• Tidak ada hasil yang ditemukan

Download this PDF file

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Download this PDF file"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Copy right © Balai Arkeologi Ambon 2013

ISSN 1858-4101 Volume 9 Nomor 1, Juli 2013 Media Penyebarluasan Hasil Penelitian Arkeologi di Wilayah Provinsi Maluku dan Maluku Utara serta wilayah lainnya di seluruh Indonesia. Diterbitkan oleh Balai Arkeologi Ambon dibawah Perlindungan Pusat Arkeologi Nasional

Pelindung

Kepala Pusat Arkeologi Nasional Penanggung Jawab

Kepala Balai Arkeologi Ambon Ketua Redaksi

Syahruddin Mansyur, M.Hum Anggota Redaksi

Marlon NR Ririmasse, MA (Penyunting Bahasa Inggris) Wuri Handoko, SS

Lucas Wattimena, M.Si Redaksi Pelaksana

Cheviano Alputilla, S.Hum Karyamantha Surbhakti, SS

Mitra Bestari

Prof. Dr. H.L. Soselisa, MA (Antropologi-Universitas Pattimura)

Prof. (Ris.) Dra. Naniek Harkantiningsih (Arkeologi Sejarah-Puslit Arkenas) Dr. Bagyo Prasetyo (Arkeologi Prasejarah-Puslit Arkenas)

Drs. M. Bashori Imron M.Si (Ilmu Komunikasi dan Media-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Alamat Redaksi : Balai Arkeologi Ambon

Jl. Namalatu-Latuhalat, Ambon-97118 Telp/Faks: 0911-323382 / 0911-323374 Email : [email protected] Website : www.arkeomaluku.com

KAPATA Arkeologi

Jurnal Arkeologi Wilayah Maluku dan Maluku Utara

DAFTAR ISI Syahruddin Mansyur

Tinggalan Perang Dunia II dan Konseptualisasi Museum di Morotai 1 - 12 The Remains of The World War II and The Conseptualization of Museum in Morotai

Marlon Ririmasse

Survei Arkeologis di Kawasan Halmahera Bagian Tengah 13 - 28 Archaeological Survey in the Central Halmahera Region

Lucas Wattimena

Arkeologi Kepulauan Maluku 29 - 36 Archaeology of The Moluccas Archipelago

Wuri Handoko

Gerabah Situs Wayputih sebagai Komoditi Barter di Kerajaan Hoamoal 37 - 50 The Pottery of Wayputih as The Exchange Commodity of Hoamoal Kingdom

Ummu Fatimah Ria Lestari

Fungsi Bangunan Dokwi Vam dan Kembu Vam bagi Suku Yali dalam Novel

Penguasa-Penguasa Bumi Karya Don Richardson 51 - 58

The Function of Dokwi Vam and Kembu Vam in Yali Tribe in The Novel of Penguasa-Penguasa Bumi by Don Richardson

KAPATA Arkeologi

ISSN 1858-4101 Volume 9 Nomor 1, Juli 2013

Desain Sampul: Marlon NR Ririmasse

Gambar Sampul: Mozaik Tinggalan Arkeologi di Maluku dan Maluku Utara

(2)

KATA PENGANTAR

Tuntutan yang semakin tinggi terhadap kualitas jurnal sebagaimana diamanatkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai instansi pembina peneliti, membuat redaksi harus semakin berbenah diri mempersiapkan kemasan jurnal yang semakin baik. Sejak edisi Juli 2012, dari redaksi terus berbenah diri memperbaiki kualitas tampilan jurnal. Untuk Edisi Juli tahun 2013 ini diharapkan dapat lebih siap menuju jurnal ilmiah terakreditasi yang tentu menjadi dambaan atau harapan redaksi dan para peneliti yang berkonstribusi di dalamnya.

Selain itu edisi kali ini juga mempertahankan format tampilan jurnal yang sama dengan edisi tahun 2012, namun terdapat pembenahan atau upaya peningkatan kualitas dari format isi dan berbeda dengan edisi-edisi tahun sebelumnya.

