• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA KOMUNITAS DIASPORA ... - Digilib UIN SUKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DINAMIKA KOMUNITAS DIASPORA ... - Digilib UIN SUKA"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

Kedua, dijelaskan dinamika yang terjadi pada masyarakat Hadrami pada gerakan Al-Irsyad dari awal masa kemerdekaan hingga masa reformasi Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah sosial yang membahas kompleksitas perjalanan komunitas diaspora Hadrami dalam perjuangan Al-Irsyad. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah sosial yang melihat kompleksitas komunitas diaspora Hadrami pada Pertempuran Al-Irsyad.

KOMUNITAS DIASPORA HADRAMI DAN

DILEMA KEBANGKITAN KEMBALI

DINAMIKA GERAKAN AL-IRSYAD MASA

KONTESTASI DAN PERPECAHAN

Lampiran 7 : Surat Himbauan Pimpinan Pusat Al-Irsyad al-Islamiyah kepada Pimpinan Daerah dan Cabang Al-Irsyad al-Islamiyah, 283. Lampiran 11 : Hasil Deklarasi Pekalongan Tahun 2005 PW dan PC Al-Irs Islamiyah sepanjang Indonesia di Pekalongan, 24 Desember 2005, 290. Khiṭṭah Al-Irsyad: Bagi Al-Irsyad Al-Islamiyah, khiṭṭah berarti menegaskan kembali jati dirinya (kembali ke orientasi semula) dengan mengarahkan organisasi agar fokus pada bidang pendidikan, kemasyarakatan, dan bidang dakwah.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Lebih-lebih lagi, kebangkitan Al-Irsyad yang digerakkan oleh masyarakat bukan Sayid Hadrami adalah sebahagian daripada pengukuhan akhlak Arab atau Hadrami-ness itu sendiri. Matlamatnya adalah untuk Sekolah Al-Irsyad bebas mengekalkan dan mempromosikan identiti Hadrami. Pengaruh sosial, politik, agama dan budaya yang menjadi fokus kajian ini amat dirasai oleh masyarakat Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad.

Rumusan Masalah

Begitu pula dengan memasuki era Reformasi Indonesia, komunitas Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad tampak melakukan reformasi baik dalam perilaku sosial, agama, dan politik. Situasi ini akhirnya menimbulkan konflik internal dan mengharuskan Al-Irsyad terpecah menjadi dua kelompok. Bagaimana dinamika komunitas diaspora Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad ketika dihadapkan pada situasi sosial, politik, agama, dan budaya di Indonesia.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Kajian Pustaka

Dengan adanya buku ini juga dapat mengetahui bagaimana orientasi dan model gerakan Al-Irsyad pada awal penubuhannya. Menurut Kesheh, seperti pertubuhan Hadrami yang lain, orientasi Al-Irsyad pada awalnya membantu membentuk identiti komunal. Kajian ini boleh dikatakan sebagai kesinambungan kajian Kesheh dengan melihat kepada perkembangan, perubahan atau dinamika masyarakat diaspora Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad pada masa yang akan datang.

Dari kitab Bisri Afandi juga diketahui bahwa Ahmed Surkati adalah orang yang memprakarsai berdirinya Al-Irsyad. Terlebih lagi, buku ini menunjukkan bahwa bagian utama dari gerakan Al-Irsyad adalah pendirian madrasah (sekolah) yang diilhami oleh Rasyid Ridha.27. Namun, pangsa penemuan gerakan Al-Irsyad pada masa Orde Baru lebih kecil dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Masih banyak hal yang belum terjawab oleh Badjerei terkait dinamika komunitas diaspora Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad dalam menghadapi situasi sosial, politik, agama, dan budaya sejak awal kemerdekaan hingga masa reformasi Indonesia. Kajian terhadap Al-Irsyad juga diungkapkan oleh Kurdi Amin dalam tesisnya yang berjudul “Kontribusi Masyarakat Arab Terhadap. 29Kurdi Amin, “Kontribusi Masyarakat Arab Terhadap Perkembangan Kebudayaan Islam di Surabaya: Studi Kasus Al-Irsyad Surabaya.

Daripada pelbagai kajian yang telah dilakukan oleh ahli akademik, seperti yang ditunjukkan di atas, hala tuju kajian ini untuk memahami dinamika masyarakat Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad secara umumnya dapat diperjelaskan.

Kerangka Teoritik

Melalui proses perbandingan sosial, orang-orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya dikategorikan dan diberi label sebagai bagian dari kelompok dalam, sedangkan orang-orang yang berbeda dengan dirinya dikategorikan sebagai bagian dari kelompok luar. Dalam konteks ini pengertian diaspora yang lebih umum adalah masyarakat yang mula-mula bersifat homogen, kemudian berpindah-pindah (mobile). Jika diaspora model Yahudi dicirikan oleh masyarakat yang awalnya homogen kemudian berpindah-pindah (mobile), maka model Inggris justru sebaliknya, yakni masyarakat yang berpindah-pindah kemudian menjadi homogen secara politik.

