PROTOKOL DAN RISIKO
LAYANAN PERPUSTAKAAN
DI MASA PANDEMI
S Y I A H K U A L A U N I V E R S I T Y P R E S S
VOLUME 2
BOOK SERIES PERSPEKTIF PERPUSTAKAAN INDONESIA
Book Series Perspektif Perpustakaan Indonesia
Volume II
PROTOKOL DAN RISIKO LAYANAN PERPUSTAKAAN DI
MASA PANDEMI
EDITOR:
TAUFIQ A GANI NISA UI HIKMAH MUTIA WATUL WARDAH
S Y I A H K U A L A U N I V E R S I T Y P R E S S
Book Series Perspektif Perpustakaan Indonesia
Volume II
PROTOKOL DAN RISIKO LAYANAN PERPUSTAKAAN DI
MASA PANDEMI
Judul Buku:
Protokol dan Risiko Layanan Perpustakaan di Masa Pandemi Book Series:
Perspektif Perpustakaan Indonesia Editor:
Taufiq A Gani Nisa Ul Hikmah Mutia Watul Wardah Cover dan Tata Letak:
Iqbal Ridha dan Muhammad Irfan
ISBN: 978-623-264-215-7 (no.jil.lengkap) ISBN: 978-623-264-217-1 (jil.2)
ISBN: 978-623-264-218-8 (no.jil.lengkap PDF) ISBN: 978-623-264-220-1 (PDF)
Pracetak dan Produksi:
SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS Penerbit:
Syiah Kuala University Press
Jl. Tgk Chik Pante Kulu No.1 Kopelma Darussalam 23111, Kec. Syiah Kuala. Banda Aceh, Aceh
Telp: 0651 - 8012221
Email: [email protected]
Website: http://www.unsyiahpress.unsyiah.ac.id
Volume: 2
Cetakan Pertama, Tahun 2021 ix + 166 (15,5 cm X 23 cm) Anggota IKAPI 018/DIA/2014 Anggota APPTI 005.101.1.09.2019
Dilarang keras memfotokopi atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seizin tertulis dari penerbit.
AKSELERASI KEMAMPUAN PUSTAKAWAN DALAM MELAKUKAN LIBRARY’S ONLINE
SERVICES PASCA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS PUSTAKAWAN UIN MATARAM)
Penulis: Rika Kurniawaty
UIN Mataram: Jl. Pendidikan No. 35 Mataram Mobile Phone: 081237111904
Email: [email protected]
1. Covid-19 dan Implikasinya
Corona Virus Desease (Covid-19) pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019.
Namun virus ini mempunyai kemampuan yang sangat mengagumkan untuk menginfeksi manusia. Update data terbaru dari Coronavirus Resource center di Johns Hopkins University and Medicine, pada tanggal 13 September 2020, di seluruh dunia terdapat 28.787.808 orang yang terinfeksi dengan penderita meninggal mencapai 920.795 orang.(John Hopkins University &
Medicine, 2020) Negara Amerika menempati peringkat teratas dalam jumlah penderita Covid terbanyak.
Sementara Indonesia memiliki penderita Covid sebanyak 218.382 dengan angka kematian mencapai 8.723 orang, data pada tanggal 13 September 2020.(“Data Sebaran,”
2020) Melihat realitas tingginya kemampuan virus untuk menyebar dengan sangat cepat, maka wajar jika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melabeli wabah virus ini sebagai pandemi.(Jati, 2020)
Virus SARS-CoV-2 alias covid-19 kini menjadi momok nomor 1 di dunia. Tingginya angka penyebaran
virus yang dibawa oleh Orang Tanpa Gejala (OTG) dan tingginya tingkat kematian yang disebabkan oleh komorbid (penyakit penyerta) menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran massal terhadap virus ini, mengalahkan saudaranya (virus) lain yang mempunyai kemampuan mematikan lebih tinggi, seperti Sars dan Mers.(Rifa’i et al., n.d., p. 2) Virus ini bahkan memaksa manusia untuk mengubah pola hidup dan kebiasaan untuk meminimalisir tingkat penyebarannya. Istilah-istilah yang kemudian menjadi populer sebagai label dalam perubahan kehidupan sosial, seperti social distancing, work from home, new normal, dan sebagainya, mewakili pola kehidupan baru masyarakat pasca pandemi.
