• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu penatalaksanaan pada pasien diabetes mellitus yang mengalami ketidakstabilan kadar gula darah dengan cara pemberian teknik Relaksasi Otot Progresif

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Salah satu penatalaksanaan pada pasien diabetes mellitus yang mengalami ketidakstabilan kadar gula darah dengan cara pemberian teknik Relaksasi Otot Progresif"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada

Tahun 2020 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus Dalam

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Winda Yunita Sari1) Martini Listrikawati2)

Email : windayunita405@gmail.com1) ; martinilistrik@gmail.com2)

1Mahasiswa D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Jln. Jaya Wijaya No. 11. Kadipiro, Surakarta

2 Pembimbing D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Jln. Jaya Wijaya No. 11. Kadipiro, Surakarta

Abstrak

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemi (WHO, 2018). Salah satu penatalaksanaan pada pasien diabetes mellitus yang mengalami ketidakstabilan kadar gula darah dengan cara pemberian teknik Relaksasi Otot Progresif. Teknik Relaksasi Otot Progresif dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu orang pasien diabetes mellitus dengan diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar gula darah berhubungan dengan diabetes mellitus. Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan masalah ketidakstabilan kadar gula darah yang dilakukan tindakan keperawatan dengan memberikan teknik Relaksasi Otot Progresif selama 3 hari berturut-turut didapatkan hasil terjadi penurunan kadar gula darah dari 307 mg/dL menjadi 188 mg/dL. Rekomendasi tindakan Relaksasi Otot Progresif pada pasien diabetes mellitus untuk menurunkan kadar gula darah.

Kata kunci: Diabetes Mellitus, penurunan kadar gula darah, Relaksasi Otot Progresif.

PENDAHULUAN

Diabetes lebih banyak dikenal masyarakat dengan sebutan kencing manis.

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa dalam

darah yang dikenal dengan istilah hiperglikemi (WHO, 2018).

Diabetes Mellitus di dunia banyak terjadi di negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Indonesia DM menempati urutan ke 4 dan diprediksi pada tahun 2045 mengalami peningkatan menjadi 48%. Data di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) memperlihatkan peningkatan angka

(2)

prevalensi diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018. Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru PTM di Jawa Tengah, Diabetes Melitus memiliki presentase 20,57%. Data DM di Kota Salatiga menurut profil kesehatan Kota Salatiga mencapai 8,87%, sedangkan di RSUD Salatiga Diabetes Mellitus masuk dalam 10 besar penyakit prioritas yang harus ditangani (Dinkes Kota Salatiga, 2015).

Diantara faktor penyebab Diabetes Mellitus secara umum adalah kurangnya pengetahuan, aktivitas fisik serta pola makan yang tidak sehat. Pola makan tidak sehat yang mengandung tinggi karbohidrat dan lemak, namun rendah serat merupakan pola makan yang beresiko menyebabkan Diabetes Mellitus. Pola makan yang baik sesuai kebutuhan tubuh akan berdampak baik bagi tubuh dan tidak memicu terjadinya kejadian Diabetes Melitus, sebaliknya apabila pola makan tidak baik maka akan memicu timbulnya Diabetes Mellitus (Mustika, 2018). Hasil penelitian dari Harsari (2018) sebagian besar pasien DM memiliki status gizi lebih (obesitas).

Semakin meningkat nilai indek massa tubuh (IMT), semakin meningkat kadar gula darah. Pada keadaan gizi lebih terjadi ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi, sehingga kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak.

Melalui proses metabolisme, lemak sebagai cadangan energi namun kelebihan energi yang berlangsung lama dapat mengganggu homeostasis glukosa sehingga terjadi hiperglikemia.

