• Tidak ada hasil yang ditemukan

Download Download PDF

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Download Download PDF"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

20 Pasal 2 Peraturan Bersama Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02/PB/P.KY/09 /2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. 22 Pasal 4 dan 5 Peraturan Bersama Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02/PB/P .KY /09/2012 Terkait Pedoman Pelaksanaan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. 23 Pasal 5 s/d Pasal 11 Peraturan Bersama Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02/PB/P. KY/09/2012 Tentang Pedoman Penerapan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.

24 Pasal 1 Angka 6 Peraturan Bersama Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02/PB/P. KY/09/2012 Tentang Pedoman Penerapan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. 25 Pasal 19 Peraturan Bersama Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02/PB/P.KY/09 /2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. 26 Pasal 1 Angka 15 Peraturan Bersama Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02/PB/P.KY /09/2012 Tentang Pedoman Penerapan Kode Etik dan Tata Tertib Hakim.

27 Pasal 1 Angka 16, 17 dan 18 Tata Tertib Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02 /PB /P.KY/09/2012 Tentang Pedoman Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Peradilan.

Majelis Kehormatan Hakim

Untuk melindungi dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, dan perilaku hakim, komisi yudisial berwenang: mengajukan kepada DPR untuk persetujuan pengangkatan ketua dan hakim ad hoc kepada Mahkamah Agung (MA); pemeliharaan dan penegakan kehormatan, martabat, dan perilaku hakim; menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama Mahkamah Agung (MA); serta menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH). Komisi Yudisial bukan merupakan lembaga penegak hukum (the enforcement of the rule of law) tetapi merupakan penegak kaidah etika dan perilaku peradilan yang baik. Secara tegas dapat diartikan bahwa pengawasan Komisi Yudisial terhadap hakim dilakukan dalam rangka upaya preventif dan represif.

Fungsi perlindungan sebagai upaya preventif dilakukan dalam bentuk kegiatan yang memberikan pendidikan bagi calon hakim maupun pendidikan dan pelatihan hakim secara berkala.

Kekuasaan Kehakiman

Dalam sistem negara modern, cabang yudikatif atau yudikatif adalah cabang yang terorganisir secara terpisah. Hal ini menunjukkan adanya pemisahan kekuasaan kehakiman, baik di negara-negara yang menganut tradisi hukum perdata maupun hukum adat, baik di negara-negara yang menganut sistem pemerintahan parlementer maupun presidensial, yang lembaga peradilannya selalu terpisah. Di Indonesia, susunan peradilan diatur secara jelas dalam UUD 1945 dalam Bab IX tentang Peradilan.

Dalam Pasal 24 ayat 1 dijelaskan bahwa “Kejaksaan adalah suatu kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna memelihara hukum dan keadilan”. Secara umum dapat dikemukakan bahwa ada dua asas yang biasanya dipandang sangat mendasar dalam sistem hukum untuk mewujudkan independensi peradilan, yaitu (i) asas independensi peradilan, dan (ii) asas ketidakberpihakan. peradilan (asas independensi peradilan). ketidakberpihakan peradilan). Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang langsung mengikat, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari.

Surat Keputusan Bersama Presiden Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 047/KMA/SKB/IV/2009-02/SKB/P.KY/IV/2009 tanggal 8 April 2009 tentang Kode Etik dan Tata Tertib Hakim. Peraturan Bersama Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Presiden Komisi Yudisial Republik Indonesia Nomor: 02/PB/MA/IX/2012-02/PB/P.KY/09/2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kode Etik dan Tata Tertib Hakim. Data ini diperoleh dari bahan pustaka yaitu bahan hukum yang terdiri dari buku-buku para ahli hukum yang berpengaruh, jurnal hukum dan hasil simposium terkini yang berkaitan dengan topik tersebut, terdiri dari buku, media cetak, artikel baik dari internet maupun dalam bentuk data digital . .