Ketakutan dan kekhawatiran massal terhadap penyebaran virus ini bahkan sangat berkontribusi dalam memperburuk krisis ekonomi dunia, khususnya yang dialami oleh negara-negara di Asia Pasifik. Lembaga pemeringkatan global Standars and Poor’s (S&P) memprediksi bahwa Australia, Singapura, Jepang, Hong Kong, Thailand, dan Korea Selatan dapat terseret ke dalam jurang resesi akibat dari virus ini.1
Indonesia adalah salah satu negara yang merasakan tingginya tingkat penyebaran serta kematian akibat virus Covid ini. Penderita Covid terbanyak di Indonesia terdapat di Ibukota Negara, Jakarta.
Sementara NTB sendiri berada di peringkat 17 dari Provinsi terbanyak pengidap Covid-19.(“Beranda | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19,” n.d.) Untuk mencegah terjadinya penularan semakin massif,
1 Muhammad Nur Abdi, “Krisis Ekonomi Global dari Dampak Penyebaran Virus Corona (COVID-19),” AkMen Jurnal Ilmiah 17, no. 1 (2020): 92.
Pemerintah Daerah NTB juga memberlakukan kebijakan yang dilakukan di provinsi lainnya. Pemerintah Daerah mengimbau agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan, salah satunya dengan menetapkan online learning/school from home bagi proses pembelajaran siswa dan mahasiswa, meliburkan sekolah, dan memberlakukan kerja dari rumah (work from home) bagi instansi pemerintahan.
Universitas Islam Negeri Mataram, sebagai salah satu perguruan tinggi di NTB juga mengalami dampak penerapan WFH2 dan PSBB(Rizaldy, 2020, p. 3) tersebut. Namun bedanya, pemberlakuan pembelajaran berbasis online (daring), terpaksa dilakukan saat seharusnya mahasiswa bisa menikmati fasilitas baru yang dibangun. Seperti yang telah diketahui, Lombok telah mengalami rangkaian gempa selama ± 1 bulan (pada bulan Agustus 2018).(Kurniawaty, 2018a) Proses recovery gedung dan sarana yang panjang dengan dana yang tidak sedikit, mengharuskan proses pembelajaran pada Jurusan dan Fakultas dilakukan di lokasi-lokasi (lembaga pendidikan) lain di sekitar UIN Mataram.
Dengan kata lain, selama masa recovery gedung dan sarana, mahasiswa UIN Mataram menjadi “pengungsi” di lembaga pendidikan sekitar. Dan saat gedung serta sarana pembelajaran ready, mahasiswa lagi-lagi diwajibkan mengikuti pembelajaran online karena pandemi. Kondisi ini sempat dikeluhkan civitas akademika saat PSBB dan WFH diberlakukan.
2 Rita Komalasari, “Manfaat Teknologi Informasi dan Komunikasi di Masa Pandemi Covid 19,” TEMATIK 7, no. 1 (2020): 38–39.
2. Kebijakan Pandemi Covid di UIN Mataram dan Implikasinya pada Layanan Perpustakaan
Melalui kebijakan yang didahului oleh Rapat Pimpinan UIN Mataram pada tanggal 16 Maret 2020, Rektor UIN Mataram mengeluarkan SE No.
629/Un.12/HM.01/03/2020 tentang Kebijakan Akademik dan Non-Akademik UIN Mataram terkait Pencegahan Penyebaran Virus Corona.(Mataram, 2020a) Melalui Surat Edaran tersebut, Rektor UIN Mataram mewajibkan perkuliahan dan bimbingan penyusunan tugas akhir yang dilakukan secara daring dari tanggal 16 sampai dengan 28 Maret 2020 untuk seluruh mahasiswa UIN Mataram.
Kegiatan akademik lain seperti ujian, praktikum, magang, dan lain-lain ditunda. Presensi pegawai dilakukan secara manual, dan pemberlakuan jam kerja bergilir bagi pegawai dan pejabat, dengan menerapkan prinsip- prinsip social distancing.
