Halaman i
DINAS KETAHANAN PANGAN
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
Halaman i
Laporan akuntabilitas kinerja Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo menampilkan capaian kinerja sepanjang tahun 2022. Disini kinerja Dinas Ketahanan Pangan dimulai sejak pertengahan bulan Mei tahun 2022 dengan ditandai sejak adanya pelaksanaan anggaran tahun 2022 sehingga Dinas Ketahanan Pangan dapat dikatakan efektif selama 6 Bulan saja.
Dalam LKjIP ini kinerja urusan pangan berupa indikator urusan pangan utamanya pola pangan harapan baik konsumsi maupun ketersediaan.
Bersama ini kami sampaikan terima kasih atas segala upaya yang telah dilakukan oleh semua pihak dalam mendukung kinerja kami.
Probolinggo, Pebruari 2023 KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN
KABUPATEN PROBOLINGGO
YAHYADI, SP., MMA.
Pembina Tk. I NIP. 19660203 198903 1 013
Halaman i
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iv
IKHTISAR EKSEKUTIF ... v
BAB I. PENDAHULUAN ………..1
A. LATAR BELAKANG DINAS KETAHANAN PANGAN ... 1
B. MAKSUD TUJUAN ... 18
C. LANDASAN HUKUM ... 18
D. PERMASALAHAN UTAMA BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ... 19
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ………..29
A. PERENCANAAN STRATEGIS ... 29
B. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) ... 30
C. RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) ... 31
D. PERJANJIAN KINERJA (PK) ... 35
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ………...37
A. CAPAIAN KINERJA DINAS KETAHANAN PANGAN ... 37
B. REALISASI ANGGARAN ... 55
BAB IV. PENUTUP ………..59
A. KESIMPULAN DAN SARAN ... 59 Lampiran ………..………. a
Halaman ii
GAMBAR 1.1KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN ... 6 GAMBAR 1.3KERANGKA PIKIR PENGEMBANGAN LPM ... 10 GAMBAR 1.4POLA KERJA PENGAWASAN KEAMANAN &MUTU PANGAN .. 16 GAMBAR1.5SUSUNAN ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN
PROBOLINGGO ... 17 GAMBAR 1. 6 PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN KABUPATEN
PROBOLINGGO ... 24 Gambar 3. 1 Kerangka Intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan ……… 46
Halaman iii
TABEL 1.1 DATA ASN PENDUKUNG KINERJA DKP TA 2022 ... 3 TABEL 1.2 ASPEK DAN INDIKATOR KINERJA MENURUT BIDANG URUSAAN
PENYELENGGARAAN TINGKAT SASARAN (DAMPAK.IMPAK) PEMERINTAH DAERAH SESUAI UNTUK DKP ... 7 TABEL 1.3 KOMPOSISI KONSUMSI PANGAN BERDASARKAN PPH
... 8
TABEL 1.4 BOBOT INDIKATOR FSVA
... 11 TABEL 1.5 PENGELOMPOKAN DESA KERENTANAN DAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2022... 12 TABEL 1.6 KETERSEDIAAN ENERGI DAN PROTEIN PERKAPITA PER HARI TAHUN
2014-2018 ... 13
TABEL 2.1 MISI,TUJUAN, DAN SASARAN PEMKAB PROBOLINGGO 2018-2023 ... 29 TABEL 2.2 TARGET PPH KONSUMSI PENDUDUK PROBOLINGGO
... 30
TABEL 2.3 IKU DINAS KETAHANAN PANGAN
... 30 TABEL 2.4 RENCANA KINERJA TAHUNAN ANGGARAN 2022 DKP KABUPATEN
PROBOLINGGO ... 31 TABEL 2.5 DAFTAR PERJANJIAN KINERJA DKP TAHUN 2022
... 35 TABEL 3.1 PERBANDINGAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI KONSUMSI PANGAN NASIONAL, PROVINSI, DAN KABUPATEN PROBOLINGGO ... 38 TABEL 3.2 PERBANDINGAN TARGET DAN REALISASI KINERJA TAHUN 2022
... 39 TABEL 3.3 PERBANDINGAN REALISASI KINERJA SERTA CAPAIAN KINERJA TAHUN
2022 DENGAN TAHUN SEBELUMNYA (PERIODE RENSTRA) ... 39 TABEL 3.4 PERBANDINGAN REALISASI SKOR PPH TAHUN 2018-2022
NASIONAL, PROVINSI, DAN KABUPATEN PROBOLINGGO ... 40
Halaman iv
TABEL 3.7 EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SUMBERDAYA ... 42 TABEL 3.8 SEBARAN JUMLAH DESA DAN PROSENTASE BERDASARKAN PRIORITAS KERAWANAN DAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN
PROBOLINGGO ... 45 TABEL 3.9 PERKEMBANGAN JUMLAH DESA RAWAN PANGAN BERDASARKAN PRIORITAS TAHUN 2021-2022 ... 45 TABEL 3.10 TARGET DAN REALISASI KINERJA ESELON II, ESELON III, ESELON
IV, PEJABAT FUNGSIONAL, DAN PELAKSANA DKP KABUPATEN
PROBOLINGGO TA2022... 48 TABEL 3.11 PAGU DAN REALISASI BELANJA DKP KABUPATEN PROBOLINGGO
TA2022 ... 55
Halaman v
URUSAN PANGAN tahun 2022 ditandai pencapaian penerapan SPM Ketahanan Pangan. Dalam LKjIP ini dicantumkan visi, misi, tujuan, dan sasaran. Indikator Kinerja Sasaran ditetapkan sebagai IKU selama satu tahun yang berarti sebagai target yang harus dipertanggungjawabkan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan,. Untuk Sasaran tahun 2022 Peningkatan Ketahanan Pangan dengan indikator peningkatan Pola Pangan Harapan.
