289. 2
T. Handoko ,” Manajmen Edisi 2”, (Yogyakarta:BPFE,1998).h.7.
3
Rhichard H.Hall. “organization structure, proses and out come”. (new jersey
prentice hall, inc. 1991), p 259
Berdasarkan pengertian efektifita di atas, maka dapat disimpulkan.
Efektifitas adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan dengan melihat
ketepatan penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan.
Artinya apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat
tergantung, apakah tugas itu diselesaikan atau tidak, terutama menjawab
pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang
dikeluarkan untuk itu.
B. Pengawasan
1. Pengertian Pengawasan
Menurut Yusuf dan Kadarman pengawasan adalah suatu upaya yang
sistematis untuk menetapkan kinerja standar dan perencanaan untuk merancang
sistem umpan balik informasi, membandingkan kinerja aktual dengan standar
yang telah ditetapkan, mengetahui apakah telah terjadi suatu penyimpangan,
serta mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan, sehingga dapat
dipastikan semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif mungkin
guna mencapai tujuan perusahaan.4
Jadi pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan
mengoreksinya dengan tujuan agar pekerjaan sesuai dengan rencana awal.
4
Yusuf, Udaya, dan Kadarman. AM. 1997. Pengantar Manajemen. (Jakarta: PT.
15
Adapun tujuan utama dari pengawasan yaitu mengusahakan apa yang
direncanakan menjadi kenyataan, mencari dan memberitahukan kelemahan
yang dihadapi. dan tujuan pengawasan menurut Sukarna adalah sebagai
berikut:5.
a. Untuk mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.
b. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan
mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan yang
serupa atau timbulnya kesalahan yang baru.
c. Untuk mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam
planing terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah
ditentukan.
d. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan biaya telah sesuai dengan program
seperti yang telah ditetapkan dalam planing atau tidak.
e. Untuk mengetahui hasil pekerjaan dengan membandingkan dengan yang
telah ditetapkan dalam rencana (standar) dan.
f. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja sesuai dengan prosedur atau
kebijaksanaan yang telah ditentukan
2. Proses Pengawasan
Proses pengawasan adalah serangkaian kegiatan di dalam
melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas atau pekerjaan dalam suatu
organisasi. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok)
5
tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pemgawasan manajerial. Proses
pengawasan menurut T. Hani Handoko adalah :6
a. Penentuan standar pelaksanaan (Perencanaan), Tahap pertama dalam
pengawasan adalah menetapkan standar pelaksanaan, standar mengandung
arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai
patokan untuk penilaian hasil-hasil.
b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan. Penentuan standar akan
sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan
nyata. Tahap kedua ini menetukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara
tepat.
c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan. Ada berbagai cara untuk melakukan
pengukuran pelaksanaan yaitu:(1) Pengamatan (2) Laporan-laporan baik
lisan ataupun tertulis. (3) Metode-metode otomatis. (4) Pengujian atau
dengan pengambilan sampel.
d. Perbandigan pelaksanaan dengan standar analisis penyimpangan. Tahap
kritis dari proses pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata
dengan pelaksanaan yang telah direncanakan atau standar yang ditetapkan.
Walaupun tahap ini paling mudah dilakukan tetapi komplekisitas dapat
terjadi pada saat menginterprestasikan adanya penyimpangan.
e. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan Bila hasil analisa
menunjukan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil.
6
17
Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
Standar, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan.
C. Tolak Ukur Efektifitas Pengawasan.
Sarlito, menyatakan bahwa efektifitas organisasi atau kelompok adalah
hasil kerja kelompok dalam mencapai tujuan.7 semakin dekat dengan tujuan
maka semakin efektif. Pencapaiaan hasil akhir yang sesuai dengan target
waktu yang telah ditetapakan dan ukuran maupun standar yang berlaku
mencerminkan suatu perusahan telah memperhatikan efektifitas, dan tujuan
utama dari pengawasan adalah mengusahakan apa yang direncanakan
menjadi kenyataa, mencari dan memberitahukan kelemahan yang dihadapi
serta menjadikan umpan balik untuk perbaikan, penyempurnaan pada waktu
yang akan datang. Jadi dapat di simpulkan pengawasan yang efektif dan tidak
efektif adalah
1. Pengawasan dikatakan efektif jika dalam pengawasan mencapai tujuan
obyek yang diawasi
2. Pengawasan harus merefleksikan perbaikan, penyempurnaan, jika dalam
obyek yang diawasi terdapat kekurangan atau pelanggaran dari
rencana/tujuan yang ditentukan,
3. Pengawasan dikatankan tidak efektif jika dalam pengawasan tidak
mencapai tujuan obyek yang diawasinya dan tidak merefleksikan’
7
Yusuf Hadi Miarso, “Theknologi Pendidikan Untuk Meningkatkan Mutu
pembenaran, dan peyempuranaan jika ada kekurangan pada obyek yang
diawasinya.
Untuk mencapai tujuan pengawasan dalam mencapai efektifitas. proses
pengawasan dapat menjadi efektif harus dipenuhi beberapa syarat yaitu:8
1. Pengawasan berorientasi pada tujuan organisasi.
2. Pengawasan harus obyektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum
dari pada kepentingan pribadi.
3. Pengawasan harus berorientasi pada kebenaran menurut peraturan yang
berlaku, berorientasi pada prosedur yang ditetapkan, dan berorientasi
terhadap tujuan dalam pelaksanaan pekerjaan.
