Hal inilah yang menginspirasi penulis untuk mengkaji Piagam Madinah sebagai konstitusi bagi masyarakat yang berbeda dogma namun mampu membangun sistem politik (negara) dalam kesatuan praktik politik. Bagaimana perbedaan dogma melahirkan kesatuan dalam piagam Madinah? Nilai-nilai apa yang menjadi landasan masyarakat dalam Piagam Madinah? Bagaimana proses pengembangan wawasan kebangsaan dalam Piagam Madinah? Data dikumpulkan dari berbagai literatur, baik dari perpustakaan maupun dari internet (website) terkait Dogma dan Politik dalam Piagam Madinah.
Hasil penelitian berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, Pertama, mengetahui nilai-nilai yang menjadi landasan masyarakat dalam lahirnya Piagam Madinah, dimana konstruk pemikirannya akan menciptakan perilaku sehingga terjadi perbedaan agama, suku, Golongan, suku, dan status sosial larut dalam konsep persamaan hak asasi manusia (equality of human right) yang dibawa Muhammad SAW ke dalam suatu praktik politik terpadu yang disebut ummat (ummah) dengan prinsip Maqasid Syariah yaitu perlindungan agama (hifzuddin). , perlindungan jiwa (hifzun-nafsi), perlindungan harta benda (hifzulmali), perlindungan akal (hifzul-aqli) dan perlindungan keturunan (hifzun-nasli), dimana disebutkan dalam Piagam Madinah bahwa Pasal 25 menunjukkan hak terhadap kebebasan beragama. Kedua, nilai-nilai yang menjadi landasan masyarakat dalam pembentukan Piagam Madinah menjadi konstitusi dalam masyarakat Madinah yang dibawakan oleh Muhammad SAW adalah nilai-nilai Humanisme (kemanusiaan), Kesetaraan (equality) dan Keadilan (justice). .
MOTTO
PERSEMBAHAN Kupersembahkan TESIS ini
Konsonan Tunggal Huruf
Konsonan Rangkap
زﻨ
ﺎﻴﻠﻭﻷاﺔﻤاﺮﻜ
Vokal Pendek
ﹷ ﻞﻌﻓ
ﹻ ﺮﻜﺬ
ﹹ ﺐﻫﺬﻴ
Vokal Panjang
ﻼﻔ
لﻴﺼﻔﺘ
ﻞﻮﺼﺃ
Vokal Rangkap
ﻲﻠﻴﻫﺰﻠا
ﺔﻠﻮﺪﻠا
Kata Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof
Kata Sandang Alif dan Lam
- Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisnya
Latar Belakang Masalah
Penyimpangan dari pemikiran di atas menimbulkan asumsi baru, bahwa perbedaan dogma akan menimbulkan perbedaan sistem sosial dan sistem politik seperti yang terlihat pada perkembangan sosial dan politik di berbagai negara. Sebelumnya, Abdullah bin Ubay akan diangkat menjadi raja di Madinah untuk menyatukan suku Aus dan Khazraj. Selain Abdullah bin Ubay, orang lain yang menunjukkan permusuhan terhadap Islam adalah Abu Amir dari suku Aws.
Ia bahkan ikut bergabung dengan kaum Quraisy Makkah untuk menyerang umat Islam. 5 Yahudi juga pada dasarnya tidak senang dengan masuknya Islam yang menyebabkan hilangnya potensi mereka untuk mendapatkan dominasi di Madiah. Pada mulanya suku Aws dan Khazrah bersatu untuk mengusir kaum Yahudi dari Madinah namun dengan tipu muslihat kaum Yahudi mampu memecah belah kedua suku ini untuk berperang sehingga kaum Yahudi bisa sah tinggal di Madinah dan mendapatkan keuntungan dari perseteruan di antara mereka.6 Sebab alasan ini orang-orang Yahudi menerima kedatangan Islam hanya karena alasan politik yang dapat digunakan untuk kepentingan Yahudi dengan datangnya Islam. Dari sudut pandang tersebut, yang menjadi ketertarikan penulis terhadap signifikansi penelitian ini adalah fokusnya pada dogma dan politik dalam piagam Madinah.
Rumusan Masalah
Secara teoritis, hasil penelitian dapat memberikan wawasan pengetahuan bagi para peneliti, menganalisis politik dan hukum ketatanegaraan. Dalam praktiknya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada masyarakat Indonesia tentang dogma dan politik, sehingga membentuk suatu kesatuan dalam praktik politik. Penelitian ini menjelaskan Piagam Madianah sebagai bentuk dokumentasi nilai-nilai konstitusi yang menjadi landasan dalam menjalankan praktik politik di masyarakat Madinah.
