• Tidak ada hasil yang ditemukan

Download this PDF file

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Download this PDF file"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

Hal ini menuntut pendidikan Islam harus menyerap dan mengintegrasikan ajarannya dengan nilai-nilai kebangsaan. Oleh karena itu, pendidikan agama atau lebih tepatnya pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan hal-hal doktrinal dengan segala percabangannya.

Penghargaan Atas Hak Asasi Manusia

Keadilan

Kebebasan Berpikir

Padahal, perdamaian melekat atas nama Islam sebagai agama yang ajarannya menggiring manusia untuk saling mengenal dan hidup damai tanpa memandang perbedaan individu, suku, ras dan agama. Sistem pembelajaran agama yang tidak memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengembangkan pemikiran dan kemampuannya sendiri dalam menggali sumber asli ajaran Islam (Al-Qur'an dan As-Sunnah) juga merupakan jalan menuju kungkungan budaya. Dampak Politik Kafir pada Pendidikan Agama Islam Terjadi pertarungan wacana dan tukar pikiran yang terjadi antar kelompok dan aliran pemikiran Islam yang berujung pada anarkisme intelektual, pembenaran diri, kemudian kekafiran dan berujung pada kekerasan yang kerap terjadi di Indonesia. nampaknya tidak lepas dari pengalaman sejarah yang telah lama ada dalam politik kekafiran.

Tentunya muatan pendidikan tersebut tidak dapat dipisahkan dari doktrin teologis bahkan ideologis guna mempererat ikatan kelompok dalam menghadapi kelompok lain. Bisa dibayangkan akibat dari pola pendidikan agama yang demikian, yaitu keragaman yang tidak matang dalam kaitannya dengan pluralisme, karena tidak mendidik, tetapi justru jahil, yang menjadikan fanatisme sempit. Dengan adanya sikap kontraproduktif tokoh agama terhadap pluralisme menunjukkan bahwa kesadaran pluralisme mayoritas umat Islam masih lemah.

Dari uraian di atas, maka strategi pengembangannya harus mengedepankan pertimbangan filosofis yaitu tajdid paradigmatik pendidikan agama Islam dan rumusan tujuan yang dianggap lebih relevan yaitu kematangan beragama.

Tajdid Paradigmatik Pendidikan Agama Islam

Theocentrism dalam Islam bermaksud "TAUHYD", yang bermaksud bahawa semua kehidupan berpaksikan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Konsep tauhid sebagai aqidah Islam mengandungi implikasi doktrin bahawa tujuan hidup manusia adalah beribadah kepada Allah (Q.S, adz-dzariyat(51): 56) dan memelihara keimanan sebagai khalifah Allah di muka bumi. Walaupun kehidupan manusia berpaksikan kepada Tuhan, tetapi tujuan sebenarnya adalah untuk memenuhi keperluan manusia itu sendiri, untuk kemanusiaan.

Keyakinan terhadap tauhid harus selalu diaktualisasikan sebagai amaliyah dan sebaliknya, amaliyah hanya akan bermakna jika dilandasi oleh keimanan dan berorientasi pada ibadah kepada Tuhan. Jika pendidikan agama Islam hanya menekankan teosentris, maka pembelajaran agama menjadi tekstual, deduktif dan normatif. Dengan paradigma humanisme teosentris akan membawa ajaran agama yang transenden membumi, menyentuh dunia empiris kehidupan manusia, di mana pada hakekatnya semua ajaran Islam berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan.

Mengajak orang lain ke jalan kebenaran tidak akan dilakukan dengan melanggar hak asasi manusia, karena itu berarti bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Kedewasaan Beragama Sebagai Tujuan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Pluralisme

Keimanannya kepada Allah bersifat potensial, artinya ia dapat menjadi penalar moral dan pengendalian diri dalam menentukan sikap dan tindakan. Memiliki sikap dan karakter yang sederhana, jauh dari sifat sombong dan bertindak sendiri untuk menarik perhatian banyak orang. Di antaranya, memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi tidak mudah terprovokasi untuk membalas kedengkian orang yang mencelakainya, melainkan membalasnya dengan salam (ajakan perdamaian dan doa keselamatan).

Sumpah palsu adalah perbuatan tidak bertanggung jawab yang akibatnya dapat merugikan orang yang benar dan menguntungkan orang yang salah. Sadar akan masa depan generasi penerus dan sadar akan keterbatasannya, maka senantiasa berdo'a dan memohon kepada Allah agar diberikan jodoh/sahabat, dan keturunan yang berhati sejuk (qurrata a'yun) serta diberi kemampuan menjadi pemimpin bagi orang-orang yang adalah saleh. Dengan indikator kematangan beragama, baik berdasarkan tinjauan psikologis maupun teologis di atas, dapat ditentukan bahwa jika masyarakat Islam sudah matang dalam beragama, maka kerukunan dan keharmonisan hidup akan terwujud baik antar umat beragama maupun di dalam lingkungannya.