Data Pencapaian IKU Dinas Ketahanan Pangan tahun 2022 adalah sebagaimana berikut ini :
IKU Peningkatan Ketahanan Pangan
Sasaran Tahun
2022 Realisasi Renstra PK
Tujuan :
Meningkatkan Ketahanan Pangan (Skor Pola Pangan Harapan)
80,4 ---- 78,8
Sasaran :
Meningkatkan konsumsi masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya pangan
Konsumsi Energi (Kkal/kapita/hari) 2.190 2.190 2.067,8 Konsumsi Protein (gram/kapita/hari) 62,6 62,6 59,7
Sedangkan untuk pencapaian masing-masing bidang adalah sebagaimana tabel berikut ini :
Data Target dan realisasi Program Urusan Pangan Tahun 2022
Program Indikator Kinerja Program
Target Kinerja RPJMD tahun 2022
Realisasi kinerja tahun 2022 Program Pengelolaan
Sumber Daya Ekonomi untuk Kedaulatan dan Kemandirian Pangan
Persentase Peningkatan Infrastruktur
Kemandirian Pangan
4% 2,12%
Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
Persentase Komoditas yang Rata-rata
Harganya Stabil
100% 44%
Persentase Ketersediaan
Cadangan Pangan
50% 0%
Halaman vi
Kerawanan Pangan dalam Daerah yang
tidak Rawan Pangan
68% 81,27%
Program Pengawasan
Keamanan Pangan Pelaksanaan Pengawasan Keamanan Pangan Segar Daerah Kabupaten /Kota
82 ---
Penyusunan LKjIP ini memuat IKU dan IKI, Dimana ditampilkan kinerja Dinas Ketahanan Pangan sesuai dengan target yang tercantum dalam IKU dan IKI. Dalam mencapai target kinerja ini Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo mendapatkan dukungan anggaran dari APBD Kabupaten, dan APBN.
No Program Jumlah
Kegiatan
Anggaran (Rp 000) Fisik (%)
Sumber Dana Pagu Realisasi
1
Pengelolaan Sumber Daya Ekonomi untuk Kedaulatan dan Kemandirian Pangan
1 3.036.400.000 2.031.360.0000 60
APBD Kabupaten Probolinggo 2
Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
4 296.473.000 272.426.640 100
3 Penanganan Kerawanan
Pangan 2 105.000.000 95.936.421 100
4 Pengawasan Keamanan
Pangan 1 28.500.000 26.890.350 100
5
Penunjang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota
7 5.107.014.496 2.196.037.433 100
6 Penyusunan Peta FSVA
Kabupaten / Kota 1 25.000.000 25.000.000 100 APBN- Badan Pangan Nasional 7
Pendataan Pelaku Usaha Pangan Segar di
Kabupaten/Kota
1 25.000.000 25.000.000 100
Halaman vii keamanan pangan.
Adapun output dari kegiatan-kegiatan baik APBD Kabupaten, APBD Provinsi, maupun APBN yang telah dilakukan Dinas Ketahanan Pangan terdiri dari :
(1) Pembangunan Lumbung pangan dengan rincian bangunan lumbung pangan, Pengadaan RMU, Pembangunan Lantai jemur.
(2) Pendataan / survey harga pangan dan ketersediaan pangan (3) Pengadaan, pemeliharaan dan penyaluran cadangan
pangan pemerintah
(4) Penyusunan peta dan penanganan kerawanan dan ketahanan pangan masyarakat
(5) Sosialisasi, registrasi dan ijin edar Pangan Segar Asal Tumbuhan.
Halaman 1
BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG DINAS KETAHANAN PANGAN
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu OPD yang khusus menangani urusan pangan dalam pelaksanaannya banyak berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, maupun Badan Pangan Nasional (BAPANAS) RI.
Sesuai dengan Perda No. 1 tahun 2022 tentang PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NO 6 TAHUN 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah.
ditetapkan nomenklatur OPD yang mengurusi Urusan Pangan adalah Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo.
Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo terdapat dalam Peraturan Bupati nomor 14 tahun 2022 tentang KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PROBOLINGGO, maka Dinas Ketahanan Pangan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah dibidang Ketahanan Pangan.
Dinas Ketahanan Pangan dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
1) Susunan organisasi Dinas Ketahanan Pangan terdiri : a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat membawahi :
i. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
ii. Kelompok Jabatan Fungsional.
Halaman 2
c. Bidang Infrastruktur Kemandirian Pangan membawahi Kelompok Jabatan Fungsional;
d. Bidang Ketahanan Pangan Masyarakat membawahi Kelompok Jabatan Fungsional;
e. Bidang Penanganan Kerawanan Pangan membawahi Kelompok Jabatan Fungsional;
f. Kelompok Jabatan Fungsional;
g. UPT.
2) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
3) Masing-masing bidang dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris.
4) Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris.
5) Kelompok Jabatan Fungsional bertanggungjawab langsung kepada Pejabat Administrator yang memiliki keterkaitan dengan pelaksana tugas jabatan fungsional.
6) Kelompok Jabatan Fungsional bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
7) UPT dipimpin oleh Kepala UPT yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
Probolinggo secara keseluruhan mempunyai karyawan sebanyak 44 orang (
).
