• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data ini didukung oleh survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jaringan Internet Indonesia (APJII) yang menemukan bahwa pada periode 2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Data ini didukung oleh survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jaringan Internet Indonesia (APJII) yang menemukan bahwa pada periode 2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dan telah mempengaruhi perkembangan ekonomi. Berbagai transaksi jual beli yang sebelumnnya hanya dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui telepon dan kini seiring berjalannya waktu transaksi jual beli jauh lebih mudah karena dilakukan melalui internet. Internet menawarkan banyak manfaat bagi perusahaan untuk meningkatkan pemasaran produknya.

selain itu juga internet memberikan manfaat meningkatkan kesempatan perusahaan untuk bekerjasama dengan pengusaha lainnya.

Hingga saat ini, penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Data ini didukung oleh survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jaringan Internet Indonesia (APJII) yang menemukan bahwa pada periode 2019-kuartal II/2020 mencatat, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 23,5 juta atau 8,9% dibandingkan pada 2018 lalu. Jumlah pengguna internet paling banyak berasal dari provinsi Jawa Barat, yakni 35,1 juta orang. Posisi itu disusul Jawa Tengah dengan jumlah 26,5 juta orang. Lalu Jawa Timur, sebanyak 23,4 juta orang. Sementara, jumlah pengguna internet di Sumatera Utara mencapai 11,7 juta orang dan di Banten mencapai 9,98 juta orang. Adapun, jumlah pengguna internet di Lampung mencapai 5,3 juta orang. Survei APJII ini di lakukan melalui

(2)

kuesioner dan wawancara terhadap 7.000 sampel, dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) 1,27%. Riset dilakukan pada 2-25 Juni 2020.

(Katadata, 2020).

Sejatinya, terdapat lima alasan utama mereka mengakses internet, yakni media sosial, komunikasi pesan, game online, akses layanan publik, dan belanja online. Persentase pengguna internet di Indonesia yang mengakses media sosial sebesar 51,5%, komunikasi pesan sebesar 32,9%, game online 5,2%, akses layanan publik 2,9% dan belanja online 1,3%.

(APJII ,2020). Media sosial merupakan jaringan teknologi yang digunakan untuk menciptakan berita melalui internet, sedangkan pemasaran media sosial merupakan model pemasaran internet untuk mencapai tujuan pemasaran dengan berpartisipasi dengan lingkup jaringan media sosial (Maoyan, 2014). Dengan menggunakan media sosial sebagai salah satu media pemasaran, perusahaan dapat berbagi informasi terkait produk dengan mudah dan dapat menjangkau lebih banyak pelanggan (Gabriel dan Kolapo ,2015).

Media sosial mempunyai peranan yang penting di dalam dunia bisnis dan menjadi salah satu media yang dapat dengan cepat menyebarkan sebuah informasi. Media sosial tidak hanya menjadi sebuah tempat untuk menunjukkan diri atau mengekpresikan diri terhadap dunia luar, namun juga sebagai tempat untuk mendapatkan banyak informasi.

Berbagai macam media sosial yang muncul saat ini dimanfaatkan konsumen untuk mendapatkan informasi. Selain itu juga melalui media

(3)

sosial perusahaan dapat berkomunikasi dengan konsumen secara interaktif.

Perusahan juga dapat mengetahui respon konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

Platform media sosial yang sering digunakan pengguna adalah Facebook, Instagram, dan Twitter. Data ini juga berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggaraan Jaringan Internet Indonesia (APJII) yang menyatakan bahwa sebesar 65,8% pengguna media sosial lebih sering menggunakan aplikasi Facebook untuk berinternet, diikuti oleh Instagram sebesar 42,3% dan Twitter sebesar 10,0%. Maka, dengan beberapa platform tersebut dapat digunakan sebagai media promosi oleh perusahaan untuk memperkenalkan tentang produk atau jasa yang ditawarkan.

Aplikasi media sosial digunakan oleh penggunanya untuk saling berbagi foto dan video di media sosial. Foto atau video yang sebelumnya diposting oleh pengguna sebagian besar merupakan momen-momen pribadi, namun kini tersebar luas foto atau video produk bisnis untuk mendapatkan pasaran. Hal ini juga dimanfaatkan oleh perusahaan yang bergerak di bidang kuliner terutama bisnis kopi untuk memperkenalkan produknya dengan cara mempromosikan produk melalui media sosial.

Bagi sebagian orang, kopi sudah menjadi gaya hidup atau tradisi, sehingga pada saat ini telah banyak kedai - kedai kopi yang didirikan dan di desain sedemikian rupa. Kedai - kedai tersebut dapat digunakan oleh banyak orang untuk melewatkan waktu dengan bersantai, serta

(4)

bersosialisasi dengan menikmati kopi. Kopi di Tanah Air telah menjadi industri dan diprediksi akan terus berkembang. Pada tahun 2020 diperkirakan kedai kopi akan tumbuh 10 persen hingga 15 persen. Jumlah kedai kopi di Indonesia dalam tiga tahun terakhir meningkat tiga kali lipat dari 1.083 outlet di tahun 2016 menjadi 3.000 outlet pada akhir tahun 2019.

