• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dharmasisya - UI Scholars Hub

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Dharmasisya - UI Scholars Hub"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Dharmasisya Dharmasisya

Volume 1 NOMOR 3 SEPTEMBER 2021 Article 37

November 2021

TINJAUAN YURIDIS PERAN PT KLIRING PENJAMINAN EFEK TINJAUAN YURIDIS PERAN PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA SEBAGAI CENTRAL COUNTER PARTY UNTUK INDONESIA SEBAGAI CENTRAL COUNTER PARTY UNTUK

TRANSAKSI DERIVATIF SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR OVER TRANSAKSI DERIVATIF SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR OVER THE COUNTER

THE COUNTER

Yofi Satriya Wijaya [email protected]

Follow this and additional works at: https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya

Part of the Administrative Law Commons, Civil Law Commons, Constitutional Law Commons, Criminal Law Commons, and the International Law Commons

Recommended Citation Recommended Citation

Wijaya, Yofi Satriya (2021) "TINJAUAN YURIDIS PERAN PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA SEBAGAI CENTRAL COUNTER PARTY UNTUK TRANSAKSI DERIVATIF SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR OVER THE COUNTER," Dharmasisya: Vol. 1 , Article 37.

Available at: https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss3/37

This Article is brought to you for free and open access by the Faculty of Law at UI Scholars Hub. It has been accepted for inclusion in Dharmasisya by an authorized editor of UI Scholars Hub.

(2)

TINJAUAN YURIDIS PERAN PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA TINJAUAN YURIDIS PERAN PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA SEBAGAI CENTRAL COUNTER PARTY UNTUK TRANSAKSI DERIVATIF SUKU SEBAGAI CENTRAL COUNTER PARTY UNTUK TRANSAKSI DERIVATIF SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR OVER THE COUNTER

BUNGA DAN NILAI TUKAR OVER THE COUNTER

Cover Page Footnote Cover Page Footnote

Dimitris N. Chorafas. Introduction. To Derivative Financial Instruments (Options, Futures, Forwards, Swaps, And Hedging). (United States of America: The McGraw-Hill Companies, 2008), hlm. 33. Bryan A.

Garner. Black’s Law Dictionary, Edisi ke-10. United States of America: Thomson Reuters, 2014, hlm. 538.

Infovesta, mengenal derivatif, https://www.infovesta.com/index/learning/

learning/;jsessionid=9478E52467715001B68834CBA034E02E.NGXB/61, diakses pada tanggal 28 Januari 2020. Implementing OTC Derivatives Market Reforms, The Financial Stability Board, 25 October 2010, https://www.fsb.org/wp-content/uploads/r_101025.pdf, diakses pada 28 Januari 2020. O.C. Kaligis.

Aspek Hukum Transaksi Derivatif Di Indonesia. Bandung: P.T. Alumni, 2010, hlm. 4. Leaders’ Statement The Pittsburgh Summit September 24 – 25 2009, http://www.g20.utoronto.ca/2009/

2009communique0925.html, diakses tanggal 28 Januari 2020. Indonesia. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, LN No.159 Tahun 2019, TLN Nomor 6381, Psl.

1 angka 1. Ibid, Psl. 1 angka 2. Charles Gates, Understanding Central Counterparties (CCPs), Global Financial Market Institute, 2015, hlm. 1. PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. (2018). Kajian Central Counterparty OTC Derivatif, 2018, hlm. 17. Divisi Riset Dan Pengembangan Bisnis PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Studi Layanan Sentralisasi Kliring OTC Derivative. PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, 2018, hlm. 18. Materi rapat pimpinan Task Force ¬CCP Derivatif Indonesia tanggal 8 Juli 2019. Indonesia.

Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, LN No.64 Tahun 1995, TLN No.3608, Psl.

1 angka 9. Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, LN No.64 Tahun 1995, TLN No.3608, Psl. 14 ayat (1). Tim Studi Biro Transaksi Dan Lembaga Efek. Laporan Hasil Studi Tentang Eksistensi Dan Peran Penyelenggara Transaksi Efek (Market Operator). Jakarata: Bapepam dan LK, 2011, hlm. 51. David M. Weis. After The Trade Made (Processing Securities Transaction) USA: New york Institute Of Finance, 1993, hlm,. 227. Indonesia, Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Pasar Uang, PBI Nomor 18/11/PBI/2016, LN No.148 Tahun 2016, TLN Nomor 5909, Psl. 6. Ibid, Psl. 1 angka 1.

Indonesia. Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, Psl. 1 angka 13. Indonesia.

Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, Psl. 1 angka 4. Ibid, Psl. 1 angka 3. Ibid, Psl. 2. Ibid, Psl. 5. Ibid, Psl. 8. Ibid, Psl. 23. Indonesia. Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, Psl. 1 angka 9. Ibid, Psl. 14 ayat (1). Ibid, Psl. 14 ayat (3).

Ibid, Psl. 55. Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal, PP Nomor 45 Tahun 1995, LN No.86 Tahun 1995, TLN No.3617, Psl. 16. Indonesia. Otoritas Jasa

Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa. POJK Nomor 26/POJK.04/2014, LN No.361 Tahun 2014, TLN No.5635, Psl. 9 ayat (2) huruf b. Ibid, Psl. 10 ayat (1). Indonesia. Otoritas jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Transaksi Efek. POJK Nomor 22/POJK.04/2019, LN No.168 Tahun 2019, TLN No. 6387, Psl. 1 angka 6. Ibid, Psl. 1 angka 7. Ibid, Psl. 21. Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV, Ps.1 ayat (3). Budiono Kusumohamidjojo.

Teori Hukum Dilema antara Hukum dan Kekuasaan, hlm. 118. Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Cet. VIII.

Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 191. Indonesia. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, Psl. 5. European Market Infrastructure Regulation (EMIR) Nomor 152/2013, article 1, https://eur-lex.europa.eu/LexUriServ/

LexUriServ.do?uri=OJ:L:2013:052:0037:0040:EN:PDF, diakses pada tanggal 19 februari 2020. Divisi Riset Dan Pengembangan Bisnis PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Studi Layanan Sentralisasi Kliring OTC Derivative. PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, 2018, hlm. 14. Indonesia. Undang-Undang tentang

(3)

Perseroan Terbatas, UU Nomor 23 Tahun 1999, LN No.106 Tahun 2007, TLN No. 4756, Psl. 41. Ibid, Psl.

43. Press release Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT KPEI 2019, https://www.kpei.co.id/news/

rapat-umum-pemegang-saham-tahunan-kpei-2019, diakses pada tanggal 19 Februari 2020. Indonesia.

Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, Psl. 14. Indonesia. Bank Indonesia.

Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, Psl. 2.