Sifat penelitian untuk penulisan artikel ilmiah yang berjudul “Penegakan Kode Etik Hakim Dalam Mewujudkan Kekuasaan Kehakiman yang Bermartabat dan Berintegritas” bersifat deskriptif dengan sifat hukum normatif. 39 Penulis menggunakan pendekatan statutoria berdasarkan disahkannya Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Peradilan sebagai bentuk pembaharuan peradilan di Indonesia, sehingga perlu dikaji signifikansinya untuk memahami dasar hukum undang-undang tersebut. Pendekatan historis digunakan untuk menelusuri perkembangan peradilan di Indonesia yang juga mengacu pada berbagai upaya pendekatan masalah dengan mempelajari hukum dan teori hukum yang berkaitan dengan peradilan.

Teknik Pengumpulan Data

Analisis Data

Sejak 2009 hingga 2014, sidang Majelis Kehormatan Hakim (MKH) digelar terhadap 37 hakim. Dari data yang diperoleh, tren kasus pelanggaran Kode Etik Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) yang ditangani dalam sidang MKH dari tahun 2009 hingga 2012 mayoritas kasus suap. Namun, dari tahun 2013 dan 2014, tren kasus pelanggaran KEPPH bergeser dimana mayoritas kasusnya adalah perselingkuhan.

Per tahun 2014, kasus perselingkuhan menduduki peringkat pertama dengan 38,46% (5 kasus) dan kasus kepuasan menempati peringkat kedua dengan 23,07% (3 kasus) dari total 13 kasus, seperti terlihat pada tabel berikut: 42. Dari tabel pelanggaran di atas kode etik peradilan tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 didominasi kasus suap, yang bertentangan dengan huruf a (3) ayat 6 Pasal dan huruf m (5) ayat 9 Pasal 9 Aturan Umum. antara Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial tentang larangan menerima hadiah atau penghargaan. Sedangkan pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 kohabitasi merupakan kasus yang dominan, hal ini bertentangan dengan huruf a (1), (2) dan (4) Pasal 9 dan huruf a huruf a ayat (1), (2) dan (3) pasal 11. Peraturan Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, yang pada dasarnya hakim harus memiliki integritas yang tinggi, memiliki sikap dan kepribadian yang utuh, setia dan tegas, menjunjung tinggi nilai dan norma yang ada dalam masyarakat, serta menjaga kehormatan dan martabat di dalam atau di luar pengadilan.

Pelanggaran kode etik oleh hakim tentunya memiliki konsekuensi yaitu pengenaan sanksi oleh Majelis Kehormatan Hakim. Sanksi yang dijatuhkan oleh Majelis Kehormatan Hakim dari tahun 2009 hingga tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: 43. Dari tabel.2, penjatuhan hukuman oleh Majelis Kehormatan Hakim yang melanggar kode etik dari tahun 2009 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. yang dialami, jumlah hukuman yang dijatuhkan paling banyak adalah pemberhentian tidak dengan hormat hakim dengan jumlah 12 orang hakim, itu dikategorikan menjatuhkan sanksi berat, yang paling berat yaitu sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Bersama antara Mahkamah Agung dan Mahkamah Agung. Komisi Yudisial pasal 19 ayat (4) huruf e.

Minimnya sanksi yang tidak dipalu dan dipindahtangankan, yaitu 1 orang hakim, dianggap sebagai sanksi sedang sesuai dengan ketentuan Pasal 19 ayat (3) huruf e Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Berdasarkan hasil pemeriksaan Majelis Pengawasan Mahkamah Agung periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2015, hakim menjatuhkan hukuman disiplin sebagai berikut. Dari tabel di atas terlihat bahwa dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 terjadi peningkatan yang signifikan terhadap jumlah hukuman disiplin yang dijatuhkan oleh badan pengawas MA yang akan ditambah.