Kami melakukan pembenahan secara bertahap, sehingga format isi dalam edisi ini juga mengalami pembenahan dari edisi sebelumnya. Perubahan ini tentu membutuhkan kerja serius dan persiapan yang lebih baik. Dengan demikian penyesuaian dibutuhkan dengan kesiapan internal redaksi sendiri, disamping kesiapan para konstributor di dalamnya. Berbagai kendala teknis masih sering kami hadapi, dan hal itu menjadi salah satu faktor penting yang kadangkala menjadi masalah yang paling serius, disamping pengumpulan artikel yang utamanya disebabkan oleh masalah waktu. Di tengah berbagai masalah teknis, namun upaya pembenahan menuju terbitan jurnal terakreditasi merupakan tuntutan yang otomatis harus dipenuhi bagi peningkatan kualitas jurnal ini. Oleh karena itu segala daya upaya kami kerahkan, meskipun hasilnya masih banyak kelemahan dan kekurangan. Namun hal ini menjadi pemicu agar terbitan edisi mendatang dan seterusnya lebih baik lagi dan secara totalitas layak diusulkan untuk akreditasi jurnal oleh LIPI.

Dengan segala keterbatasan yang ada, jurnal edisi Juli tahun 2013 ini berhasil diterbitkan yang berisi 5 (lima) makalah terpilih setelah melalui proses penyuntingan oleh para mitra bestari yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Oleh karena itu, dari redaksi menyampaikan terima kasih kepada Prof (Ris) Dra. Nanik Harkantiningsih, Prof. Dr. H.L Soselisa, Dr. Bagyo Prasetyo dan Drs. M. Bashori Imron, M. Si, karena sudah berkenan mengedit artikel-artikel yang tertuang dalam jurnal ini.

Untuk Edisi kali ini, terdapat 5 (lima) makalah yang terdiri dari 4 makalah ditulis oleh peneliti di Balai Arkeologi Ambon dan 1 (satu) makalah dari Balai Bahasa Papua. Dari Balai Arkeologi Ambon, peneliti yang memberikan konstribusi tulisan adalah Syahruddin Mansyur, Marlon Ririmasse, Lucas Wattimena, dan Wuri Handoko, sedangkan dari Balai Bahasa Papua adalah Ummu Fatimah Ria Lestari.

Syahruddin Mansyur, menulis tentang Tinggalan Perang Dunia II dan Konseptualisasi Museum di Morotai. Ia menjelaskan bahwa peninggalan Perang Dunia II yang ada di Morotai memiliki nilai sejarah yang penting untuk dilestarikan, salah satunya melalui pendirian sebuah museum. Ia juga memaparkan hasil kajiannya, yakni tentang kondisi aktual tinggalan arkeologi yang ada di Morotai, serta rumusan tentang konsep tematik penyajian pameran, yang dapat memberikan alur cerita atau storyline, sehingga mampu memberikan bobot informasi tinggalan arkeologi yang ada di Morotai.

Masih di seputar kawasan Provinsi Maluku Utara, aspek yang berbeda dikemukakan

oleh Marlon Ririmasse, yang menguraikan tentang kekhasan khasanah sumberdaya arkeologi

di Pulau Halmahera bagian tengah. Hasil penelitian menemukan bahwa wilayah Halmahera

Tengah memiliki potensi tinggi secara arkeologis mengacu pada bentang luas kawasan karst

yang potensial sebagai hunian masa lalu dan segenap jejak tradisi yang masih melekat dalam

keseharian masyarakat. Tindakan penyelamatan dan pelestarian atas situs-situs dalam kawasan

(3)

DDC: 930.1

Syahruddin Mansyur

Tinggalan Perang Dunia II dan Konseptualisasi Museum Morotai Kapata Arkeologi, Volume 9 Nomor 1, Juli 2013, Hal. 1-12 Pulau Morotai merupakan salah satu lokasi yang banyak meninggalkan jejak Perang Dunia II di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Morotai memiliki posisi geografis yang strategis bagi dua kekuatan militer yang terlibat saat itu.