This article is available in Dharmasisya: https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss3/37

(4)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

TINJAUAN YURIDIS PERAN PT KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA SEBAGAI CENTRAL COUNTER PARTY UNTUK TRANSAKSI DERIVATIF

SUKU BUNGA DAN NILAI TUKAR OVER THE COUNTER Yofi Satriya Wijaya

Fakultas Hukum Universitas Indonesia Korespondensi: [email protected]

Abstrak

Peranan Central Counter Party (CCP) dalam transaksi keuangan terutama di pasar derivatif menjadi perhatian dan komitmen negara anggota G20 termasuk Indonesia untuk diimplementasikan karena terjadinya krisis global pada tahun 2008-2010. Derivatif memiliki peran penting sebagai alternatif investasi dan pendanaan serta sebagai sarana lindung nilai (hedging) bagi investor terhadap risiko perubahan harga aset keuangan yang tidak dapat diprediksi sehingga menempatkan investor dalam posisi rugi (loss). Namun, derivatif juga bisa berdampak negatif dalam hal pelaksanaannya dilakukan secara tidak wajar sehingga bisa berdampak pada stabilitas keuangan dan kerugian investor. Implementasi komitmen pendirian CCP derivatif direalisasikan Bank Indonesia dengan menerbitkan regulasi pada tahun 2019 yang mengatur CCP untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar (CCP SBNT).

Pendirian CCP SBNT yang berada dalam lingkup pasar uang memiliki tantangan tersendiri, baik dari sisi pendanaan maupun penyediaan sumber daya manusia yang memadai, sehingga salah satu pilihan yang mungkin dijajaki dalam pendirian CCP SBNT adalah menggunakan infrastruktur pasar keuangan yang telah tersedia saat ini, seperti infrastruktur PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (PT KPEI) dimana tugas dan fungsi PT KPEI berdasarkan undang-undang pasar modal adalah sebagai CCP di pasar modal. Penulis menganalisis dengan metode yuridis normatif terkait permasalahan pada aspek hukum yang mendasari serta dampak yang menyertai dalam rencana peran PT KPEI sebagai CCP SBNT dengan menggunakan perspektif legal lintas sektor, yaitu pasar modal dan pasar uang. Melalui penelitian ini diharapkan ditemukan dasar hukum yang menjadi payung hukum peran PT KPEI sebagai CCP SBNT serta formulasi yang ideal untuk dijalankan secara harmonis dengan peran utama PT KPEI sebagai CCP di pasar modal.

Kata kunci: Derivatif, Komitmen Anggota G20, Central Counter Party, Pasar Modal, Pasar Uang.

Abstract

The role of the Central Counter Party (CCP) in financial transactions, especially in the derivatives market, is the concern and commitment of G20 member countries including Indonesia to be implemented due to the global crisis in 2008-2010. Derivatives have an important role as an alternative investment and funding as well as hedging for investors against the risk of changes in the price of financial assets that can’t be predicted so that puts investors in a loss position. However, derivatives can also have a negative impact if the implementation is done improperly so that it has an impact on financial stability and investor losses. The establishment of a derivative CCP was implemented by Bank Indonesia by issuing a regulation in 2019 governing the CCP for Interest and Exchange Rate Derivative Transactions (CCP SBNT). The establishment of the SBNT CCP within the scope of the financial market has its own challenges, both in terms of funding and the provision of adequate human resources, so that one of the options that might be explored in establishing the SBNT CCP is to use financial market infrastructure that is currently available, such as PT Kliring Penjaminan Efek Indoensia (PT KPEI) where the duties and functions of PT KPEI based on capital market law are as CCP in the capital market.

The author analyzes with the normative juridical method related to problems in the underlying legal aspects and the accompanying impacts if PT KPEI as the CCP SBNT by using a cross-sectoral legal perspective, namely the capital market and money market.

This research is expected to find a legal basis that forms the legal umbrella for PT KPEI as the CCN SBNT and an ideal formulation to be carried out harmoniously with the main role of PT KPEI as CCP in the capital market.

Keywords: Derivatives, G20 Member Commitments, Central Counter Party, Capital Market, Money Market.

I. PENDAHULUAN

The International Financial Reporting Standards (IFRS) oleh International Accounting Standards Board (IASB) mendefinisikan derivatif, yaitu “as a financial instrument whose value changes inresponse to a change in the price of an underlying, such as an interest rate, commodity, security price, or index”. Derivatif didefinisikan sebagai sebuah instrumen keuangan yang nilainya berubah berdasarkan perubahan harga yang mendasarinya, seperti tingkat bunga, komoditas, harga sekuritas (Efek), atau indeks.1

1 Dimitris N. Chorafas. Introduction. To Derivative Financial Instruments (Options, Futures, Forwards, Swaps, And Hedging). (United States of America: The McGraw-Hill Companies, 2008), hlm. 33.

(5)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

1604

DHARMASISYA Vol. I N0. 3 (September 2021)

Merujuk pada definisi Black’s Law, derivatif secara umum diartikan sebagai “a financial instrument whose value depends on or is derived from the performance of a secondary source suc as underlying bond, currency, or commodity”2. Derivatif diartikan sebagai instrumen keuangan yang nilainya bergantung kepada atau berasal dari performa pasar sekunder seperti underlying surat utang, mata uang, atau komoditi.

Dalam pengertian yang lebih khusus, derivatif merupakan kontrak keuangan antara dua pihak atau lebih guna memenuhi janji untuk membeli atau menjual aset yang dijadikan sebagai objek yang diperdagangkan pada waktu dan harga disepakati bersama antara pihak penjual dan pembeli. Jenis instrumen derivatif yang paling banyak dikenal adalah opsi, kontrak berjangka, dan swap3. Derivatif digunakan dalam berbagai cara, termasuk untuk kepentingan lindung nilai (hedging) dan investasi4.

P.D.D. Dermawan sebagaimana dikutip O.C. Kaligis menjelaskan transaksi derivatif umumnya dikatakan sebagai transaksi yang struktur dan nilainya didasarkan atau bergantung kepada aset lain atau nilai aset lain tersebut. Penyelesaian atas transaksi tersebut hampir keseluruhannya dilakukan dengan pembayaran tunai atas selisih nilai (cash settlement) dan tidak dengan penyerahan fisik dari aset yang mendasari transaksi tersebut (underlying asset)5.