Perpustakaan UIN Mataram adalah salah satu basis layanan akademik yang mengemban tugas mengakuisisi, mengolah, dan melayankan informasi pada civitas akademika UIN Mataram. Perpustakaan juga melakukan tugas untuk mempreservasi dan mengkonservasi berbagai informasi, khususnya informasi yang bersifat local content. Selain tugas-tugas utama tersebut, Perpustakaan UIN Mataram juga melayani berbagai kebutuhan akademik lainnya, seperti:
a. Pengecekan tingkat simillarity karya ilmiah civitas akademika dengan menggunakan Turnitin sebagai persyaratan ujian proposal dan ujian akhir. Layanan ini dilakukan secara langsung (tatap muka) kepada mahasiswa yang membutuhkan.
b. Layanan penelusuran informasi kepada pemustaka.
Layanan ini dilakukan secara langsung (tatap muka) dan tidak langsung (online) melalui sosial media dan web kepada mahasiswa yang membutuhkan.
c. Layanan surat bebas pinjam untuk persyaratan ujian akhir. Layanan ini juga dilakukan secara langsung (tatap muka) kepada mahasiswa yang membutuhkan.
d. Layanan penerimaan file tugas akhir mahasiswa (skripsi, tesis, dan disertasi) sebagai syarat pengambilan ijazah. Layanan ini juga dilakukan secara langsung (tatap muka) kepada mahasiswa yang membutuhkan.
e. Layanan validasi dan bimbingan repository karya ilmiah dosen untuk kenaikan pangkat dan jabatan.
Layanan ini juga dilakukan secara langsung (tatap muka) dan tidak langsung (online) kepada dosen yang membutuhkan.
Karena berhubungan dengan layanan akademik (untuk mahasiswa dan dosen) di Jurusan, Fakultas, dan Rektorat, maka layanan perpustakaan sama sekali tidak boleh berhenti dan terhalang kewajiban WFH yang diterapkan pimpinan lembaga dan pemerintah. Maka Berdasarkan rapat koordinasi yang dilakukan dengan seluruh staf perpustakaan pada tanggal 16 Maret 2020, agar layanan perpustakaan tidak berhenti ataupun mandul pasca pandemi, maka diputuskan untuk:
a. Mengalihkan seluruh layanan yang dilakukan langsung (tatap muka) oleh staf dan pustakawan ke layanan online. Layanan online diberlakukan untuk layanan penelusuran informasi, pengecekan tingkat simillarity, layanan bebas pinjam, dan layanan
penyerahan tugas akhir. Alur layanan disosialisasikan melalui web dan sosial media perpustakaan, serta spanduk yang dipasang di depan gedung perpustakaan. Staf perpustakaan dan pustakawan yang menangani tugas layanan online harus memasang wifi di rumah atau menggunakan fasilitas modem.
b. Mengingat perpustakaan dapat menjadi tempat yang sangat potensial dalam penyebaran virus Covid, maka layanan printed materials di perpustakaan ditutup. Staf perpustakaan yang menangani layanan di ruang-ruang koleksi dialihkan untuk meng-input file tugas akhir mahasiswa ke etheses.
Pada tanggal 31 Mei 2020 Rektor UIN Mataram kembali mengeluarkan Surat Edaran No.
655/Un.12/H.M.01/03/2020 tentang Tindak Lanjut Antisipasi dan Pencegahan Penyebaran Virus Corona.(Mataram, 2020b) Surat Edaran tersebut menyatakan perpanjangan darurat Covid. Aturan perpanjangan kondisi darurat Covid tersebut juga
”memaksa” perpanjangan layanan online sampai akhir Ramadhan 1441 H.
Pada tanggal 29 Mei 2020, di penghujung cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1441 H., Rektor UIN Mataram kembali mengeluarkan Surat Edaran No.
845/un.12/HM.01/05/2020 tentang Tindak Lanjut Antisipasi dan Pencegahan Penyebaran Virus Corona.(Mataram, 2020c) Pada Surat Edaran tersebut, ditetapkan aturan untuk memperpanjang perkuliahan daring untuk seluruh mahasiswa (S1 sampai dengan S3). Namun seluruh dosen dengan tugas tambahan, dan
seluruh tenaga pendidik diwajibkan untuk mulai menjalani Work From Office (WFO), tentu saja dengan tetap memperhatikan protap pengamanan optimal.
