• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diploma Three Nursing Study Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Diploma Three Nursing Study Program"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Diploma Three Nursing Study Program Faculty of Health Sciences Kususma Husada University 2021

NURSING CARE OF TYPE II DIABETES MELLITUS PATIENTS IN FULFILLMENT OF NUTRITION NEEDS

Ovi Dinna Safrina1) Deoni Vioneery2)

Email: ovidinnasafrina85@gmail.com 1) ; deoni@ukh.ac.id 2)

1Student of the Kusuma University Diploma Three Nursing Study Program Husada Surakarta

2Supervisor of D3 Nursing Faculty of Health Sciences, Kusuma University Husada Surakarta

ABSTRACT

Diabetes Mellitus type 2 is a metabolic disorder disease that occurs as a result of the body not being able to use insulin effectively, resulting in an increase in glucose in the blood or also known as hyperglycemia. One of the nursing actions that can be performed on patients with type 2 diabetes mellitus who experience instability in blood sugar levels is by administering the Progressive Muscle Relaxation technique.

Progressive Muscle Relaxation Techniques can lower blood sugar levels. The purpose of this case study is to determine the description of nursing care for patients with type 2 diabetes mellitus in meeting nutritional needs. This type of research is descriptive using a case study approach. The subject in this case study is one patient with type 2 diabetes mellitus with a nursing diagnosis of instability in blood sugar levels associated with diabetes mellitus. The results of this case study indicate that the management of nursing care in patients with type 2 diabetes mellitus in meeting nutritional needs with the problem of instability in blood sugar levels carried out by nursing actions by providing Progressive Muscle Relaxation techniques for 4 consecutive days, the result of a decrease in GDP on the pre test from 389 mg/dl to 165 mg/dl and the post-test GDS results were 376 mg/dl to 158 mg/dl.

Recommendations for Progressive Muscle Relaxation in patients with type 2 diabetes mellitus to lower blood sugar levels (Safitri & Putriningrum, 2019).

Keywords: Type 2 Diabetes Mellitus, decreased blood sugar levels, Progressive Muscle

(2)

Program Studi Keperawatan Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kususma Husada 2021 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE II

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Ovi Dinna Safrina1) Deoni Vioneery2)

Email: ovidinnasafrina85@gmail.com 1) ; deoni@ukh.ac.id 2)

1Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Universitas Kusuma Husada Surakarta

2Dosen D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif sehingga terjadi peningkatan glukosa dalam darah atau yang disebut juga dengan hiperglikemia. Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami ketidakstabilan kadar gula darah adalah dengan cara pemberian teknik Relaksasi Otot Progresif. Teknik Relaksasi Otot Progresif dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan diagnosis keperawatan ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan diabetes mellitus. Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan masalah ketidakstabilan kadar gula darah yang dilakukan tindakan keperawatan dengan memberikan teknik Relaksasi Otot Progresif selama 4 hari berturut-turut didapatkan hasil terjadi penurunan GDP pada pre test dari 389 mg/dl menjadi 165 mg/dl dan hasil GDS pada post test 376 mg/dl menjadi 158 mg/dl. Rekomendasi tindakan Relaksasi Otot Progresif pada pasien diabetes mellitus tipe 2 untuk menurunkan kadar gula darah ( Safitri & putriningrum, 2019).

Kata kunci: Diabetes Mellitus tipe 2, penurunan kadar gula darah, Relaksasi Otot Progresif

(3)

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) merupakan sebuah kumpulan gejala pada seseorang yang mengalami resistensi insulin yang menyebabkan penurunan sekresi insulin secara bertahap, maka kadar darah menjadi meningkat Status ini ditandai dengan ketidakmampuan organ yang tidak bisa menggunakan insulin, sehingga insulin tidak bisa berfungsi secara optimal dalam mengatur metabolisme glukosa. Akibatnya, kadar gula darah meningkat (hiperglikemia). Selain sekresi insulin yang tidak normal, hiperglikemi juga dapat terjadi karena insulin tidak bekerja atau keduanya tidak berfungsi (Safitri &

Putriningrum, 2019).

Hiperglikemi ditandai dengan kadar gula darah sewaktu yang melebihi dari 11,1 mmol / l (> 200 mg / dl). Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes yang tidak dapat dikontrol dalam waktu lama dapat menyebabkan komplikasi seperti retinopati, penyakit mikrovaskuler, penyakit makrovaskular, dan gangren.