Reformasi pasar derivatif merupakan salah satu komitmen yang disepakati negara anggota G20 pada Pittsburgh Summit tahun 2009 sebagai respon atas terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2007-2008. Dalam komitmen negara G20 tersebut di mana Indonesia sendiri merupakan salah satu anggotanya terdapat 3 (tiga) fokus area yang harus dilakukan negara anggota sehubungan dengan reformasi pasar derivatif, yaitu 1) transaksi instrumen derivatif harus dilakukan melalui bursa Efek atau platform perdagangan luar bursa yang terorganisasi, 2) transaksi instrumen derivatif harus dikliringkan melalui Central Counter Party (CCP) sehingga dalam hal terdapat transaksi yang dilakukan para pihak yang tidak dilakukan kliring melalui CCP maka pihak tersebut akan dikenakan persyaratan permodalan yang lebih tinggi, dan 3) adanya pelaporan atas transaksi instrumen derivatif kepada trade repository6.

Respon atas komitmen negara G20 memunculkan aturan-aturan terkait regulasi dan pengawasan transaksi derivatif di luar bursa, di antaranya di Amerika Serikat dan Eropa, yaitu Dodd Frank Act (DFA) yang diperkenalkan di pasar Amerika Serikat dan European Market Infrastructure Regulation (EMIR) untuk pasar Eropa, guna mereformasi regulasi di pasar derivatif luar bursa.

Menindaklanjuti komitmen tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 21/11/PBI/2019 tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter. PBI ini diterbitkan sebagai dasar pembentukan CCP derivatif pasar uang yang saat ini belum ada serta sebagai pemenuhan fokus area reformasi pasar derivatif nomor 2) di atas, yaitu transaksi instrumen derivatif harus dikliringkan melalui CCP.

PBI Nomor 21/11/PBI/2019 mengatur pembentukan CCP untuk transaksi Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar yang dilakukan di luar bursa/over the counter (CCP SBNT).

2 Bryan A. Garner. Black’s Law Dictionary, Edisi ke-10. United States of America: Thomson Reuters, 2014, hlm. 538.

3 Infovesta, mengenal derivatif,

https://www.infovesta.com/index/learning/learning/;jsessionid=9478E52467715001B68834CBA034E02E.NG XB/61, diakses pada tanggal 28 Januari 2020.

4 Implementing OTC Derivatives Market Reforms, The Financial Stability Board, 25 October 2010, https://www.fsb.org/wp-content/uploads/r_101025.pdf, diakses pada 28 Januari 2020.

5 O.C. Kaligis. Aspek Hukum Transaksi Derivatif Di Indonesia. Bandung: P.T. Alumni, 2010, hlm. 4.

6 Leaders’ Statement The Pittsburgh Summit September 24 25 2009, http://www.g20.utoronto.ca/2009/2009communique0925.html, diakses tanggal 28 Januari 2020.

(6)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

Transaksi derivatif suku bunga adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari suku bunga7. Adapun Transaksi Derivatif Nilai Tukar adalah transaksi yang didasari oleh suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang nilainya merupakan turunan dari nilai tukar8.

Pengertian CCP adalah “a clearing house that interposes itself between counterparties to contracts traded in one or more financial markets, becoming the buyer to every seller and the seller to every buyer and thereby ensuring the future performance of open contracts”9. Dari definisi tersebut, maka dipahami bahwa CCP adalah suatu entitas keuangan yang menempatkan dirinya sebagai pembeli untuk setiap penjual dan penjual untuk setiap pembeli dalam transaksi di pasar keuangan.

Derivatif digunakan secara umum untuk melakukan strategi lindung nilai terhadap risiko transaksi produk keuangan. Meskipun demikian, transaksi derivatif yang dilakukan di luar bursa juga memiliki risiko atas counterparty credit risk, yakni dimana pihak pelaku dalam kontrak derivatif mengalami kegagalan, maka kewajiban yang terdapat dalam kontrak bisa tidak dipenuhi. Selain itu, pihak yang tidak gagal (non-defaulting parties) dapat mengeluarkan biaya tambahan dalam mengganti kontrak yang gagal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan adanya CCP yang berfungsi untuk mengelola counterparty-credit-risk secara terpusat10.

Secara umum penerapan CCP derivatif selain memenuhi komitmen sebagai anggota G20 juga memiliki manfaat sebagai berikut11:

1. Efisiensi melalui multilateral netting;

2. Transparasi harga dan kesepadanan Efek;

3. Meningkatkan likuiditas;

4. Kemudahan transfer asset nasabah (portability);

5. Credit risk mitigation;

6. Efisiensi dari aspek legal dan operasional;

7. Transparansi dalam hal risiko dan pengawasan; dan 8. Manajemen kegagalan (default management).

Untuk merealisasikan pembentukan CCP SBNT di Indonesia, terdapat opsi yang mungkin dijajaki dengan menggunakan lembaga kliring yang sudah ada saat ini di pasar modal, yaitu PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI)12. Opsi ini dinilai paling feasible dan efisien dibandingkan dengan opsi membentuk CCP SBNT dengan entitas yang baru karena pendirian entitas baru ini membutuhkan dana yang lebih besar serta sumber daya manusia yang harus dipersiapkan.

Tentunya peran KPEI sebagai CCP SBNT akan memiliki kompleksitas, tidak hanya dari sisi operasional tetapi juga aspek legal yang mendasarinya. KPEI merupakan lembaga CCP pasar modal yang menjalankan tugas dan fungsi sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) sebagaimana diatur dalam Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM). LKP dalam UUPM didefinisikan sebagai pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan

7 Indonesia. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, LN No.159 Tahun 2019, TLN Nomor 6381, Psl. 1 angka 1.

8 Ibid, Psl. 1 angka 2.

9 Charles Gates, Understanding Central Counterparties (CCPs), Global Financial Market Institute, 2015, hlm. 1.

10 PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. (2018). Kajian Central Counterparty OTC Derivatif, 2018, hlm. 17.

11 Divisi Riset Dan Pengembangan Bisnis PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Studi Layanan Sentralisasi Kliring OTC Derivative. PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, 2018, hlm. 18.

12 Materi rapat pimpinan Task Force CCP Derivatif Indonesia tanggal 8 Juli 2019.

(7)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

1606

DHARMASISYA Vol. I N0. 3 (September 2021)

penyelesaian Transaksi Bursa13 dengan tujuan pendiriannya adalah untuk menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar, dan efisien14.

Peranan KPEI tunduk pada ketentuan di pasar modal dalam hal ini UUPM di mana pengaturan serta pengawasannya dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

Adapun derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar merupakan instrumen derivatif pasar uang yang berada di bawah pengaturan dan pengawsan Bank Indonesia. Sebagaimana dijelasakan sebelumnya bahwa PBI Nomor 21/11/PBI/2019 mengatur pembentukan CCP untuk transaksi transaksi derivatif suku bunga dan nilai tukar yang dilakukan di luar bursa (over the counter), sedangkan peran KPEI sendiri di pasar modal sebagaimana diatur dalam UUPM adalah untuk transaksi bursa.

