PENDAHULUAN
RumusanMasalah
TujuanPenelitian
KegunaanPenelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Dampak Narkotika Dalam Kehidupan Masyarakat
Misalnya, bayangkan efek menyenangkan dari suatu narkoba yang dengan cepat berubah menjadi GPO yang sangat tidak menyenangkan ketika penggunanya berhenti menggunakan narkoba seperti heroin/putaw. Sakaw bersifat fisik dan merupakan istilah lain dari gejala putus obat, sedangkan sugesti adalah kecanduan mental berupa keinginan untuk menggunakan narkoba kembali. Saran-saran ini dapat digambarkan sebagai suara-suara yang bergema di kepala pecandu yang menyuruh mereka untuk menggunakan narkoba.
Pertarungan ini sangat melelahkan, bayangkan jika anda harus melawan diri sendiri dan anda tidak bisa bersembunyi sama sekali dari suara-suara itu karena tidak ada tempat untuk bersembunyi dari diri anda sendiri dan seringkali dari bagian diri anda yang ingin menggunakan narkoba-itulah itu menang. Suara-suara tersebut seringkali sangat keras hingga ia tidak lagi menggunakan akal sehatnya karena pikirannya sudah terobsesi dengan narkoba dan nikmatnya efek penggunaan narkoba. Sugesti ini tidak bisa hilang dan tidak bisa disembuhkan, karena itulah yang membedakan seorang pecandu dengan orang yang tidak kecanduan.
Misalnya, seorang pecandu yang telah meninggalkan pusat pemulihan sudah mengetahui bahwa ia tidak dapat mengendalikan penggunaan narkobanya, namun ketika diminta, ia akan berpikir bahwa mungkin ia sekarang dapat mengendalikan penggunaannya dan akhirnya menggunakan narkoba lagi. Karena pikirannya terobsesi dengan narkoba dan penggunaan narkoba, ia tidak akan takut untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang berusaha menghentikannya menggunakan narkoba. Kepribadian baru ini tidak peduli dengan orang lain, yang penting baginya hanyalah bagaimana dia bisa terus menggunakan narkoba.
Seorang anak yang selalu manis, sopan, ceria dan jujur berubah total menjadi seorang pecandu yang brengsek, pemurung, penyendiri dan pandai berbohong dan mencuri. Dan perubahan yang tampak bukanlah perubahan yang ringan, karena pecandu adalah orang yang mempunyai perasaan dan emosi yang sangat mendalam. Tidak ada yang lebih penting daripada narkoba, dan dia mengutamakan kepentingan penggunaan narkoba di atas segalanya.
Ia tidak lagi menekuni hobinya, melakukan aktivitas normal seperti sekolah, kuliah atau bekerja seperti biasa, jika sebelumnya ia rajin beribadah maka bisa dipastikan ia akan menjauhi aktivitas tersebut, apalagi dalam khotbah keagamaan yang dilakukan oleh orang-orang. selalu menggunakan narkoba adalah orang berdosa. Kecanduan merupakan penyakit yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang, sehingga perlu disadari bahwa kesembuhan seorang pecandu tidak hanya bersifat fisik saja, namun harus mencakup tiga aspek lainnya sebelum kesembuhan dapat dianggap sebagai kesembuhan yang sebenarnya (Lisa FR, 2013).
Penanggulangan Bahaya Narkotika
Orang tuanya mungkin memarahinya, teman-temannya mungkin menjauhinya, pacar-pacarnya mungkin meninggalkannya, dia bahkan mungkin berpikir bahwa Tuhan tidak ada, tetapi narkoba selalu setia dan selalu memberikan efek yang diinginkan. Peredaran obat di Indonesia pada dasarnya melalui 3 (tiga) komponen utama yaitu produsen, distributor dan konsumen. Beberapa lingkungan yang sering menjadi sasaran peredaran gelap narkoba antara lain adalah lingkungan pergaulan dan tempat hiburan (disko, karaoke, dan tempat hiburan lainnya), lingkungan kerja baik di instansi negara maupun swasta, serta kemungkinan terjadinya kasus penyalahgunaan narkoba di lingkungan Negara. Tak terkecuali pihak kepolisian sendiri, lingkungan pendidikan sekolah, universitas/kampus sangat kondusif terhadap munculnya peredaran narkoba karena banyaknya interaksi yang terjadi antara teman dengan lingkungannya, lingkungan tempat tinggal di asrama mahasiswa, kos-kosan/rumah kontrakan. , apartemen dan hotel.