Halaman 3 Tabel 1. 1 Data ASN Pendukung Kinerja DKP TA 2022
No. Nama Jabatan
Pegawai Negeri Sipil
1 YAHYADI, SP. MMA. Kepala Dinas 2 IR. YULIS SETYANINGSIH, MM. Sekretaris Dinas 3 DIDIK TULUS PRASETYO, SP,
MM. Kepala Bidang Insfrastuktur
Kemandirian Pangan 4 NURUL KOMARIL ASRI, SP.,MP Kepala Bidang Penanganan
Kerawanan Pangan
5 SYAFI`I, SP, MMA. Kepala Bidang Ketahanan Pangan Masyarakat
6 NANANG SETYODJATMIKO, SP,
MP. Analisis Ketahanan Pangan Muda
7 HETI LISNAWATI, S.TP. Analisis Ketahanan Pangan Muda 8 SUHAERIYANTO, SP.MMA Pengawas Mutu Hasil Pertanian 9 RIWON SUPRIANTO, STP. MM. Pengawas Mutu Hasil Pertanian 10 MURFI ANGGORO, STP MAP Perencana Muda
11 ENDANG DWI SULISTYOWATI,
SP. MMA. Kasubbag. Umum dan Kepegawaian 12 SUJONO .E Staf Bidang Infrastruktur
Kemandirian Pangan 13 RP.RONY SUJATMIKO Staf Bidang Infrastruktur
Kemandirian Pangan 14 KUSNADI HARYONO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
15 SUBOWO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
16 PURWANINGRUM Staf Penatausahaan Keuangan
17 ISLAMAH Staf Bidang Ketahanan Pangan
Masyarakat 18 NURAISYAH RAGIL
CAHYANINGATI Staf Bidang Penanganan Kerawanan Pangan 19 DIDIK KRISTIADI Bendahara Pengeluaran 20 HESTI WIJAYANTI, S.HUT Staf Bidang Penanganan
Kerawanan Pangan
21 HERI YULIANTO Staf Penatausahaan Keuangan 22 ENI SUHARTI Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
23 ABDUL ASIS Staf UPT Sertifikasi dan Pengawan Mutu Hasil Pertanian
24 NURUL CHOMARIAH Staf Penatausahaan Keuangan 25 HETTY MUKAMMILAH, S. KOM. Pranata Komputer
26 PINDYANA ADIATAMA, S. MD. Pelaksana/Terampil-Arsiparis 27 SUHARIANTO Staf Bidang Penanganan
Kerawanan Pangan
Halaman 4
P3K
1 ABDUL MUIS, SP. Ahli Pertama-Analisis Pasar Hasil Pertanian
Staf (Non PNS)
1 EDY SAPUTRO, A.MD Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian
2 MOH. FAJAR YUNUS, ST Staf Bidang Penanganan Kerawanan Pangan 3 NURANI WITYASARI, S.TP Staf Perencanaan
4 SHELLY ANDRANTY, S.TP Staf Bidang Ketahanan Pangan Masyarakat
5 ANITA WINDIAASTUTI Staf Bidang Ketahanan Pangan Masyarakat
6 PRIA MUJAHIT Staf Bidang Infrastruktur Kemandirian Pangan
7 TOFAN FIRGUNTORO Staf Bidang Ketahanan Pangan Masyarakat
8 TONI CAHYO SANTOSO Staf Subbag Umum dan Kepegawaian
9 ZUL FITRI KANTI LESTARI Staf Bidang Ketahanan Pangan Masyarakat
10 EDY YULYUS, S.HUT. Staf Perencanaan 11 YUNITA DEVI ANGGRAINI Tenaga Akuntansi 12 MOCH HABIBI ADI
WIBOWO,SE. Staf Penata Usahaan Keuangan 13 DAENG MAHARDHIKA, SH. Staf Bidang Infrastruktur
Kemandirian Pangan 14 NANIK KARTIKAWATI, S. SOS. Staf Subbag Umum dan
Kepegawaian 15 NOVIYANTO CHAIRUNNAS
AMINULLAH, SP. Staf Subbag Umum dan Kepegawaian
16 YANU MAHENDRA, S. AB. Staf Penatausahaan Keuangan 17 MUHAMMAD ZUHRI Penjaga Kantor
Sumber : Sekretariat Dinas Ketahanan Pangan Kab. Probolinggo (2022)
ASPEK STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo mempunyai tujuan yang berkaitan dengan Urusan Pangan dimana urusan ini sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Probolinggo, sehingga dalam RPJMD ditetapkan secara langsung yang terkait dengan urusan pangan. Sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo tahun 2018-2023 Visi : Terwujudnya Masyarakat
Halaman 5
Kabupaten Probolinggo berakhlak Mulia yang Sejahtera, Berkeadilan, dan Berdaya Saing. Misi 4 Mewujudkan daya saing daerah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Tujuan 5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif Sasaran 18 (Meningkatnya Ketahanan Pangan).
Dinas Ketahanan Pangan diamanatkan Urusan Pangan dimana metode kerjanya mengacu kepada kinerja yang telah dilakukan oleh tingkat dunia, tingkat nasional, dan tingkat provinsi. Terdapat ukuran yang dimiliki tiap tingkat dalam bentuk beberapa indeks.
Tingkat ketahanan pangan suatu wilayah beserta factor- faktor pendukungnya, telah dikembangkan suatu system penilaian dalam bentuk IKP (indeks ketahanan Pangan). IKP didasarkan pada : (i) hasil review terhadap indeks ketahanan pangan global; (ii) tingkat sensifitas dalam mengukur situasi ketahanan pangan dan gizi; (iii) ketersediaan 3 pilar ketahanan pangan; dan (iv) ketersediaan data tersedia secara rutin untuk periode tertentu (bulanan/tahunan) serta mencakup seluruh Kabupaten / Kota.
Global Food Security Index (GFSI) membandingkan situasi ketahanan pangan antar negara berdasarkan aspek ketersediaan, keterjangkauan, serta kualitas dan keamanan pangan. Sedangkan untuk Global Hunger Index (GHI) menggunakan empat aspek untuk menilai ketahanan pangan suatu negara, yaitu proporsi undermourishment balita wasting, balita stunting, dan angka kematian bayi (Kementerian Pertanian RI, 2018).
Halaman 6
Situasi ketahanan pangan dapat dilihat dari 4 (empat) aspek yaitu daya beli masyarakat terhadap pangan (affordability), ketersediaan pangan (availability), kualitas dan keamanan pangan (quality dan safety), dan sumberdaya alam dan ketahanan pangan menghadapi situasi darurat (natural resources dan resilience).