Program pengendalian Diabetes Melitus yang dilaksanakan secara terintegrasi dalam program pengendalian penyakit tidak menular (PTM) yaitu mampu mengidentifikasi dan

memodifikasi perilaku berisiko dengan kegiatan jasmani atau aktivitas fisik berupa Relaksasi Otot Progresif. Berdasarkan penelitian dari jurnal Safitri dan Putriningrum, 2019. Mengenai pengaruh terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu salah satu cara yang bisa dilakukan oleh penderita DM dengan mengontrol kadar gula darah tetap stabil dan tidak melebihi batas normal adalah dengan terapi Relaksasi Otot Progresif.

Relaksasi Otot Progresif merupakan teknik mengendurkan otot-otot dengan ketegangan otot seluruh tubuh. Pada penatalaksanaan Relaksasi Otot Progresif mengarahkan pada perhatian pasien dalam membedakan perasaan yang dialami

kelompok otot pada saat

dilemaskan/relaksasi dengan kondisi saat tegang/kontraks. Pada Relaksasi Otot Progresif dapat memunculkan kondisi rileks sehingga perasaan tenang muncul baik fisik maupun mental seperti denyut jantung berkurang, kecepatan metabolisme tubuh menurun dalam hal ini mencegah gula darah meningkat (Safitri &

Putriningrum, 2019). Penelitian Pawlow (2005) menyatakan relaksasi otot berpengaruh terhadap kadar salivary kortisol dan bila dilakukan teratur akan menurunkan risiko komplikasi DM.

METODE

Jenis penelitian ini adalah naratif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok, organisasi maupun individu), pristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian mendapatkan ambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti pengumpulan datanya diperoleh dari wawancara, observasi dan

(3)

dokumentasi (Sujarweni, 2014). Studi kasus ini mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan dengan satu klien yang mengalami Diabetes Melitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.

Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah 1 pasien dengan masalah Diabetes Mellitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi. Tempat pengambilan kasus dilakukan di ruang Flamboyan 3 RSUD Salatiga dengan waktu pengambilan kasus asuhan keperawatan pada tanggal 17 Februari 2020 - 29 Februari 2020. Fokus studi pada asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diabetes Mellitus dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi, maka penulis hanya menjabarkan konsep Diabetes Mellitus berserta asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi yang disusun secara naratif.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kadar gula darah dan glucometer. Dilakukan selama 15-20 menit sebanyak 2 kali sehari selama satu minggu.

Observasi kadar gula darah dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum dan setelah latihan relaksasi otot progresif dilakukan selama 1 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengkajian dilakukan pada hari jumat, 21 Februari 2020. Hasil pengkajian didapatkan data pasien mengatakan mengeluh badan lemas, haus dan banyak minum, serta berkemih lebih dari 10 kali sehari. Subyek memiliki riwayat Diabetes Mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Di IGD RSUD Salatiga kadar gula darah subyek 499 mg/dl. Pasien mendapatkan terapi RL 20tpm, Omeprazole 40mg, Novorapid

26ui, Gabapentin 150mg. Hasil laboratorium didapatkan data eosinofil 1,6

% nilai normal 2-4 %, albumin 3,5 g/dl nilai normal 3,2-4,6 g/dl, creatinin 1,0 nilai normal 0,6-1,1 mg/dl, protein total 6,4 mg/dl nilai normal 6,2-8 g/dl.

Hal ini didukung dengan pendapat Firdaus 2017, bahwa tanda dan gejala Diabetes Mellitus yaitu Poliuria (banyak berkemih), polydipsia (banyak minum), dan polyphagia (banyak makan). Diabetes Mellitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang terdiri dari komplikasi mikrovaskuler yang merusak pembuluh darah kecil yaitu kerusakan mata (retinopati), kerusakan ginjal (nefropati), dan kerusakan saraf (neuropati). Dan komplikasi makrovaskuler yang merusak pembuluh darah besar adalah penyakit arteri koroner seperti mikoard infark, penyakit serebrovaskuler seperti stroke, dan penyakit arteri perifer seperti kaki diabetik atau amputasi (IDF, 2019).

