• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA MENUJU HADIRNYA CALON TUNGGAL PADA PILKADA KABUPATEN BONE TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DINAMIKA MENUJU HADIRNYA CALON TUNGGAL PADA PILKADA KABUPATEN BONE TAHUN 2020"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DINAMIKA MENUJU HADIRNYA CALON TUNGGAL PADA PILKADA KABUPATEN BONE TAHUN 2020

DYNAMICS OF PRESENCE OF THE SINGLE CANDIDATE IN THE 2020 BONE REGENCY ELECTIONS

Muhammad Zaky Irgiawan, Haryanto

1 Departemen Ilmu Politik, FISIP Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

2 Departemen Ilmu Politik, FISIP Universitas Hasanuddin Email: [email protected]

Abstrak

Tulisan ini bertujua untuk menunjukkan dinamika yang terjadi dalam penentuan kandidat dukungan partai politik pada Pilkada Kabupaten Bone Tahun 2018. Pada pilkada tahun 2018, Kabupaten Bone hanya memunculkan satu pasangan peserta saja dan menjadi calon tunggal yakni pasangan Andi Fahsar M. Padjalangi dan Ambo Dalle. Pasangan ini pada akhinrya menjadi pemenang dengan mendapatkan dukungan suara sebanyak 232.955 suara atau 63,05 %. Kehadiran satu calon tunggal apda pilkada 2018 setelah pada pilkad asebelumnya tahun 2013 diikuti 6 pasangan calon tentu menimbulkan pertanyaan terkait dmnegan bagaiman dinamika paryai politik yang akhirnya memilih mengusung pasangan yang sama. Melalui metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif untuk menggambarkan dinamika partai, hasil penelitian ini menunjukkan adanya dinamika yang terjadi Pada dinamika internal alasan partai politik untuk mengusung yaitu melihat secara realistis elektabilitas, pasangan tersebut memnuhi syarat, dan secara ketokohan partai politik melihat pasangan Tafaddal memenuhi kriteria masing- masing partai politik. Sedangkan pada dinamika eksternal melihat dari hubungan partai politik yang tidak berjalan efektif dan hubungan calon bupati tunggal dan partai pengusung yang memiliki hubungan yang baik dengan para petinggi partai pengusung sehingga menguntungkan keduanya untuk mencapai kepentingan kedua belah pihak.

Kata Kunci: Partai Politik, Koalisi, Calon Tunggal, Pilkada, Bone

Abstract

This paper aims to show the dynamics in determining the candidate for political party support in the 2018 Bone Regency Regional election (Pilkada). In the 2018 Regional Electon, Bone Regency was presented only one pair of candidate where became the only candidate in that regional election. The candidate were Andi Fahsar M. Padjalangi and Ambo Dalle. In the end, this pair won by getting 232,955 votes or 63.05%. The presence of a single candidate in the 2018 regional election after the previous election in 2013 that was attended by 6 pair of candidates certainly raises questions related to how the dynamics of political parties ultimately to promote same candidate. Through qualitative research method used was in the research for this paper, it describe the dynamics of the political parties. The results of this study indicate that there are dynamics that occur. - each political party.

Whereas in the external dynamics, it can be seen from the relationship between political parties that are not running effectively and the relationship between the single candidate with supporting party

(2)

which has good relationship to the top officials of the supporting party where brings benefits for both parties to achieve the interests them.

Keywords: Political Party, Coalition, Single Candidate, Regent, Bone

PENDAHULUAN

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) adalah pemilihan yang dilakukan secara langsung olehpendudukdaerah administratifsetempat yang telah memenuhi syarat.