Pemberlakuan absensi masih dilakukan secara manual dan pemberlakuan ketetapan ditinjau secara periodik.
Pemberlakuan Surat Edaran Rektor tersebut ditindaklanjuti dengan rapat koordinasi seluruh staf perpustakaan pada hari Jum’at, 5 Juni 2020. Hasil dari rapat tersebut kemudian diberlakukan dengan menerapkan aturan layanan perpustakaan sebagai berikut :
a. Tidak ada layanan peminjaman printed books untuk mengumpulkan koleksi menjelang kegiatan stock opname koleksi saat pindah ke gedung baru.
Layanan perpustakaan yang disediakan adalah layanan pengembalian buku dan layanan baca di tempat.
b. Layanan baca di tempat dilakukan untuk maksimal 50 orang mahasiswa per hari.
c. Jam Layanan pengembalian buku dan layanan baca di tempat dilakukan dari jam 08.00 sampai dengan 14.00 WITA.
d. Pembebasan denda keterlambatan pengembalian buku diberlakukan dari tanggal 8 Juni 2020.
e. Penyediaan sarana Alat Perlindungan Diri (APD) untuk petugas layanan dan pelaksanaan prinsip social distancing selama layanan perpustakaan.
f. Sarana APD untuk petugas layanan berupa thermoscan, face shield, plastik pembatas, disenfektan, hand sanitizer, sarung tangan karet, masker, dan sarana untuk cuci tangan.
Kondisi pandemi yang masih belum tahu kapan akan berakhir, membutuhkan kreativitas dan inovasi pustakawan, agar layanan akademik tidak terganggu hanya karena larangan dan pembatasan layanan tatap muka. Kondisi tersebut memaksa sarana dan media online untuk menjadi andalan dan prioritas utama dalam melayani kebutuhan akademis civitas akademika.
3. Kesulitan dan Kendala
Undang-undang No. 43 Tahun 2007 mengamanahkan bahwa pustakawan(Presiden RI, n.d.) harus dapat beradaptasi dengan segala perubahan untuk memberikan layanan akademik yang baik.
Layanan perpustakaan yang prima menuntut kualitas pustakawan untuk memiliki beberapa faktor yang dibutuhkan di segala situasi dan kondisi.
Peningkatan kemampuan dan profesionalitas pustakawan hendaknya menjadi suatu prioritas di dalam pengembangan perpustakaan. Peningkatan profesionalitas pustakawan hendaknya dilakukan secara terus menerus seiring dengan perkembangan teknologi dan masyarakat. Karena sifatnya yang terus menerus, maka kegiatan pengembangan ini dikenal dengan istilah continuing professional development (CPD). Breen menyatakan bahwa Continuing Professional Development as a strategy to build strong libraries and library associations. Upaya CPD yang dapat ditempuh oleh pustakawan adalah dengan melanjutkan studi di bidang perpustakaan, mempelajari berbagai perkembangan perpustakaan serta teknologinya melalui kegiatan seminar, konferensi, dan/atau pelatihan,
mengikuti kegiatan komunitas perpustakaan, menulis artikel, jurnal, dan buku, serta membangun jejaring melalui media sosial.(Kurniawaty, 2018b, pp. 119–120) Usaha dan motivasi pustakawan dalam melakukan kegiatan-kegiatan CPD akan meningkatkan kualitas dan kemampuan pustakawan dalam memberikan layanan informasi serta layanan akademik lainnya kepada civitas.
Pada masa pasca pandemi saat ini, Luki Wijayanti, (Tata Kelola Komunikasi Layanan Perpustakaan Online di Masa Pandemi COVID-19, 2020) menyatakan bahwa terdapat perubahan media komunikasi antara pustakawan dan pengguna, dari layanan analog menjadi layanan yang memanfaatkan sarana internet (cyber) secara lebih intensif. Perubahan tersebut dinamakan hibridisasi (percampuran antara manusia dengan teknologi). Dalam perubahan layanan tersebut, pustakawan sebagai penyedia informasi dituntut untuk dapat menyediakan informasi secara cepat, tepat, dan mudah dipakai. Untuk itu, pustakawan harus kreatif, aktif dan proaktif, serta dapat melakukan komunikasi yang sesuai dengan kemauan pengguna yang beragam.
