ANALISIS YURIDIS PENGAKUAN (RECOGNITION) PEMERINTAHAN BARU DI MYANMAR (STUDI KUDETA MILITER MYANMAR)
Skripsi
Oleh
Dimas Zulhasni Wigraha 21801021057
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG 2021
ANALISIS YURIDIS PENGAKUAN (RECOGNITION) PEMERINTAHAN BARU DI MYANMAR (STUDI KUDETA MILITER MYANMAR)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum
Oleh
Dimas Zulhasni Wigraha 21801021057
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM MALANG
MALANG 2021
viii RINGKASAN
ANALISIS YURIDIS PENGAKUAN (RECOGNITION) PEMERINTAHAN BARU DI MYANMAR (STUDI KUDETA MILITER MYANMAR)
Dimas Zulhasni Wigraha
Fakultas Hukum Universitas Islam Malang
Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan mengenai Analisis Yuridis Pengakuan (Recognition) Pemerintahan Baru Di Myanmar (Studi Kudeta Militer Myanmar) berangkat dari permasalahan yaitu: 1. Bagaimana kasus posisi kudeta junta militer di Myanmar? 2. Bagaimana pengakuan (recognition) terhadap pemerintahan baru hasil kudeta junta militer di Myanmar dalam perspektif hukum internasional?
Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan melalui pendekatan perundang-undangan, pendekatan kasus, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual. Pendekatan undang- undang, pendekatan yang dilakukan dengan menelusuri regulasi yang ada pada undang-undang yang berkaitan antara peraturan yang satu dengan yang lain tentang isu hukum yang sedang dibahas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintahan baru junta militer di Myanmar tidak atau belum mendapat pengakuan dari negara-negara ASEAN maupun masyarakat internasional secara luas. Hal ini mengakibatkan pemerintahan junta Myanmar kesulitan dalam menjalin hubungan bilateral dengan negara lain. Junta militer Myanmar sedang berupaya untuk mengganti utusan Myanmar di PBB dengan utusan yang baru berasal dari militer yaitu Aung Thurein. Upaya ini guna mempermudah pemerintahan junta militer Myanmar mendapat pengakuan internasional. Namun PBB menunda permintaan gantu utusan tersebut.
Kata Kunci : Kudeta, Junta Militer Myanmar, Pengakuan (Recognition)
ix SUMMARY
JURIDICAL ANALYSIS OF RECOGNITION OF THE NEW GOVERNMENT IN MYANMAR (MYANMAR MILITARY COUP
STUDY)
Dimas Zulhasni Wigraha
Faculty of Law, Islamic University of Malang
In this thesis, the author raises the issue of the Juridical Analysis of Recognition of the New Government in Myanmar (Myanmar Military Coup Study) departing from the problems, namely: 1. What is the case of the military junta's coup position in Myanmar? 2. How is the recognition of the new government resulting from the military junta coup in Myanmar from the perspective of international law?
This research is a normative juridical law research using a statutory approach, a case approach, a comparative approach, and a conceptual approach.
The statutory approach is an approach that is carried out by tracing the existing regulations in the law that relates one regulation to another regarding the legal issues being discussed.
The results of the study indicate that the new government of the military junta in Myanmar does not or has not received recognition from ASEAN countries and the wider international community. This has made it difficult for the Myanmar junta government to establish bilateral relations with other countries.
Myanmar's military junta is working to replace Myanmar's envoy at the United Nations with a new envoy from the military, Aung Thurein. This effort to make it easier for Myanmar's military junta government to gain international recognition.
However, the United Nations postponed the envoy's request for change.