Kepala daerah dan Wakil kepala daerah yang dimaksud mencakup, Gubernur dan Wakil Gubernur untuk provinsi, Bupati dan wakil bupati untuk kabupaten, Walikota dan Wakil Walikota untuk kota yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik dan perseorangan. Hal tersebut diperkuat dengan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang- Undang. Pilkada dalam politik memberikan ruang kepada seluruh elemen untuk berkontribusi secara aktif. Adapun tujuan dari penyelenggaraan Pilkada serentak merupakan suatu upaya untuk memperkuat sistem presidensial, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam menyalurkan hak politiknya (Lihat mis. Matlosa and Shale 2008).

Pemilihan Bupati sebagai kepala daerah sangatlah penting karena Bupati sebagai pemegang kekuasaan otonomi daerah. Masyarakat harus turut andil dalam pilkada untuk mewujudkan sifat demokratis diluar dari kewajiban sebagai warga negara yang baik. Peranan Partai politik juga terkait dengan proses pemilihan kepala daerah. Partai politik merupakan salah satu jalan bagi para aktor politik untuk dapat ikut serta pada proses pemilihan daerah. Oleh karena itu, seorang aktor politik yang ingin menjadi kandidat tentu harus dapat memenuhi berbagai persyaratan selain yang ditetapkan oleh regulasi juga oleh partai politik. Hal ini tentu akan membutuhkan kemampuan aktor politik untuk dapat menjadikan dirinya sebagai kandidat yang paling pantas dan dapat bersaing. Dalam iklim politik yang penuh dengan persaingan terbuka dan transparan, kontestan membutuhkan suatu metode yang dapat memfasilitasi mereka dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi partai, karakteristik pemimpin partai dan program kerja partai kepada masyarakat.

(3)

Dalam era Demokrasi, sudah menjadi keharusan seorang kontestan pasangan calon kepala daerah memiliki strategi dan kemampuan untuk memikat dan meyakinkan seluruh elemen pemilih utamanya Partai pengusung. Calon kepala daerah dan partai memiliki hubungan yang saling membutuhkan satu sama lain.

Calon kepala daerah membutuhkan Partai pengusung untuk maju dalam kontestasi politik begitupun partai politik sebaliknya yang membutuhkan calon untuk menjalankan visi dan misi partai politik dan tentunya untuk mendapatkan kekuasaan di daerah tersebut. Hubungan ini kemudian akan mengerucut kepada bentuk dukungan partai politik dalam mengusung kandidat, baik banyak kandidat maupun hanya satu kandidat atau yang sering dikenal sebagai calon tunggal atau kotak kosong.

Dalam dinamika pencalonan kandidat dalam proses pilkada sebagai salah satu perwujudan demokrasi, munculnya fenomena satu pasangan calon peserta pilkada dipandang beberapa kalangan sebagai sebuah anomali Demokrasi (katadata.co.id diakses 17 April 2023). Maka dihadirkannya lawan tanding dari pasangan calon tunggal atau yang dikenal dengan istilah Kotak Kosong. Kotak Kosong tidak mewakili nama tokoh ataupun berafiliasi dengan partai politik manapun, tetapi dibuat oleh peraturan perundang-undangan sebagai jalan keluar atas adanya kebuntuan kontestasi pasangan calon maupun kandidat.

Pemilihan Kepala daerah melawan kotak kosong memang memerlukan diberi perhatian lebih. Hal ini mengisyaratkan pasangan calon tunggal harus memiliki strategi khusus dalam menghadapi “lawan” berupa Kotak Kosong dimana calon tunggal akan berhadapan secara vis a vis dengan masyarakat. Kompleksitas calon tunggal menuju kepada kontestasi pilkada telah dimulai sejak tahapan awal proses tersebut. Hal yang paling krusial dalam proses kandidasi adalah keharusan calon kepala daerah dan wakilnya untuk meyakinkan seluruh partai politik yang memiliki hak untuk mengusung kandidat. Dalam proses ini kandidat tentu harus betul-betul menyadari bahwa setiap partai politik memiliki kepentingannya masing- masing yang tentu saja berupaya diwujudkan dengan kemampuan untuk memenangkan pilkada melalui calon yang diusungnya. Partai politik tentu tidak ingin begiotu saja melepaskan tiket politiknya kepada kandidat yang tidak memiliki

(4)

potensi menang. Oleh karena itu setiap partai politik tentu akan berupaya untuk menemukan tokoh terbaik yang nantinya akan diusung sebagai calon kepala daerah usungan partainya. Hal ini akan menjadi kompleksitas yang dihadapi oleh kandidat- kandidat peserta pilkada yang berupaya untuk mendapatkan dukungan partai termasuk yang ingin mendapatkan dukungan dari semua partai politik yang memiliki hak mengusung.