Dan kebijakan pemerintah yang kurang memperhatikan pembangunan kawasan perbatasan mengakibatkan kesenjangan yang cukup besar antara masyarakat Indonesia dengan kawasan perbatasan. Tidak semua wilayah bisa diawasi secara maksimal oleh aparat Polri, TNI Angkatan Laut atau departemen terkait lainnya. Belum lagi lemahnya pengendalian membuat sangat rentan terhadap eksploitasi oknum oknum yang mengedarkan narkoba ke Indonesia dengan harapan mendapat imbalan atau suap.
Meski beberapa bandara di Indonesia telah dilengkapi dengan alat pendeteksi narkoba yang canggih, namun masih banyak bandara yang belum memilikinya. Selain itu, cara dan upaya penyelundupan narkoba ke Indonesia semakin berkembang seiring berjalannya waktu, mulai dari penggunaan kurir untuk anak-anak dan perempuan hingga penggunaan cara-cara yang tidak masuk akal seperti menelan narkoba yang dibungkus dengan semacam kemasan khusus untuk menghindari deteksi narkoba oleh petugas (Setiawan, 2011). Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan di keluarga, penyuluhan oleh pihak yang berkompeten baik di sekolah maupun di masyarakat, pengajian oleh ulama, pengawasan tempat hiburan malam oleh aparat keamanan, pengawasan terhadap peredaran narkoba. obat-obatan terlarang dan melakukan tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan peluang penyalahgunaan zat.
Represif (penindakan), yaitu penindakan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba melalui jalur hukum, yang dilakukan oleh penegak hukum atau aparat keamanan dibantu oleh masyarakat. Jika masyarakat mengetahuinya, sebaiknya segera melaporkan kepada pihak berwajib dan tidak main hakim sendiri. Banyak tempat yang didirikan di Indonesia untuk pemulihan dan rehabilitasi pecandu narkoba, seperti Yayasan Titihan Respati, Pondok Pesantren, Yayasan Pondok Bina Kasih, dll.
Rehabilitasi bertujuan untuk memberikan pendampingan dan perlakuan yang adil kepada korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan korban narkoba yang sadar dan bertobat agar tidak terjerumus lagi dalam kecanduan narkoba (Setiawan, 2011).
Kerangka Pikir
Fokus Penelitian
Deskripsi Fokus Penelitian
Faktor budaya meliputi kebudayaan yang muncul di Kota Tual, yang dapat menjadi faktor penting dalam menunjang kelangsungan tugas BNN Kota Tual. Pemberantasan narkotika di Kota Tual merupakan harapan bagi seluruh masyarakat agar terhindar sepenuhnya dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika berbahaya tersebut.
METODE PENELITIAN
- JenisdanTipePenelitian
- Sumber Data
- InformanPenelitian
- TeknikPengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- KeabsahanData
Observasi ini digunakan untuk penelitian yang direncanakan secara sistematis mengenai peranan Badan Narkotika Nasional dalam pengendalian narkotika di kota Tual. Maksud penulis menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh data yang jelas dan konkrit tentang peran Badan Narkotika Nasional dalam Perang Melawan Narkoba di kota Tual. Badan Narkotika Nasional Kota Tual (BNNK) berkedudukan di Kota Tual, berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Kepala BNNP dan Kepala BNN.
Badan Narkotika Nasional (BNN) melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang BNN di wilayah Kota Tual. Meningkatkan peran serta masyarakat kota Tual dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Oleh karena itu, berikut susunan organisasi serta uraian fungsi dan tugas pejabat dan pegawai di lingkungan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Kota Tual.