Pelayanan Dinas Ketahanan Pangan mengacu kepada beberapa indikator yaitu IKU dan IKK. Dimana IKU dan IKK merujuk kepada aturan perundangan yang berlaku. Indikator kinerja kunci (IKK) penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT dan ASPEK PELAYANAN UMUM, dalam pelaksanaannya Dinas Ketahanan
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementan RI (2018) Gambar 1. 1 Kerangka konsep ketahanan pangan
Halaman 7
Pangan Kabupaten Probolinggo terkait dengan kedua Aspek tersebut sebagaimana yang tersebut dalam lampiran Permendagri 86/2017 sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 1. 2 Aspek dan Indikator Kinerja menurut Bidang Urusaan Penyelenggaraan tingkat Sasaran (dampak.impak) Pemerintah Daerah sesuai untuk DKP NO BIDANG URUSAN/
INDIKATOR RUMUS
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 Pencapaian skor Pola
Pangan Harapan (PPH)
PPH = % Angka Kecukupan Gizi (AKG) x bobot masing- masing kelompok pangan
2 Penguatan cadangan pangan
Jumlah cadangan pangan kabupaten 100 ton x 100%
3 Penanganan daerah rawan pangan
Menjumlahkan 3 indikator : Pertanian : ketersediaan pangan
= ketersediaan : kebutuhan beras ASPEK PELAYANAN UMUM
Layanan Urusan Wajib Non Dasar 4 Ketersediaan pangan
utama
Rata-rata jumlah ketersediaan pangan utama per Tahun (kg) Jumlah penduduk x 100%
5 Ketersediaan energi dan protein perkapita
Ketersediaan energi (kkal /kapita /hari) : Ketersediaan pangan/kapita /hari X Kandungan Kalori X BDD100 Ketersediaan Protein (gram/kapita/hari) : Ketersediaan
pangan/ kapita/hari X Kandungan Protein X BDD100 6 Pengawasan dan
pembinaan keamanan pangan
Jumlah sampel pangan yang aman dikonsumsi di pedagang pengumpul di satu tempat sesuai standar yang berlaku dalam kurun waktu tertentu Jumlah total sampel pangan yang diperdagangkan pengumpul di suatu wilayah menurut ukuran yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu x100%
Sumber : Lampiran Permendagri No 86 tahun 2017.
Target dari Aspek Kesejahteraan dan Aspek Pelayanan Umum. Beberapa aspek menjadi acuan pelayanan dan tanggung jawab Dinas Ketahanan Pangan sesuai dengan kewenangan yang diberikan.
Halaman 8 Aspek Kesejahteraan
Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan
Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan program ketahanan pangan melalui kondisi/situasi konsumsi pangan masyarakat dilakukan analisis situasi konsumsi pangan, karena situasi konsumsi pangan dapat menggambarkan akses masyarakat terhadap pangan, status gizi dan kesejahteraannya, yang dinyatakan dalam nilai skor mutu pangan atau skor Pola Pangan Harapan (PPH).
Dimana untuk Pola Pangan Harapan sebagaimana yang dirumuskan oleh Kementerian Pertanian RI menjadi acuan bagi setiap pemerintah daerah sebagaimana tabel berikut ini :
Tabel 1.3 Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan PPH
No. Kelompok Pangan
Pola Pangan Harapan Nasional
% AKG (FAO- RAPA1) WNGPG X2)
2012 %
AKG Bobot Skor Gram PPH
/hari Energi (kkal)
1 Padi-padian 296 1075 50 0,5 25 40 – 60 2 Umbi-umbian 108 129 6 0,5 2,5 0 - 8 3 Pangan Hewani 161 258 12 2,0 24 5 – 20 4 Minyak dan lemak 22 215 10 0,5 5,0 5 – 15 5 Buah/ biji
berminyak 11 64 3 0,5 1,0 0 – 3
6 Kacang-kacangan 38 108 5 2,0 10,0 2 – 10
7 Gula 32 108 5 0,5 2,5 2 – 15
8 Sayuran dan buah 269 129 6 5,0 30 3 – 8
9 Lain-lain - 64 3 0 0 0 – 5
Jumlah 2.150 100 100
Sumber : Badan Ketahanan Pangan – Kementan RI (2019)
1Kisaran persentase energi terhadap AKG (FAO-RAFA, 1989) sebagai acuan menuju komposisi pangan ideal.
2 AKE ditingkat konsumsi adalah 2.150 kkal/kap/hari
(berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi X, 2012)
Halaman 9
Dengan adanya acuan seperti yang ditetapkan seperti di tabel diatas. Maka Dinas Ketahanan Pangan sebagai OPD pengampu urusan Pangan akan berupaya mencapai target PPH, dengan cara memsosialisasi perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat.
Adapun cara pencapaian PPH masyarakat Kabupaten Probolinggo adalah dengan melakukan merumuskan dan menjaga tingkat ketersediaan / stock, tingkat harga pangan, tingkat konsumsi hingga sampai per kapita. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian kualitas konsumsi pangan adalah melalui pencapaian skor PPH. Pola konsumsi pangan yang ideal digambarkan dengan skor PPH 100.
Dalam hal penyediaan pangan, dinyatakan bahwa sumber penyediaannya diutamakan berasal dari dalam negeri, sehingga kabupaten memiliki kesempatan luas untuk mengembangkan produksi pangan lokal sesuai dengan potensi dan pola pangan masyarakat setempat.
Ketersediaan pangan dari produksi domestik adalah produksi dikurangi kebutuhan untuk pakan, benih dan tercecer.
Perkembangan ketersediaan beberapa komoditas pangan selama tahun 2010-2014 sejalan dengan perkembangan produksinya karena faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan, yaitu penggunaan pakan, bibit dan yang tercecer, menggunakan besaran konversi yang sama setiap tahunnya. Jika produksi meningkat, maka ketersediaan juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Untuk komoditas jagung, kedelai dan kacang tanah, penggunaan benih dipengaruhi oleh faktor luas tanam setiap tahunnya.
Demikian pula penggunaan telur sebagai bibit dihitung berdasarkan penggunaan telur dari setiap jenis unggas, baik ayam buras, ras petelur maupun itik. Selama kurun waktu 2010-2014,
Halaman 10
peningkatan ketersediaan terbesar terjadi pada komoditas ikan dan buah-buahan sebesar 10,20 persen dan 7,60 persen. Demikian pula ketersediaan pangan yang mengalami penurunan terbesar adalah kacang tanah dan susu sebesar 3,80.
Gambaran ketersediaan bahan pangan untuk dikonsumsi ditunjukkan oleh Neraca Bahan Makanan (NBM) yang dihitung dari produksi domestik dengan memperhitungkan perdagangan pangan, stok pangan serta penggunaan pangan untuk pakan, benih atau bibit, tercecer, dan industri.