Bagi kandidat yang berharap dapat menjadi calon tunggal, tentu kompleksitasnya akan terkait dengan banyaknya polarisasi partai politik yang harus diyakinkan untuk dapat mengusungnya (Lihat mis. Adnan dkk 2020). Salah satu yang nampaknya mengalami kompleksitas dalam dinamika pencalonan hingga menjadi calon tunggal adalah Kandidat yang berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan, dalam hal ini kandidat pada pilkada Kabupaten Bone tahun 2018.

Kabupaten Bone yang merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Sulwesi Selatan. Kabupaten ini merupakan daerah terluas ketiga di Sulawesi Selatan. Dengan kabupaten yang jumlah penduduknya tertinggi ketiga (setelah Makassar dan Gowa) di Provinsi Sulawesi Selatan. Dari seluruh daerah di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tahun 2018, terdapat 1 kota dan 2 kabupaten yang hanya diikuti oleh satu pasangan calon yaitu Kota Makassar, Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Bone. Banyak tokoh maupun Aktor Politik yang berasal dari Kabupaten Bone, salah satunya adalah H. Andi Fahsar M. Padjalangi.

Pada tahun 2013 hingga 2018, Andi Fahsar M. Padjalangi adalah Bupati Bone terpilih Bone. Hal inisetelah berhasil memenagkan Pilkada yang diikuti oleh enam pasangan calon. Pada pilkada tahun 2018 terpilih kembali untuk periode kedua dengan menjadi satu-satunya kandidat sebagai satu-satunya kandidat didampingi wakilnya, Ambo Dalle. Hal tersebut baru pertama kali di Kabupaten Bone dimana semua partai politik pemilik kursi di DPRD Bone bersepakat untuk mengusung kandidat yang sama dalam pilkada. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan mengapa Pasangan yang dikenal dengan tagline Tafaddal ini dapat menjadi satu-satunya kandidat yang diusung oleh semua partai politik pemilik kursi di Bone.

(5)

Melalui pendekatan Institusionalisme baru tulisan ini menunjukkan bagaimana peran dan institusi saling berinteraksi dengan beberapa aspek lain non- formal dalam dinamika partai politik menuju penentuan pilihan usungan pada pilakda Bone 2018. Pilkada ini kemudian menghasilkan kemenangan pasangan Tafaddal setelah mampu memenangkan mayoritas dukungan suara pemilih Kabupaten Bone pada tahun 2018.

METODE PENELITIAN

Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2023. Penelitian ini diarahkan kepada para Partai Pengusung Andi Fahsar Padjalangi dan Ambo Dalle. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif untuk menggambarkan dinamika partai dalam memutuskan dukungan pada calon bupati tunggal Pilkada Kabupaten Bone 2018 menggunakan teori Institusionalisme baru. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara terhadap beberapa informan yang berpengaruh dalam pengusungan calon bupati Kabupaten Bone, serta melakukan observasi terjun langsung ke lokasi penelitian dan menggunakan studi kepustakaan sebagai data sekunder.