4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.
5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang obyektif, teliti dan
tepat.
6. pengawasan harus bersifat terus-menerus.
7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik terhadap
perbaikan dan penyempurnaan dalam pelaksanaan, perencanaan dan
kebijaksanaan waktu yang akan datang.
8
Soewarno Hadiningrat, Pengantar Ilmu Studi Administrasi dan Manajemen,
19
D. Dewan Pengawas Syariah (DPS)
1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang bertugas
memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank
agar sesuai dengan Prinsip Syariah9. Dengan kata lain tugas DPS adalah
melakukan pengawasan atas produk-produk perbankan syariah yang
ditawarkan, maupun operasional bank syariah dalam menghimpun dana dan
menyalurkannya kepada masyarakat, agar sesuai dengan prinsip syariah, oleh
karena itu anggota DPS harus terdiri dari pakar bidang syariah muamalah
yang juga memiliki pengetahuan umum dibidang perbankan, tujuannya adalah
untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
operasional perbankan syariah itu sendiri secara maksimal dan tidak
termanipulasi dengan kontrak-kontrak yang dilakukan bank syariah.
Di beberapa Negara yang menetap sistem perbankan syariah, fungsi
DPS tercantum dalam Banks Articles and momerandum associtation, yang di mana dalam dunia perbankan syariah tidak mempunyai standarisasi DPS yang
baku, secara umum fungsi DPS dapat di katagorisasikan kedalam tiga hal:
a. Mempersiapkan garis pedoman dan memberikan masukan atau saran
kepada bank
9
b. Memimpin audit syariah
c. Membuat keputusan terhadap berbagai masalah akibat hukum syara.
Semua itu tertuang dalam surat keputusan DSN.
No1/DSN-MUI/2000, tentang pedoman rumah tangga Dewan Syariah Nasional (DSN)
selaku induk DPS itu sendiri dijelaskan “ untuk mengefektifkan peran DSN
pada lembaga keuangan syariah dibentuklah DPS, sebagai perwakilan DSN
pada lembaga keuangan syariah yaitu:
a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah
yang berada dibawah pengawsannya
b. Berkewajiban mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan
syariah kepada pemimpin lembaga yang bersangkutan dan kepada dewan
pengawas syariah nasional.
c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan
syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam
satu tahun anggaran.
d. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan
DSN10
Dalam hal menjalanlankan Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
DPS, dijelas pada peraturan bank Indonesia (PBI) No.11/10/PBI/2009 tentang
Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu meliputi antara lain:.
10
. Dewan Syariah nasional, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (tangerang;
21
a. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan UUS
b. Mengawasi proses pengembangan produk baru UUS; sejak awal sampai
dikeluarkan produk tersebut
c. Memberikan opini syariah terhadap produk pembiayaan yang
direstrukturisasi;
d. Meminta fatwa kepada DSN untuk produk baru UUS yang belum ada
fatwanya;
e. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
UUS
f. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
UUS dalam rangka pelaksanaan tugasnya. 11
Adapun kewajiban Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus
dilakasanakan dalam mengawasi perbankan Syariah yaitu:
a. Mengikuti fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI)
b. Mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan syariah (LKS) agar tidak
menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan
DSN.
11
c. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan LKS (perbankan syariah)
yang diawasi secara rutin kepada DSN, sekurang-kurangnya dua kali
dalam setahun.
Adapun wewenang DPS meliputi:
a. Memberikan pedoman atau garis-garis besar syariah, baik untuk
pengerahan maupun untuk penyaluran dana serta kegiatan bank lainnya.
b. Mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang telah atau sedang
dijalankan nilai bertentangan dengan syariah12
2. Struktur dan keanggotan Dewan Pengawas Syariah (DPS)
a. Struktur DPS
1) Kedudukan DPS dalam Struktur perusahaan berada setingkat dengan
Fungsi Komisaris Sebagai pengawas direksi
2) Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja
manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen
dalam kaitan dengan implementasi sistem dan produk-produk agar
tetap sesuai dengan syariah
3) Bertanggung jawab atas pembinaan keislaman yang telah
dirprogramkan setiap tahun nya.
4) Ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai keislamaan di ligkungan
perusahaan tersebut.
12
Ibid, DSN-MUI dan Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
23
5) Bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang
dilaksanakan oleh biro syariah.13
b. Keanggotaan DPS
1) Setiap lembaga keuangan syariah harus memiliki setidaknya tiga orang
anggota DPS
2) Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua.
3) Masa tugas keanggotaan DPS adalah 4 (empat) tahun dan akan
mengalami pergantian antar waktu apabila meninggal dunia, minta
behenti, disusulkan oleh lembaga keuangan syariah yang
bersangkutan, atau termasuk telah merusak citra DSN.
Dari keterangan di atas maka dapat disimpulkan, adanya DPS
bertujuan untuk memastikan dalam operasional perbankan syariah harus
mentaati prinsip-prinsip syariah (syaria compliance) yang terdapat dalam fatwa DSN. oleh karena itu, ada beberapa indikator yang dapat digunakan
sebagai ukuran kualitatif untuk menilai kepatuhan syariah dalam bank
syariah, antara lain sebagai berikut:
1. Akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan penyaluran
dana sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan syariah yang berlaku.