Badan Narkotika Nasional Tual (BNNK) berupaya melakukan pencegahan, pemberantasan dan rehabilitasi dalam pelaksanaan visi dan misi, fungsi dan tujuannya. Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Dinas yang bertugas melaksanakan kebijakan teknis pencegahan dan pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Narkoba (P4GN) dan pemberdayaan masyarakat di wilayah Kota Tual. Selain itu, personel juga terkadang dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Kota Tual.
Badan Narkotika Nasional Tual (BNNK) pada hakikatnya dijalankan oleh anggota Polres Tual-Malra yang ditugaskan di Badan Narkotika Nasional (BNNK) Tual. Oleh karena itu, hal ini tentu sangat mempengaruhi efektivitas Badan Narkotika Nasional (BNNK) Tual dan aparat penegak hukum lainnya dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika. BNN Tual harus menjadi institusi terdepan dalam penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Tual, sehingga kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang penting.
Akibatnya besaran kinerja Badan Narkotika Nasional (BNNK) Kota Tual kurang efektif.” (Wawancara S.H.U. 3 Desember 2015). Peran BNN dalam Pemberantasan Narkoba di Kota Tual dengan melaksanakan program untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba (P4GN), meliputi: a.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Peran Badan Narkotika Nasional dalam Penanggulangan Narkotika di
- Pencegahan
- Pemberantasan
Kader Anti Narkotika adalah sekelompok orang yang dibina secara terstruktur oleh Badan Narkotika Nasional Kota Tual untuk membantu melaksanakan tugas dan fungsi P4GN di wilayahnya. Kader anti narkoba di Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Darul Rahman Kota Tual berjumlah 40 orang. Berdasarkan data yang diambil, terlihat bahwa kasus yang ditangani oleh Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Kota Tual berdasarkan kelompok pelaku kekerasan di Kota Tual pada tahun 2011 hingga tahun 2015 terdiri dari pelaku trafficking, pengedar dan pengguna.
Oleh karena itu, BNN harus lebih masif dan juga memperkuat agenda P4GN di kalangan masyarakat untuk menekan jumlah penyalahguna narkoba di Kota Tual. Berdasarkan uraian dan hasil wawancara penulis diatas, angka pengangguran merupakan salah satu permasalahan utama yang dihadapi BNN Kota Tual dalam melakukan upaya preventif pemberantasan penyalahgunaan peredaran gelap narkoba di Kota Tual. Angka kriminalitas di Kota Tual semakin meningkat setiap tahunnya karena minimnya pendidikan dan rendahnya kesadaran masyarakat.
Berdasarkan uraian dan temuan wawancara diatas, menurut penulis BNN Kota Tual sebagai pelaksana kebijakan belum maksimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik dalam menjalankan agenda P4GN, sehingga. Oleh karena itu, pekerjaan rumah bagi BNN Kota Tual adalah agar dapat memfungsikan dirinya dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan narkoba ke depan dengan lebih baik. Oleh karena itu, BNNK Tual harus lebih terampil menyikapi permasalahan ini dengan baik dan bekerja lebih efektif dalam menjalankan agenda P4GN ke depan agar masyarakat Kota Tual terbebas dari perdagangan obat-obatan terlarang.
BNN Kota Tual harus bekerja lebih efektif dalam mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba yang berbahaya ini, sehingga dapat menetralisir banyaknya penyalahguna narkoba di kalangan penduduk Kota Tual. Hasil uraian dan wawancara di atas menunjukkan bahwa menurut penulis hal ini merupakan peluang yang baik khususnya bagi Badan Narkotika Nasional Kota Tual karena aspek budaya juga dapat menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu kegiatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran BNN dalam pengendalian narkotika di Kota Tual antara lain faktor hukum, personel, sarana dan prasarana penegakan hukum, masyarakat dan budaya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Badan Narkotika