Tipe penelitian dalam mendapatkan data sebagai basis Analisa tulisan ini didasarkan pada tipe deskriptif analisis. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai fenomena atau kenyataan sosial. Melalui tipe ini penelitian ini, tulisan ini menganalisa Dinamika partai politik dalam memutuskan dukungan pada calon Bupati Tunggal di Kabupaten Bone pada pilkada tahun 2018.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Konstelasi Partai Politik di Kabupaten Bone

Kabupaten Bone adalah salah satu daerah yang berada di pesisir timur Sulawesi Selatan. Ibu kota Kabupaten ini terletak di Watampone. Kabupaten Bone

(6)

yang merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi adalah kabupaten terluas ketiga di Sulawesi Selatan.

Luas Wilayah Kabupaten Bone sekitar 4. 559 km2 atau 9, 78 persen dari luas Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah yang besar ini terbagi dari 27 kecamatan, 333 Desa dan 39 kelurahan. Pada pertengahan tahun 2016 penduduk Kabupaten Bone sebanyak 746.973 jiwa, meningkat dari tahun 2015 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,55 persen. Jumlah tersebut terdiri dari 356.691 penduduk laki-laki dan 390.282 penduduk perempuan. Kabupaten Bone menjadi salah satu kabupaten yang besar dan luas di Sulawesi Selatan. Rata-rata jumlah penduduk per km2 adalah 164 jiwa. Terkait dengan perannya sebagai pusat pemerintahan, pendidikan dan fasilitas publik lain, maka mayoritas penduduk tinggal terpusat di ibukota kabupaten.

Kepadatan penduduknya mencapai 1. 138,06 jiwa per km2. Dengan kondisi demgrafis tersebut, Kabupaten Bone menjadi salah satu wilayah administratif besar di Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam konteks pilihan politik dalam pemilu, berdasarkan perolehan kursi di DPRD Bone periode 2014 – 2019 berdasarkan partai politik tersaji pada tabel berikut :

Tabel 1

Perolehan Kursi dan Prosentase Dukungan Suara Partai Politik pada Pemilu 2014 di Kabupaten Bone

Partai Politik Persentase Suara

Perolehan Kursi

1. NASDEM 4 8,89%

2. PKB 1 2,22%

3. PKS 3 6,67%

4. PDIP 2 4,44%

5. GOLKAR 15 33,33%

6. GERINDRA 5 11,11%

7. DEMOKRAT 4 8,89%

(7)

8. PAN 5 11,11%

9. PPP 2 4,44%

10. HANURA 2 4,44%

11.PBB 2 84,44%

12. PKPI - 0,00%

Total 45 100 %

Sumber: Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bone

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa perolehan kursi tertinggi didominasi oleh Partai Golkar dimana Andi Fahsar M. Padjalangi yang menjabat sebagai Bupati merupakan Ketua DPD Golkar Kabupaten Bone. Perolehan suara tersebut menjadikan Pimpinan DPRD dipimpin oleh Partai Golkar sebagai Ketua dan dan dari 1 ketua dan 3 wakil ketua. Para wakil ketua berasal dari PArtai Gerindra (wakil Ketua 1), PAN (Wakil Ketua 2), dan Nasdem (Wakil Ketua 3).

Dengan kondisi ini pada dasarnya partai Golkar dapat mengusung sendiri kandidat Calon Bupatinya mengingat perolehan suaranya diatas 20 % seperti yang dipersyaratkan oleh undang-undang.

Adapun partai politik lainnya dengan sisa kursi selain golkar sejumlah 30 Kursi maka sangat memungkinkan bagi partai-partai politik selain Golkar untuk mengusung kandidat Bupati dan Wakil Bupati alternatif selain petahana pada Pilkada Bone 2018. Paling tidak secara sederhana berdasarkan angka kuantitatif, masih sangat mungkin untk memunculkan paling tidak 3 pasangan kandidat berdasarkan kemungkinan koalisi partai politik pemilik suara di DPRD Bone periode 2014 – 2019. Dengan demikian, Pilakda Kabupaten Bone pada tahun 2018 yang lalu seharusnya dapat diikuti sekitar empat pasangan kandidat. Namun pada akhirnya hanya satu pasangan kandidat yang secara sah ditetapkan oleh Komisi Penyelenggaran Pemilu Kabupaten Bone sebagai peserta pilkada dengan didukung oleh 11 partai politik pemilik kursi di Kabupaten Bone.

