• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Pajak Daerah tingkat Provinsi dan Pajak Daerah tingkat Kabupaten/Kota

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Pajak Daerah tingkat Provinsi dan Pajak Daerah tingkat Kabupaten/Kota"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia pada saat ini adalah pajak.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak dipungut dari warga negara indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Pembangunan nasional indonesia pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat dalam pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak, pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang menyumbang lebih dari 80% dari seluruh penerimaan negara (sumber:

kemenkeu.go.id/apbn2019). Sejak diberlakukankan otonomi daerah yaitu kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom oleh Pemerintah Pusat untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai undang-undang, salah satu wewenang yang dimiliki oleh daerah adalah wewenang untuk memungut Pajak Daerah.

Pajak daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang bersifat memaksa, tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah atau kontribusi wajib ini diberikan oleh penduduk daerah kepada pemerintah untuk kepentingan pemerintahan dan kepentingan umum disuatu daerah seperti pembangunan infrastruktur dan pembangunan lainnya. Selain sebagai pembangunan daerah, pajak daerah ini juga

(2)

2 merupakan salah satu sumber Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang digunakan oleh Pemerintah untuk menjalankan program-program kerja yang sudah direncanakan. Pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Pajak Daerah tingkat Provinsi dan Pajak Daerah tingkat Kabupaten/Kota.

Pajak Provinsi bisa dikutip di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang dana tersebut akan di setorkan ke Provinsi.

Pajak Provinsi terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB), Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Sedangkan Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Pajak Provinsi yang diwakilkan pemungutannya ke kabupaten/kota akan mendapatkan dana bagi hasil pajak.

Bagi hasil pajak adalah hasil penerimaan pajak provinsi yang sebagian diperuntukkan bagi daerah Kabupaten/Kota dengan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Undang-Undang. Hasil penerimaan dari PKB diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 30%. Hasil penerimaan dari BBNKB diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 30%. Hasil penerimaan dari PBB-KB diserahkan kepada daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 70%.

Hasil penerimaan pajak air permukaan diserahkan kepada Kabupaten/Kota sebesar 50% dan untuk hasil penerimaan pajak rokok diserahkan kepada Kabupaten/Kota sebesar 70%. Dengan demikian, semakin banyak wajib pajak yang taat membayar pajak maka semakin besar pula penerimaan dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota.

Pajak Kabupaten/kota dikutip oleh Kabupaten/Kota yang dana tersebut akan disetorkan ke kas Daerah. Untuk tingkat Provinsi, dalam pelaksanaan pengumungat Pajak dibentuklah Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) yang mana akan

(3)

3 menampung penerimaan pajak provinsi di setiap daerah lalu akan disetorkan langsung ke kas Provinsi. Dalam Pajak Provinsi terdapat lima pos pajak daerah yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan dan Pajak Rokok. Pajak- pajak daerah provinsi ini sangat penting untuk menciptakan kemandirian daerah karena pajak ini akan menjadi sumber dana untuk membangun dan membiayai daerahnya sendiri. Salah satu pendapatan pajak Provinsi antara lain Pajak Air Permukaan yang dikenakan atas pemanfaatan air permukaan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, tidak termasuk air laut, baik yang berada dilaut maupun di darat.

Sedangkan pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Jadi, secara sederhana pajak air permukaan dapat ditafsirkan sebagai pajak yang dikenakan untuk pengambilan air sungai, danau, waduk, dan sebagainya. Sistem yang digunakan dalam pemungutan pajak daerah secara umum adalah system self assessment dan official assessment. Dalam melakukan pemungutan pajak air permukaan tentunya Pemerintah Daerah memiliki sistem dan prosedur tersendiri pada saat pemungutan pajak tersebut.

Seluruh kegiatan operasional yang ada pada perusahaan memiliki standar sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak air permukaan yang diterapkan dengan baik akan memberikan kontribusi yang baik.