Dalam konteks inilah, peninggalan Perang Dunia II yang ada di Morotai memiliki nilai sejarah yang penting untuk dilestarikan, salah satunya melalui pendirian sebuah museum. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun konsep tematik yang tepat bagi penyajian museum. Studi pustaka dan observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan sejarah dan tinggalan arkeologi yang ada di lokasi penelitian. Hasil kajian ini, diperoleh informasi tentang kondisi aktual tinggalan arkeologi yang ada di Morotai, serta rumusan tentang konsep tematik penyajian pameran. Dengan demikian, studi awal konsep tematik ini dapat memberikan alur cerita atau storyline, sehingga mampu memberikan bobot informasi tinggalan arkeologi yang ada di Morotai.

Kata Kunci: Morotai, Museum, Perang Dunia II, Pameran.

DDC: 930.1 Marlon Ririmasse

Survei Arkeologis di Kawasan Halmahera Bagian Tengah Kapata Arkeologi, Volume 9 Nomor 1, Juli 2013, Hal. 13-28 Halmahera merupakan salah satu daratan utama di timur laut kawasan Wallasea. Tidak hanya memiliki profil lingkungan yang khas, Halmahera juga merupakan rumah bagi proses panjang sejarah budaya kawasan. Termasuk bagi studi arkeologis. Berbagai kajian awal telah dilakukan untuk memahami dinamika budaya masa lalu di wilayah ini. Meski demikian kuantitas dan kedalamannya kiranya belum berbanding lurus dengan potensi raya sejarah budaya Halmahera sebagai sebuah kawasan. Kajian ini merupakan bagian dari upaya dalam berkontribusi melengkapi pengetahuan terkait dinamika sejarah budaya di wilayah Halmahera. Fokus penelitian diarahkan untuk menemukan segenap potensi arkeologis dalam lingkup geografis Halmahera Bagian Tengah. Pembukaan tambang nikel berskala besar di wilayah ini yang mengancam kelestarian warisan budaya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penentuan lokus. Survei penjajakan diadopsi sebagai metode dalam kajian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa wilayah Halmahera Tengah memiliki potensi tinggi secara arkeologis mengacu pada bentang luas kawasan karst yang potensial sebagai hunian masa lalu dan segenap jejak tradisi yang masih melekat dalam keseharian masyarakat. Tindakan penyelamatan dan pelestarian atas situs-situs dalam pertambangan nikel mutlak diperlukan untuk menjaga eksistensi segenap warisan budaya dalam kawasan.

Kata Kunci: Arkeologi, Halmahera Tengah, Kawasan Karst DDC: 930.1

Lucas Wattimena

Arkeologi Kepulauan Maluku

Kapata Arkeologi, Volume 9 Nomor 1, Juli 2013, Hal. 29-36 Sumberdaya budaya arkeologi di Kepulauan Maluku terdiri dari berbagai aspek, diantaranya Prasejarah, Sejarah, Islam, Kolonial dan Etnoarkeologi. Aspek-aspek tersebut dikategorisasikan untuk memudahkan pemetaan penelitian arkeologi di Kepulauan Maluku. Struktural fungsional tinggalan-tinggalan arkeologi terintegrasi dalam kesatuan sistem sosial budaya sebagai interaksi simbolik. Kepulauan Maluku berarti kita berbicara dalam dua wilayah, yaitu Maluku dan Maluku Utara. Permasalahan penulisan ini adalah bagaimana sumberdaya budaya arkeologis dapat menunjukan interprestasi interaksi simbolik. Tinggalan-tinggalan arkeologis (sumberdaya budaya); dolmen, gua, benteng, negeri lama/permukiman lama, menhir, kesultanan, kapata/folklore adalah struktur dasar pemahaman akan kebudayaan di Kepulauan Maluku. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami tinggalan-tinggalan arkeologis mampu merekonstruksi kebudayaan masyarakat manusia Kepulauan Maluku. Pendekatan penelitian menggunakan studi kepustakaan. Dari hasil penelitian bahwa sumberdaya budaya arkeologi merupakan suatu interprestasi interaksi simbolik suatu kelompok manusia masyarakat pada daerah tertentu. Situs-situs kajian penulis yang menjadi sampel membuktikan bahwa sumberdaya budaya arkeologi sebagai cerminan masyarakat Maluku Umumnya dan daerah tertentu di Maluku pada khususnya.