Berdasarkan hasil pengkajian pada kasus nyata didapatkan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan pada kasus ditemukan tanda dan gejala yang sesuai yaitu pasien lemas, merasa haus, banyak minum dan banyak berkemih. Hasil pengkajian riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus 5 tahun yang lalu, pasien juga mengatakan pernah masuk rumah sakit pada bulan januari 2019 dengan keluhan yang sama. Pasien tidak mengetahui adanya penyakit menurun seperti Diabetes Mellitus, Asma, Hipertensi, dll dikarenakan orangtua pasien sudah meninggal sejak pasien kecil.

Terapi medis yang diberikan pada tanggal 22 Februari 2020 hingga 25 Februari 2020 yaitu RL 20tpm, Omeprazole 2x1mg, Novorapid 26ui,

(4)

Gabapentin 2x150mg, Glimepirid 1x2mg, Metformin 3x500mg.

Diagnosa keperawatan yang

ditegakkan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien dengan diabetes mellitus. Berdasarkan dengan teori SDKI (2017), terdapat faktor yang berhubungan pada diagnosa keperawatan

ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin.

Intervensi keperawatan yang utama dilakukan pada subjek dengan masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan kriteria hasil Kestabilan glukosa darah meningkat (L.03021) kadar glukosa darah membaik, rasa haus menurun, lelah/letih/lesu/lemas menurun.

Berdasakan tujuan dan kriteria hasil tersebut intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan SIKI (2018) adalah monitor kadar glukosa darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia, anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga, berikan asupan oral, kolaborasi pemberian insulin dan jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi klien (teknik Relaksasi Otot Progresif).

Evaluasi yang dilakukan penulis pada diagnosa ketidakstabilan glukosa darah dengan melakukan Relaksasi Otot Progresif didapatkan hasil pada hari pertama data pengukuran GDS pagi 307 mg/dL menjadi 292 mg/dL. GDS sore 326 mg/dL dan menurun menjadi 320 mg/dL.

Hari kedua didapatkan hasil pengukuran GDS pagi 245 mg/dL menurun menjadi 227 mg/dL, GDS sore dari 209 mg/dL menurun menjadi 198 mg/dL. Hari ketiga didapatkan hasil pengukuran GDS pagi dari sebelum dilakukan Relaksasi Otot

Progresif 189 mg/dL menurun menjadi 182 mg/dL. GDS sore dari 205 mg/dL menurun menjadi 188 mg/dL.

Tabel 1. Evaluasi kadar glukosa darah Ny.S mengalami penurunan

Hari Keterangan Kadar Glukosa Darah GDS (mg/dL)

Pre Post

ke-1 Pagi 307 mg/dL 292 mg/dL Sore 326 mg/dL 320 mg/dL ke-2 Pagi 245 mg/dL 227 mg/dL Sore 209 mg/dL 198 mg/dL ke-3 Pagi 189 mg/dL 182 mg/dL Sore 205 mg/dL 188 mg/dL

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan kadar gula darah dari hari pertama sampai dengan hari ketiga didukung dengan gaya hidup dan pola makan sehat. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Safitri &

Putriningrum 2019, hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat pengaruh terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus. Hasil studi kasus yang dilakukan di RSUD Salatiga diketahui bahwa sesudah dilakukan intervensi keperawatan Relaksasi Otot Progresif selama 15-20 menit sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut, maka didapatkan hasil pengukuran kadar gula darah pada pasien mengalami penurunan.

KESIMPULAN

Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan masalah keperawatan ketidakstabilan kadar gula darah dengan dilakukan tindakan Relaksasi Otot Progresif selama 15-20 menit sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut didapatkan hasil terjadi penurunan kadar glukosa darah.Hal ini didukung dengan penelitian lain yang dilakukan Herlambang, dkk 2019, bahwa

(5)

Relaksasi Otot Progresif efektif dilakukan untuk menurunkan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus secara signifikan dengan dilakukan 2 kali sehari selama 3 hari berturut-turut.