Aspek proaktif dari pustakawan sangat penting untuk memberikan kepuasan pelayanan pada civitas. Namun seperti yang ditegaskan oleh Utami B. Hariyadi (Perpustakaan Pasca Pandemi: Kembalinya Layanan dari Rumah ke Layanan dari Kantor, 2020) bahwa muatan psikologis dan kreativitas sangat kental saat pustakawan bersikap proaktif dengan mengedepankan empati dan sudut pandang pemustaka.
International Federation of Library Associations (IFLA) memberikan rambu-rambu untuk re-opening library pasca pandemi.(IFLA, 2020) Selain
mengedepankan prinsip keamanan bagi petugas, perpustakaan juga harus mempunyai aturan-aturan dalam membatasi jumlah pengunjung, mempromosikan kesehatan dalam seluruh layanan, serta mengutamakan prinsip komunikasi yang efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi.
Dari berbagai teori di atas, dapat disimpulkan bahwa penguasaan teknologi komunikasi adalah kemampuan yang sangat diperlukan oleh seorang pustakawan untuk dapat melayani kebutuhan informasi dan akademik pemustaka pasca pandemi. Perpustakaan UIN Mataram misalnya, harus mengalihkan 5 jenis layanan analog (layanan langsung) ke layanan online.
Pengalihan ini disertai dengan penyesuaian aturan (regulasi) yang dilakukan serta koordinasi ke Jurusan, Fakultas, dan Rektorat.
Pemberlakukan PSBB dan WFH yang diterapkan oleh pemerintah dan pimpinan memutus dan memandulkan layanan analog. Penyesuaian tugas dan fungsi pustakawan, dari layanan analog ke layanan online serta merta dilakukan melalui rapat-rapat koordinasi, baik yang dilakukan virtual maupun tatap muka dengan mengedepankan prinsip-prinsip social distancing. Saat mekanisme dan prosedur sudah tersusun, layanan full online dieksekusi dengan proses monitoring dan evaluasi yang terus menerus dilakukan melalui teknik observing dan konsultasi. Pemilihan pustakawan dan staf yang meng-handle online services dilakukan dengan mempertimbangkan kemampuan pustakawan dalam memanfaatkan teknologi komunikasi.
Berdasarkan observasi, evaluasi, dan koordinasi yang dilakukan, 12 orang pustakawan UIN Mataram
dapat dibagi menjadi 3 kelompok pustakawan jika dilihat dari kemampuan penguasaan teknologi komunikasi.
Ketiga kelompok tersebut adalah:
a. Kelompok 1; terdiri dari 7 orang pustakawan yang sudah memegang TUSI online services, dengan melaksanakan berbagai tugas, seperti content manager untuk repository dan etheses, pelaksana layanan online untuk academic resources, serta layanan plagiarisme checker karya ilmiah civitas akademika. Kelompok ini terdiri dari pustakawan yang mempunyai minat dan motivasi pengembangan diri yang tinggi, senang belajar dan mencoba sesuatu yang baru, serta welcome dengan segala perubahan yang ada, khususnya yang berkenaan dengan teknologi komunikasi.
b. Kelompok 2; yaitu 4 orang pustakawan yang mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan teknologi komunikasi, namun belum dimaksimalkan karena sehari-hari berhadapan dengan tugas dan fungsi layanan manual. Pustakawan pada kelompok ini senang dan menikmati pekerjaan yang berada pada comfort zone mereka. Mereka menerima perubahan namun kurang berminat dan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan pribadi. Perubahan diterima dan dijalani sebatas kewajiban dalam menunaikan tugas sebagai pustakawan akademik.
c. Kelompok 3; kelompok ini terdiri dari 2 orang pustakawan yang hanya dapat mengoperasikan smartphone secara basic, seperti menelpon, mengakses FB, WA, Youtube, dan lain-lain.