Pajak air permukaan dan jenis pajak daerah lainnya diatur oleh Pemerintah Daerah lewat Badan Pendapatan Daerah (BAPENDA). Untuk provinsi Riau pajak air permukaan tersebut dipungut oleh Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau yang berkedudukan di ibukota provinsi. Untuk kemudahan dalam pelayanan dibentuklah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan Unit Pelayanan (UP) yang berada di ibukota kabupaten dan beberapa kecamatan sebagai perpanjangan tangan Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau. Bapenda dalam menjalankan tugas pengoperasian pajak daerah harus mempunyai sistem pengendalian internal yang

(4)

4 mampu menjaga aktivitas terlaksana dengan benar. Badan Pendapatan Daerah bertugas menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah terkait pendapatan daerah; merumuskan kebijakan teknis, perencanaan, pengoordinasian pendapatan daerah, menyelenggarakan urusan pajak dan retribusi daerah dan pelayanan umum di bidang pengelolaan pajak dan retribusi daerah.

Pajak Air Permukaan diharapkan akan mendatangkan potensi terhadap pendapatan asli daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah meliputi: Hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah. Pemungutan pajak daerah yang teratur dan lancar merupakan dambaan setiap daerah. Hal ini dikarenakan mampu memberikan pemasukan terhadap PAD sehingga pengaturan rumah tangga daerah serta program yang direncanakan dapat dicapai secara maksimal. Faktor penting agar hal tersebut dapat terwujud yaitu melalui teraturnya wajib pajak dalam pemenuhan kewajibannya.

Penerimaan pajak daerah yang maksimal juga harus didukung dengan pengelolaan keuangan yang baik sehingga mendapatkan penerimaan pendapatan pajak berdasarkan target yang ditetapkan. Pengelolaan keuangan yang baik berarti mampu menjalankan seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pencatatan kegiatan akuntansi pada unit kerja meliputi pendapatan, belanja,aset, dan selain kas. Prosedur akuntansi pemerintah dijabarkan dalam empat prosedur yaitu prosedur akuntansi penerimaan kas, prosedur akuntansi pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain kas, dan prosedur akuntansi aset (Halim dan Kusufi, 2016).

Sistem dan prosedur penerimaan yang digunakan dalam ruang lingkup pemerintah merupakan salah satu bagian terpenting dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah (Effendhi dkk., 2017). Upaya peningkatan penerimaan pajak daerah akan berjalan optimal jika dilaksanakan sesuai dengan pedoman pelaksanaan sistem dan prosedur berdasarkan Peraturan Gubernur yang

(5)

5 ditetapkan. Pajak Pemerintah Provinsi spesifik difokuskan sebanyak 5 pajak yang menjadi tanggungjawab. Sistem yang digunakan harus mampu menghasilkan data atau informasi yang akurat. Data dan informasi dapat dikumpulkan melalui sistem dan prosedur yang telah ditetapkan sesuai dengan pedoman prosedur penerimaan pajak yaitu Peraturan Gubernur.

Pada tahun 2016 sampai tahun 2020 telah terjadinya fluktuatif penerimaan pajak air permukaan di Kabupaten Bengkalis. Hal ini dapat di buktikan dengan data penerimaan Pajak Air Permukaan pada UPT Pengelolaan Pendapatan Bengkalis Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau, terlihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1 Data Target Pajak Air Pemukaan Di Kabupaten Bengkalis Tahun 2016-2020

No Tahun Target

1 2016 105.832.869,33

2 2017 148.015.543,20

3 2018 191.020.521,19

4 2019 275.281.807,55

5 2020 269.133.797,02

Sumber : UPT Pengelolaan Pendapatan Bengkalis Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau Tahun 2022