Transaksi bursa dan luar bursa memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam transaksi bursa order jual dan order beli bertemu dalam suatu sistem perdagangan yang bersifat lelang (auction), sedangkan transaksi luar bursa dilakukan secara langsung antara pembeli dan penjual15. Transaksi luar bursa dilakukan secara negosiasi karena biasanya dilakukan dalam jumlah yang lebih besar daripada satuan lot sehingga perlu dinegosiasikan16.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka peran KPEI sebagai CCP SBNT memerlukan harmonisasi pengaturan lintas sektor karena peranannya akan berada dalam dua lingkup rezim pengaturan, yaitu pasar modal dan pasar uang.

Pengaturan pasar uang dilakukan Bank Indonesia melalui penerbitan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/11/PBI/2016 tentang Pasar Uang, dimana transaksi derivatif suku Bunga Rupiah diatur sebagai salah satu jenis transaksi di pasar uang.17 Dalam PBI dimaksud definisi Pasar Uang adalah bagian dari sistem keuangan yang bersangkutan dengan kegiatan perdagangan, pinjam-meminjam, atau pendanaan berjangka pendek sampai dengan 1 (satu) tahun dalam mata uang Rupiah dan valuta asing, yang berperan dalam transmisi kebijakan

moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran18. Namun, dalam UUPM definisi pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan

Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek19.

Harmonisasi diperlukan untuk menjamin bahwa peranan KPEI sebagai CCP SBNT dilakukan dengan dasar hukum yang jelas serta implementasinya dilakukan secara terukur dengan memperhatikan aspek perlindungan investor mengingat peran KPEI sebagai CCP, baik di pasar modal maupun pasar uang, akan dilakukan dengan mekanisme kegiatan yang kurang lebih sama, yaitu kliring dan penjaminan, tetapi dengan peruntukan investor yang memegang instrumen keuangan berbeda yaitu instrumen pasar modal dan instrumen pasar uang.

Berdasarkan yang telah diuraikan sebelumnya, maka artikel ini akan lebih fokus menganalisis beberapa permasalahan antara lain dasar hukum peran KPEI sebagai CCP SBNT, KPEI menjalankan perannya sebagai CCP SBNT secara harmonis dengan perannya sebagai

13 Indonesia. Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, LN No.64 Tahun 1995, TLN No.3608, Psl. 1 angka 9.

14 Indonesia. Undang-Undang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, LN No.64 Tahun 1995, TLN No.3608, Psl. 14 ayat (1).

15 Tim Studi Biro Transaksi Dan Lembaga Efek. Laporan Hasil Studi Tentang Eksistensi Dan Peran PenyelenggaraTransaksi Efek (Market Operator). Jakarata: Bapepam dan LK, 2011, hlm. 51.

16 David M. Weis. After The Trade Made (Processing Securities Transaction) USA: New york Institute Of Finance, 1993, hlm,. 227.

17 Indonesia, Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Pasar Uang, PBI Nomor 18/11/PBI/2016, LN No.148 Tahun 2016, TLN Nomor 5909, Psl. 6.

18 Ibid, Psl. 1 angka 1.

19 Indonesia. Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, Psl. 1 angka 13.

(8)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

CCP pasar modal, dan aspek perlindungan investor yang harus dilakukan KPEI sehubungan dengan perannya sebagai CCP SBNT.

II. PEMBAHASAN

Guna memberikan dasar untuk menganalisis pada penulisan ini, maka terlebih dahulu perlu dipaparkan ketentuan yang diatur dalam PBI Nomor 21/11/PBI/2019 tentang Penyelenggaraan Central Counterparty untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar Over-The-Counter (PBI CCP SBNT) antara lain sebagai berikut:

1. CCP SBNT adalah lembaga yang menempatkan dirinya di antara para pihak yang melakukan Transaksi Derivatif SBNT sehingga bertindak sebagai pembeli bagi penjual dan sebagai penjual bagi pembeli 20.

2. Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Nilai Tukar Over the Counter yang selanjutnya disebut Transaksi Derivatif SBNT adalah Transaksi Derivatif Suku Bunga dan Transaksi Derivatif Nilai Tukar yang dilakukan secara over-the counter (transaksi luar bursa)21.

3. Fungsi CCP SBNT adalah novasi, penyelenggaraan kliring, dan pengelolaan risiko atas Transaksi Derivatif SBNT22.

4. Permodalan minimum yang harus dipenuhi CCP SBNT adalah sebesar empat ratus miliar Rupiah, dimana dari modal tersebut harus merupakan modal disetor sebesar dua ratus miliar Rupiah23.

5. Kepemilikan saham CCP SBNT wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1) sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia; atau 2) dimiliki oleh warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan/atau badan hukum asing, dengan batasan kepemilikan warga negara asing dan/atau badan hukum asing paling banyak 49% (empat puluh sembilan persen) dari modal disetor24. 6. Kewenangan CCP SBNT antara lain adalah menetapkan besaran kontribusi default fund (dana jaminan) dan mengeksekusinya dalam hal anggota CCP SBNT mengalami wanprestasi (gagal menyelesaikan transaksi)25.

Dalam regulasi di sektor pasar modal tidak dikenal secara eksplisit istilah CCP. Namun demikian, dalam hal substansi pengertian CCP adalah pihak yang menempatkan dirinya sebagai pembeli untuk setiap penjual dan penjual untuk setiap pembeli dalam transaksi di pasar keuangan, maka peran CCP di pasar modal dilakukan oleh Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP), dimana pemegang izin usaha dari Otoritas jasa Keuangan (OJK) sebagai LKP saat ini adalah PT KPEI.

Peranan LKP yang diidentikan sebagai CCP dapat dilihat pada ketentuan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 22/POJK.04/2019 tentang Transaksi Efek yang berbunyi “Dalam hal penyelesaian Transaksi Bursa yang dilakukan dengan Kliring secara Netting dan pemindahbukuan, hubungan hukum antara Anggota Bursa Efek yang menimbulkan hak dan kewajiban atas Transaksi Bursa yang dilakukannya beralih menjadi hubungan hukum antara anggota kliring dengan LKP pada saat Transaksi Bursa mengikat”.

Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut maka dipahami bahwa LKP dalam melakukan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa menjadi CCP karena pada saat Transaksi Bursa yang dilakukan oleh Anggota Bursa bertemu (matching) maka terjadi perubahan hubungan hukum di

20 Indonesia. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, Psl. 1 angka 4.

21 Ibid, Psl. 1 angka 3.

22 Ibid, Psl. 2.

23 Ibid, Psl. 5.

24 Ibid, Psl. 8.

25 Ibid, Psl. 23.

(9)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

1608

DHARMASISYA Vol. I N0. 3 (September 2021)

mana LKP menjadi penjual terhadap Anggota Kliring beli dan menjadi pembeli terhadap Anggota Kliring jual.