Mulai dari indikator kematangan beragama, yang isinya adalah: di satu sisi, seseorang memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan Allah secara mantap dan percaya diri, di sisi lain, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan cara yang baik. berurusan dengan orang lain. dan empati, sehingga sangat relevan bahwa kematangan beragama menjadi tujuan pendidikan agama Islam yang bersifat informatif.

Faktor Penghambat Kedewasaan Beragama

Konsep jiwa dalam Al-Qur'an; Solusi Al-Qur'an untuk Mewujudkan Kesehatan Jiwa dan Implikasinya bagi Pendidikan Islam. Kemampuan manusia dalam memahami Al-Qur'an berbeda-beda, ada yang hanya mampu memahami yang zahir, ada pula yang mampu meraihnya. Metode Muqarran juga berarti membandingkan ayat Al-Qur'an dengan hadits, hadits dengan hadits atau pendapat para ulama.

Shihab (2000:13) membagi tafsir maudhui menjadi dua bentuk, yaitu (a) menyajikan persoalan yang dirangkum hanya dalam satu surat, dan (b) menyajikan pesan-pesan al-Qur'an yang dirangkum dalam beberapa surat. Baik secara implisit maupun eksplisit, Al-Qur'an mengarahkan manusia untuk berkarier dan memenuhi kebutuhan hidup. Penggunaan kata fi'l dan kata-katanya dalam Al-Qur'an sebanyak 104 kali yang tersebar di 97 ayat.

Al-Quran menggunakan perkataan shan' dan kata kerjanya sebanyak 20 kali dalam 19 ayat yang tersebar dalam 14 surah. Perbuatan manusia yang tercatat dalam al-Quran yang merangkumi kebolehan mencipta dapat dilihat dalam pelbagai ayat iaitu QS al. Hanya kata terakhir (iqiraf) yang dipinjam untuk menggambarkan perbuatan, terutama perbuatan manusia, dan digunakan secara berhemat oleh al-Quran.

Karakteristik Guru Pembimbing

Tanggung Jawab Guru Pembimbing

Dengan demikian, akhlak mulia yang dikaitkan dengan kepribadian guru pembimbing sangat diperlukan karena akan memberikan pengaruh positif bagi peserta yang dibimbing. shirat al-mustaqim) artinya jalan yang dibukakan oleh para nabi dan juga oleh golongan ulama sebelumnya, yaitu ulama yang membukakan jalan kebenaran bagi manusia untuk memahami makna ibadah dalam Al-Qur'an. Dalam bimbingan karir, guru pembimbing sangat penting untuk menunjukkan jalan kebenaran, yaitu jalan yang diridhai Allah SWT. Dalam bimbingan karir “menunjukkan jalan kebenaran” dapat dilakukan melalui pengawasan guru yang memimpin dan mengajarkan bagaimana berkarir efektif, bagaimana menumbuhkan motivasi kerja dan bagaimana mengatasi kesulitan dalam bekerja berdasarkan pedoman. Al-Qur'an, serta bagaimana seharusnya seorang siswa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Al-Qur'an.

Shihab (2002: vol. 11: 88) menjelaskan bahwa semua makhluk hidup yang bergerak atau merangkak dijamin rezekinya dari Allah swt. Lebih lanjut Shihab menjelaskan bahwa setiap makhluk mengalami jarak yang tidak sama dalam urusan rezeki. Dengan kata lain, manusia berkewajiban untuk berusaha, tetapi tidak berhak menentukan keberhasilannya, hanya Allah swt.

Dalam konteks ayat di atas, Shihab (2002: vol.11: 167) memberikan tafsir bahwa luasnya ilmu hanya milik Allah. hasil usaha manusia dan kematian yang akan datang dan kemana kematian akan membawanya. Lebih lanjut Shihab menjelaskan bahwa ayat di atas menggunakan kata Allah untuk menjelaskan peran Allah dalam memperluas rezeki. Jadi ayat di atas menjelaskan bahwa perluasan suplai adalah atas kehendak Allah, namun ayat ini tidak menyebutkan kehendak-Nya ketika menjelaskan penyempitan suplai.

Sebenarnya penyempitan mata pencaharian juga sesuai dengan kehendak-Nya, namun disebutkan bukan hanya karena dapat dipahami dari penyebutan sebelumnya, tetapi juga untuk menghindari Allah swt.

Etika Berkarir Dalam Al Qur’an

Ini pertanda bahwa harus ada kemauan di antara orang-orang yang berinteraksi dalam proses karir, di bidang apapun. Dalam berkarir, prinsip ini harus dijunjung tinggi, karena dengan keadilan, sikap tenang, kepuasan dan hasil di antara orang-orang yang berinteraksi akan dinikmati bersama. Ketika ayat ini dibacakan oleh Rasulullah saw, Said bin Abi Waqash meminta agar Rasulullah mendoakannya agar menjadi orang yang efesien (orang yang diterima doanya).