2. Dana zakat dihitung dan dibayar serta dikelola sesuai dengan aturan dan
prinsip-prinsip
13
3. Seluruh transaksi dan aktifitas ekonomi dilaporkan sesuai dengan standar
akuntasi syariah yang berlaku.
4. Lingkungan kerja dan corporate culture sesuai dengan prinsip syariah
5. Bisnis dan usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan syariah.
6. Sumber dana berasal dari sumber dana yang sah dan halal menurut
syariah.14
Dari indikator di atas, merupakan prinsip-prinsip umum yang menjadi
acuan bagi manajemen bank syariah dalam operasionalnya. dan hal itu,
merupakan alat ukur pengawasan DPS terhadap operasional bank syariah,
untuk memastikan bahwa dalam operasional bank syariah sudah benar-benar
mentaati peraturan yang berlaku.
14
Andirian Sutedi, Perbankan Syariah tinjauan dari beberapa segi hukum,Jakarta :
25
BAB III
PROFIL BTN SYARIAH
A. Sejarah BTN Syariah Secara Umum
Berawal dari perubahan peraturan perbankan oleh pemerintah dari
Udang-Udang (UU) Perbankan No.7 tahun 1992 menjadi UU Perbankan No. 10 tahun
1998, dunia perbankan nasional menjadi marak dengan fenomena boomingnya
bank syariah. Persaingan dalam pasar perbankanpun kian kental. Belum lagi
dengan dikeluarkannya PBI No. 41/l/PB/I/2002 tentang perubahan Kegiatan
usaha bank konvensional menjadi bank umum berdasarkan prinsip syariah .
sebab itulah Jumlah bank syariah pun kian bertambah dengan banyaknya unit
usaha syariah (UUS), karena itulah manajemen PT.Bank Tabungan Negara
(BTN) melalui rapat komite pengarah tim implementasi restrukturisasi Bank
BTN tanggal 12 desember 2003. Manajemen Bank BTN menyusun rencana kerja
dan perubahan anggaran dasar untuk membuka UUS.1
Berdasarkan surat No.3/KOM/BTN/1/2004 pada tanggal 15 Januari
2004, dewan komisaris mengajukan tanggungannya terhadap rencana kerja
dari Perubahan anggaran dasar tersebut kepada Meneg BUMN saat itu, dan
1
berdasarkan surat edaran No.100/DIR/DHHP/HK/III/2004, RUPS PT. BTN
tanggal 16 Januari 2004, Laksaman Sukardi dan dewan direksi mengajukan
usulan perubahan anggaran dasar Bank BTN (tentang pengesahan rencana kerja
dan anggaran perusahaan, bagian V butir 4 tentang persetujuan prinsip rencana
pembentukan Unit Usaha Syariah (UUS) kepada Meneg Badan usaha Milik
Negara (BUMN). Maka pada tanggal 24 Mei 2004, Meneg BUMN menyerahkan
persetujuan terhadap perubahan anggaran dasar PT. BTN mengenai perubahan
kegiatan usaha untuk membuka UUS. Berdasarkan surat S-263/M-MBU/2004 2
Tanggal 1 Oktober 2004, dewan direksi divisi hukum dan hubungan
perusahaan (DHHP) mengajukan surat permohonan rekomendasi kepada
komisaris atas perubahan anggaran dasar bank, dalam rangka pembentukan
UUS. Maka pada tanggal 4 November 2004 berdasarkan ketetapan direksi
No.14/DIR/DSY/2004, dibentuklah divisi syariah dan struktur organisasinya
dengan mengacu surat Meneg BUMN No.5-554/M-MBU/2002. Tentang usaha
Bank BTN yang membiayaai sektor perumahan tanpa subsidi. Dengan demikian
Bank BTN Syariah juga memfokuskan usahanya pada kegiatan pembiayaan
perumahan.
Pada bulan November 2004 dibentuklah struktur organisasi kantor cabang
syariah Bank BTN dimana setiap Kantor Cabang Syariah (KCS) dipimpin oleh
satu orang kepala cabang yang bertanggung jawab kepada kepala divisi syariah.
2
Ibid, Buku Saku Bank BTN Syariah, Sekilas Informasi Bank BTN Syariah, h .7
27
Sekaligus pada saat itu Dirut Bank BTN meminta rekomendasi penunjukan DPS
kepada DSN-MUI, dan pada tanggal 3 Desember 2004, Dirut Bank BTN
menerirna surat rekomendasi DSN-MUI tentang penunjukan DPS bagi BTN
Syariah. Pada tanggal 15 Desernber 2004, setelah permohonan izin sebelumnya
Bank BTN menerima surat persetujuan dari Bank Indonesia (BI), yaitu surat
NO.6/1350/DPbs perihal persetujuan BI mengenai prinsip pembukaan Kantor
Cabang Syariah (KCS) Bank BTN.
Pada 14 Februari 2005 dibukalah KCS Jakarta, diikuti pada tangal 25
Februari 2005 dibukanya KCS Bandung, dan tanggal 17 Maret 2005 KCS
Surabaya, sekaligus pada tanggal 18 Maret 2005 resmi ditunjuk oleh DSN
sebagai DPS untuk Bank BTN Syariah, yaitu Drs.H.A.Adlani, Drs.H.Moh
Hidayat MBA, MBL dan Dr. H. Endy M. Astiwara, MA, FIlS, CPLK, ACS.