Penguatan Cadangan Pangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada pasal 23 menyatakan bahwa dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan, pemerintah menetapkan cadangan pangan nasional. Cadangan pangan nasional terdiri dari atas cadangan
Gambar 1.2. Kerangka Pikir Pengembangan LPM
Gambar 1. 2 Kerangka Pikir Pengembangan LPM
Halaman 11
pangan pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan cadangan pangan masyarakat. Pengembangan cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk mengantisipasi kekurangan ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan dan atau keadaan darurat.
Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari total kebutuhan beras nasional. Cadangan tersebut terbagi atas 11,5%
di masyarakat, 8% dikuasai oleh pemerintah pusat, dan 0,5 % di pemerintah daerah. Sedangkan Kebutuhan konsumsi beras nasional 33,47 juta ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga (47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan (8,22%), dan Horeka (6,59%).
Penanganan Daerah Pangan Rawan
Kerawanan Pangan bisa diidentifikasi melalui metode Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA), terdapat Indikator yang digunakan untuk penentuan wilayah tahan dan rentan terhadap kerentanan pangan. Selain itu FSVA bisa digunakan untuk mempertajam analisis permasalahan yang menyebabkan masalah pangan, kemiskinan, dan stunting. Dimana terdapat 3 aspek yang diukur untuk mengetahui kerentanan dan ketahanan pangan suatu wilayah yaitu Aspek Ketersediaan pangan, Aspek akses pangan, dan Aspek pemanfaatan pangan :
Tabel 1. 4 Bobot indikator FSVA
No Indikator Bobot
Desa Kelurahan I Aspek Ketersediaan Pangan 1/3 1/3
1 Rasio luas baku lahan sawah terhadap
luas wilayah desa 1/6 1/6
2 Rasio jumlah sarana dan prasarana
ekonomi terhadap jumlah rumah tangga 1/6 1/6
II Aspek Akses Pangan 1/3 1/3
Halaman 12
1 Rasio jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah terhadap jumlah
penduduk desa 1/6 1/6
2 Desa yang tidak memiliki akses
penghubung memadai 1/6 1/6
III Aspek Pemanfaatan Pangan 1/3 1/3 1 Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses
air bersih terhadap jumlah rumah tangga
desa 1/6 1/6
2 Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap
jumlah penduduk desa 1/6 1/6
Tabel 1. 5 Pengelompokan desa kerentanan dan ketahanan pangan tahun 2022 Jumlah
desa Indeks Komposit
Pengelompokan prioritas
intervensi Keterangan 33 desa > 75,68 Prioritas 6 Semakin tinggi
indeks komposit maka Ketahanan Pangan semakin besar sebaliknya semakin kecil Indeks komposit maka semakin rentan pangan desa tersebut 130 desa > 67,75 - 75,68 Prioritas 5
105 desa > 59,58 - 67,75 Prioritas 4 45 desa > 51,42 - 59,58 Prioritas 3 15 desa > 41,52 -51,42 Prioritas 3 2 desa <=41,52 Prioritas 1
Aspek Pelayanan Umum
Ketersediaan energi dan protein perkapita
Dari sisi ketersediaan energi dan protein, yang merupakan cerminan dari ketersediaan pangan secara agregat, Indonesia memiliki ketersediaan pangan lebih dari cukup dibandingkan dengan standar kebutuhannya. Selama periode lima tahun (2014- 2018) ketersediaan energi per kapita per hari rata-rata sebesar 3.110 kilokalori, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rekomendasi dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG)
Halaman 13
tahun 2012 sebesar 2.400 kilo kalori. Rata-rata ketersediaan protein per kapita per hari sebesar 79,38 gram juga lebih tinggi dibandingkan dengan rekomendasi standar kebutuhannya sebesar 63,0 gram. Namun demikian, ketersediaan agregat ini juga telah memperhitungkan volume impor komoditas pangan tertentu yang produksinya masih kurang atau belum bisa diproduksi dalam jumlah besar di Indonesia.
Untuk Kabupaten Probolinggo kondisi tidak jauh berbeda namun ketersediaan data masih belum tercukupi dengan baik.
Tabel 1. 6 Ketersediaan energi dan protein perkapita per hari tahun 2014-2018
Tahun
Ketersediaan Skor PPH
Keterse- diaan Energi
(Kkal/kapita/hari) Protein
(gram/kapita/hari)
Nabati Hewani Total Nabati Hewani Total
2014 3.047 172 3.219 62,12 17,78 79,89 82,80 2015 2.799 178 2.978 59,75 18,53 78,28 81,59 2016 2.825 192 3.016 56,25 19,55 75,79 83,27 2017 2.838 193 3.031 57,22 21,82 79,04 83,04 2018 3.098 207 3.305 60,00 23,91 83,91 87,99 Sumber : Neraca Bahan Makanan Kementan RI (2020)
Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan
Sesuai dengan amanat UU No 18 tahun 2012 tentang pangan, pemerintah berkewajiban untuk menjamin keamanan pangan masyarakat. Hal ini sesuai dengan deklerasi internasional dalam International Conference on Nutrition di Roma tahun 1992 yang menyatakan bahwa keamanan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah diamanatkan untuk menetapkan norma, standar, prosedur, dan
Halaman 14
kriteria Keamanan Pangan serta diwajibkan untuk melakukan pembinaan dan pengawasannya.
Merujuk pada pembagian wewenang pengawasan keamanan pangan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 28 tahun 2004, Kementerian Pertanian mendapat wewenang untuk melakukan pengawasan keamanan pangan segar hasil pertanian sedangkan untuk pangan olahan dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 telah membentuk Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) yang terdiri dari OKKP-Pusat dan OKKP-Daerah yang tersebar di semua propinsi.
Tugas dan fungsi utama OKKP adalah melakukan pengawasan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian yang dilaksanakan melalui beberapa mekanisme diantaranya adalah dengan penerbitan sertifikat keamanan pangan maupun Nomor Pendaftaran Pangan Segar.