Dari jumlah itu, mayoritas di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, hingga Bandung. Meski demikian, tidak sedikit kedai kopi mulai merambah kota - kota satelit atau secondtier seperti Depok, Lampung dan Bengkulu (Prasetyo, 2020).

Di Bandar Lampung sendiri, terdapat kedai kopi dengan keunggulan produknya masing-masing yang saling bersaing untuk meraih pasar. Jumlah kedai kopi yang berada di Bandar Lampung terus bertambah seiring dengan perkembangan waktu, sehingga membuat persaingan menjadi semakin ketat. Ada beberapa kedai kopi yang tersebar di Bandar Lampung antar lain , N8 Coffee, Amnesty Coffee, Dr. Coffee, El's Coffee, Kopi Ketje, dan lain sebagainya (Liburanlampung, 2019).

Melihat persaingan kedai kopi yang semakin meningkat, dapat dilihat bahwa keberhasilan suatu merek dalam menjual produknya tidak terlepas dari aktivitas pemasaran di media sosial, karena pemasaran melalui media sosial berdampak besar terhadap penjualan produk.

Kegiatan pemasaran di media sosial diyakini dapat meningkatkan brand equity secara langsung, yang meliputi brand awareness, brand image, dan brand loyalty (Bilgin, 2018). Dengan aktivitas pemasaran di media sosial,

(5)

perusahaan dapat membentuk pola baru aktivitas pemasaran seperti membuat profil merek sendiri, menjalankan layanan pelanggan online, menyebarluaskan informasi produk dan memberikan penawaran khusus dengan cara sederhana, tidak terbuka dan berkelanjutan. Temuan ini ditegaskan kembali bahwa aktivitas pemasaran di media sosial memiliki pengaruh yang signifikan dalam membangun brand equity, dan brand equity yang positif akan meningkatkan e-WOM (Seo dan Park, 2018).

Pentingnya brand equity dalam keputusan pembelian konsumen, telah diteliti sejak lama dimana orang lain menyimpulkan bahwa konsumen membeli produk tidak hanya berdasarkan fungsi atau kualitas saja, akan tetapi konsumen ingin mendapatkan nilai merek dan makna simbolis yang terkandung dalam produk tersebut. Pemasaran melalui media sosial yang juga didorong oleh interaksi konsumen atau hubungan dengan perusahaan, mampu secara signifikan mempengaruhi dan meningkatkan niat beli konsumen. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh (Semuel dan Setiawan, 2018) yang menyatakan bahwa promosi yang dilakukan melalui sosial media akan meningkatkan keinginan untuk membeli suatu produk. Melalui berbagai bentuk penawaran dan pembentukan pemahaman tentang suatu produk yang dapat membedakan dengan produk lainnya setelah melihat promosi yang berisi informasi di media sosial dapat meningkatkan niat beli masyarakat.

(6)

Niat beli adalah ketertarikan pembeli atau konsumen terhadap suatu produk, sehingga konsumen memiliki niat ingin memiliki dan membeli produk tersebut (Kotler dan keller, 2016). Niat beli muncul ketika seseorang telah mendapatkan informasi terkait produk yang diinginkan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebelum konsumen melakukan pembelian suatu produk atau jasa, konsumen akan mencari informasi mengenai produk atau jasa tersebut yang akhirnya akan menciptakan niat beli.

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemasaran media sosial terhadap niat beli konsumen pada kedai kopi di Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah aktivitas pemasaran media sosial memengaruhibrand equity ? 2. Apakah brand equity memengaruhi E-WOM ?

3. Apakah E-WOM memengaruhi niat beli ?

4. Apakah aktivitas pemasaran media sosial berpengaruh terhadap niat beli ?

(7)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian adalah : 1. Untuk menguji pengaruh aktivitas pemasaran media sosial terhadap

brand equity.

2. Untuk menguji pengaruh brand equity terhadap e-WOM.

3. Untuk menguji pengaruh e-WOM terhadap niat beli.

4. Untuk menguji pengaruh aktivitas pemasaran media sosial terhadap niat beli.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan tambahan referensi kepada akademik dan juga penelitian – penelitian selanjutnya yang mengkaji tentang aktivitas pemasaran media sosial dan pada perusahaan yang bergerak di bidang pemenuhan kebutuhan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan terhadap perusahaan, sehingga lebih memperhatikan factor- faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan untuk melakukan pembelian seperti faktor pemasaran melalui media sosial.

(8)

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya berfokus kepada pengguna media sosial.

2. Penelitian ini hanya berfokus pada masyarakat di Bandar Lampung.

3. Penelitian ini hanya berfokus pada pemasaran melalui media sosial

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yulianto, 2005) yang menyatakan bahwa upaya yang harus dilakukan oleh petani dalam pengelolaan lahan pertanian