SARAN

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Rumah sakit khususnya RSUD Salatiga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara tim kesehatan maupun pasien dan keluarga pasien sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat mendukung kesembuhan pasien.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan dapat selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan tindakan keperawatan non farmakologi yaitu teknik Relaksasi Otot Progresif bisa di aplikasikan sebagai tindakan alternatif untuk menurunkan kadar glukosa darah. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan komprehensif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang telah berkualiatas dengan mengupayakan aplikasi riset dalam setiap tindakan yang dilakuakan sehingga mampu menghasilkan perawat yang profesional, terampil, inovatif, dan bermutu dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan

4. Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang bagaimana menangani masalah ketidakstabilan kadar glukosa

dengan tindakan non farmakologi teknik Relaksasi Otot Progresif untuk menurunkan kadar gula darah tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Andra W & Yessie P. (2013). Keperawatan Dinas Kesehatan Kota Salatiga.

(2015). Profil Kesehatan Kota Salatiga. Diakses 15 Januari 2019.

<Https://Www.Depkes.Go.Id/Res ources/Download/Profil/Profil_K ab_Kota_2015/3373_Jateng_Kota _Salatiga_2015.Pdf>.

Firdaus, Muhamad. (2017). Diabetes dan rumput laut coklat. Malang : UB media. Diakses pada 26

November 2019.

<https://books.google.co.id/books

?id=u0xODwAAQBAJ&printsec

=frontcover&dq=buku+tanda+gej ala+dm&hl=id&sa=X&ved=0ahU KEwiMrsDAm5HnAhVYbysKH Qq5BeQQ6AEISjAE#v=onepage

&q=buku%20tanda%20gejala%2 0dm&f=false>.

Harsari, R.H., Fatmaningrum,W., &

Prayitno, J.H., (2018). Hubungan Status Gizi dan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Vol.6 No.2

Herlambang, U., Kusnanto., Hidayati, L., Arifin, H., & Pradipta, R.O., (2019). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Stres Dan Penurunan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal keperawatan medical bedah dan kritis. Vol 8, No 1 pp.45-55.

International Diabetes Federation. (2019).

Idf Diabetes Atlas 9th Edition.

Diakses 24 November 2019.

<Https://Diabetesatlas.Org/En/R esources>.

(6)

Mustika, M.I., (2018). Gambaran Pola Makan dan Kejadian Diabetes Melitus pada Lansia di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Medan : Skripsi. Diakses pada 22

Januari 2020.

<http://repositori.usu.ac.id/bitstre am/handle/123456789/2447/1310 00651.pdf?sequence=1&isAllowe d=y>

Patlow, L.A & Jones, G.E. (2005). The- Impact of abbreviated progressive muscle relaxation on salivary cortisol and salivary immunoglobulin A. Applied Psycho-physiology and biofeedback. Vol. 30 No.4 pp 375- 387.

Riskesdas. 2018. Prevalensi Diabetes Mellitus Berdasarkan Diagnosis Dokter. Diakses 24 November 2019.

<Www.Kesmas.Kemkes.Go.Id>.

Safitri, W & Putriningrum, R. (2019).

Pengaruh Terapi Relaksasi Progresif Terhadap Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Vol.16 No.2.

SDKI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : definisi dan inndikator diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

SIKI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Sujarweni, V.W. (2014). Metode Penelitian Keperawatan.

Yogyakarta. Gava Media.

World Health Organization. (2018). World Health Organization-Diabetes.

Diakses pada 24 november 2019.<https://www.who.int/health -topics/diabetes>.

Referensi

Dokumen terkait

Intervensi keperawatan pada diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin adalah : Identifikasi status nutrisi ,

Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien post partum spontan dengan jahitan perineum derajat II dalam pemenuhan kebutuhan rasa