Dalam menjalankan aktivitas karir, seseorang harus bertanggung jawab atas segala akibat dari pekerjaan yang ditekuninya. Dengan tanggung jawab, karir yang ditekuninya akan mendatangkan kebahagiaan, serta kepercayaan dan rasa hormat dari orang lain. Mengenai ayat di atas, Qutub menjelaskan bahwa siapa pun dapat mengarahkan kehendaknya dengan segala tanggung jawabnya, menempatkan dirinya di mana pun dia mau, maju atau mundur, memuliakan atau merendahkannya. Dari semua yang dia lakukan, dia akan bertanggung jawab atas apa yang dia coba, terkait dengan apa yang dia kejar dengan penuh kesadaran.

Dalam etika karir, tanggung jawab merupakan kunci dalam bekerja karena seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab dalam berkarir akan selalu sadar bahwa dirinya akan diminta melaporkan apa yang dilakukannya, mengevaluasi usaha yang dilakukannya dan mempertanggung jawabkan secara total setelah bermuhasabah kepada Allah SWT. hari terakhir.

Jenis Karir Dalam Al Qur’an

Metode Bimbingan Karir Menurut Al Qur’an

Dalam konteks pembinaan karir berdasarkan Al-Qur'an, pengawas hendaknya memberikan informasi tentang jenis pekerjaan dan pekerjaan yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun dengan catatan, atasan harus memberikan informasi yang sesuai dengan nafas al-Qur’an, yaitu memberikan rambu-rambu tentang karir yang halal dan karir yang haram untuk digarap. Pemberian informasi tentang karir halal, karir haram dengan berbagai spesifikasinya sangat penting dalam rangka pembinaan karir berdasarkan Al-Qur'an.

Dari Al-Qur'an kita dapat menemukan 'isyarat' manusia untuk selalu belajar dari pengalaman. Karir menurut Al-Qur’an adalah tindakan manusia yang dilakukan dengan bekal kemampuan khusus termasuk kreativitas, adanya daya tambahan yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai dan dilakukan dalam tindakan lahiriah karena bersifat lahiriah. berkaitan dengan makna anggota badan (al Jawariḥ ). Dengan memahami konsep karir menurut al-Qur’an dapat ditarik benang merah bahwa pembinaan karir menurut al-Qur’an setidaknya memperhatikan beberapa aspek: pertama, kecenderungan pendidikan dan orientasi karir yang berkembang menurut pandangan Barat. model masih menyisakan masalah yaitu karir lebih di artikan dari segi lahir yaitu mengejar kekayaan dan pemuasan diri.

Ketiga, dimensi ketuhanan-spiritual menjadi titik fokus persyaratan karir berdasarkan al-Qur'an, yaitu segala sesuatu kembali kepada Sang Pencipta yaitu Allah.

Pendidikan Sebagai Proses Pembentukan Pribadi

Pendidikan Sebagai Proses Penyiapan Warganegara

Sementara itu, dalam penelitian sebelumnya yang berjudul “Kerukunan Umat Islam dan Kristen di Soe NTT”, Yustiani menjelaskan bahwa pengertian kerukunan umat beragama adalah terciptanya hubungan yang harmonis dan dinamis serta kerukunan dan perdamaian antar umat beragama di Indonesia. Kerukunan umat beragama terbagi menjadi dua jenis, yaitu kerukunan internal umat Islam dan kerukunan antar umat beragama. Sikap sinkretisme dalam beragama yang menganggap bahwa semua agama adalah benar, tidak sesuai dan tidak relevan dengan keimanan seorang muslim dan tidak relevan dengan pemikiran logis, padahal Islam dalam hubungan sosial dan masyarakat sangat menekankan prinsip toleransi atau kerukunan antarumat beragama. komunitas. .

Perbedaan doktrin yang tidak dapat dielakkan tidak akan berkembang menjadi konflik jika umat beragama yang ada dalam suatu masyarakat memiliki jiwa toleran dalam membiarkan, memperkenankan dan menghargai doktrin dan ajaran agama yang berbeda dengan agama atau pahamnya sendiri. Kerukunan Umat Beragama bertujuan untuk memotivasi dan menyemangati seluruh umat beragama untuk berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Kerukunan umat beragama sangat kita perlukan agar kita semua dapat menjalani kehidupan beragama dan bermasyarakat di bumi Indonesia ini dengan damai, sejahtera dan jauh dari kecurigaan kelompok lain.

Jelas, agenda-agenda tersebut tidak dapat dilaksanakan secara maksimal jika masalah kerukunan umat beragama belum mengakar dalam kepribadian bangsa.

Referensi

Dokumen terkait

Toleransi sebagai ajaran Islam yang terkandung dalam pesan dakwah Shihab yaitu Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan keyakinan dalam beragama merupakan fitrah