Dinamika Partai Politik Menuju Kandidat Tunggal Pilkada Bone 2018

(8)

Menurut Peraturan KPU Nomor 3 tahun 2017 Tentang Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/Walikota dan Wakil Walikota pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa Partai politik/ gabungan partai politik hanya dapat mendaftarkan 1 (satu) bakal pasangan calon. Kemudian ayat 2 dan 3 yang menyebutkan bahwa partai politik dapat bersepakat dengan Partai Politik lain untuk membentuk gabungan dalam mendaftarkan bakal pasangan calon.

Partai Politik atau gabungan Partai Politik melakukan kesepakatan dengan bakal pasangan calon untuk didaftarkan mengikuti pemilihan.

Dengan demikian setiap partai politik sejak awal harus dapat menentukan kandidat paling potensial untuk diusung. Hal ini tentu akan sangat terkait dengan keinginna mereka untuk dapat menjadi pemenang dan memastikan agar hasilpilkada yang nantinya akan mereka ikuti akan menghasilkan hasil sesuai dengan kepentingan mereka. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan partai politik yakni mendudukkan seseorang pada suatu jabatan politik tertentu (Røed 2022) Dengan adanya keharusan untuk menjaga eksistensi partainya di tengah persaingan dengan partai-partai politik lain, maka kemenangan dari sebuah proses kontestasi pemilihan termasuk pilkada akan menjadi salh satu pembuktian bagi partai politik.

Kemenangan tentu akan membawa mereka pada posisi yang baik dalam memastikan berbagai kebijakan dan kepentingan mereka terhadap konstituennya sekaligus untuk memastikan agar mereka senantiasa berada dalam lingkaran pembahasan kebijakan daerah.

Di sisi yang lain, kekalahan dalam proses kontestasi pilkada akan menjadikan partai politik berpeluang kehilangan peluang untuk menjadi salah satu partai politik “penentu” yang memungkinkan mereka kehilangan akses yang signifikan dari ruang penentuan kebijakan-kebijakan daerah. Hal ini tentu tidak diinginkan oleh setiap partai politik. Oleh karena itu, hak untuk mencalonkan kandidat dalam pilkada tentu akan menjadi sebuah peluang yang akan diputuskan berdasarkan berbagai pertimbangan yang matang untuk memastikan peluang kemenangan yang lebih besar. Hal ini tentu akan bergantung bagaimana pertimbangan dan keputusan masing-masing partai politik. sebagai sebuah

(9)

kecenderungan umum, hal tersebut juga terjadi pada dinamika paratai politik di Kabupaten Bone menuju pilakda tahun 2018.

Bagi partai Golkar sebagai pemenang pemilu di Bone, secara Internal Partai Golongan Karya (GOLKAR) memutuskan bahwa Andi Fahsar Padjalangi ditetapkan sebagai bakal calon Bupati beserta pasangannya Ambo Dalle. Hal ini diputuskan mengingat Andi Fahsar Padjalangi adalah Kader Golkar dan juga merupakan Bupati petahan. Beserta pasangannya Ambo Dalle, Andi Fahsar Padjalangi kemudian dipersilahkan untuk mencari dan merangkul Partai-partai politik lain untuk berkoalisi meski jumlah suara partai Golkar sebenanrnya sudah melebihi syarat minimal dukungan partai politik. Hal ini nampaknya didasarkan oleh keinginan Golkar untuk lebih memperbesar potensi kemenangan kadernya, mengingat pada saat itu juga terdapat beberapa nama yang juga muncul ke permukaan yang nampaknya juga ingin maju sebagai kandidat Bupati Kabupaten Bone. Beberapa calon juga mencoba mendaftar sebagai kandidat pada sejumlah partai politik yang membuka rekrutmen secara terbuka. Meski memiliki keyakinan kuat untuk tetap dapat memenangkan pilkada, namun Golkar Kabupaten Bone ingin memastikan kondisi konstelasi politik yang ada tetap dalam kontrol.