Keyword: Coup, Myanmar Military Junta, Recognition
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut sarjana hukum internasional bependapat bahwa “pengakuan”
(Inggris: recognition, Prancis: reconnaissance, Jerman: anerkennung) adalah wadah yang memegang peranan penting dalam jalinan antarnegara. Pada abad ke- 20 ini tidak ada satupun negara bisa hidup tersaing dari negara lainnyadan perkembangan teknologi telah berpengaruh menciptakan jalinan interpendensi yang erat antarnegara didunia ini.1
Pengakuan (recognition) merupakan pernyataan dari suatu negara mengakui suatu negara lain sebagai subjek hukum internasional. Pengakuan berarti bahwa selanjutnya antara negara yang mengakui dan negara yang diakui terdapat hubungan sederajat dan dapat mengadakan segala macam hubungan kerja sama satu sama lain untuk mencapati tujuan nasional masing-masing yang diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum internasional. Pengakuan juga berarti menerima suatu negara baru ke dalam masyarakat internasional.2
Dalam Hukum Internasional, Pengakuan (recognition) merupakan bentuk pernyataan formal tentang status negara yang berdaulat dari suatu negara kepada negara lainnya. Recognition sebagai sebuah tindakan diplomatik dapat diberikan secara sepihak oleh satu negara maupun lebih. Tujuan praktis dari recognition adalah untuk mengawalai hubungan resmi antara negara yang mengakui dengan
1 Yulita Pujilestari, “Peranan Pengakuan Dalam Hukum Internasional: Teori Lahirnya Suatu Negara dan Ruang Lingkup Pengakuan” Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol No. 5, (2 September 2018), Hal. 169
2 Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dimnamika Global, Edisi Kedua, Bandung; Pt. Alumni, Hal. 65
negara yang diakui. Pengakuan secara konstitutif dapat menciptakan status kenegaraan atau melengkapi otoritas pemerintahan baru dilingkungan internasional.3
Pengakuan dari negara lain sangatlah penting karena merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara, semakin banyak negara yang mengakui maka akan akan semakin kuat pula kedaulatan negara yang diakui dan tanpa adanya pengakuan dari negara lain maka negara tersebut akan kesulitan dalam menjalin hubungan resmi dengan negara lain.
Setelah adanya pengakuan, situasi baru suatu negara dianggap berlaku terhadap negara yang mengakuinya, hal ini berarti bahwa konsekuensi hukum negara yang bersangkutan akan terjadi. Dengan demikian, pengakuan merupakan keterlibatan suatu negara dalam proses hukum internasional secara umum, dan juga menjadi penting dalam menjalin hubungan bilateral dengan negara lain.
Bentuk pemberian pengakuan terdiri diantaranya Pengakuan terhadap negara baru, jelas, pengakuan ini diberikan kepada suatu negara (berupa pengakuan baik de facto maupun de jure), Pengakuan terhadap pemerintahan baru. Dalam hal ini dipisahkan antara pengakuan terhadap negara dan pengakuan terhadap pemerintahannya (yang berkuasa). Ini terjadi jika wujud pemerintahan yang lama dan yang baru sangat terlihat perbedaannya. Pengakuan terhadap pemberontak. Pengakuan ini dipersembahkan kepada sekelompok perlawanan yang sedang melaksanakan perlawanan kepada pemerintah.4