Sampai saat ini, pendaftaran pangan segar asal tumbuhan sesuai Peraturan Menteri Pertanian No 51 tahun 2008 tentang Syarat dan Tatacara Pendaftaran Pangan segar Asal Tumbuhan masih bersifat sukarela dan Peraturan Menteri Pertanian nomor 15 tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha dan Standar Produk pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Sektor Pertanian. Pelaku usaha yang memerlukan nomor Pendaftaran PSAT dapat melakukan pendaftaran PSAT ke OKKP-Pusat untuk produk yang berasal dari pemasukan/impor dan ke OKKP-D untuk produk yang diproduksi dalam negeri. Sebagian besar pelaku usaha melakukan pendaftaran karena adanya tuntutan dari konsumen/retail seperti yang terjadi pada pelaku usaha perberasan, sehingga sebagian besar komoditas yang memperoleh
Halaman 15
nomor pendaftaran PSAT adalah beras. Untuk produk yang tidak dikemas/dilabel maka akan dilakukan inspeksi berdasarkan analisa resiko. Diharapkan dengan regulasi tersebut semua PSAT yang beredar aman dikonsumsi.
Pendaftaran PSAT merupakan upaya pemerintah untuk memberikan jaminan keamanan pangan bagi masyarakat khususnya Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT). Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Pelaku usaha yang ingin memperoleh nomor pendaftaran PSAT harus memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis. Pelaku usaha yang berasal dari kelompok tani/gapoktan harus memenuhi persyaratan administrasi berupa foto copy Kartu Tanda Penduduk pemohon; foto copy surat penetapan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani; foto copy surat keterangan domisili usaha; dan profil unit usaha, serta memenuhi persyaratan teknis berupa denah ruang penanganan produk; surat keterangan produk; daftar pemasok dan pelanggan;
bagan alir produksi; rancangan label dan kemasan; dan foto copy surat keterangan hasil inspeksi penerapan sanitasi higiene pada sarana produksi dan distribusi PSAT. Surat keterangan hasil inspeksi penerapan sanitasi higiensi merupakan bukti bahwa produk tersebut sudah ditangani secara baik dan memenuhi persyaratan dasar keamanan pangan. Persyaratan sanitasi higienis ini meliputi : keamanan air; kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan; pencegahan kontaminasi silang; menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet; proteksi
Halaman 16
dari bahan-bahan kontaminan; pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan toksin yang benar; pengawasan kondisi kesehatan personil; dan pengendalian hama. Selain itu, dengan adanya regulasi perberasan tentang kelas mutu beras dan HET, maka beras TTI juga harus memenuhi persyaratan kelas mutu medium sesuai dengan harga yang berlaku saat ini
Selain melakukan pengawasan keamanan pangan segar melalui sertifikasi Prima, dilakukan juga pengawasan pangan segar di rumah kemas (packing house) dan pelaku usaha melalui pendaftaran rumah kemas dan pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) oleh OKKPD/OKKPP.
SASARAN
Pelaku Usaha PSAT
SASARAN
Pelaku Usaha PSAT &
masyarakat Pengawasan Keamanan & Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan
(PAST)
PRE MARKET
✓ Sertifikasi
✓ Registrasi
✓ Inspeksi (pemberian sertifikat/ registrasi)
✓ Surveilan)
POST MARKET
➢ Pengadaan rapid test kit
➢ Uji Laboratorium
➢ Pengawasan / monitoring
➢ Inspeksi
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
Gambar 1. 3 Pola Kerja Pengawasan Keamanan & Mutu Pangan
Halaman 17 bagan struktur organisasi berikut ini.
Gambar 1. 4 Susunan Organisasi Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo KEPALA DINAS
KEPALA BIDANG INFRASTRUKTUR KEMANDIRIAN PANGAN KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL UPT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KEPALA BIDANG KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
KEPALA BIDANG PENANGANAN KERAWANAN
PANGAN KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIS
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KEPALA SUB BAGIAN
UMUM DAN KEPEGAWAIAN
18 B. MAKSUD TUJUAN
Maksud disusunnya LKjIP ini adalah untuk menggambarkan dan mengevaluasi kinerja yang telah dicapai oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo tahun anggaran 2022 setelah menggunakan menggunakan APBD.
Tujuan penyusunan LKjIP untuk mengetahui dan menyimpulkan percapaian kinerja Dinas Ketahanan Pangan.
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5324);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 5494);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
19 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RB Nomor: 88 tahun 2021 Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 06 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2016 Nomor 6 Seri D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Probolinggo Nomor 1 Tahun 2022 (Lembaran Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun 2022 Nomor 1 Seri D);
D. PERMASALAHAN UTAMA BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan dasar), dengan melihat target kinerja pemerintah Kabupaten Probolinggo urusan pangan yang peningkatan ketahanan pangan dengan indikator peningkatan Pola Pangan Harapan (PPH). Dimana PPH yang dapat diukur adalah PPH ketersediaan dan PPH Konsumsi.
Berikut ini disampaikan permasalahan urusan Pangan di Kabupaten Probolinggo melalui pendekatan 3 Pilar Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan Pangan, Akses Pangan, dan Pemanfaatan Pangan sehingga dapat diidentifikasikan beberapa hal yang perlu ditangani.
i. Permasalahan Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan, dimana kedua hal tersebut pada intinya adalah mengukur keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten
20 Probolinggo. Sedang pangan yang dihitung terdiri pangan nabati dan hewati. Kondisi ketersediaan pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan sebagaimana berikut ini :
(1) Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo tergantung kepada tingkat produksi, pangan yang masuk, pangan yang keluar, stok pangan yang ada di pemerintah dan stock pangan dimasyarakat. Beberapa komoditi pangan didapatkan dapat diperoleh secara mandiri dari dalam daerah Kabupaten Probolinggo sendiri seperti misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang, ikan, dan lainnya. Sedang produksi seperti susu, daging unggas, dan pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah lainnya. Untuk daging ruminansia walaupun populasi sangat melimpah namun sapi-sapi tersebut kebanyakan dikirim keluar daerah dalam keadaan hidup-hidup, dan pemotongan sapi di Kabupaten Probolinggo relatif sedikit dibanding populasi yang ada. Sehingga tidak bisa diklaim sebagai produksi daging sapi.