Ia menyatukan bukan sahaja orang dari tanah air tetapi juga orang dari seberang Lautan Hindi. Orang Hadrami memainkan peranan utama dalam pengembangan Islam, dan penukaran sejarah dalam hal agama sering bermula dengan kemunculan orang Hadrami sebagai tokoh agama. Apabila berkahwin dengan wanita tempatan, orang Hadrami dan keturunan mereka mungkin menjadi Swahili, Gujerat, Malabar, Melayu, Jawa atau Filipina.

Tempat ini membolehkan Hadrami mengembara dan singgah ke mana-mana, membolehkan orang Arab berkahwin dengan orang asing dan tempatan. Walau bagaimanapun, seperti model British, pergerakan diaspora Hadrami menyatukan orang-orang yang sebelum ini telah dipisahkan. Orang Hadrami di diaspora berkahwin campur dengan Afrika Timur, India Selatan dan masyarakat Melayu-Indonesia selama berabad-abad tanpa kehilangan rasa identiti Hadrami.

Shahab mengatakan, dalam hubungan kekerabatan, orang-orang terhormat tersebut biasanya mengadakan acara keluarga yang diawali dengan doa dan diakhiri dengan makan bersama.

Metode Penelitian

Untuk memperoleh catatan sejarah yang berdasarkan kebenaran mengenai “Dinamika Komunitas Diaspora Hadrami pada Gerakan Al-Irsyad”, penelitian ini didukung dengan sumber primer dan sekunder. Sedangkan sumber lisan diperoleh dari wawancara terhadap beberapa orang keturunan Arab Hadrami atau beberapa tokoh Al-Irsyad yang dianggap representatif. Tokoh Al-Irsyad menyebut para pengurus Al-Irsyad sebagai pelaku sejarah, baik yang sudah tidak menjabat lagi maupun yang kini menduduki jabatan kepengurusan organisasi.

29 Penelitian ini juga didukung oleh sumber sekunder yang diperoleh dari berbagai penelitian relevan dengan gerakan Al-Irsyad yang telah dilakukan. Setelah itu dilakukan kritik internal untuk menilai sejauh mana keterangan narasumber yang disampaikan dapat dipercaya (kredibel) dengan cara melakukan penelitian sendiri terhadap narasumber yang sudah lolos dan membandingkan keterangan seorang sumber dengan sumber lain 59. dari dokumen-dokumen yang sudah lolos. ditemukan kemudian diseleksi untuk dipastikan keasliannya, misalnya benar dokumen tersebut dikeluarkan oleh Organisasi Al-Irsyad. Sedangkan untuk mencapai keaslian suatu sumber lisan dilakukan langkah-langkah untuk menjawab pertanyaan, benarkah yang dimaksud adalah pelaku sejarah atau saksi sejarah gerakan Al-Irsyad, dan untuk mencapai kredibilitas dapat dilakukan. diuji dengan memeriksa apakah ekspresi tersebut dapat dipercaya.

Historiografi yang disajikan merupakan sejarah dinamika komunitas diaspora Hadrami pada gerakan Al-Irsyad pada tahun 1945 hingga awal tahun 2007 beserta peristiwa yang melingkupinya. 31 Secara keseluruhan, historiografi ini melihat proses sosial komunitas diaspora Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad yang berhadapan dengan situasi sosial, politik, agama, dan budaya di Indonesia. Pada akhirnya, proses ini akan berdampak pada persoalan identitas komunitas Hadrami sebagai bagian dari komunitas diaspora, dan Al-Irsyad sendiri sebagai organisasi perjuangan.

Kemudian disajikan pengungkapan sejarah dinamika masyarakat diaspora Hadrami di Al-Irsyad dari masa ke masa, yaitu dari masa awal kemerdekaan (Orde Lama), masa Orde Baru, dan masa Orde Reformasi.

Sistematika Pembahasan

Begitu pula dengan Al-Irsyad sebagai organisasi masyarakat Hadrami yang juga mempunyai orientasi dan ideologi yang unik. Secara lebih rinci, Bab III menjelaskan tentang sikap dan perubahan orientasi gerakan Al-Irsyad menghadapi situasi politik, sosial, dan budaya pada periode tersebut. Untuk menjelaskan pokok permasalahan bab ini, sub-bab memuat Peran Politik Al-Irsyad dan Umat Islam Hingga Masa Demokrasi Liberal, Reformasi Pendidikan Al-Irsyad dan Sikap Gerakan Al-Irsyad pada Masa Terpimpin. Masa Demokrasi.