Pustakawan pada kelompok ini sadar dengan tugas dan kewajiban mereka sebagai pustakawan, namun
memiliki kecerdasan teknologi yang sangat rendah.
Kemampuan penguasaan teknologi didukung juga dengan minat dan motivasi yang kurang dalam mempelajari teknologi, bahkan teknologi dasar seperti microsoft office. Mereka sangat nyaman dengan tugas-tugas manual yang diberikan, dan merasa terbebani dengan kewajiban-kewajiban pemanfaatan teknologi komunikasi dalam layanan perpustakaan.
Ketiga kelompok pustakawan yang ada di Perpustakaan UIN Mataram ini kemudian diharuskan untuk bahu membahu memberikan layanan online perpustakaan kepada civitas akademika UIN Mataram saat kewajiban PSBB dan WFH diberlakukan.
4. Proses Akselerasi Kemampuan Pustakawan UIN Mataram
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), akselerasi (“Arti kata akselerasi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,” n.d.) mempunyai beberapa makna. Beberapa makna dari kata akselerasi, yaitu proses mempercepat, peningkatan kecepatan, percepatan, dan laju perubahan kecepatan. Makna akselerasi pada tulisan ini dikaitkan dengan kemampuan pemanfaatan teknologi yang dimiliki pustakawan untuk melakukan layanan online. Berdasarkan makna akselerasi di atas, maka akselerasi kemampuan pemanfaatan teknologi komunikasi pada pustakawan pada tulisan ini dapat diartikan sebagai usaha-usaha yang ditempuh oleh pustakawan UIN Mataram untuk
mempercepat kemampuan dan keterampilan nya dalam memanfaatkan media-media online untuk melayani kebutuhan akademik para civitas akademika. Pelayanan online dianggap sebuah solusi yang dapat menjembatani keterbatasan pustakawan karena regulasi PSBB dan WFH dengan kebutuhan informasi dan akademik pemustaka, karena pelayanan dapat diberikan tanpa terbatasi ruang dan waktu, karena adanya aturan PSBB dan WFH.
Proses akselerasi yang dilakukan pada setiap kelompok adalah sebagai berikut :
a. Menyamakan persepsi esensi setiap layanan, b. menyederhanakan prosedur,
c. mengalihkan prosedur analog ke bentuk online, dan d. membuat workflows setiap layanan.
e. Menyepakati beberapa hal teknis untuk mengantisipasi variasi respon yang akan muncul sebagai respon dari perubahan yang terjadi
f. Diseminasi informasi layanan online melalui web, facebook, dan instagram perpustakaan
Selanjutnya kelompok 1 melakukan teknik peer teaching (tutorial sebaya) kepada pustakawan lainnya yang berada pada kategori kelompok 2. Menurut Djamarah, teknik peer teaching dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa keuntungan, antara lain adalah melatih kemampuan bekerjasama dan melatih kemampuan seseorang dalam berinisiatif dan berkreativitas untuk melakukan sesuatu hal yang baru dalam menangani masalah.(Anggorowati, 2011, p. 104)
Pemanfaatan teknik peer teaching (tutorial sebaya) dalam proses upgrading skills terhadap pustakawan
yang berada pada kategori kelompok 2 saat itu diasumsikan akan lebih efektif. Hal ini dikarenakan teknis pekerjaan dapat ditransfer dengan baik ke sesama pustakawan daripada pustakawan tersebut dibimbing langsung oleh kepala perpustakaan. Upgrading skills yang diberikan antara lain adalah keterampilan mengirim file melaui WA, men-download, memecah (split) dan menyatukan (merge) file dalam bentuk pdf, dan lain sebagainya.
Kepala perpustakaan yang biasanya lebih fokus pada peran kontrol dan evaluasi, cenderung kurang memahami teknis dan kebijakan yang bersifat kasuistik selama layanan dilakukan. Namun pada proses akselerasi dan transfer knowledge tersebut, kepala perpustakaan harus selalu melaksanakan fungsi directing dan controlling, khususnya mengenai tugas dan fungsi online yang baru kepada keempat orang pustakawan yang berada pada kelompok 2 tersebut.