3 Brenda Lengkong, “Fungsi Pengakuan (Recognition) Dalam Pelaksanaan Hubungan Antar Negara Menurut Kajian Hukum Internasional” Lex Administratum, Vol. VI No. 1, (Jan-Mar, 2018), Hal. 21
4 Yulita Pujilestari, “Peranan Pengakuan Dalam Hukum Internasional: Teori Lahirnya Suatu
Negara dan Ruang Lingkup Pengakuan” Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol No. 5, (2 September 2018), Hal. 170
3
Selain pengakuan terhadap negara, pemerintahan, dan pemberontak ada juga pengakuan terhadap Biligerensi, pengakuan sebagai bangsa, dan Pengakuan terhadap keadaan internasional dan hak-hak teritorial. Pengakuan terhadap beligerensi. Sifat pengakuan ini lebih kuat dari pada pengakuan sebagai pemberontak. Pengakuan ini sama dengan pengakuan sebagai pemberontak, Pengakuan ini diberikan apabila pemberontak sangat kuat. Akibat dari pemberian pengakuan ini, antara lain beligeren dapat memasuki pelabuhan neagara yang menyetujui mengadakan pinjaman, dan lain-lain. sehingga seakanakan ada dua pemerintahan yang sedang berlawanan.5 Pengakuan sebagai bangsa. Komsekuensi hukum ini sama dengan konsekuensi hukum pengakuan beligerensi. untuk Pengakuan ini dilimpahkan kepada suatu bangsa yang sedang menempati tahap pendirian negara. Sehingga negara tersebut dapat disahkan menjadi subjek hukum internasional.6 Pengakuan terhadap keadaan internasional dan hak-hak teritorial (isinya yaitu “tidak mengakui hak-hak dan situasi internasioal baru”). Pada tahun 1931 adalah awal dari kejadian penyerbuan jepang ke Cina ketika jepang menyerang Mnchuria, salah satu provinsi cina, dan membangun negara boneka disana (Manchukuo). Padahal negara penanda tangan Perjanjian Perdamaian Paris 1928 adalah Jepeng (juga dikenal sebagai Kolleg-Briand Pact atau Paris Pact).7
Pengakuan pemerintahan ialah suatu pernyataan dari suatu negara bahwa negara tersebut telah siap dan bersedia berhubungan dengan pemerintahan baru yang diakui sebagai suatu kesatuan dan bertindak untuk dan atas nama
5 Ibid
6 Ibid
7 Ibid
negaranya.8 Pengakuan pemerintahan dan bergantinya pemerintahan baru dalam suatu negara ini sering menimbulkan situasi politik yang memanas diantara kedua belah kubu yang terlibat. Keadaan seperti ini terjadi khususnya manakala pergantian pemerintahan tersebut dilakukan menurut cara-cara konstitusional, yaitu cara-cara yang sah, cara-cara yang terjadi secara normal sesuai dengan kehidupan politik negara yang bersangkutan, baik itu dilakukan melalui pemilihan umum, ataupun yang lainnya.9
Yang menjadi masalah dalam peristiwa pergantian suatu pemerintahan yang didalamnya terkait dengan pengakuan pemerintahan yaitu apabila pergantian pemerintahan tersebut dilakukan melalui cara-cara yang tidak konstitusional.
Cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan jalan revolusioner atau melalui cara- cara yang extra yuridik, misalnya, coup d’etat (Kudeta), revolusi, insurrection (pemberontakan), dan lain-lain.10
Kasus mengenai pergantian kekuasaan yang cukup menyita perhatian dunia internasional juga terjadi di Myanmar pada Febuari 2021. Pergantian kekuasaan ini dilakukan militer Myanmar dengan cara kudeta yang ditujukan kepada pemerintahan sipil.