Hampir sama dengan pembahasan pada bab sebelumnya, hanya saja waktunya yang berbeda yaitu pada bab IV. bab tersebut juga menjelaskan dinamika gerakan Al-Irsyad di era Orde Baru. Oleh karena itu, gerakan Al-Irsyad mengalami dinamisme tersendiri dalam menyikapi kondisi politik era Orde Baru. Untuk menjelaskan semua itu, bab ini memuat sub bab Dukungan Al-Irsyad Terhadap Berdirinya Orde Baru, Kesatuan Asas Pancasila dan Konflik Internal Al-Irsyad, Dinamika Organisasi Al-Irsyad, Dinamika Pendidikan Al-Irsyad, dan Subbab Infiltrasi Salafisme Kontemporer ke dalam Gerakan Al-Irsyad.

Seiring dengan dilaksanakannya Reformasi Indonesia sejak tahun 1999, kebebasan telah dirasakan oleh masyarakat Hadrami di Al-Irsyad. Namun Al-rayad menjadi korban yang ditandai dengan konflik, kontestasi dan perebutan kepemimpinan di kalangan masyarakat Hadrami dalam gerakan Al-Irsyad. Dalam menjelaskan peristiwa sejarah pada periode ini dijelaskan fakta-fakta yang melatarbelakangi adanya konflik dan pertikaian di lingkungan Al-Irsyad, serta proses terjadinya konflik yang melahirkan organisasi baru Al-Irsyad.

Untuk menjelaskan semua itu, pada bab V terdapat sub bab tentang Dakwah Salafi dan Konflik Al-Irsyad, Konflik Al-Irsyad, Kontestasi dan Perpecahan, serta kondisi dan dampak perpecahan al-Irsyad.

PENUTUP

Kesimpulan

Model pendidikan Al-Irsyad yang sebelumnya berupa tahapan seperti Awaliyah (3 tahun), Ibtidaiyah (4 tahun), Tajhiziyah (2 tahun) dan Muallimin (4 tahun) dan Takhasus, kemudian berubah menjadi sekolah Al-Irsyad seperti seperti SR (Sekolah Rakyat) Al-Irsyad, SMA Al-Irsyad dan SMA Al-Irsyad. Pada masa demokrasi terpimpin misalnya, Al-Irsyad tidak mengikuti pola politik Islam model Masyumi, berbeda dengan Soekarno. Oleh karena itu, meski Al-Irsyad termasuk anggota khusus Partai Masyumi, namun ia tidak terpengaruh dengan pembubaran tersebut.

Dalam perjalanan selanjutnya, Al-Irsyad juga selamat karena mampu mengikuti keinginan dan arahan politik Soeharto. Al-Irsyad kembali memainkan model politik yang akomodatif untuk menyeimbangkan pola opresif pemerintahan Orde Baru. Akibat era demokrasi ini, masyarakat Hadrami dan Al-Irsyad pun merasakan kebebasan berpolitik.

Menguatnya ideologi Salafi di kalangan Al-Irsyad semakin mengguncang jati diri Indonesia yang telah dibangun dan juga menimbulkan konflik internal. Dengan berpegang pada pemahaman Salafi ini, sebagian kader Al-Irsyad seolah-olah menemukan kembali jati diri, kebenaran dan jati dirinya yang telah lama hilang. Untuk itu ideologi Salafi inilah yang dijadikan senjata oleh sebagian kader Al-Irsyad pimpinan Yusuf Utsman Baisa untuk mengkritisi pola gerakan Al-Irsyad al-Irslamiyah pasca Ahmad Surkati hingga masa Orde Baru.

Mereka menilai Al-Irsyad jauh dari model pendidikan Ahmad Surkati.

Sumbangan

Cermin Kecil…!” WARTA AL-IRSYAD, Media Komunikasi dan Informasi Al-Irsyad Al-Islamiyah Jawa Timur, No. Masa depan Al-Irsyad.” WARTA AL-IRSYAD, Media Komunikasi dan Informasi Al-Irsyad al-Islamiyah Jawa Timur, No. Pemikiran Pendidikan Ahmad Surkat.” WARTA AL-IRSYAD, Media Informasi dan Komunikasi AL-Irsyad Al-Islamiyah Jawa Timur, No.

Kenali Mabadi secara sekilas.” WARTA AL-IRSYAD, Media Informasi dan Komunikasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah Jawa Timur, No. Sejak berdirinya disebut Ketua Pengurus (HB) Al-Irsyad, kemudian berubah menjadi Pengurus Besar (PB) Al-Irsyad.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang dimaksud teologi lingkungan Islam dalam konteks penelitian ini adalah menghadirkan ajaran atau keyakinan agama Islam dalam upaya pengelolaan lingkungan29 atau konservasi