(2) Cadangan pangan
Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo sebagaimana berikut ini :
➢ Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Probolinggo terletak di Desa Sukodadi Paiton Kabupaten Probolinggo.
Dimana pengelolaan lumbung tersebut sesuai
21 dengan UU 23/2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pangan, pemerintah daerah baik provinsi, maupun kabupaten/kota bertanggungjawab untuk melaksanakan pengembangan cadangan pangan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan Nasional, penguatan cadangan pangan sebagai antisipasi terhadap dampak anomali iklim yang semakin sulit diprediksi, seperti terjadinya pergeseran masa tanam, masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun, dan meningkatnya bencana yang tidak terduga (banjir, longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan sistem pengelolaan cadangan pangan yang kuat.
Hal lainnya adalah masalah tata kelola yang perlu ditingkatkan lagi sehingga pemeliharaan gabah dapat berkesinambungan dengan standar tinggi, diharapkan mekanisme pengeluaran dan pemasukan gabah di gudang dapat diatur sebagai persediaan barang yang lebih fleksibel, hal ini mengingat bahwa gabah adalah barang pertanian yang bisa cepat rusak (oleh kapang, dll) dalam waktu beberapa bulan saja sehingga kurang memenuhi kelayakan untuk konsumsi. Salah opsi yang perlu dipertimbangkan adalah bekerjasama dengan pihak Bulog dalam penyimpanan beras cadangan pangan.
Kegunaan utama Lumbung Pangan Pemerintah antara lain adalah Penanganan Kerawanan Pangan (atau bencana alam,
22 darurat) namun hal tersebut tidak sering terjadi sehingga gabah bisa tertumpuk dalam waktu cukup lama dengan resiko kerusakan dengan akibat kerugian bagi negara. Karena itulah Lumbung Pangan perlu difungsikan lebih jauh sebagai penyedia pangan (beras) bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari ataupun sebagai instrumen stabilisasi harga komoditi pangan pada hari-hari tertentu.
➢ Lumbung Pangan Masyarakat
Sedangkan cadangan pangan masyarakat dapat dilihat pada pengembangan lumbung pangan masyarakat. Lumbung pangan masyarakat dimaksudkan untuk mendekatkan akses pangan anggotanya. Lumbung dipandang sebagai model perangkat ketahanan pangan masyarakat desa yang cukup efektif sebagai tempat penyimpanan, untuk menjaga stabitas pasokan dimana pasokan yang berlebihan dapat menurunkan harga gabah, dengan penyimpanan maka dapat dilakukan penundaan penjualan, sampai harga yang lebih baik diterima petani. Pemerintah pusat maupun daerah melaksanakan pengembangan lumbung pangan masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dalam pengelolaan lumbung pangan, optimalisasi sumberdaya yang tersedia dan penguatan kapasitas kelembagaannya. Dengan pemberdayaan tersebut diharapkan dapat dikembangkan lumbung pangan masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan serta dapat berperan secara optimal dalam penyediaan pangan.
23 Untuk saat ini pemanfaatan Lumbung Pangan masyarakat tersebut masih belum optimal dan tidak berkembang, karena tata kelola dari Lumbung Pangan tersebut masih belum baik.
Dalam membangun kelembagaan cadangan pangan ini tidaklah mudah jika pengadaan pangan isian lumbung pangan berbasis kepada produksi pangan setempat. Secara umum pengelolaan lumbung pangan yang pernah dibina Dinas Ketahanan Pangan belum optimal, permasalahannya terletak ketidakberhasilan dalam pengelolaan secara berkelanjutan. Untuk kedepannya perlu dilakukan pembinaan managemen tata kelola pengaturan stok barang/
persediaan barang , sehingga lumbung pangan ini bisa berjalan dan memberikan keuntungan bagi kelompok lumbung masyarakat.
ii. Permasalahan Akses Pangan
(1) Kerawanan Pangan
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa (Podes) yang dimiliki oleh BPS Kabupaten Probolinggo maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan di Kabupaten Probolinggo. Dengan data tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan pangan tiap-tiap desa sehingga dapat disusun peringkat desa di Kabupaten Probolinggo.
sedang kondisi Peta Kerentanan dan Ketahanan Pangan di Kabupaten probolinggo tahun 2020, berdasarkan prioritas sebagai berikut :
24 (2) Distribusi Pangan
secara real time, belum menggambarkan distribusi ketersediaan dan konsumsi pangan nabati, pangan hewani di seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;
Gambar 1. 5 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten Probolinggo
Halaman 25
82.277 ton beras, namun terdapat beberapa daerah mengalami defisit seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka dapat diketahui bahwa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari daerah lain (sekitar/
lain), disini peran distribusi pangan dan cadangan pangan menjadi sangat penting.
Contohnya adalah daerah seperti Sukapura menggantungkan pasokan beras dari luar, Peran penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat penting.
Berdasarkan perkembangan terakhir untuk di desa sudah terdapat upaya-upaya dari desa sendiri, dimana dengan adanya DANA DESA maka pemerintah desa melakukan pengadaan sembako melakukan BUMDESnya, BUMDES melakukan unit usaha jual beli sembako. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan aksesibilitas pangan warga desa setempat. Hal yang diperlukan adalah perbaikan management pengelolaan cadangan pangan di desa, distribusi pangan, dan peningkatan pola pangan harapan berbasis B2SA.
iii. Permasalahan Pemanfaatan Pangan
Pola konsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi individu. Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo cenderung pada gizi kurang, Hal ini ini terlihat dengan
Halaman 26
Hasil Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita dengan gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 32 %, balita kurus dan sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita gemuk 4%. Balita yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 33,6%, ibu hamil beresiko KEK (Kurang Energi Kronis) sebesar 25,1% dan wanita usia subur beresiko KEK sebesar 14,9%.3
Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Probolinggo sudah mencukupi secara kuantitas namun belum berkualitas. Konsumsi energi dan protein di Kabupaten Probolinggo tahun 2016 sebesar 2.078 kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari (98%
AKP). Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar 2.055 kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3 AKP). Konsumsi energi menurun sebesar 1.1% konsumsi protein menurun sebesar 0,72% dari tahun 2017 terhadap tahun 2016. Skor PPH Kabupaten Probolinggo tahun 2016 adalah 69, meningkat sebesar 4,3% menjadi 72 pada tahun 2017.