Kudeta sendiri menurut beberapa pihak secara umum adalah suatu cara penggulingan kekuasaan dan pengambilalihan kekuasaan secara paksa dari tangan penguasa dan dapat dilakukan oleh golongan tertentu baik militer atau tentara maupun sipil serta dilakukan secara keras karena da unsur paksaan. Kata “kudeta”
8 Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era
Dimnamika Global, Edisi Kedua, Bandung; Pt. Alumni, Hal. 72
9 Huala Adolf, 1996, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta; Rajawali Pers,
Hal. 73
10 Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era
Dimnamika Global, Edisi Kedua, Bandung; Pt. Alumni, Hal. 74
5
sebenarnya punya pengertian sebagai kegiatan yang dijalankan oleh pihak atau golongan yang sudah berkuasa dengan melemahkan atau menyingkirkan orang atau lembaga lain yang mengambil bagian dalam pemerintahan.11
Kudeta Jendral Min Aung Hlaing terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi merupakan kali kedua militer melengserkan pemerintahan sipil dalam sejarah politik modern Myanmar—dulu bernama Burma. Peristiwa serupa terjadi pada 1962, ketika Jendral Ne Win merebut mandat pemerintahan dari Perdana Menteri U Nu yang berkuasa sejak 1948, tak lama setelah Burma merdeka dari Inggris.12
Kudeta pertama kali terjadi di Myanmar tahun 1962. Yakni 14 tahun setelah negara yang saat itu dikenal sebagai Burma, merdeka dari pemerintahan kolonial inggris. Tatmadaw dibawah Jendral Ne Win menggulingkan pemerintahan sipil.Ia memasang rezim otoriter terpusat yang menggabungkan unsur-unsur sosialisme dan nasionalisme. Kudeta tersebut sebagian muncul dari kekhawatiran bahwa pemerintah sipil gagal untuk menindak keras gerakan etnis minoritas dan sayap bersenjata.13
Kudeta kedua dilakukan kembali oleh militer pada tahun 1988. kala itu muncul demonstrasi berdarah besar-besaran di Myanmar yang dikenal sebagai Pemberontakan 8888. rakyat yang sudah muak dengan korupsi, arogansi kekuasaan, dan kegagalan ekonomi turun ke jalan untuk menuntut pemerintah yang kala itu dikuasai militer untuk mundur. Namun militer masih dapat
11 “Ensiklopedi Populer Politik Pembangunan Pancasila, dari Kes sampai Par” dalam
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/04/09/0123.html, diakses tgl 04 Desember 2021 jam 09.00
12 “Sejarah Membuktikan Militer Myanmar Memang Gatal Kudeta” dalam https://tirto.id/sejarah- membuktikan-militer-myanmar-memang-gatal-kudeta-f91X, diakses tgl 04 Desember 2021 jam 10.00
13 “Bak Candu, Myanmar & Sejarah Kudeta Yang Terus Berulang” Dalam https://www.cnbcindonesia.com/news/20210209135949-4-222152/bak-candu-myanmar-sejarah- kudeta-yang-terus-berulang/2, Diakses tanggal 04 Desember 2021 jam 10.30
menguasai kursi kekuasaan hingga pemilu 1990. Dalam momen pemberontakan 8888 ini, Aung San Suu Kyi muncul sebagai aktivis pro demokrasi yang mencuri perhatian sosoknya yang merupakan anak pahlawan nasional dan mendapat pendidikan barat, menarik perhatian. Ia kemudian mendirikan partai Liga Nasional/National League for Democracy (NLD). Pada pemilu tahun 1990, ketika junta militer mengatur pemilihan umum, NLD memenangkan 81% kursi di pemerintahan (392 dari 492). Namun, junta militer menolak untuk mengakui hasil tersebut dan terus memerintah negara di Dewan Hukum Negara dan Restorasi Ketertiban. Suu Kyi dijadikan tahanan rumah hingga tahun 2010 saat militer sudah mulai turun dari tahta kekuasaan.14
Dan saat ini kudeta militer Myanmar kembali terjadi, tepatnya pada tanggal 1 Februari 2021. Kudeta 2021 terjadi setelah pemilihan umum pada 8 November 2020, dimana Liga Nasional untuk Demokrasi memenangkan 396 dari 476 kursi di parlemen, selisih kemenangan yang lebih besar dibanding dengan pemilu 2015. Partai militer, dan Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan, hanya memenangkan 33 kursi. Militer membantah hasil tersebut, mengklaim bahwa pemungutan suara itu curang.15
Dalam kudeta ini Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan beberapa pimpinan dari partai penguasa ditahan oleh militer Myanmar.