Berdasarkan catatan proses rekrutmen yang terjadi pada partai Gerindra dan Partai Demokrat terdapat beberapa nama yang mengambil formular pendaftaran.

Namun pada akhirnya tidak ada yang mengembalikan formulir pendaftarannya.

Disisi yang lain pasangan Tafadal yang kemudian diproklamirkan sebagai Tafadal Jilid 2 juga ikut mengambil formulir dan mendaftar pada 10 partai politik lainnya.

Mereka kemudian mengikuti rangkaian mekanisme penjaringan di masing-masing Partai Politik. Dalam proses tersebut, pasangan ini menjadi satu-satunya yang mengikuti proses seleksi di partai politik tersebut.

Selain hal tersebut, tiga partai politik pengusung yang mendukung calon bupati yang sama karena memiliki hubungan yang baik antara partai politik pengusung dan calon bupati serta merasa paling siap dan sesuai kriteria partai politik masing-masing yaitu Partai Bulan Bintang, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Keadilan Bangsa. Partai Bulan Bintang mendukung calon bupati tunggal pilkada dikarenakan memiliki hubungan yang baik dengan Andi Fahsar Padjalangi

(10)

selaku petahana. Hal ini juga dilengkapi dengan aspek figure dan ketokohan yang dianggap memiliki keseluruhan kriteria yang mereka inginkan yaitu adil, berintegritas dan matang atau berpengalaman.

Adapun tiga partai tiga partai politik lainnya yakni Partai Demokrasi Indonesia perjuangan, Partai Kebangkitan Sejahtera dan Partai Nasdem memilih mendukung calon bupati tunggal berdasarkan hasil survei partai politik mereka masing-masing. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Indeks Politik Indonesia (IPI), sampai hari ini belum ada figur yang mengejar popularitas dan elektabilitas incumbent Fashar-Ambo Dalle (Tafaddal), tingkat kepuasan terhadap kinerja petahana tergolong tinggi sebab diatas 70 persen dan tingginya tingkat kepuasan petahana berdampak positif pada elektabilitasnya yang juga tinggi berada pada posisi diatas 60 persen.51 Ketiga partai politik ini secara realistis melihat bahwa calon bupati tunggal ini masih memiliki suara yang tinggi secara survei yang masing-masing partai politik lakukan. Adapun empat partai politik yang tersisa yaitu Partai Amanat Nasional, partai Gerindra, partai Demokrat dan partai Hanura memilih untuk mendukung calon bupati tunggal karena hanya pasangan Andi Fahsar Padjalangi dan Ambo Dalle lah yang secara teknis mendaftar dan lulus persyaratan di masing-masing partai politik pengusung ini.

Tidak bisa dipungkiri kekuatan petahana sebagai modal politik awal untuk bisa memenangkan memenagkan pilkada 2018 masih tcenderung besar. Hal ini salah satunya didasarkan pada hasil pengamatan yang dilakukan secara internal oleh masing-masing partai politik di Kabupaten Bone. Hasil pengamatan mereka menunjukkan kondisi umum dimana pasangan petahana masih memiliki peluang sangat besar untuk memenangkan pilkada berikutnya pada tahun 2018.

Pasangan Tafaddal adalah satu-satunya pasangan yang secara teknis memenuhi syarat untuk mendaftar menjadi bakal calon di masing-masing Partai politik dan mengembalikan formulir. Hal ini kemudian menjadikan 11 partai memutuskan untuk berkoalisi pada kontestasi Pilkada Bone 2018 dengan mengusung Pasangan Tafaddal jilid II Andi Fahsar Padjalangi dan Ambo Dalle.