Proses transfer knowledge dengan menggunakan teknik peer teaching kemudian berjalan dengan baik, sehingga kebutuhan akademik para pemustaka dapat di- cover dalam bentuk layanan online oleh para pustakawan.
5. Refleksi
Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) yang menjadi pandemi di akhir tahun 2019 hingga saat ini telah berhasil merubah perilaku sosial masyarakat modern. Ketergantungan pada teknologi menjadi hal yang sangat signifikan karena berbagai macam pembatasan yang diterapkan oleh pemerintah untuk
mengatasi pandemi. Dan kondisi ini juga “memaksa”
pustakawan untuk melakukan proses adaptasi, mulai dari bentuk layanan, media dan sarana di perpustakaan, maupun pada kemampuan pustakawan untuk melek teknologi. Pustakawan harus mau dan mampu melakukan berbagai akselerasi (dalam bentuk inovasi dan kreativitas) pada layanan dengan mengakomodir teknologi komunikasi. Semua bentuk usaha dan perubahan yang diakomodir bertujuan agar layanan informasi dan akademik di perpustakaan tidaklah menjadi mandul di tengah berbagai pembatasan yang diberlakukan pasca pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, M.N., 2020. KRISIS EKONOMI GLOBAL DARI DAMPAK PENYEBARAN VIRUS CORONA (COVID- 19). AkMen J. Ilm. 17, 90–98.
Anggorowati, N.P., 2011. Penerapan Model Pembelajaran Tutor Sebaya Pada Mata Pelajaran Sosiologi.
Komunitas Int. J. Indones. Soc. Cult. 3.
Arti kata akselerasi - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online [WWW Document], n.d. URL https://kbbi.web.id/akselerasi (accessed 9.13.20).
Beranda | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 [WWW Document], n.d. URL https://covid19.go.id/
(accessed 9.13.20).
Data Sebaran [WWW Document], 2020. URL https://covid19.go.id/ (accessed 6.15.20).
IFLA, 2020. COVID-19 and the Global Library Field.
Jati, A., 2020. 5 Alasan Virus Corona Covid-19 Berbahaya, Tetap Waspada.
John Hopkins University & Medicine, 2020. COVID-19 Dashboard by the Center for Systems Science and Engineering [WWW Document]. Coronavirus Resour.
Cent. URL https://coronavirus.jhu.edu/map.html
Komalasari, R., 2020. MANFAAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI MASA PANDEMI COVID 19.
TEMATIK 7, 38–50.
Kurniawaty, R., 2018a. Gempa di Gumi Sasak Lombok
[WWW Document]. URL
http://repository.uinmataram.ac.id/248/ (accessed 6.15.20).
Kurniawaty, R., 2018b. pengembangan perpustakaan dan pustakawan dalam menunjang akreditasi perguruan tinggi - Panyliksikan Google [WWW Document]. URL https://fppti-
jateng.or.id/libraria/index.php/lib/article/view/10 (accessed 6.15.20).
Mataram, R.U., 2020a. SE No. 629/Un.12/HM.01/03/2020 tentang Kebijakan Akademik dan Non-Akademik UIN Mataram Terkait Pencegahan Penyebaran Virus Corona.
Mataram, R.U., 2020b. SE No. 655/Un.12/H.M.01/03/2020 tentang Tindak Lanjut Antisipasi dan Pencegahan Penyebaran Virus Corona.
Mataram, R.U., 2020c. SE No. 845/un.12/HM.01/05/2020 tentang Tindak Lanjut Antisipasi dan Pencegahan Penyebaran Virus Corona.
Perpustakaan Pasca Pandemi: Kembalinya Layanan dari Rumah ke Layanan dari Kantor, 2020.
Presiden RI, n.d. UU No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan [WWW Document]. URL https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=AL eKk01nc_-YIer2Jzhg-
ZaBMkuVA2OOnw%3A1592208259128&ei=gyvnXtq6 B4rSz7sP1syD0Ak&q=uu+no.+43+tahun+2007&oq=U U+No.+43&gs_lcp=CgZwc3ktYWIQARgDMgUIABDLA TIFCAAQywEyBQgAEMsBMgUIABDLATIFCAAQywE yBQgAEMsBMgUIABDLATIFCAAQywEyBggAEBYQ HjIGCAAQFhAeOgQIABATUMGEIljFnyJg_bQiaABwA HgAgAFwiAHTBpIBAzYuM5gBAKABAaoBB2d3cy13a Xo&sclient=psy-ab (accessed 6.15.20).