Beberapa jam kemudian, Angkatan Bersenjata Myanmar menyatakan keadaan darurat dan mengatakan bahwa kekuasaan telah diserahkan kepada panglima tertinggi militer, Ming Aung Hlaing.16
14 Ibid.
15 “Kudeta Myanmar 2021” Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Kudeta_Myanmar_2021 Diaksestanggal 04 Desember 2021 jam 11.00
16 Ibid.
7
Dari uraian diatas, diakui atau tidaknya pemerintahan baru hasil dari kudeta militer yang merupakan cara ilegal dan tidak konstitusional merupakan suatu masalah yang sering terjadi dalam hukum internasional. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti mengenai status pengakuan terhadap pemerintahan baru hasil kudeta militer khususnya yang terjadi di Myanmar menurut hukum internasional dalam penulisan skripsi ini dengan judul, ANALISIS YURIDIS PENGAKUAN (RECOGNITION) PEMERINTAHAN BARU DI MYANMAR (STUDI KUDETA MILITER MYANMAR)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah
1. Bagaimana kasus posisi kudeta junta militer di Myanmar?
2. Bagaimana pengakuan (recognition) terhadap pemerintahan baru hasil kudeta junta militer di Myanmar dalam perspektif hukum internasional?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kasus posisi kudeta junta militer di Myanmar
2. Untuk mengetahui bagaimana status pengakuan (recognition) terhadap pemerintahan baru hasil kudeta junta militer di Myanmar dalam perspektif hukum internasional
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui secara jelas bagimana kasus posisi junta militer di Myanmar
b. Untuk mengetahui secara jelas bagaimana status pengakuan (recognition) terhadap pemerintahan baru hasil kudeta junta militer di Myanmar dalam perspektif hukum internasional
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan skripsi ini diharapkan bisa menambah dan memberi pemahaman kepada masyarakat khususnya akademisi maupun praktisi hukum tentang bagaimana pengakuan (recognition) dari pemerintahan baru hasil kudeta militer khususnya di Myanmar
E. Orisinalitas Penelitian
Berkaitan dengan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian yang juga berkaitan dengan kudeta militer di Myanmar, dalam penelitian tersebut terdapat beberapa persamaan, perbedaan, dan kontribusi yang jika dibandingkan dengan penelitian ini, yaitu: Skripsi dengan judul PERANAN ASEAN MENDORONG PEMERINTAHAN MILITER DALAM MENEGAKKAN DEMOKRASI DI MYANMAR yang disusun oleh Ikrimah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, memiliki kesamaan dengan penelitian yang ditulis oleh penulis, yakni mengkaji objek yang sama yaitu kudeta militer di Myanmar.
9
Berdasarkan persamaan, perbedaan dan kontribusi yang dimiliki oleh tiap- tiap penelitian tersebut, terdapat kebaruan atas penelitian ini yakni:
No. PROFIL JUDUL
1 Ikrimah,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PERANAN ASEAN MENDORONG
PEMERINTAHAN MILITER DALAM MENEGAKKAN DEMOKRASI DI MYANMAR ISU HUKUM
1. Bagaimana peran ASEAN dalam menciptakan kehidupan demokrasi di Myanmar?
2. Hambatan apa yang dihadapi ASEAN dalam mendorong pemerintahan militer Myanmar agar menegakkan demokrasi?
HASIL PENELITIAN
Peran ASEAN tidak dapat dikatakan berhasil, dengan katalisator ASEAN tidak berhasil mengupayakan keikutsertaanseluruh lapisan masyarakat Myanmar dalam pemilu 2010, dan ASEAN tidak berhasil mempengaruhi pemerintahan militer untuk dapat membuat peraturan pemilu yang adil bagi pihak oposisi, sehingga membuat Aung San Suu Kyi tidak dapat berpartisipasi dalam pemilu 2010. hal tersebut lah yang meyakinkan rasa pesimis mengenai prospek cerah
demokrasi bagi Myanmar. Namun demikian keberhasilan peran ASEAN dapat dilihat dari keberhasilan jalannya pemilu 2010.
jika tragedi pemilu tahun 1990 terulang maka dapat dikatakan ASEAN tidak berhasil. Tetapi jika pemerintahan militer Myanmar dapat menjalankan pemilu dengan jujur, adil, transparan dan menerima segala hasil yang diperoleh, maka dapat dikatakan ASEAN berhasil.