Seluruh Partai Politik koalisi melihat bahwa Pasangan Tafaddal memenuhi persyaratan bakal calon dan memenuhi kriteria masing- masing Partai Politik.

(11)

Hal ini kemudian menjadikan dinamika persaingan partai politik dalam memperebutkan kandidat paling potensial melalui berbagai jejaring-jejaring partai menjadi tidak terjadi. Bahkan interaksi antar elit partai politik terjalin dalam kecenderungan kesamaan visi terhadap kandidat yang akan didukung.

Meski tetap terjadi dinamika dalam interaksi partai politik pendukung Tafadarl dalam proses menuju kandidasinya dimana tiga partai pengusung yaitu Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat Partai Hanura dan Partai Bulan Bintang merasa ragu hingga kecewa dengan koalisi ini namun hal tersebut nampaknya hanya menjadi bagian dinamika yang tidak menggerus keyakinan berkoalisi. Meski sempat merasa koalisi ini memiliki problem yaitu kurangnya komunikasi yang terjadi didalam koalisi ini dibuktikan dengan hanya beberapa kali pertemuan, namun keyakinan untuk mendukung tetap sama. Dalam dinamika tersebut, dari lima partai pengusung lain yang mengungkap kekecewaannya terhadap koalisi ini, ada enam partai yang mengatakan bahwa hubungan antar partai politik pengusung di dalam koalisi ini memiliki hubungan yang baik yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Keadilan Sejahtera, Partai GERINDRA, Partai NASDEM, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ke enam partai ini menujukkan bahwa bahwa hubungan antar koalisi ini tetap baik.

Partai-partai politik menegaskan bahwa ada komitmen bersama yang terbangun antara calon bupati dan partai politik pengusung untuk dapat berjalan bersama dan memangkan konetstasi bersama. Dengan demikian, meski tidak berjalan sangat mulus dan tetap diwarnai beberapa kondisi perdebatan diantara partai politik namun pada akhirnya masing-masing memutuskan mendukung nama yang sama. Beberapa partai politik juga nampaknya melihat bahwa jika mereka mencoba mengambil jalan berbeda dari kecenderungan arus politik besar yang mengarah kepada satu nama untuk didukung maka mereka kuatir tidak akan mendapatkan teman koalisi lain. Jika hal tersebut terjadi maka bisa jadi partai tersebut akan tersingkir dan mungkin akan menjadi musuh bersama dari partai- partai politik lain yang sejak awal sudah bemunjukkan indikasi untuk mendukung nama yang sama. Kondisi tersebut turut menjadi faktor yuang menjadikan tidak ada

(12)

pertarungan diantara partai-partai politik di kabupaten bone, Andi Fahsar dan Ambo Dalle yang kemudian menjadi titik tengah dari seluruh partai politik.

Hal lain yang juga ikut memperkuat adalah pasangan Tafadal secara formal mengikuti semua rangkaian mekanisme pencalonan bupati dan wakil bupati sampai selesai. Hal ini menjadikan mereka secara formal memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh masing-masing partai politik. Selain itu, pasangan ini juga memperkuat interaksi non-formal dengan memanfaatkan kedekatan-kedekatan sosial yang masih cukup kuat terbangun diantara elit partai dan kandidat yang merupakan Bupati Petahana. Kombinasi proses formal dan penguatan melalui relasi-relasi informasl yang terbangun kemudian menjadi suatu yang penting. Hal ini nampaknya terkait dengan pentingnya legitimasi berbasis nilai-lokal dimana keyakinan akan kepantasan kandidat juga dilihat dari sudut pandang nilai-nilai sosial yang melekat sebagai justifikasi kepantasan (Yunus and Tamma 2014).