Pengaturan terkait LKP dilakukan dalam beberapa peraturan perundang-undangan terkait di pasar modal seperti UUPM, Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, POJK Nomor 26/POJK.04/2014 tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa, dan POJK Nomor 22/POJK.04/2019 tentang Transaksi Efek.

Beberapa ketentuan yang mengatur kegiatan PT KPEI sebagai LKP di pasar modal adalah sebagai berikut:

1. LKP adalah Pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa26.

2. LKP didirikan dengan tujuan menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa yang teratur, wajar, dan efisien27.

3. LKP dapat memberikan jasa lain berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK28. 4. LKP wajib menjamin penyelesaian Transaksi Bursa dan dalam penjaminan tersebut LKP

dapat menetapkan dana jaminan yang wajib dipenuhi oleh pemakai jasa Lembaga Kliring dan Penjaminan29.

5. Modal disetor LKP sekurang-kurangnya berjumlah lima belas miliar Rupiah30.

6. Kontrak LKP dengan anggotanya (anggota kliring) memuat antara lain penjaminan penyelesian Transaksi Bursa oleh LKP didasarkan pada hasil kliring yang dilakukan secara netting31.

7. Anggota Kliring wajib membayar sejumlah uang sebagai kontribusi untuk Dana Jaminan yang tidak dapat ditarik kembali guna menjamin kelancaran dan keamanan penyelesaian Transaksi Bursa32.

8. Transaksi Bursa adalah kontrak yang dibuat oleh anggota Bursa Efek sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh Bursa Efek mengenai jual beli Efek, pinjam-meminjam Efek, atau kontrak lain mengenai Efek atau harga Efek33.

9. Transaksi di Luar Bursa adalah Transaksi Efek antar Perusahaan Efek atau antara Perusahaan Efek dengan Pihak lain yang tidak diatur oleh Bursa Efek, dan Transaksi Efek antara Pihak yang bukan Perusahaan Efek34.

10. Fungsi penjaminan penyelesaian transaksi bursa dilaksanakan PT KPEI sebagai LKP dengan sumber keuangan dan urutan (default waterfall) sebagai berikut35:

a. Cadangan Jaminan;

b. Kredit bank, jika sudah ada kontrak antara Lembaga Kliring dan Penjaminan dengan bank;

c. Dana Jaminan;

26 Indonesia. Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, Psl. 1 angka 9.

27 Ibid, Psl. 14 ayat (1).

28 Ibid, Psl. 14 ayat (3).

29 Ibid, Psl. 55.

30 Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal, PP Nomor 45 Tahun 1995, LN No.86 Tahun 1995, TLN No.3617, Psl. 16.

31 Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa. POJK Nomor 26/POJK.04/2014, LN No.361 Tahun 2014, TLN No.5635, Psl. 9 ayat (2) huruf b.

32 Ibid, Psl. 10 ayat (1).

33 Indonesia. Otoritas jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Transaksi Efek. POJK Nomor 22/POJK.04/2019, LN No.168 Tahun 2019, TLN No. 6387, Psl. 1 angka 6.

34 Ibid, Psl. 1 angka 7.

35 Ibid, Psl. 21.

(10)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

d. Sumber keuangan dari anggota Jaringan Kredit yang lain, apabila seluruh sumber keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c telah digunakan tetapi tidak mencukupi, dengan pembagian sebagai berikut:

(1) 20% (dua puluh per seratus) dari jumlah yang dibutuhkan untuk membayar kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan dibagi sama rata di antara anggota Jaringan Kredit yang tersisa;

(2) 80% (delapan puluh per seratus) dari jumlah yang dibutuhkan untuk membayar kewajiban Lembaga Kliring dan Penjaminan dibagi di antara anggota Jaringan Kredit yang tersisa secara proporsional berdasarkan nilai Kliring masing-masing anggota Jaringan Kredit dimaksud selama 6 (enam) bulan terakhir; dan

(3) Jumlah yang tidak dibayar dalam 30 (tiga puluh) hari oleh anggota Jaringan Kredit tertentu, dibagi kembali di antara anggota Jaringan Kredit yang tersisa sesuai dengan ketentuan angka 1 dan angka 2.

Untuk menguji legalitas peranan PT KPEI sebagai CCP SBNT perlu dilihat aspek peraturan yang mendasarinya. Hal ini penting dilakukan sejalan dengan konsep Indonesia sebagai negara hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang manyatakan Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat)36.

Pengujian legalitas ini perlu dilakukan untuk memberikan kepastian hukum di sektor pasar keuangan. Kepastian hukum mempunyai peranan besar untuk menghadirkan bukan saja rasa aman tetapi juga menghidupkan rasa wajib yang timbal balik dalam masyarakat37. Sebagaimana ungkapan Satjipto Rahardjo bahwa pembuatan hukum baru merupakan salah satu tahap proses yang diselesaikan untuk mengatur masyarakat. Tahap pembuatan hukum masih harus disusul oleh pelaksanaannya secara konkrit dalam kehidupan masyarakat sehari-hari yang dikenal dengan penegakan hukum38.

Pasal 14 ayat (1) UUPM mengatur tujuan dan kepemilikan dari LKP, yaitu menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa yang teratur, wajar, dan efisien.

Ketentuan ini berbeda dengan peranan CCP SBNT sebagaimana diatur dalam PBI Nomor 21/11/PBI/2019, dimana CCP SBNT layanannya adalah terkait dengan transaksi luar bursa sedangkan fungsi LKP adalah terkait dengan transaksi bursa.

Namun demikian, dalam Pasal 14 ayat (3) UUPM diatur bahwa LKP dapat memberikan jasa lain berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh OJK. Dalam penjelasan Pasal dimaksud disebutkan bahwa yang dimaksud dengan jasa lain dalam ayat ini di antaranya adalah jasa yang berhubungan dengan hak pemodal, seperti distribusi dokumen mengenai kuasa dalam pemberian hak suara, distribusi laporan tahunan, pemrosesan hak memesan Efek terlebih dahulu, penerimaan Efek dalam rangka penawaran tender, serta pemberian jasa penyelesaian terhadap Kustodian sentral asing.

Ketentuan Pasal 14 ayat (3) UUPM mengatur adanya kegitan jasa lain LKP di luar kegiatan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa. Penjelasan Pasal 14 ayat (3) tidak memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan jasa lain dan hanya memberikan contoh beberapa jasa lain yang tidak bersifat limitatif sehingga secara legal peran KPEI sebagai CCP SBNT tidak bertentangan dengan UUPM dan dapat dijalakan sebagai jasa lain KPEI selama terdapat penetapan yang diberikan oleh OJK.