PERSAMAAN Sama-sama membahas, menganalisis dan mengkaji tentang kudeta militer di Myanmar.
PERBEDAAN Penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan pembahasan terhadap pengakuan (recognition) pemerintahan hasil kudeta militer di Myanmar.
KONTRIBUSI Mengetahui bagaimana peran ASEAN dalam mendorong pemerintahan militer Myanmar agar menegakkan demokrasi.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penyusunan skripsi ini menggunakan jenis penelitian normatif, Penelitian hukum normatif atau penelitian perpustakaan ini merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai
11
bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti17
2. Pendekatan Penelitian
Penyusun menggunakan pendekatan melalui pendekatan kasus, dan pendekatan konseptual. Pendekatan kasus, pendekatan dengan melihat kasus yang ada sangkut pautnya dengan penelitian yang sedang penulis lakukan. Pendekatan konseptual, pendekatan yang diambil dari pandangan serta doktrin yang berdasarkan ilmu hukum. Pandangan doktrin-doktrin yang dapat berupa penjelasan mengenai pengertian dapat di jadikan argument hukum dari beberapa pandangan lain.
3. Sumber Bahan Hukum
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penyusunan ini menggunakan sumber bahan hukum yang bersumber dari data sekunder yaitu berupa buku, artikel jurnal, pendapat ahli dan lain-lain. Dalam penyusunan ini bahan hukumnya menjelaskan dari mana materi bahan hukum sekunder diperoleh seperti penulusuran penelitian studi pustaka terhadap bahan hukum sekunder yang membahas tentang kudeta militer khususnya yang terjadi di Myanmar.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen atau kepustakaan. Peneliti mengumpulkan data sekunder yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk kemudian dikategorikan, dibaca, dipelajari, dipelajari lebih lanjut, diklarifikasi dan dianalisis dari buku,
17 Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri,(2001), Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta; Rajawali Pers, hlm. 13-14.
literatur, artikel, esai ilmiah, makalah, jurnal dan sebagainya yang terkait dengan masalah utama yang diteliti. Tata cara pengumpulan bahan hukum yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan membaca peraturan perundang-undangan, dokumen resmi dan kepustakaan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas. Dari data tersebut kemudian dianalisis dan dirumuskan sebagai data pendukung dalam penelitian ini.
Data diperoleh dari, Buku, Jurnal, majalah, hasil penelitian (skripsi, tesis dan disertasi) dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll)
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dilakukan dengan membagi ke dalam empat bab dengan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pendahuluan ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan, masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan, orisinalitas penelitian, dan yang terakhir adalah sistematika penulisan yang memberikan pemahaman terhadap isi dari penelitian secara garis besar
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang pengertian pengakuan (recognition), jenis-jenis pengakuan, pengertian kudeta, bentuk-bentuk kudeta
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembahasan pertama dalam bab ini akan menguraikan tentang kasus posisi terjadinya kudeta militer Myanmar yaitu pada tahun 1962, 1988, dan 2021.
13
kemudian menguraikan tentang hasil analisa yakni tentang pengakuan pemerintahan baru hasil kudeta militer di Myanmar.
BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan dari keseluruhan uraian serta saran-saran sebagai sumbangsih pemikiran tersendiri dari penulis.