Dapat dilihat dari data yang ada bahwa target penerimaan Pajak Air Permukaan dari tahun 2016 sampai tahun 2020 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2016 pajak air permukaan dengan target sebesar Rp 105.832.869,33. Pada tahun 2017 target yang ditetapkan sebesar Rp148.015.543,20 dimana jumlah target yang di tetapkan meningkat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 target mengalami peningkatan kembali menjadi Rp 191.020.521,19. pada tahun 2019 mengalami peningkatan kembali sebesar Rp 275.281.807,55, namun pada tahun 2020 mengalami penurunan kembali sebesar Rp 269.133.797,02, Pada tahun 2019 peningkatan yang terjadi sangat pesat dan melebihi dari target tahun sebelumnya dan membuat terobosan baru bagi pihak UPT Bapenda Provinsi Riau untuk lebih mengoptimalkan penerimaan dari pajak air permukaan ini sehigga bisa

(6)

6 memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah . Menurut Mardiasmo (2002:132) mengatakan semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Kepala Badan Pendapatan Daerah Riau mengungkapkan bahwa dari pajak air permukaan mendapatkan tambahan PAD sebesar Rp 300.000.000/ bulan pada tahun 2020, jumlah itu lebih besar dibandingkan dengan yang diterima tahun sebelumnya. Dikarenakan pada tahun sebelumnya Provinsi Riau masih berbagi pajak air permukaan dengan Provinsi Sumatera Barat sehingga tidak menerima pajak secara penuh, sehingga pada tahun 2020 pajak tersebut sudah sepenuhnya di terima Provinsi Riau (Sumber: info publik.id, 2020). UPT Badan Pendapatan Daerah Riau di Bengkalis juga mengungkapkan bahwasannya komisi III DPRD meminta perusahaan jujur dalam membayar pajak khususnya pada pajak air permukaan sehingga bisa meningkatkan PAD Kabupaten Bengkalis ( sumber:

www.riautelevisi.com, 2021).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Prosedur Pengenaan Pajak Air Permukaan Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan menjadi fokus penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana prosedur pengenaan pajak air permukaan di Kabupaten Bengkalis?

2. Bagaimana kontribusi pajak air permukaan terhadap peningkatan PAD Kabupaten Bengkalis?

(7)

7 1.3 Batasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka perlu dilakukan batasan masalah terhadap masalah yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini.

Penelitian ini hanya di batasi pada Prosedur Pengenaan Pajak Air Permukaan Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

1.4 Tujuan penelitian

Bersadarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui prosedur pengenaan pajak air permukaan di Kabupaten Bengkalis

2. Untuk mengetahui kontribusi pajak air permukaan terhadap peningkatan PAD Kabupaten Bengkalis

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak berikut ini:

1. Secara teoritis a. Bagi peneliti

Untuk mendaptakan pengalaman atau pengetahuan dalam melakukan penelitian, baik secara teori maupun praktik serta menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan menjadi referensi dalam pengembangan peneliti selanjutnya terkait Prosedur Pengenaan Pajak Air Permukaan Terhadap Penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

(8)

8 2. Secara Praktis

a. Bagi pemerintah

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi aparat pemerintah Kabupaten Bengkalis dan dinas terkait dalam menyusun kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan pajak air permukaan.

b. Bagi Politeknik Negeri Bengkalis

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi khusunya bagi mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Akuntansi Keuangan Publik maupun mahasiswa lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari Lima bab yang disusun secara istematis, yang mana antar bab saling berkaitan sehingga menjadi suatu rangkaian yang saling berkesinambungan. Untuk mengetahui isi dari penulisan penelitan ini, dengan demikian disusunlah sistematis penulisan skripsi yang terdiri dari Lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka dan penjelasan landasan teori pendukung yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pembahasan masalah

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang lokasi dan waktu penelitian, objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan

(9)

9 data, teknik pengolahan data, metode analisis data, jenis penelitian dan definisi konsep dan operasional.

BAB 4 : DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

Bab ini berisikan hasil dan pembahasan penelitian dan analisis hasil penelitian.

BAB 5 : PENUTUP

Bab ini merupakan bagian dari penelitian yang telah dilakukan yang menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran dari peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

LIST OF TABLES Table TITLE Page 1.1 Total Education Expenditure of the Philippines, 1991 – 1998 20 1.2 Total Health Expenditure of the Philippines, 1997 – 2005 21 2.1 Education