Pada umumnya semua CCP memiliki framework kegiatan yang sama dimana perannya adalah melakukan proses lanjutan setelah transaksi dilakukan dengan memperhitungkan risiko

36 Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV, Ps.1 ayat (3).

37 Budiono Kusumohamidjojo. Teori Hukum Dilema antara Hukum dan Kekuasaan, hlm. 118.

38 Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Cet. VIII. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 191.

(11)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

1610

DHARMASISYA Vol. I N0. 3 (September 2021)

counterparty yang harus ditanggung untuk setiap periode transaksi dan menjamin transaksi yang dilakukan diselesaikan dengan baik.

Jon Gregory dalam tulisannya pada buku Mandatory Clearing and Bilateral Margin Requirements for OTC Derivatives sebagaimana dikutip PT KPEI dalam kajian mengenai Kajian Central Counterparty OTC Derivatif menerangkan bahwa konsep dasar fungsi pengelolaan yang dilakukan oleh CCP adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Topologi Financial Market

CCP berfungsi sebagai lembaga yang berperan dalam mengalokasikan, mengelola, dan mengurangi risiko pelaku di pasar bilateral. CCP merubah topologi pasar keuangan dengan mengambil posisi diantara penjual dan pembeli. Manfaat utama yang dapat diambil adalah CCP dapat mengurangi interkonektivitas diantara lembaga keuangan sehingga dapat mengurangi dampak yang lebih luas di dalam industri atas bangkrutnya partisipan. Manfaat lainnya, dengan adanya CCP dapat memberikan informasi yang lebih tranparan atas posisi anggota kliring. Dengan adanya keterlibatan dari CCP dalam pasar luar bursa akan memberikan dampak yang signifikan atas topologi dari sistem finansial global.

2. Novasi

Konsep utama dari central clearing adalah novasi kontrak, yaitu proses legal dimana CCP memposisikan dirinya diantara pembeli dan penjual. Novasi pada dasarnya CCP berada diantara para pihak dalam suatu transaksi dan menjadi penjamin risiko pelaku atas kedua sisi penjual dan pembeli.

3. Multirateral offset

Multilateral offset adalah kondisi dimana seluruh aset dan kewajiban diambil alih oleh CCP dan saling offset satu sama lain sehingga kegagalan penyerahan kewajiban dari satu pihak tidak mempengaruhi pihak lain yang tidak mengalami kegagalan.

4. Margining (Pengelolaan agunan)

Penting bagi CCP untuk memiliki pengendalian risiko yang efektif dan sumber keuangan yang cukup. Metode margin merupakan metode yang paling efektif untuk menutup risiko pasar dari transaksi yang dikliringkan oleh CCP.

Margin muncul dalam dua bentuk, yaitu variation margin (mencakup perubahan net dalam nilai pasar dari posisi member) dan initial margin (nilai tambahan, yang dibebankan pada awal transaksi dan dirancang untuk menutupi biaya worst-case-close-out).

Persyaratan margin yang dibebankan CCP secara umum lebih ketat dibandingkan pasar derivatif bilateral. Secara khusus, variation margin harus ditransfer dalam basis harian (daily basis) dan dalam bentuk tunai, sedangkan persyaratan initial margin dapat berubah sesuai dengan kondisi pasar dan disediakan dalam bentuk tunai atau aset yang likuid.

Dalam rangka melaksanakan tugas penjaminan penyelesaian transaksi, pada umumnya CCP memiliki aspek penanganan kegagalan yang dijalankan melalui:

1. Penetapan sumber keuangan penanggulangan kegagalan transaksi (default waterfall)

Counterpaty risk yang dihadapi oleh CCP adalah kegagalan transaksi yang dialami oleh anggotanya, oleh karenanya sebagai bentuk penanggulangan atas risiko tersebut CCP memiliki default waterfall yang digunakan sebagai sumber keuangan dalam menangani kegagalan transaksi.

2. Pengelolaan dana jaminan (default fund)

Salah satu sumber default waterfall yang digunakan oleh CCP adalah default fund, yaitu dana jaminan yang dipungut oleh CCP dari kontribusi anggotanya.

3. Penempatan cadangan dana/cadangan jaminan (skim in the game)

Selain bersumber dari kontribsi para anggota kliring dan anggota kliring yang gagal, sumber keuangan default waterfall juga berasal dari penyisihan atau pencadangan modal CCP sendiri.

(12)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

Aspek kliring dan penjaminan oleh CCP tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh CCP dan dipergunakan sebagaimana peruntukannya. UUPM Pasal 14 mengatur secara jelas tujuan PT KPEI sebagai LKP adalah menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa yang teratur, wajar, dan efisien sehingga dari hal ini dipahami bahwa semua perangkat yang dimiliki oleh PT KPEI sebagai LKP terutama sumber keuangan dalam penanganan kegagalan (default waterfall) sebagaimana diatur dalam Pasal 21 POJK Nomor 26/POJK.04/2014 tidak dapat dipergunakan untuk hal lain termasuk menjamin transaksi dalam peran PT KPEI sebagai CCP SBNT. Dengan kata lain, sumber keuangan yang dipergunakan PT KPEI dalam menjamin transaksi harus dipisahkan pengelolan dan penggunaannya antara yang digunakan untuk fungsi sebagai LKP di pasar modal dan fungsi sebagai CCP SBNT di pasar uang.

Sebagaimana diketahui dana jaminan (default fund) merupakan salah satu sumber keuangan yang dipergunakan dalam penjaminan peyelesaian transaksi bursa oleh PT KPEI.

Dalam Pasal 11 POJK Nomor 26/POJK.04/2014 diatur bahwa ‘dana Jaminan hanya dapat digunakan oleh LKP dalam rangka Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa’. Pasal ini tegas mensyaratkan peruntukan dana jaminan hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan penjaminan transaksi bursa di pasar modal.

Apabila ditelaah lebih lanjut, pemisahan sumber kuangan penanganan kegagalan tersebut selaras dengan pengaturan yang dipersyaratkan BI terhadap pihak yang akan menjadi CCP SBNT dan memiliki segregasi atas kegiatan jasa selain CCP SBNT. Pada Bab V khususnya Pasal 37 PBI Nomor 21/11/PBI/2019 mengenai CCP SBNT diatur kewajiban CCP SBNT dalam hal memiliki jasa lain di luar transaksi derivatif SBNT, yaitu:

1. memisahkan Default Fund Contribution, Initial Margin, dan Variation Margin yang diterima atas Transaksi Derivatif SBNT dengan default fund contribution, initial margin, dan variation margin atas jasa lain tersebut; dan

2. memisahkan mekanisme urutan penggunaan sumber dana (default waterfall) atas Transaksi Derivatif SBNT dengan urutan penggunaan sumber dana (default waterfall) atas jasa lain tersebut.