Perpaduan tersebut menjadikan pasangan Tafadal mengerucut sebagai satu-satunya pasangan kandidat yang secara rasional dianggap sesuai dan memenuhi kriteria seluruh partai politik untuk diusung. Meski secara kelembagaan keputusa dukungan paratai politik harus melalui proses bertingkat dimana setiap jenjang kepengurusan dari kabupaten, ke provinsi kemudian keputusan akhir dukungan ada pada pimpinan pusat partai politik, namun dinamika lokal yang terjadi di Kabupaten Bone nampaknya dibaca dengan cenderung sama oleh masing-masing pimpina pusat partai politik. Hal ini kemudian menjadi landasan utama keputusan untuk menetapkan dukungan terhadap pasangan Tafadal untuk maju kembali pada pilkada tahun 2018.

KESIMPULAN

Setelah Internal Partai Golongan Karya sebagai peraih suara terbesar pada pemilu 2014 memutuskan bahwa Andi Fahsar Padjalangi yang ditetapkan sebagai bakal calon Bupati, Pasangan Tafaddal dipersilahkan untuk mencari dan merangkul Partai-partai politik lain untuk ikut mendukung. Hal ini dimaksudkan untuk semakin emmperbesar potensi memenagkan pilkada 2018 Kabupaten Bone.

(13)

Pasangan Tafaddal kemudian mengikuti proses formal dan akhirnya menjadi satu-satunya pasangan calon yang mengembalikan dan mengikuti rangkaian mekanisme penjaringan di masing-masing partai politik. keyakinan pada kekuatan petahana sebagai modal politik awal untuk bsia memenangkan pertarungan pada Pilkada kabupaten Bone 2018 mendorong partai politik pemilik suara untuk mencermati pasangan ini untuk dapat diusung. Hasil pengamatan internal masing- masing partai politik menunjukkan elektabilitas petahana yang masih tinggi dan mereka melihat bahwa pasangan Andi Fahsar Padjalangi dan Ambo Dalle memenuhi persyaratan bakal calon dan memenuhi kriteria masing-masing partai politik.

Meski demikian tetap saja ada dinamika yang cukup kuat dalam proses penentuan dukungan terhadap pasangan Tafadal dari masing-masing partai politik.

Sebagian partai politik koalisi sempat ragu hingga kecewa dengan koalisi yang mereka bangun karena merasa koalisi ini hanya koalisi formalitas dan tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Koalisi yang terbangun dirasakan kurang komunikasi dan tidak terjadi konsolidasi antara partai politik pengusung dengan baik. Hal ini kelak kemudian dilihat sebagai salah satu penyebab mengapa pasangan Tafadal kehilangan 36,95% potensi dukungan suara yang memilih untuk mendukung kotak kosong. Namun meski demikian, pada akhirnya keputusan masing-masing Partai politik ini untuk mendukung kandidat yang sama pada akhirnya membawa pasangan Andi Fahsar M. Padjalangi dan Ambo Dalle berhasil memenangkan mayoritas suara dukungan masyarakat Bone (63,05 %) untuk kembali menduduki jantaan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bone periode kedua tahun 2018 – 2024.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan P, Hamzah, Sukri, Dian Ekawati (2020) The Ambiguity of The Independent Candidate in Indonesian Regional Election : A case Study of Gowa Regency 2020. Volume 7 Issue-16 : 2013-2020

Matlosa, Khabele and Victor Shale (2008) Political Parties Programme Handbook.

(14)

The Embassy of Finland-Pretoria. EISA Johannesburg.

Peraturan KPU Nomor 3 Tahun 2017 tentang pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/walikota dan wakil walikota.

Røed, Maiken (2022) Party goals and interest group influence on parties. West European Politics, VOL. 45, NO. 5, 953–978.

Yunus R and Sukri Tamma (2014) Importance of Cultural Legitimacy to the Local Government in Indonesian Democracy. Bisnis & Birokrasi: Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi 21 (1), 27-34

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan pilkada walikota tahun 2020 terdapat masalah/hambatan yaitu, Pelaksanan Pemilihan Kepala Daerah serentak ini akan dilaksanakan pada Tahun 2020 ini, membuat waktu untuk