54 BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
1. Myanmar merupakan negara yang sering mengalami peristiwa kudeta.
Tercatat sudah tiga kali kudeta terjadi di negara itu, yaitu pada 1962, 1988, dan yang terbaru terjadi di 2021 tepatnya pada tanggal 2 Febuari lalu. Kudeta di Myanmar dilakukan oleh pihak militer yang merasa tidak puas dengan kinerja pemerintahan sebelumnya, namun pada kudeta 2021 ini yang melatar belakangi terjadinya kudeta militer terhadap pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi ialah hasil pemilu pada November 2020. Dimana partai Aung San Suu Kyi yaitu Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memenangkan 396 dari 476 kursi di parlemen, sedangkan Partai Militer, dan Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan hanya memenangkan 33 kursi. Militer menuding adanya kecurangan dalam pemilu tersebut dan menjadikan alasan untuk melancarkan kudeta. Banyaknya kudeta yang terjadi di Myanmar menunjukkan bahwa junta militer memang sangat berambisi untuk berkuasa dan mempertahankan dominasinya di Myanmar.
2. Negara-negara ASEAN telah sepakat untuk tidak memberikan pengakuan terhadap pemerintahan baru hasil kudeta junta militer di Myanmar. PBB serta masyarakat internasional juga mengecam aksi kudeta yang telah memakan banyak korban dari rakyat sipil tersebut. Pengakuan yang tak kunjung didapat oleh junta militer tersebut maka junta Myanmar melakukan upaya dengan mengajukan pergantian Duta Besar Myanmar untuk PBB yang diutus oleh pemerintahan sipil yaitu Kyaw Moe Tun, dan menggantinya dengan utusan
dari junta militer yaitu Aung Thurein. Namun permintaan junta militer Myanmar ini masih ditunda oleh PBB dan utusan pemerintahan sipil Myanmar Kyaw Moe Tun dapat kembali menjalankan tugasnya. Namun junta militer tidak tinggal diam mereka tetap akan berusaha agar utusannya itu duduk di PBB dan memudahkan pemerintahan mereka memperoleh pengakuan dunia internasional.
B. Saran
1. Kepada seluruh masyarakat internasional agar terus konsisten dalam mengawal peristtiwa kudeta di Myanmar, memberi ancaman sanksi tegas agar junta militer tidak semena-mena terhadap demonstran/rakyat sipil. Serta memberi bantuan terhadap konflik yang melanda negara tersebut. Masyarakat internasional juga diharapkan membuka dialog dengan junta militer agar ditemukannya jalan tengah atas permasalahan kudeta tersebut dengan jalan damai.
2. Masyarakat internasional agar tidak tergesa-gesa memberi pengakuan terhadap pemerintahan junta militer Myanmar sebelum situasi negara tersebut benar-benar telah kondusif dan mencapai kata sepakat atas konfik yang mereka alami saat ini.
56
DAFTAR PUSTAKA Buku
Boer Mauna, (2005), Hukum Internasional: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dimnamika Global, Edisi Kedua, Bandung; Pt. Alumni.
Huala Adolf, (1996), Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta;
Rajawali Pers.
Soekanto Soerjono dan Mamudji Sri, (2001), Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta; Rajawali Pers.
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, (2002), Pengantar Hukum Internasional, Jakarta; P.T. Alumni.
S. Tasrif, (1987), Hukum Internasional Tentang Pengakuan Dalam Teori dan Praktek, Abidrin.
Jurnal
Pujilestari, Yulita. (2018), Peranan Pengakuan Dalam Hukum Internasional:
Teori Lahirnya Suatu Negara dan Ruang Lingkup Pengakuan, Vol No. 5 Lengkong, Brenda. (2018), Fungsi Pengakuan (Recognition) Dalam Pelaksanaan
Hubungan Antar Negara Menurut Kajian Hukum Internasional, Vol. VI No.1.
Yuli Fachri, (2003), Politik Pengakuan Dalam Hukum Internasional, Vol. 2, No.
2.
A. Mahsyur Effendi, Andri, (2011), Prinsip Pengakuan Dalam Pembentukan Negara Baru Ditinjau Dari Hukum Internasional, Vol. 8, No. 3.
Fahri Ananta Said, Partogi J. Samosir, (2017), Dampak Kudeta Presiden Viktor Yanukovych Dalam Hubungan Luar Negeri Ukraina Dengan Uni Eropa, Vol. 3, No. 1.