Telaah Pustaka
Montogomery Whatt yang berjudul Muhammad at Medina, dan juga Muhammad Prophet and Statesman, ia mengkaji teks piagam Madinah dengan pendekatan historis, melalui perspektif sosiologis. Menurut Arent Jan Wensinck, petunjuk penting tentang keberadaan konstitusi (piagam Madinah) diperoleh dari sejumlah hadis. Menurutnya, Al-Bukhari dan Muslim memasukkan ikhtisar konstitusi dalam Bab Fada'il (fadl) al-Madinah.
Ditambahkannya, isi dokumen tersebut juga disebutkan oleh Abu Dawud dan Al-Nasa'i.11 Arent Jan Wensinck menulis ini dengan menggunakan pendekatan sejarah dan memfokuskan kajiannya pada keaslian sumber pasal-pasal Piagam Madinah tahun 47. Artikel. Sementara itu, ia menulis dalam tesis Ahmad Sukardja tentang Piagam Madinah dan UUD 1945, yang di dalamnya ia menjelaskan perbandingan teks Piagam Madinah dan UUD 1945. 11 Wolfgang Behn, Muhammad and The Jews of Medina, terjemahan dari Mohamed en de Joden te Medina, oleh Arent Jan Wensinck (Berlin: Klaus Schwarz Verlag-Freiburg Im Breisgou, 1975), hal.
12 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan UUD 1945: Studi Banding Landasan Hidup Bersama dalam Masyarakat Majemuk, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1995. Dari sini penulis akan menuliskan dogma dan politik dalam Piagam Medina yang akan menelusuri teks Piagam Madinah untuk melihat apakah perbedaan dogma dan politik dalam struktur negara Madinah pada masa itu menjadi suatu kesatuan praktek politik yang dibangun atas perbedaan dogma dan politik yang diwujudkan dalam suatu sistem norma dan sistem sosial yang ada, dan dengan demikian suatu sistem perilaku yang menjadi satu kesatuan, bersama dengan makna pemikiran, teori dan praktik politik.
Kerangka Teoretik
Semasa menganalisis dan memahami nilai piagam Madinah, penyusun menggunakan penaakulan teori Maqasid Syariah (tujuan syariah). Dimana maqasid syariah ditentukan berdasarkan pengertian dan tujuan syariah iaitu berdasarkan pertimbangan kemaslahat (kebaikan bersama). Perubahan undang-undang yang berlaku berdasarkan perubahan masa dan tempat adalah untuk memastikan undang-undang syariah dapat membawa manfaat kepada manusia.
Adanya tatanan hukum di sini merupakan akumulasi dari perjanjian-perjanjian politik yang tertulis dalam tatanan sosial.
Metode Penelitian
Oleh karena itu, penulis akan menggunakan metode analisis kualitatif yang fokus pada jenis penelitian deskriptif-analitis. Untuk mendapatkan gambaran sosial yang lebih jelas mengenai fakta-fakta yang ada, serta pengaruh sosial terhadap kebijakan negara.16. Untuk menjawab permasalahan di atas, penulis telah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode penggabungan penelitian kepustakaan, kedepannya penulis akan fokus pada data kepustakaan (library Research).
Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif sehingga memerlukan seleksi data yang tajam, yang kemudian disajikan secara induktif, deskriptif, dan analitis. Penelitian deskriptif merupakan bentuk yang sering digunakan dalam penelitian yang biasanya berbentuk studi awal atau studi eksploratif. Penelitian ini juga merupakan penelitian independen yang bertujuan untuk mendeskripsikan sistem sosial, hubungan sosial politik atau sosial kemasyarakatan hingga institusi politik sehingga memberikan informasi awal mengenai permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian sebagai penjelasan pendukung dalam penelitian. 19 Penelitian deskriptif juga didasarkan pada bentuk penelitian yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran seakurat mungkin mengenai seseorang, situasi, gejala atau kelompok tertentu.20.
Hadari Nawawi menjelaskan penelitian deskriptif adalah penelitian yang terbatas pada mengungkap suatu permasalahan, situasi atau peristiwa sebagaimana adanya, sehingga mengungkap fakta belaka. Hasil penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran obyektif tentang keadaan sebenarnya dari objek yang diselidiki. Penelitian ini merupakan penelitian yang lebih menekankan pada (penelitian perpustakaan), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku.