Rifa’i, I., Irwansyah, F.S., Sholihah, M., Yuliawati, A., n.d.
Dampak dan Pencegahan Wabah Covid-19 : Perspektif Sains dan Islam 10.
Rizaldy, I., 2020. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Penentuan Kabupaten yang Terkena Corona Virus Disease19 (Covid19) Untuk Pemberlakuan Sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan Menggunakan Metode Topsis.
Tata Kelola Komunikasi Layanan Perpustakaan Online di Masa Pandemi COVID-19, 2020. , FPPTI Knowledge Series.
GLOSARIUM
Academic Resources : Buku dan artikel yang direviu sebelum dipublikasikan, dan termasuk di dalamnya media serta website dari lembaga dan organisasi yang otoritatif.
Comfort zone : suatu kondisi dimana seseorang merasa puas dengan pencapaian hidupnya, misalnya pekerjaan, materi yang cukup, hubungan sosial yang baik, dan lain-lain Content manager : orang yang bertanggung jawab dalam
mengawasi perencanaan, pembuatan, dan proses unggah semua konten digital ke website
International
Federation of Library Associations (IFLA)
: lembaga internasional yang
berkecimpung di dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas layanan perpustakaan.
Layanan daring : Layanan perpustakaan yang dilakukan menggunakan media web dan online
Layanan analog : Layanan perpustakaan yang dilakukan secara tatap muka dan manual
Plagiarisme checker : alat (tool) yang digunakan untuk mendeteksi tingkat plagiasi suatu karya tulis.
Transfer knowledge : Proses mentransfer ilmu pengetahuan dan pemahaman kepada orang lain.
BIOGRAFI PENULIS
Saat ini penulis menjabat sebagai Pustakawan Madya di Perpustakaan UIN Mataram, dengan tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan. Selain itu, penulis juga menjabat sebagai Ketua FPPTI-NTB, ISIPII Korwil Mataram, Dewan Penasehat IPI NTB, dan Pengurus Inti APPTIS.
Dalam peningkatan profesionalitas diri, penulis pernah mengikuti Diklat TOT (2017) dan Diklat Penulisan Karya Ilmiah (2018) di Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI, Kegiatan TOT yang diselenggarakan oleh DIKTIS DIRJEN PENDIS KEMENAG RI tahun 2018, dan kegiatan TFT di Perpustakaan UIN Sunan Ampel (2019). Penulis juga telah mengikuti kegiatan sertifikasi pustakawan untuk klaster Pengembangan Koleksi Perpustakaan (2016) dan di-surveillance pada klaster pengadaan bahan perpustakaan (2019), serta mengambil sertifikasi di klaster Literasi Informasi dan Promosi Perpustakaan (2019).
Kebanggaan terbesar penulis adalah saat terpilih menjadi salah satu peserta dari program Development of Library System Management (DELSMA) III, sebuah kursus singkat pelaksanaan manajemen perpustakaan di Cologne Jerman, yang merepresentasikan pengelolaan perpustakaan di negara maju.
Rika Kurniawaty, Lahir di Pontianak, 28 Agustus 1978. Penulis berasal dari keturunan Dayak-Melayu dan menghabiskan masa kecil dan remaja di Pontianak, Kalimantan Barat.
Setelah menikah, penulis pindah ke Lombok, dan bekerja di UIN Mataram.
Penulis pernah mengenyam pendidikan S2 Jurusan Ilmu Perpustakaan di FIB- UI pada tahun 2010.
Berbagai karya ilmiah yang dihasilkan penulis dapat diakses pada :
1. Repository UIN Mataram,
http://repository.uinmataram.ac.id/view/creators/Kurniawaty=3A Rika=3A=3A.html,
2. Google scholar,
https://scholar.google.co.id/citations?user=iFiZgHkAAAAJ&hl=id 3. Research Gate,
https://www.researchgate.net/profile/Rika_Kurniawaty2/researc h.