Komplikasi ini berakibat fatal bagi penderita diabetes. Misalnya rayap dapat merusak organ tubuh tanpa gejala apapun, sehingga diabetes mellitus sering disebut juga sebagai

"silent killer" (Safitri & Putriningrum, 2019). Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang prevalensinya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation, (2019), menyebutkan bahwa jumlah

penderita penyakit DM pada orang dewasa usia (20-79 tahun) telah meningkat dari 151 juta atau 4,6%

(populasi global saat itu) menjadi 463 juta (9,3%) dan diprediksi akan mengalami peningkatan sebanyak 578 juta (10,2%) pada tahun 2030, dan 700 juta (10,9%) pada tahun 2045.

Menurut Riskesdas, (2018), Prevalensi DM semua umur di Indonesia sedikit lebih rendah dibandingkan prevalensi DM pada usia ≥15 tahun, yaitu sebesar 1,5%. Di Indonesia, diabetes menempati urutan ke empat dari jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, China dan India dengan persentase 2,1%. WHO, (2017), memprediksi jumlah penderita DM di Indonesia akan meningkat dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,2 juta pada tahun 2030. Prevalensi Diabetes Mellitus di provinsi Jawa Tengah berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua umur sebesar (1,89%). Prevalensi tertinggi yaitu di Kota Surakarta dengan (2,97%) kasus (Kemenkes RI, 2018).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dicegah selama penderita diabetes bisa mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat dengan berolah raga, menurunkan berat badan dan mengurangi kebiasaan makan yang tidak sehat (Suiraoka, 2012 dalam Safitri & Putriningrum, 2019). Pola makan tidak sehat yang mengandung tinggi karbohidrat dan lemak tetapi rendah serat merupakan pola makan yang dapat menyebabkan diabetes. Pola makan yang baik sesuai dengan

(4)

kebutuhan tubuh akan berdampak baik pada tubuh dan tidak akan memicu terjadinya diabetes, sebaliknya bila pola makan yang kurang baik akan memicu terjadinya penyakit diabetes (Mustika, 2018). Terdapat empat pilar penatalaksanaan diabetes mellitus untuk menurunkan kadar glukosa darah yaitu melalui edukasi, Diit makanan, terapi farmakologis, serta aktivitas fisik dan latihan (PERKENI, 2015). Bagi penderita diabetes, pengaturan makanan sangat penting karena merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes, diharapkan dapat menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal dan memungkinkan pasien memperoleh nutrisi secara optimal (Sari, 2020).

Hasil penelitian Penelitian dari Harsari (2018) menunjukkan bahwa status gizi sebagian besar penderita DM melebihi status obesitas. Nilai indeks massa tubuh semakin tinggi (IMT), maka kadar gula darah juga akan meningkat. Pada keadaan gizi berlebih terjadi ketidakseimbangan antara asupan energi dan konsumsi, sehingga energi berlebih tersebut disimpan dalam bentuk lemak. Dalam proses metabolisme, lemak digunakan sebagai cadangan energi, tetapi energi berlebih yang berlangsung lama dapat merusak homeostasis glukosa sehingga menyebabkan hiperglikemia. Program pengendalian Diabetes Mellitus, yang diterapkan secara terintegrasi dalam rencana pengendalian penyakit tidak menular (PTM), dapat mengidentifikasi dan memodifikasi perilaku berisiko dengan kegiatan jasmani atau aktivitas fisik berupa Relaksasi Otot Progresif.

Menurut penelitian dalam jurnal Safitri dan Putriningrum, (2019), mengenai pengaruh terapi relaksasi otot progresif terhadap kadar glukosa darah pada pasien DM tipe 2, salah satu cara yang dapat dilakukan pasien DM adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah untuk menjaga stabilitas agar tidak melebihi batas normal adalah terapi relaksasi otot progresif yang dilakukan selama 15-20 menit sebanyak 2 kali dalam sehari selama seminggu dengan didapatkan hasil rata-rata nilai kadar gula darah puasa pada pre test sebesar 173,07 mg/dl dan hasil rata-rata nilai kadar gula darah puasa pada post test sebesar 161,68 mg/dl. Teknik Relaksasi Otot Progresif ini merupakan teknik mengendurkan otot-otot dengan ketegangan otot seluruh tubuh. Pada penatalaksanaan Relaksasi Otot Progresif mengarahkan pada perhatian pasien dalam membedakan perasaan yang dialami kelompok otot pada saat dilemaskan/relaksasi dengan kondisi saat tegang/kontraks. Pada Relaksasi Otot Progresif dapat memunculkan kondisi rileks sehingga perasaan tenang muncul baik fisik maupun mental seperti denyut jantung berkurang, kecepatan metabolisme tubuh menurun dalam hal ini mencegah gula darah meningkat.

Berdasarkan studi pendahuluan penulis di RSUD Ungaran. Penulis tertarik menulis asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”.