Sumber sekunder meliputi penelitian ilmiah dari peneliti sebelumnya; isi penelitiannya menyangkut Piagam Madinah. Sumber tersier antara lain jurnal dan majalah atau internet (Wikipedia) yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Yaitu data yang telah diklarifikasi kemudian diinterpretasikan atau ditafsirkan untuk memperoleh artikulasi sesuai kebutuhan penyusunnya, dan keempat, analisis data dilakukan dengan metode deskriptif-analitik.
Sistematika Pembahasan
Dimana nantinya akan digunakan sebagai alat untuk menganalisis berbagai teks Piagam Madinah untuk mengetahui kerangka konseptual mengenai dogma dan kebijakan dalam Piagam Madinah. Bab ketiga ini menguraikan tentang teks Piagam Madinah, sejarah terbentuknya Piagam Madinah, kontak sosial masyarakat Madinah, disahkannya Piagam Madinah sebagai konstitusi atau undang-undang yang mengikat seluruh golongan masyarakat Madinah dan menguraikan nilai-nilai. dalam Piagam Madinah. Bab keempat ini lebih jauh menguraikan dan mendalami analisis dogma dan konstituen kebijakan Piagam Madinah untuk membentuk suatu kesatuan praktik politik.
Kesimpulan
Masyarakat Madinah sebelum adanya Piagam Madinah merupakan masyarakat yang heterogen dengan perbedaan agama, suku, golongan dan status sosial yang dilanda kekacauan sosial politik dengan pertikaian, perang saudara atau perang antar suku yang merupakan wajah umum dalam masyarakat. masyarakat Madinah.
Saran
- TERJEMAHAN
- امعت اٙمعت ةمعي إعِ خضغ حيصاغ ًو ْاٚ
Dalam pelbagai literatur yang ada, belum ada yang menjelaskan nilai-nilai Piagam Madinah dan Demokrasi, maka perlu diteliti lebih lanjut tentang Piagam Madinah dan Demokrasi. Piagam Madinah dan Perlembagaan 1945: Kajian Perbandingan Politik Kewujudan Bersama dalam Masyarakat yang Kompleks. Orang-orang yang berhijrah Quraisy itu membayar menurut keadaan (adat) mereka secara berganding bahu di antara mereka, dan mereka membayar tebusan orang-orang yang ditawan dengan cara yang baik dan adil di antara orang-orang yang beriman.
Bani Saidah menurut keadaan (adat) mereka berdampingan untuk membayar diat sesama mereka seperti dahulu, dan tiap-tiap suku membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara orang-orang yang beriman. Banu „Amr bin „Auf mengikut keadaan (adat) mereka bersebelahan untuk membayar diat antara mereka seperti dahulu, dan setiap puak membayar tebusan tawanan dengan baik dan jujur di antara orang-orang yang beriman. Bani Al-Aws menurut keadaan (adat) mereka saling bahu membahu membayar diat sesama mereka seperti dahulu, dan setiap puak membayar tebusan tawanan dengan baik dan adil di antara orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung hutang di antara mereka, tetapi bantulah dia dengan baik dalam membayar tebusan atau diat. Seorang mukmin tidak boleh berdamai tanpa bergabung dengan mukmin lain dalam peperangan di jalan Allah, kecuali atas dasar persamaan dan keadilan di antara mereka. Orang-orang musyrik (Yatsrib) dilarang menjaga harta dan nyawa orang-orang Quraisy (musyrik), dan mereka tidak boleh berganding bahu melawan orang-orang yang beriman.
Barangsiapa membunuh seorang mukmin dan terdapat cukup bukti atas perbuatannya, maka ia harus dihukum mati, kecuali walinya dibunuh dengan sengaja (menerima kematian). Magister Hukum Islam dengan fokus Kajian Politik dan Pemerintahan dalam Islam pada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pengurus PMII Asram Bangsa Rayon Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Angkatan 2010-2012.
Formand for DPC PRM (Branch Leadership Council of the Independent People's Party) Jinayah Siyasah Department, Fakultet for Sharia og Jura, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, klasse 2013-2014. Formand for BEM-J JS (Jinayah Siyasah Department Student Executive Board) Fakultet for Sharia og Jura, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, klasse 2013-2014. Koordinator for LITBANG (Legal Research and Development) ved PSKH (Legal Study and Consultation Center) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta klasse 2012-2013.
Pengurus Divisi Advokasi DPC PERMAHI (Dewan Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Hukum Indonesia) Yogyakarta angkatan 2011-2012.
Tahun 2014