Pada tanggal 4 dan 11 April 2005 KCS / Yogyakarta dan Makasar,
disusul pada bulan Desember 2005 dibukanya KCS Malang dan Solo. Dan pada
tahun 2006 juga telah dibuka 2 Kantor Cabank Syariah di Batam, dan Medan,
dan terakhir pada tahun 2009 dibuka Kantor Cabank Syariah di Padang dan
Riau.
Dari penjelasan diatas, bahwa Bank BTN syariah, adalah bank yang
berbetuk UUS yang mulai beroperasi pada tanggal 15 februari 2005 bertepatan
dengan dibukanya kantor cabang pertama di Jakarta.
B. Tujuan Penderian Bank BTN Syariah
Bank BTN Syariah mulai beroperasi sejak tanggal 14 Februari 2005 di
awali dengan membuka KCS Jakarta, yang berkeyakinan bahwa operasional
perbankan yang berdasarkan prinsip bagi hasil dan pengambilan untung dapat
mendorong terciptanya kesetabilan perekonomian yang sebagaimana dijelaskan
dalam tujuan pembentukan BTN Syariah, yaitu:
a. Untuk memenuhi kebutuhan bank dalam memberikan pelayanan keuangan
syariah.
b. Mendukung pencapaian sasaran laba usaha bank
c. Meningkatkan ketahanan bank dalam menghadapi perubahan lingkungan
usaha
d. Memberikan keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap
stakeholders serta memberikan ketentraman pada segenap nasbah dan pegawai3
C. Visi dan Misi Bank BTN Syariah dan kemaslahatan bersama
a. Dalam visi Bank BTN Syariah dijelaskan Bank BTN syariah menjadikan
dirinya sebagai bank yang terkemukadalam pembiayaan perumahan. b. Misi
1. Mendukung pencapaian sasaran laba usaha BTN.
3
Ibid, h. 8.
29
2. Memberikan pelayanan jasa keuangan Syariah yang unggul dalam
pembiayaan perumahan dan produk serta jasa keuangan Syariah terkait
sehingga dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan memperoleh
pangsa pasar yang diharapkan.
3. Melaksanakan manajernen perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
sehingga dapat meningkatkan ketahanan BTN dalam menghadapi
perubahan lingkungan usaha serta meningkatkan shareholders value.
4. Memberi keseimbangan dalam pemenuhan kepentingan segenap
stakeholders serta mernberikan ketentraman pada karyawan dan nasabah.4
D. Komisaris dan Direksi
1. Dewan Komisaris5
Komisaris Utama : Zaki Badriwan
Komisaris : Subarjo Joyosumarto
Mulabasa Hutabarat
Gatot mardisisto
2. Direksi
Direktur Utama : Iqbal Latanro
Wakil Direktur Utama : Evi firmansyah
4
Visi dan Misi Bank BTN Syariah diakases pada tanggal 16 Juni 2010, dari situ,
http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/visi-misiw-Bank-BTN.aspx
5
Ibid, Struktur organisasi Bank BTN Syariah, dari situs,
http://www.btn.co.id/Tentang-Kami/Struktur-organisasi-Bank-BTN.aspx
Direktur : Sunarwa
Irman A. Zahrudin
Purwadi
Saut Parde
3. Dewan Pengawas Syariah
Ketua Dewan Pengawas Syariah : Nazri Adnan
Anggota Dewan Pengawas Syariah : Muhammad Hidayat
E. Struktur Organisasi
F. Peran BTN Syariah
Sebagai salah satu lembaga yang bergerak dalam industri keuangan
syariah, BTN yariah memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan
perekonomian umat. Adapun peran BTN Syariah dalam hal ini terbagi menjadi
dua yaitu peran dalam bidang komersial dan peran dalam bidang sosial.
31
1. Peran dalam Bidang Komersial
a. Penghimpunan Dana
Dalam menghimpun dana Bank BTN mempunyai berbagai
macam Produk untuk menghimpun dana dari masyarakat serta
memanjakan para nasabahnya, porduk tersebut yaitu6
1) Tabungan Batara iB
Tabungan Batara iB adalah Tabungan yang berdasarkan
Prinsip Wadiah yang bersifat simpanan dan..bisa diarnbil setiap saat,
tidak ada imbalan yang disyaratkan kecuali dalam bentuk pemberian
bonus ('athaya) yang bersifat sukarelala sesuai kebijakan bank, tidak
disyaratkan dan tidak diinformasikan baik secara lisan maupun tertulis
oleh pihak bank, adapun manfaatnya:
a) Mendapatkan kartu ATM Batara Syariah yang dapat digunakan
bertransaksi di lebih dari 4000 ATM bank yang berlogo "Link"
b) Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan di seluruh Kantor
Cabang Syariah dan Kantor Layanan Syariah (on-line)
c) Tidak dikenakan biaya pengelolaan rekening
d) Fasilitasjoint account untuk rekening bersama keluarga Anda
e) Uang anda aman duniawi dan ukhrowi karena dikelola sesuai
6
Semua produk Bank BTN Syariah diakases pada tanggal 16 Juni 2010, dari situ,
http://www.btn.co.id/
syariah oleh BTN Syariah yang sudah terbukti aman dan
dipercaya.
f) Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah
2) Tabungan Investa Batara iB
Tabungan Investa Batara iB adalah Tabungan Batara Syariah
berdasarkan prinsip Mudharabah yang bersifat investasi atau
berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentu dengan imbalan yang disyaratkan atau
disepakati dalam bentuk nisbah yang tertuang dalam akad atau
dalam pembukaan rekening, adapun manfaatnya:
a) Mendapatkan Kartu ATM Batara Syariah yang dapat digunakan
bertransaksi di lebih dari 4000 ATM bank yang berlogo "Link".
b) Imbalan yang menarik sesuai dengan nisbah yang disyaratkan
dan disepakati bersama.
c) Bagi hasil dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian.
d) Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan di sernua Kantor
Cabang Syariah dan Kantor Cabang Layanan Syariah (on-line)
e) Fasilitasjoint account untuk rekening bersama keluarga Anda
f) Uang anda aman duniawi dan ukhrowi karena dikelola sesuai
syariah oleh BTN Syariah yang sudah terbukti aman dan
dipercaya.
33
g) Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah
3) Tabungan Baitullah Batara iB
Tabungan Baitullah Batara iB merupakan Tabungan yang
bersifat investasi atau berjangka yang diperuntukkan bagi calon
jamaah haji dalam rangka persiapan Biaya Perjalanan Ibadah Haji,
adapun manfaatnya:
a) Memperoleh kepastian keberangkatan ibadah haji apabila kuota
haji masih tersedia dan tabungan telah mencapai syarat saldo
minimal yang ditentukan oleh Departemen Agama.
b) Dapat dibuka diloket BTN pada Kantor Cabang Syariah dan
Kantor Layanan Syariah yang terhubung dengan siskohat
Departemen Agama,
c) Penyetoran dapat dilakukan di seluruh loket Bank BTN pada
Kantor Cabang Syariah dan Kantor Layanan Syariah
d) Mendapatkan imbalan yang disyaratkan dan disepakati dalam
bentuk nisbah
e) Tidak dikenakan biaya pengelolaan rekening
f) Uang Anda aman duniawi dan ukhrowi karena dikelola sesuai
syariah.
g) Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah
4) Giro Batara iB
Giro Batara iB adalah Giro yang berdasarkan prinsip Wadiah
Yad Dhamanah merupakan simpanan pada bank (perorangan atau
badan hukum, dalam mata uang rupiah atau valuta asing) yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek
atau Bilyet Giro, kartu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan pemindahbukuan, adapun manfaatnya:
a) Sarana penitipan uang yang aman dan terpercaya
b) Menunjang aktivitas usaha dalam pembayaran dan penerimaan
c) Memudahkan aktivitas kebutuhan keluarga/ usaha pribadi
d) Uang anda aman duniawi dan ukhrowi karena dikelola sesuai
syariah oleh BTN Syariah yang sudah terbukti aman dan
dipercaya .
e) Rekening Giro Batara Syariah perorangan dapat mernperoleh
Kartu ATM Batara Syariah.
5) Deposito Batara iB
Deposito Batara iB adalah jenis penanaman dana nasabah pada
bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian nasabah dengan bank. Deposito ini
menggunakan prinsip Al Mudharabah Muttlaqah yakni suatu
perkongsian antara dua pihak di mana pihak pertama selaku pemilik
35
dana (shahibul maal) rnenyediakan dana dan pihak kedua selaku
pengelola dana (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan
dana hasil keuntungan dari pengelolaan dana itu akan dibagikan
sesuai dengan nisbah/ratio yang telah disepakati sebelumnya oleh
kedua belah .pihak, adapun manfaatnya:
a) Bagi hasil yang menarik .
b) Bagi hasil dapat dikapitalisasikan ke dalam pokok bagi hasil
deposito dapat dipindahbukukan untuk pembayaran angsuran
rumah .
c) Jangka waktu penempatan bervariasi mulai 1 bulan, 3 bulan, 6
bulan, 12 bulan, dan 24 bulan .
d) Uang anda aman duniawi dan ukhrowi karena dikelola sesuai
syariah oleh BTN Syariah yang sudah terbukti aman dan
dipercaya .
e) Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah.
b. Produk Penyaluran Dana
1) KPR BTN Syariah
Diperuntukkan bagi pemohon/calon nasabah yang memenuhi
persyaratan dan dengan tujuan penggunaan untuk membeli rumah, rumah
toko, apartemen dan jenis rumah tinggal lainnya. Pembiayaan KPR BTN iB
berdasarkan prinsip Murabahah, di mana harga jual didapatkan dari total
harga beli dan margin (harga jual = harga beli + margin).
Keunggulan:
a) Angsuran tetap sampai lunas
b) Maksimal pembiayaan KPR BTN iB yang dapat diberikan adalah 80%
untuk nasabah non kolektif dan sebesar 90% untuk nasabah kolektif dari taransaksi Bank
c) Jangka waktu pembiayaan maksimal sampai dengau 10 (sepuluh ) tahun
d) Lokasi rumah, rumah toko, apartemen dan jenis rumah tinggal lainnya
bebas
e) Margin bersaing
f) Persyaratan mudah dan fleksibel
g) Pelunasan dipercepat tidak dikenakan pinalti.
h) Berdasarkan prinsip syariah
2) KPR Indensya BTN iB
Pembiayaan KPR Indensya BTN iB diperuntukan bagi pemohon/
calon Nasabah yang memenugi persyaratan dan dengan tujuan penggunaan
untuk membeli tanah dan rumah dari yang dibangun oIeh pengembang
berdasarkan pesanan dari nasabah, dimana pengembang telah bekerjasama
dengan bank dalam hal penyediaan pembiayaan KPR Indensya BTN iB.