Berdasarkan Pasal 37 PBI, CCP SBNT wajib memisahkan dana jaminan dan urutan sumber keuangan penanganan kegagalan untuk transaksi derivatif SBNT dengan dana jaminan dan urutan sumber keuangan penanganan kegagalan untuk transaksi lain (termasuk transaksi bursa di pasar modal).

Pemisahan sumber keuangan penanganan kegagalan ini menjadi penting agar peran PT KPEI sebagai CCP SBNT tidak bertentangan secara hukum dan operasional, tetapi selaras atau harmonis satu sama lain dengan perannya sebagai LKP di pasar modal. Lebih jauhnya, pemisahan ini akan memberikan fairness karena kontribusi dana jaminan yang dibayarkan oleh anggota kliring akan digunakan sesuai peruntukan masing-masing pasar. Hal ini mempertimbangkan juga implikasi terhadap keanggotaan kliring di PT KPEI dapat berbeda, dimana saat ini anggota kliring PT KPEI adalah Perusahaan Efek. Namun, dengan menjadi CCP SBNT anggota kliring PT KPEI dapat merupakan bank mengingat pelaku pada spot market dari underlying transaksi SBNT sendiri adalah bank.

Dari sisi permodalan, terdapat kesenjangan pengaturan antara PT KPEI sebagai LKP di pasar modal dan PT KPEI sebagai CCP SBNT di pasar uang. Dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal (PP 45 tahun 1995) diatur bahwa modal disetor LKP sekurang-kurangnya berjumlah lima belas miliar Rupiah. Hal ini tentu berbeda dengan persyaratan permodalan sebagai CCP SBNT sebagaimana diatur dalam PBI Nomor 21/11/PBI/2019 mengenai CCP SBNT bahwa permodalan minimum yang harus dipenuhi CCP SBNT adalah sebesar empat ratus miliar Rupiah yang terdiri dari modal disetor, saldo laba (rugi), dan komponen modal lainnya. Dari

(13)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

1612

DHARMASISYA Vol. I N0. 3 (September 2021)

empat ratus miliar Rupiah modal minimum tersebut, dua ratus miliar harus merupakan modal disetor39.

Dalam regulasi yang diterapkan di kawasan Eropa, European Market Infrastructure Regulation (EMIR) Nomor 152/2013 mewajibkan CCP di Eropa menempatkan persyaratan modal minimal sebesar EUR 7,5 juta40 (IDR 120 miliar dengan kurs Rp. 16.000/1Euro).

Persyaratan permodalan ini untuk memastikan kecukupan biaya operasional selama 6 bulan dan untuk memberikan perlindungan yang memadai kepada CCP terhadap risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, legal dan risiko bisnis41.

Dengan modal disetor berdasarkan PP Nomor 45 tahun 1995 sejumlah lima belas miliar Rupiah, PT KPEI membutuhkan tambahan modal disetor untuk selisihnya, yaitu seratus delapan puluh lima miliar Rupiah untuk mendapatkan izin prinsip dari Bank Indonesia sebagai CCP SBNT.

Sebagai entitas perseroan penambahan modal disetor PT KPEI bukan merupakan suatu halangan dan dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 40 tahun 2007. Penambahan modal tersebut harus dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)42 dan dalam rangka penambahan modal dengan penerbitan saham, penerbitan saham tersebut harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama43.

Berdasarkan press release RUPS tahunan PT KPEI tahun 2019 dijelaskan bahwa PT Bursa Efek Indonesia (PT BEI) adalah pemegang saham tunggal PT KPEI44 sehingga untuk memenuhi ketentuan permodalan yang dipersyaratkan PBI CCP SBNT PT BEI dapat melakukan penyetoran modal di PT KPEI.

Dengan menjadi CCP SBNT tentu aspek perlindungan investor menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan. Perlindungan investor tentunya dikorelasikan dengan apa yang menjadi tugas PT KPEI sendiri. Sebagai LKP di pasar modal, PT KPEI didrikan dengan tujuan menyediakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa yang teratur, wajar, dan efisien45. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 55 UUPM diatur secara tegas bahwa LKP wajib menjamin penyelesaian transaksi bursa. Adapun sebagai CCP SBNT, PT KPEI memiliki fungsi novasi, penyelenggaraan Kliring, dan pengelolaan risiko atas Transaksi Derivatif SBNT46.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas, maka aspek perlindungan investor yang harus dilakukan oleh PT KPEI adalah menjamin bawa transaksi yang dilakukan oleh investor akan dapat terselesaikan dengan baik. PT KPEI harus memastikan bahwa peranaannya sebagai LKP di pasar modal tidak mengganggu peranannya sebagai CCP SBNT dan sebaliknya peranan PT KPEI sebagai CCP SBNT tidak menggangu peranannya sebagai LKP di pasar modal. Investor

39 Indonesia. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, Psl. 5.

40 European Market Infrastructure Regulation (EMIR) Nomor 152/2013, article 1, https://eur- lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2013:052:0037:0040:EN:PDF, diakses pada tanggal 19 februari 2020.

41 Divisi Riset Dan Pengembangan Bisnis PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. Studi Layanan Sentralisasi Kliring OTC Derivative. PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia, 2018, hlm. 14.

42 Indonesia. Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, UU Nomor 23 Tahun 1999, LN No.106 Tahun 2007, TLN No. 4756, Psl. 41.

43 Ibid, Psl. 43.

44Press release Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT KPEI 2019,

https://www.kpei.co.id/news/rapat-umum-pemegang-saham-tahunan-kpei-2019, diakses pada tanggal 19 Februari 2020.

45 Indonesia. Undang-Undang tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, Psl. 14.

46 Indonesia. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter, PBI Nomor 21/11/PBI/2019, Psl. 2.

(14)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

dijamin memiliki kepastian bahwa dalam hal terjadi permasalahan kegagalan dalam salah satu pasar tersebut (pasar modal atau pasar uang), kegagalan tersebut tidak menggangu penyelesaian atas transaksinya dan keberlangsungan investasi miliknya.

III. KESIMPULAN

Pada dasarnya pembentukan CCP di pasar uang Indonesia bertujuan untuk pendalaman pasar keuangan Indonesia dengan membangun infrastruktur yang diharapkan memiliki peranan penting untuk menjaga aktivitas transaksi di pasar derivatif berjalan secara teratur, wajar, dan efisien.

Penelitian ini mencoba untuk memberikan suatu analisis bagaimana inisiatif tersebut dapat terealisasi dengan baik dan berjalan secara harmonis sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Poin yang dapat disarikan dalam tulisan ini sebagai suatu kesimpulan bahwa:

1. PT KPEI memiliki dasar hukum berdasarkan UUPM untuk berperan menjadi CCP SBNT (derivatif pasar uang) sebagai jasa lain.