M. Adian Firnas, (2003), Prospek Demokrasi Di Myanmar, Vol. 2, No. 2.
Firdaus Muhamad Iqbal, Indah Dwiprigitaningtias, (2021), Kudeta Militer Myanmar Dalam Perspektif Hukum Internasional, Vol. 3, No. 1
Mohammad Maiwan, (2014), Gerakan Mahasiswa Dalam Kemelut Politik Di Myanmar: Pergulatan Mewujudkan Kebasan, Vol. 13, No. 2.
Faustina Ivana S.D.J, Euneke Dewi T, Fiki Rahmatina N, (2021), Kudeta Myanmar: Junta Militer Di Era Modern, Jurnal Pena Wimaya, Volume 1, No. 2
Skripsi
Ikrimah, (2010), Pemeranan Asean Mendorong Pemerintahan Militer Dalam Menegakkan Demokrasi Di Myanmar, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Konvensi-konvensi
Montevideo Convention on the Right and Duties of States
Internet
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/04/09/0123.htm (Diakses, 04 Desember 2021)
https://tirto.id/sejarah-membuktikan-militer-myanmar-memang-gatal-kudeta-f91X (Diakses, 04 Desember 2021)
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210209135949-4-222152/bak-candu myanmar-sejarah-kudeta-yang-terus-berulang/2 (Diakses, 04 Desember 2021)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kudeta_Myanmar_2021 (Diakses, 04 Desember 2021)
https://kbbi.web.id/aku (Diakses 13 Desember 2021)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kudeta (Diakses, 15 Desember 2021) https://kbbi.web.id/kudeta, (Diakses, 15 Desember 2021)
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-55914467 (Diakses tanggal 18 Desember 2021)
https://www.kompas.com/global/read/2021/03/02/213047970/kisah-perang-tiga- kudeta-myanmar-dan-berakhirnya-burma?page=all, (Diakses, 17 Desember 2021)
https://tirto.id/bagaimana-kisah-junta-militer-myanmar-kuasai-negara-melalui- kudeta-f9Tm (Diakses, 18 Desember 2021)
58
https://mediaindonesia.com/internasional/423159/indonesia-tegaskan-asean-tak- beri-pengakuan- terhadap-junta-myanmar ( Diakses, 30 Desember 2021
https://www.beritasatu.com/dunia/809533/asean-kompak-hindari-pengakuan- formal-junta-myanmar (Diakses, 30 Desember 2021)
https://www.beritasatu.com/dunia/809533/asean-kompak-hindari-pengakuan- formal-junta-myanmar ( Diakses, 30 Desember 2021)
https://www.republika.co.id/berita/r3wsov377/as-desak-kamboja-tak-beri- pengakuan-ke-junta-myanmar (Diakses, 30 Desember 2021)
https://news.detik.com/internasional/d-5783431/pemimpin-junta-militer-tak- diundang-myanmar-boikot-ktt-asean (Diakses, 30 Desember 2021)
https://news.detik.com/internasional/d-5783431/pemimpin-junta-militer-tak- diundang-myanmar-boikot-ktt-asean (Diakses, 30 Desember 2021)
https://www.idntimes.com/news/world/vanny-rahman/dewan-keamanan-pbb- kutuk-kudeta-militer-myanmar/3 ( Diakses, 31 Desember 2021)
https://koran-jakarta.com/pbb-tolak-keanggotaan-taliban-dan-junta- myanmar?page=all (Diakses, 31 Desember 2021)
https://www.dw.com/id/pbb-tak-beri-kursi-kepada-utusan-junta-myanmar-dan- taliban/a-59993174 (Diakses, 31 Desember 2021)
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:tb0imyBFkhUJ:bahan- ajar.esaunggul.ac.id/kum401/wp-
content/uploads/sites/1365/2019/12/Hukum-Internasional-Pertemuan- 9.doc+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses, 04 Januari 2022)