keunggulan:
a) Angsuran tetap sarnpai lunas
37
b) Maksimal pembiayaan KPR Indensya BTN iB yang dapat diberikan
adalah sebesar 80% untuk nasabah non-kolektif dan sebesar 90% untuk
nasabah kolektif dari taksasi bank
c) Jangka waktu pembiayaan maksimal 10 tahun
d) Margin bersaing
e) Persyaratan mudah dan fleksibel
f) Pelunasan dipercepat tidak dikenakan pinalti
g) Berdasarkan prinsip syariah
3) Multiguna BTN iB
Pembiayaan Multiguna BTN iB ini diperuntukkan bagi pemohon/
calon Nasabah yang memenuhi persyaratan dan dengan tujuan penggunaan
untuk membeli Mobil atau Motor, guna dimiliki atau dipergunakan sendiri.
Harga jual yang digunakan didapat dari total harga beli dan margin (harga jual
= harga beli + margin). Pembayaran untuk pembiayaan ini dilakukan dengan
angsuran dengan jangka waktu sebagai berikut:
a) Maksimal 5 (lima) tahun untuk pembelian mobil baru
b) Maksimal 4 (empat) tahun untuk pembelian mobil bekas
c) Maksimal4 (empat) tahun untuk pembelian motor baru Keunggulan:
• Angsuran tetap sampai lunas
• Maksimal Pembiayaan Multiguna BTN iB yang dapat diberikan.
adalah sebesar 80% untuk nasabah non-kolektif (mobil) dan sebesar
90% untuk nasabah kolektif (motor)
• Jangka waktu pembiayaan multiguna untuk rnobil baru 5 (lima) tahun,
mobil bekas (masa pakai + jangka waktu pembiayaan) tidak melebihi
7(tujuh) tahun
• Jangka waktu pembiayaan multiguna untuk motor baru 4 (empat)
• Margin bersaing
• Persyaratan mudah dan fleksibel
• Pelunasan dipercepat tidak dikenakan finalti
4) Modal Kerja BTN iB
Pembiayaan Modal Kerja BTN iB adalah penyediaan dana oleh BTN
Syariah untuk memenuhi kebutuhan modal kerja usaha Nasabah yang terdiri
dari:
a) Memenuhi kebutuhan modal kerja usaha untuk industri sektor perumahan
dan industri ikutannya, perdagangan atau jasa
b) Pengadaan barang atau jasa atau proyek dengan Surat Perintah
Kerja(SPK) oleh Kontraktor
c) Memenuhi kebutuhan modal kerja untuk disalurkan kembali kepada
konsumen (end user)
5) Vasa Griya BTN iB
Pembiayaan Vasa Griya BTN iB adalah pembiayaan modal kerja
untuk pembangunan proyek perumahan kepada Pengembang/ Developer,
39
dimana masing-masing pihak menyertakan modal dengan berbagi
keuntungan menurut nisbah yang disepakati dan resiko kerugian usaha sesuai
dengan porsipenyertaan modal masing-masing, mulai dari:
a) Biaya pembangunan Konstruksi Rumah sampai dengan finishing, dan
b) Biaya Prasarana dan sarana
2. Peran dalam Bidang Sosial
Selain berperan dalam bidang kegiatan perekonomian atau bisnis,
bank syariah juga memiliki peran dalam bidang sosial.Peran dalam bidang
sosial merupakan eiri yang melekat pada entitas keuangan syariah.Bank
syariah juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola
(menghimpunmengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana
sosial lainnya.Diantara peran sosial BTN Syariah adalah sebagai berikut.
Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang terkumpul pada tahun 2007
sebesar Rp. 5.000,000,-, pada tahun 2008 terkumpul sebesar Rp.
38.000.000,-dari dana ZIS tersebut disalurkan dalam bentuk zakat pada desember 2007
sebesar Rp. 3.000.000,-, dan meningkat pada desember 2008 sebesar Rp.
10.000.000,-, dana zakat tersebut disalurkan melalui badan amil Zakat, Infaq,
Shadaqah (BAZIS) BTN. 7
Serta Perbankan Syariah Peduli Ummat (PSPU) meresmikan Dusun
7
Laporan Bank BTN (annual report), Tahun 2008
Percontohan, pada hari ini, 8 September 2006, di Dusun Dahromo, Plered,
Bantul, Yogyakarta. Peresmian akan dilakukan oleh direktur direktorat
perbankan syariah Harisman, ketua umum Baznas Didin Hafidhuddin, serta
direktur dan pimpinan perbankan syariah.
Peresmian dusun percontohan ini ditandai dengan penyerahan bantuan
tahap I Rp360 juta untuk perbaikan 34 rumah, bantuan kesejahteraan gum
Rp500.000 per bulan untuk 13 orang, beasiswa untuk 187 anak Rp50.000 per
bulan, pelayanan kesehatan dan bantuan modal kerja. 8
Dusun Dahromo di Desa Segoroyoso Kec.Plered Bantul yang
berpenduduk 262 KK ini termasuk menderita kerusakan paling parah akibat
gempa.Sekitar 90% rumah penduduk rubuh, masjid rusak berat, sekolah rata
dengan tanah, dua musholla hancur dan beberapa warga meninggal
dunia.Bantuan tanggap darurat berupapemberianlogistik, pelayanan
kesehatan, bantuan tenda, MCK umum dan penyediaan tenda untuk sekolah
darurat telah diberikan oleh PSPU. Dusun percontohan ini merupakan salah
satu program pemulihan Yogya pasca bencana yang diinisiasi olehPSPU.