(5)

METODE

Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif dengan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam tetntang suatu kasus yang sedang di teliti, pengumpulan datanya diperoleh dari wawancara,observasi dan dokumentasi.

Studi kasus ini mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan dengan satu pasien yang mengalami Diabetes Mellitus tipe 2 dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah satu pasien dengan masalah Diabetes Mellitus tipe 2 dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Tempat pengambilan kasus dilakukan di ruang Cattleya RSUD Ungaran dengan waktu pengambilan kasus asuhan keperawatan pada tanggal 20 Februari 2021-23 Februari 2021.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada hari sabtu, 20 Februari 2021. Subyek bernama Ny. M berjenis kelamin perempuan dengan usia 64 tahun. Hasil pengkajian di dapatkan data pasien mengeluhan pusing dan badannya terasa lemas, sering merasa haus, banyak kencing 7-8x sehari dan sering merasa lapar tetapi cepat kenyang setelah makan. Pasien juga mengatakan berat badannya mengalami penurunan dalam kurun waktu 3 bulan dari 46 kg menjadi 41 kg. Di IGD RSUD Ungaran kadar gula darah subyek 713 mg/dl.

Pasien baru mengetahui penyakit Diabates Mellitusnya itu saat di rawat di rumah sakit. Pasien mendapatkan

terapi Assering 20tpm, Picyn 1,5g, Omeprazole 20mg, Ondansetron 8mg, Mecobalamine 500mg, Novorapid 20ui.

Hasil laboratorium didapatkan data kreatinin 1,22 mg/dl, ureum 64 mg/dl.

Diagnosis keperawatan yang ditegakkan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Berdasarkan dengan teori SDKI (2017), terdapat factor yang berhubungan pada diagnosis keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.

Intervensi keperawatan yang utama dilakukan pada subyek dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan kriteria hasil Kestabilan glukosa darah meningkat (L.03021) lelahlesu menururn, mulit kering menurun, rasa haus menurun, kadar glukosa dalam darah membaik, jumlah urine membaik. Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan SIKI (2018) adalah monitor kadar glukosa darah dan monitor tanda dan gejala hiperglikemia., memberikan cairan asupan oral, menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga atau latihan kolaborasi pemberian insulin dan mengajarkan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien yaitu Relaksasi Otot Progresif.

Evaluasi yang dilakukan penulis pada diagnosis ketidakstabilan glukosa darah dengan melakukan Relaksasi

(6)

Otot Progresif di dapatkan hasil pada hari pertama data pengukuran GDP pagi pada pre test 389 mg/dL menurun menjadi 384 mg/dL pada post test dengan pengukuran GDS. GDP sore pada pre test 379 mg/dL menurun menjadi 376 mg/dL dengan pengukuran GDS pada post test. Hari kedua data pengukuran GDP pagi pada pre test 368 mg/dL menurun menjadi 363 mg/dL pada post test dengan pengukuran GDS.

GDP sore pada pre test 355 mg/dL menurun menjadi 351 mg/dL dengan pengukuran GDS. Hari ketiga data pengukuran GDP pagi pada pre test 292 mg/dL menurun menjadi 287 mg/dL pada post test dengan pengukuran GDS.

GDP sore pada pre test 254 mg/dL menurun menjadi 249 mg/dL dengan pengukuran GDS. Hari keempat data pengukuran GDP pagi pada pre test 193 mg/dL menurun menjadi 187 mg/dL pada post test dengan pengukuran GDS.

GDP sore pada pre test 165 mg/dL menurun menjadi 158 mg/dL pada post test dengan pengukuran GDS.

Tabel 1. Evaluasi kadar glukosa darah Ny.M mengalami penurunan

Hari Keterangan Kadar Glukosa Darah GDP dan GDS (mg/dl) Pre Post Ke-1 Pagi 389 mg/dl 384 mg/dl

Sore 379 mg/dl 376 mg/dl Ke-2 Pagi 368 mg/dl 363 mg/dl Sore 355 mg/dl 351 mg/dl Ke-3 Pagi 292 mg/dl 287 mg/dl Sore 254 mg/dl 249 mg/dl Ke-4 pagi 193 mg/dl 187 mg/dl sore 165 mg/dl 158 mg/dl

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan kadar gula darah dari hari pertama sampai dengan hari keempat didukung dengan gaya hidup dan pola makan sehat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan safitri & Putriningrum 2019, hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat pengaruh terapi Relaksasi Otot Progresif selam 15-20 menit sebanyak 2 kali sehari selama hari berturut-turut, maka didapatkan hasil pengukuran kadar gla darah pada pasien mengalami penurunan. gelisah dan kontak kurang dengan perawat.