2. Dalam berperan sebagai CCP SBNT, kegiatan PT KPEI akan beririsan dengan perannya sebagai LKP di pasar modal, mengingat kerangka kerja CCP untuk semua pasar adalah sama yaitu kliring dan/atau penjaminan atas suatu transaksi. Oleh karena itu, peran ini harus dijalankan secara harmonis dengan melakukan pemisahan sumber keuangan yang berasal dari kontribusi para anggota kliring dalam transaksi dan sumber keunagan yang digunakan untuk penanganan kegagalan.

3. Peran PT KPEI sebagai CCP SBNT harus memperhatikan aspek perlindungan investor dengan manjamin bahwa aktivitas PT KPEI sebagai CCP SBNT tidak mengurangi hak investor di pasar modal melalui anggota kliringnya untuk dijamin penyelesaian transaksinya.

Sebaliknya demikian, dalam menjalankan peran sebagai LKP di pasar modal, PT KPEI wajib menjamin hal tersebut tidak mengganggu hak yang dimiliki oleh investor di pasar uang .

Daftar Pustaka Buku

Divisi Riset Dan Pengembangan Bisnis PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. (2018). Studi Layanan Sentralisasi Kliring OTC Derivative. PT Kliring Penjamina Efek Indonesia.

Gates, Charles. (2015). Understanding Central Counterparties (CCPs), Global Financial Market Institute.

Kaligis, O.C. (2010). Aspek Hukum Transaksi Derivatif Di Indonesia. Bandung: P.T. Alumni.

Kusumohamidjojo, Budiono. (2017). Teori Hukum Dilema antara Hukum dan Kekuasaan. Cet.II, Bandung: Yrama Widya.

M. Weis., David. (1993). After The Trade Made (Processing Securities Transaction) USA: New york Institute Of Finance.

N. Chorafas, Dimitris. (2008). Introduction. To Derivative Financial Instruments (Options, Futures, Forwards, Swaps, And Hedging), The McGraw-Hill Companies, United States of America.

PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia. (2018). Kajian Central Counterparty OTC Derivatif.

Rahardjo, Satjipto. (2014). Ilmu Hukum. Cet. VIII. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Suteki. (2018). Metodelogi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori, dan Praktis). Cet II, Depok: PT Rajagrafindo Persada.

The Financial Stability Board. (2010). Implementing OTC Derivatives Market Reforms.

(15)

DHARMASISYA

Jurnal Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia Volume 1 Nomor 3 (September 2021) 1603-1614

e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

1614

DHARMASISYA Vol. I N0. 3 (September 2021)

Tim Studi Biro Transaksi Dan Lembaga Efek. (2011). Laporan Hasil Studi Tentang Eksistensi Dan Peran Penyelenggara Transaksi Efek (Market Operator). Bapepam dan LK.

Peraturan

Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV.

Indonesia. Undang-Undang tentang Bank Indonesia, UU Nomor 23 Tahun 1999, LN No.66 Tahun 1999, TLN No. 3843.

Indonesia. Undang-Undang Tentang Pasar Modal, UU Nomor 8 Tahun 1995, LN No.64 Tahun 1995, TLN No.3608.

Indonesia. Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas, UU Nomor 23 Tahun 1999, LN No.106 Tahun 2007, TLN No. 4756.

Indonesia. Undang-undang Tentang Otoritas Jasa Keuangan, UU Nomor 21 Tahun 2011, LN No.

111 Tahun 2011, TLN No. 5253.

Indonesia. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kegiatan Di Bidang Pasar Modal. PP Nomor 45 Tahun 1995, LN No.86 Tahun 1995, TLN No.3617.

Indonesia. Otoritas Jasa Keuangan. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa. POJK Nomor 26/POJK.04/2014, LN No.361 Tahun 2014, TLN No.5635.

Indonesia, Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Pasar Uang. PBI Nomor 18/11/PBI/2016, LN No.148 Tahun 2016, TLN Nomor 5909.

Indonesia. Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan Central Counterparty Untuk Transaksi Derivatif Suku Bunga Dan Nilai Tukar Over-The-Counter. PBI Nomor 21/11/PBI/2019, LN No.159 Tahun 2019, TLN Nomor 6381.

Kamus

Bryan A. Garner. (2014). Black’s Law Dictionary, Edisi ke-10. United States of America: Thomson Reuters.

Internet

Leaders’ Statement The Pittsburgh Summit September 24 – 25 2009, http://www.g20.utoronto.ca/2009/2009communique0925.html, diakses tanggal 28 Januari 2020.

Infovesta, mengenal derivatif,

https://www.infovesta.com/index/learning/learning/;jsessionid=9478E5246771 5001B68834CBA034E02E.NGXB/61, diakses pada tanggal 28 Januari 2020.

Press release Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT KPEI 2019, https://www.kpei.co.id/news/rapat-umum-pemegang-saham-tahunan-kpei-2019, diakses pada tanggal 19 Februari 2020.

European Market Infrastructure Regulation (EMIR) Nomor 152/2013, https://eur- lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2013:052:0037:0040:EN:PDF , diakses pada tanggal 19 februari 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Menulis ulang tubuh mereka sendiri di tengah lingkungan yang tidak memihak kepada mereka merupakan perlawanan tersendiri dan mengenakan apa yang mereka perjuangkan itu juga tidak lantas

Strategi untuk fokus pada kelemahan- peluang W-O dengan menopang kelemahan internal untuk mengambil keuntungan dari kesempatan eksternal bagi Program Pendidikan/Pelatihan Jarak Jauh

Indonesian Journal of International Law Indonesian Journal of International Law Volume 2 Number 1 Refugee Law Article 6 10-31-2004 Reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa Beberapa

Instrumen-instrumen HAM internasional yang dikelola dan dimunculkan oleh negara-negara Islam antara lain adalah Deklarasi Cairo tentang HAM tahun 1990 oleh negara-negara anggota OKI

Indonesia, sebagai negara yang menerapkan metode sistem peradilan pidana dalam kebijakan kontra-teror sebagaimana tercantum dalam UU Tindak Pidana Terorisme menjadikan aparat kepolisian

Penilaian terhadap objek jaminan ditujukan kepada nilai ekonomis barang tersebut, segi kemudahan penjualan juga merupakan faktor yang sangat penting karena eksekusi objek jaminan

KESIMPULAN Implementasi Komitmen PT Krakatau Steel dalam pelaksanaan beasiswa pendidikan yang bermitra dengan LP3I berada pada level komitmen internalization karena perusahaan

Memperjelas hal di atas, konsideran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 83 Tahun 2016, menyebutkan: bahwa untuk mengurangi kemiskinan, penggangguran dan ketimpangan