Program ini bertujuan untuk memulihkan kehidupan masyarakat korban
gempa serta mengembangkan lebih baik.
Total anggaran untuk program pemulihan ini Rp1.l75 miliar. PSPU
8 Ibid
41
diluncurkan pada 27 Oktober 2005 dan telah banyak melakukan kegiatan
sosial.PSPU yang diinisiasi oleh Bank Indonesia ini beranggotakan 14
perbankan syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri,
Bank Syariah Mega Indonesia, BTN Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah.
Selain itu, Bank Bukopin Syariah, Bank Permata Syariah, Bank Niaga
Syariah, Bank BlI Syariah, Bank IFI syariah,Bank DKI Syariah, Bank Jabar
Syariah, MMBI dan Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) serta Baznas
sebagai koordinator pelaksana program. PSPU merupakan wadah bagi
A. Peran dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah
Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah suatu badan yang diberi
wewenang untuk melakukan supervisi / pengawasan dan melihat secara dekat
aktivitas lembaga keuangan syariah agar lembaga tersebut senantiasa mengikuti
aturan dan prinsip-prinsip syariah.1 Dewan Pengawas Syariah (DPS)
berkewajiban secara langsung melihat pelaksanaan tugas suatu lemabaga
keuangan syariah agar tidak menyimpang dari ketentuan yang telah difatwakan
oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelsi Ulama Indonesia (MUI), hal itu
untuk menciptakan Good Corporate Governance (GCG) dalam perbankan syariah
yang sebagaimana dijelaskan pada PBI NO.11/33/PBI/2009. Bertujuan untuk
memberikan keyakinan kepada stakeholders bahwa produk dan kegiatan
operasional usahanya telah dilaksanakan secara transparan dan dapat
1
Amin Suma Muhamad, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi Dan Keuangan Islam,
(Tangerang, Kolam Publishing, 2008), h.
42
43
dipertanggungjawabkan terkait pemenuhan prinsip syariah, sehingga tidak ada
keraguan bagi masyarakat untuk menyimpan dana dan menyerahkan pengelolaan
dananya kepada bank.
Untuk menciptakan hal itu, tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah ( DPS) pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah sama dengan DPS
pada umumnya.2 yaitu mengikuti Peraturan Bank Indonesia No.11/33/PBI/2009
tentang Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu DPS bertugas dan bertanggung jawab
memberikan nasihat dan saran kepada Direktur UUS bank BTN syariah serta
mengawasi kegiatan UUS agar sesuai dengan prinsip Syariah. Pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab DPS meliputi antara lain:3
1. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan Bank BTN
2. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank; sejak awal sampai
dikeluarkan produk tersebut
3. Memberikan opini syariah terhadap produk pembiayaan yang
direstrukturisasi;
4. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank
yang belum ada fatwanya;
2
Bpk Muhammad Hidayat, DPS Bank BTN Syariah, wawancara pribadi, Jakarta, tanggal 16 juni 2010.
3
Peraturan Bank Indonesia NO.11/10/PBI/2009,Pasal 10, Teantang Unit usaha Syariah.
5. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap
mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
UUS; dan
6. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.
Adapun kewajiban Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus
dilakasanakan dalam mengawasi perbankan Syariah yaitu:
1. Mengikuti fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI)
2. Mengawasi kegiatan Usaha lembaga keuangan syariah (perbankan syariah)
agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah
difatwakan DSN.
3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan syariah
(perbankan syariah) yang diawasi secara rutin kepada DSN,
sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun.4
Sedangkan wewenang Dewan pengawas Syariah (DPS) meliputi:
1. Memberikan pedoman atau garis-garis besar syariah, baik untuk pengerahan
maupun untuk penyaluran dana serta kegiatan bank lainnya.
2. Mengadakan perbaikan seandainya suatu produk yang sedang dijalankan
bertentangan dengan syariah5
4
DSN-MUI dan Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional,(CV.Gaung
persada, Cipayung Ciputat,2006),h.441.
45
Perwataatmadja dan S. Atonio mengemukakan bahwa anggota DPS
seharusnya terdiri atas ahli syariah, yang sedikit banyak menguasai hokum
dagang positif dan cukup terbiasa dengan kontrak-kontrak bisnis. Untuk
menjamin kebebasan mengeluarkan pendapat DPS, maka harus diperhatiakan
hal-hal berikut:,
1. Mereka bukan staf bank dalam arti mereka tidak tunduk dibawah kekuasaan
administrative.
2. Mereka dipilih oleh Rapat Umum pemegang Saham (RUPS)
3. Honorium mereka ditetukan oleh RUPS
4. DPS mempunyai system kerja dan tugas-tugas tertentu seperti halnya badan
pengawas lainnya.6
Hal itu untuk menjaga keobjektifitas pengawasan DPS sendiri dalam
mengawasi bank syariah, sebab pengawasan haruslah bersifat objektif dan
berorientasi pada kebenaran menurut peraturan yang berlaku.