Kendala Yang Dihadapi Dalam Penegakkan Kode Etik Hakim

Pada dasarnya batasan internal hakim dalam menegakkan kode etik peradilan berdasarkan temuan adalah sebagai berikut. Kendala eksternal adalah hambatan yang mempengaruhi hakim dalam menegakkan kode etik dan berasal dari luar hakim itu sendiri. Beberapa hakim di Indonesia masih menjadi utusan hukum, terlihat bahwa para hakim belum mampu meneliti, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat, sehingga masih jauh dari keadilan yang diharapkan dalam pengambilan keputusan.

Upaya mengatasi hambatan yang dihadapi hakim dalam menegakkan Kode Etik Peradilan harus diakui dan diterima oleh masyarakat hukum sebagai masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan pendekatan ilmu hukum. Penguasaan ilmu fikih merupakan hal yang tidak dapat diabaikan oleh hakim dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Prinsip independensi harus tercermin dalam sikap hakim untuk memeriksa dan memutus perkara yang dihadapinya.

Hakim dan hakim konstitusi dituntut untuk mendalami, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. 52 Ahmad Rifai, 2010, Temuan Hukum Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Graphic, Jakarta, hal.13. hakim adalah peraturan perundang-undangan, hukum adat, yurisprudensi, perjanjian internasional, kemudian doktrin. Dari data tersebut diketahui bahwa hakim dalam menangani suatu perkara di pengadilan masih banyak terjadi pelanggaran terhadap kode etik hakim.

Hal ini menandakan adanya pergeseran pilihan nilai hakim, dari nilai hukum ideal atau objektif menjadi nilai pragmatis atau subjektif yang diprioritaskan hakim dalam menangani perkara tertentu. Hambatan-hambatan yang dihadapi hakim dalam menegakkan kode etik hakim di pengadilan pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi kendala internal dan eksternal. Secara ringkas kendala internal hakim dalam mewujudkan kepastian hukum, pemerataan dan kemanfaatan, berdasarkan temuan tersebut terdiri dari pengangkatan hakim, pembinaan hakim, penguasaan ilmu, moral hakim dan kesejahteraan hakim.

Sedangkan kendala eksternal hakim dalam menciptakan kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan adalah independensi peradilan, penciptaan hukum oleh hakim. penemuan hukum), sistem peradilan yang ada, keterlibatan masyarakat dan sistem pemantauan peradilan. Moralitas pribadi dan integritas seorang hakim dalam mengejar karir dan dedikasinya sebagai lembaga penegak hukum sangat diperlukan, karena bagaimanapun hukum membutuhkan moralitas, itulah yang dimaksud dengan hukum 5.

Saran

Beberapa konsep yang harus diwujudkan untuk mengatasi hambatan internal antara lain pengangkatan/perekrutan yang benar-benar berkualitas dan tidak berdasarkan kolusi, korupsi dan nepotisme; hakim harus memiliki kompetensi profesional, serta moral dan integritas yang tinggi; penguasaan pengetahuan hukum hakim; memberikan pendidikan dan pelatihan reguler kepada para hakim; Pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan hakim dan keluarganya; Sedangkan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan eksternal yaitu adanya lembaga peradilan yang mandiri, bebas, tidak memihak dan penataan kembali struktur dan lembaga peradilan yang ada; Penegakan hukum dalam sistem hukum berdasarkan asas keadilan; Pembuatan hukum oleh hakim bertujuan untuk mewujudkan keadilan bagi masyarakat (hukum progresif); Partisipasi publik dan sistem kontrol bagi hakim secara internal dan eksternal.

Buku-Buku

Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945

Journal

Internet

Referensi

Dokumen terkait

The final stage, was conducted to evaluate validity of the Academic Motivation Scale - Short Indonesian Language Version The statistical analysis used in Stage Three was

The results show that the use of the adjusted P re- duced the exclusion errors obtained in item selection based on Fisher’s-z transformation test, while main- taining a good level