KESIMPULAN 1. Pengkajian

Setelah dilakukan pengkajian maka didapatkan data subjektif pasien mengatakan badannya terasa lemas, disertai haus, sering kencing dan mulut terasa kering.

Pasien baru mengetahui penyakit Diabates Mellitusnya itu saat di rawat di rumah sakit. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dan kadar gula darah didapatkan tekanan darah 160/100mmHg, Nadi 105x/menit, suhu 36,5oC, SpO2 99%, RR 20x/menit, GDS 429 mg/dl.

(7)

2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan masalah keperawatan yang menjadi fokus

utama Ny.M adalah

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin (D.0027).

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan untuk diagnosis ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin pada Ny.

M meliputi monitor kadar glukosa darah dan monitor tanda dan gejala hiperglikemia, memberikan cairan asupan oral, menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga atau latihan, kolaborasi pemberian insulin dan mengajarkan latihan fisik yang sesuai dengan kondisi pasien yaitu Relaksasi Otot Progresif.

4. Implementasi Keperawatan

Asuhan keperawatan pada Ny.M dengan diagnosis medis Diabetes Mellitus diruang Cattleya RSUD Ungaran telah sesuai dengan intervensi yang telah disusun. Penulis menekankan pada teknik Relaksasi Otot Progresif untuk menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil evaluasi pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan masalah keperawatan

ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan dilakukan tindakan Relaksasi Otot Progresif selama 15-20 menit sebanyak 2 kali sehari selama 4 hari berturut-turut efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi dan didapatkan hasil GDP pada pre test dari 389 mg/dl menjadi 165 mg/dl dan hasil GDS pada post test 376 mg/dl menjadi 158 mg/dl. Keberhasilan penurunan kadar glukosa darah ini disertai terapi farmakologi pemakaian insulin secara rutin dan diit teratur.

SARAN

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Rumah sakit khususnya RSUD Ungaran dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antar tim kesehatan maupun pasien dan keluarga pasien sehingga asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Bagi perawat dapat

mempertimbangkan penggunaan Relaksasi Otot Progresif pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang mengalami kadar glukosa darah tinggi dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumbangan pemikiran dan acuan sebagai kajian yang lebih

(8)

mendalam tentang pemberian Relaksasi Otot progresif terhadap kadar glukosa darah tinggi pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

4. Bagi Pasien

Membantu pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dalam melakukan Relaksasi Otot Progresif melalui proses asuhan keperawatan yang dilakukan secara komprehensif dan melibatkan keluarga dalam pelaksanaan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Harsari, R.H., Fatmaningrum,W., &

Prayitno, J.H., (2018). Hubungan Status Gizi dan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Vol.6 No.2 International Diabetes Federation.

(2019). Idf Diabetes Atlas 9th edition. Diakse pada tanggal 30

Januari 2021.

https://www.diabetesatlas.org/en/s ections/worldwide-toll-of-

diabetes.html.

Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan.

(2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–

100. Diakses pada tanggal 26

November 2020,

http://www.depkes.go.id/

resources/download/info- terkini/hasil-riskesdas2018.pdf

Mustika, M. I. (2018). Gambaran Pola Makan dan Kejadian Diabetes Melitus pada Lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Diakses pada tanggal 29 Januari 2021.

http://repositori.usu.ac.id/bitstrea m/handle/123456789/2447/13100 0651.pdf?sequence=1&isAllowed

=y

Perkeni. (2015). Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2 Di Indonesia 2015.

In Perkeni. Diakses pada tanggal 14 Desember 2020, https://www.google.com/url?sa=t

&source=web&rct=j&url=https://

pbperkeni.or.id/wpcontent/upload s/2019/01/4.KonsensusPengelolaa n-dan-

PencegahanDiabetesmelitustipe2d iIndonesiaPERKENI2015.pdf&ve d=2ahUKEwjy8KOs8cfoAhXCb 30KHQb1Ck0QFjADegQIBhAB

&usg=AOv

Riskesdas, K. (2018). Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of

Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1– 200.

https://doi.org/10.1088/

1751-8113/44/8/085201

Safitri, W., & Putriningrum, R. (2019).

Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. In Profesi (Profesional

(9)

Islam) : Media Publikasi Penelitian (Vol. 16, Issue 2).

Diakses pada tanggal 17 November 2020,https://doi.org/

10.26576/profesi.275

SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.

Jakarta: DPP PPNI.

SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

World Health Organization. (2017).

Diabetes Media Centre. Diakses pada tanggal 29 Januari 2021.

http://www.who.int/mediacentre/f actsheets/fs312/en/

Referensi

Dokumen terkait

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah keperawatan nyeri

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman yang dilakukan tindakan keperawatan