Konsumsi padi-padian dan gula sudah mencukupi standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi- umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, serta sayur dan buah masih belum memenuhi standar ideal.
3 Laporan akhir analisis pola konsumsi dan suplai pangan Kabupaten
Probolinggo tahun 2018 DKPP &
MWA
Halaman 27
pemenuhan kebutuhan (konsumsi) pangan diutamakan berasal dari kemampuan produksi pangan wilayah. Kemandirian energi di Kabupaten Probolinggo adalah 3.527 kkal/kapita/hari (147% AKE), protein sebesar 94,3 g/kapita/hari (94,3 %AKE) dan skor PPH 55,8. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara umum Kabupaten Probolinggo tergolong surplus pangan (>110% AKE) 57 gram namun pangan yang diproduksi keragamannya masih rendah. Produksi pangan padi- padian (beras, jagung), umbi-umbian dan sayuran sudah mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan berpotensi ekspor. Namun produksi kelompok pangan lainnya masih belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk secara ideal dan harus dipenuhi dari pasokan (impor) pangan.
Selain itu pemanfaatan pangan juga terkait dengan Keamanan pangan. Keamanan pangan di Kabupaten Probolinggo terkait dengan pangan segar yang beredar di Kabupaten Probolinggo. Dimana selama ini belum terkelola dengan baik, pada praktek pelaksanaan keamanan pangan sebelumnya di Kabupaten Probolinggo, dikerjakan dengan cara pengambilan sample pangan segar hasil pertanian yang beredar di Probolinggo kemudian dilakukan rapid test secara mandiri atau mengirimkan sample ke Sucofindo atau Dinas Pertanian dan Ketahanan Provinsi Jawa Timur untuk dilakukan test. Namun beberapa tahun terakhir ini terdapat upaya lain yaitu pembentukan Lembaga keamanan pangan yaitu UPT Pengawasan dan Sertifikasi Hasil Pertanian. Hal ini sebagaimana adanya perkembangan kebutuhan dan kebijakan dari
Halaman 28
peningkatan pola hidup masyarakat luas.
UPT Pengawasan dan Sertifikasi Hasil Pertanian didirikan pada tahun 2018, dengan usia yang masih muda ini, UPT ini masih belum banyak berbuat banyak.
Selain itu regulasi tentang keamanan pangan masih dikembangkan lebih jauh oleh pemerintah pusat.
Namun geliat UPT ini mulai berjalan walaupun masih harus berhubungan dengan OKKPD di tingkat provinsi.
Hingga saat ini hal yang sudah dikerjakan adalah memfasilitasi registrasi para pelaku usaha porang, penggilingan beras, bawang merah ke perusahaan- perusahaan melalui OKKPD provinsi.
Halaman 29
BAB II. PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN STRATEGIS
Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Probolinggo menyelaraskan visi dan misi dengan visi dan misi Kabupaten Probolinggo yang telah ditentukan oleh Bupati Probolinggo.
sebagaimana berikut ini:
Visi Kabupaten Probolinggo adalah :
TERWUJUDNYA MASYARAKAT KABUPATEN
PROBOLINGGO BERAKHLAK MULIA YANG SEJAHTERA, BERKEADILAN DAN BERDAYA SAING
Dimana visi tersebut dijabarkan sebagaimana tabel berikut : Tabel 2. 1 Misi, Tujuan, dan Sasaran Pemkab Probolinggo 2018-2023
Misi Tujuan Sasaran
4. Mewujudkan daya saing daerah melalui
peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan
5. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif
18. Meningkatkan ketahanan pangan
Tujuan (Tahun 2021-2023)
1. Meningkatkan Ketahanan Pangan
Tujuan Dinas Ketahanan Pangan yang perlu dicapai tahun 2023 adalah meningkatkan ketahanan pangan dengan indikator kinerja peningkatan Pola Pangan Harapan.
Halaman 30
Pangan Harapan (PPH) adalah komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, dimana dengan semakin tingginya skor PPH, maka konsumsi pangan semakin beragam, bergizi, dan seimbang.
Tabel 2. 2 Target PPH Konsumsi Penduduk Probolinggo
No Kelompok Pangan Skor Pola Pangan Harapan 2021 2022 2023
1 Padi-padian 25,0 25,0 25,0
2 Umbi-umbian 1,2 1,3 1,4
3 Pangan Hewani 15,6 16,3 16,9
4 Minyak dan Lemak 4,9 4,9 4,9
5 Buah/Biji Berminyak 0,3 0,3 0,4
6 Kacang-kacangan 8,4 8,5 8,6
7 Gula 2,1 2,1 2,1
8 Sayur dan Buah 21,4 22,1 22,7
Sasaran (tahun 2022)
1. Peningkatan Konsumsi Masyarakat melalui Pemanfaatan Sumber Daya Pangan
Untuk tahun 2022 indikator Sasaran yang digunakan adalah Konsumsi Energi (Kkal/kapita/hari) dan konsumsi protein (gram/kapita/hari). Dimana konsumsi Energi dan konsumsi protein ini merupakan jumlah dari kelompok pangan : Padi-padian, Umbi-umbian, Pangan Hewani, Minyak dan Lemak, Buah/Biji Berminyak, Kacang-kacangan, gula, Sayur dan buah, dan lainnya.
B. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)
Tabel 2. 3 IKU Dinas Ketahanan Pangan
No Tujuan
Indikator Tujuan Tahun
2023
Sasaran Indikator Sasaran
Target
2022 2023 1 Meningkatkan
Ketahanan Pangan
Skor Pola Pangan Harapan
Meningkatkan Konsumsi Masyarakat melalui Pemanfaatan Sumber Daya Pangan
Konsumsi Energi (Kkal/kapita/hari)
2190 2190
Konsumsi protein
(gram/kapita/hari) 62,6 62,6