B. Mekanisme Pengawasan DPS Bank BTN Syariah
Dalam melakukan pengawasan produk-produk bank BTN syariah yang
harus dilakukan DPS adalah
5
Andrian Sutedi, perbankan syariah tinjauan dari beberapa hokum ; (Jakartap,Pt. Ghalia
Indonesia, 2009),hal.143.
6
Kanaen Perwatatmajaya dan Muhammad Syafei Atonio, Apa dan Bagaiman Bank Islam,
(Yogyakarta: Dana Bakti Prima Yasa,1992),h.2-4.
1. Meminta penjelasan dari pejabat Bank yang berwenang mengenai tujuan,
karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akan
dikeluarkan;
2. Memeriksa terhadap akad yang digunakan dalam produk baru apakah telah
terdapat fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia. Adapun
ketika suatu produk telah terdapat adanya fatwa, maka Dewan Pengawas
Syariah melakukan analisa atas kesesuaian akad produk baru dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Maka sebaliknya ketika
suatu produk belum ada fatwanya maka Dewan Pengawas Syariah
mengusulkan kepada Direksi Bank untuk melengkapi akad produk baru
dengan fatwa dari Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia.
3. Mereview sistem dan prosedur produk baru yang akan dikeluarkan terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah; dan
4. Memberikan pendapat syariah atas produk baru yang akan dikeluarkan.7
Adapun dalam melakukan pengawasan terhadap kegiatan Bank terkait
dengan aspek pemenuhan Prinsip Syariah dalam operasionalnya, yang harus
dilakukan DPS bank BTN syariah adalah:
1. Menganalisis laporan yang disampaikan yang diminta dari Direksi, pelaksana
fungsi audit intern dan/atau fungsi kepatuhan untuk mengetahui kualitas
7 Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/13/DPbS perihal Pelaksanaan
Good Corporate
Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
47
pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah atas kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
2. Menetapkan jumlah uji petik (sampel) transaksi yang akan diperiksa dengan
memperhatikan kualitas pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah dari
masing-masing kegiatan;
3. Memeriksa dokumen transaksi yang diuji petik (sampel) untuk mengetahui
pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dipersyaratkan dalam SOP,
antaralain:
a. Ada tidaknya bukti pembelian barang, untuk akad murabahah sebagai
bukti terpenuhinya syarat jual-beli murabahah;
b. Ada tidaknya laporan usaha nasabah, untuk akad
mudharabah/musyarakah, sebagai dasar melakukan perhitungan distribusi
bagi hasil;
c. Melakukan inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan/atau
konfirmasi kepada pegawai Bank dan/atau nasabah untuk memperkuat
hasil pemeriksaan dokumen apabila diperlukan;
d. Melakukan review terhadap SOP terkait aspek syariah apabila terdapat
indikasi ketidaksesuaian pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah atas
kegiatan dimaksud;
e. Memberikan pendapat syariah atas kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank; dan
f. Melaporkan hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah kepada Direksi
dan Dewan Komisaris.8
C. Analisa Pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Bank Tanbungan Negara (BTN) Syariah.
Salah satu pilar penting dalam pencapaian Good Corporate Governance di
perbankan Indonesia adalah aspek transparansi kondisi keuangan Bank kepada
publik. Bagi bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
terdapat aspek tanggung jawab untuk memberikan keyakinan kepada stakeholders
bahwa produk dan kegiatan operasional usahanya telah dilaksanakan secara
transparan dan dapat dipertanggung jawabkan baik pemenuhan prinsip
manajemen usaha perbankan umum maupun pemenuhan prinsip syariah, sehingga
tidak ada keraguan bagi masyarakat untuk menyimpan dana dan menyerahkan
pengelolaan dananya kepada bank. Oleh karena itu diperlukan adanya pihak yang
dapat mengawasi dan memastikan kesesuaian kegiatan operasional bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan prinsip syariah
Oleh karena itu dibentuklah DPS yang bertujuan mengawasi bank syariah
patuh dengan prinsip syariah (syariah compliance). sebab itu DPS dituntut untuk
dapat memastikan ada atau tidaknya pelanggaran dalam operasional bank syariah
jika ada pelanggaran dalam bank syariah maka DPS harus menindak lanjuti
8 Ibid.
49
dengan melakukan pebenaran atau koreksi, berupa teguran ataupun hukuman
yang bertujuan untuk mencegah terulang kembali pelanggaran tersebut, dengan
begitu dapat terlihat apakah pengawasan yang dilakukan DPS sudah efektif atau
belum, dalam mengawasi kepatuahan syariah Ada beberapa indikator yang
digunakan sebagai ukuran kualitatif untuk melihat bank syariah patuh atau tidak
terhadap prinsip syariah secara umum.yaitu sebagai berikut:
1. Memastikan akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan
penyaluran dana sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan syariah yang
berlaku.
2. Memastikan Seluruh transaksi dan aktifitas ekonomi dilaporkan sesuai dengan
standar akuntasi syariah yang berlaku.
3. Memastikan Lingkungan kerja dan corporate culture sesuai dengan prinsip
syariah
4. Memastikan sumber dana berasal dari sumber dana yang sah dan halal
menurut syariah.
5. Memastikan bisnis dan usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan
syariah.
6. Memastikan dana zakat dihitung dan dibayar serta dikelola sesuai dengan
aturan dan prinsip syariah9
9
Ibid, Andrian Sutedi, perbankan syariah tinjauan dari beberapa hokum,hal.146.