Kata Kunci : Sumberdaya Arkeologi, Struktur, Kepulauan Maluku

DDC: 930.1 Wuri Handoko

Gerabah Situs Wayputih sebagai Komoditi Barter di Kerajaan Hoamoal

Kapata Arkeologi, Volume 9 Nomor 1, Juli 2013, Hal. 37-50 Situs pemukiman Wayputih dalam berbagai sumber sejarah maupun tradisi tutur merupakan wilayah pemerintahan dari Kerajaan Hoamoal. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peranan permukiman situs Wayputih sebagai wilayah sebagai salah satu wilayah pusat penghasil cengkeh bagi kerajaan Hoamoal. Selain itu menggambarkan proses perdagangan dan pertukaran antara komoditi yang dihasilkan dengan komoditi dari luar wilayah.

Penelitian ini menggunakan metode survei untuk melihat jejak-jejak permukiman berdasarkan data utama artefak gerabah, selanjutnya melakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif data untuk menjelaskan penggunaan dan perkembangan sistem pertukaran komoditi di wilayah tersebut. Hasil penelitian, ditemukan sebaran gerabah dengan kuantitas yang tinggi di wilayah situs tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan intensitas gerabah dan tidak dihasilkan di wilayah setempat, maka untuk memperolehnya dari wilayah luar dengan melakukan barter dengan cengkeh yang dihasilkan di wilayah setempat. Perdagangan dan pertukaran gerabah dengan cengkeh di Wayputih, mendukung perkembangan niaga di wilayah Kerajaan Hoamoal.

Kata Kunci : Gerabah, Cengkeh, Perdagangan, Hoamoal

Volume 9 Nomor 1, Juli 2013

KAPATA Arkeologi

ISSN 1858-4101 Lembar abstrak ini boleh dicopy tanpa izin dan biaya

kontrak karya pertambangan nikel mutlak diperlukan untuk menjaga eksistensi segenap warisan budaya dalam kawasan.

Sementara itu, Lucas Wattimena mengkaji tentang aspek interaksionisme simbolik dalam perspektif sosiologis. Dari hasil penelitian bahwa sumberdaya budaya arkeologi merupakan suatu interprestasi interaksi simbolik suatu kelompok manusia masyarakat pada daerah tertentu. Situs- situs kajian penulis yang menjadi sampel membuktikan bahwa sumberdaya budaya arkeologi sebagai cerminan masyarakat Maluku umumnya dan daerah tertentu di Maluku pada khususnya.

Wuri Handoko, menjelaskan tentang tinggalan gerabah di situs Wayputih, korelasinya dengan perniagaan. Menurutnya gerabah yang tersebar di situs Wayputih pada masa lampau merupakan komoditi hasil barter dengan komoditi cengkih yang dihasilkan dari wilayah setempat. Ia menyimpulkan bahwa berdasarkan intensitas gerabah yang tidak dihasilkan di wilayah setempat, maka untuk memperolehnya dari wilayah luar dengan melakukan barter dengan cengkih yang dihasilkan di wilayah setempat. Perdagangan dan pertukaran gerabah dengan cengkih di Wayputih, mendukung perkembangan niaga di wilayah Kerajaan Hoamoal dalam konteks perdagangan antar pulau dalam kawasan Kepulauan Maluku.

Selain para peneliti arkeologi di lingkungan Balai Arkeologi Ambon, turut berkonstribusi pula makalah peneliti bidang bahasa Ummu Fatimah Ria Lestari dari Balai Bahasa Papua.

Diterimanya karya tulis bidang penelitian bahasa dalam jurnal arkeologi tentu saja cukup mengherankan, namun alasan redaksi menerima, karena isi kajian dari makalah tersebut, menyinggung pula aspek fungsi budaya material yang dikaji dalam sebuah karya novel. Dalam tulisannya, Ummu membahas tentang fungsi bangunan Dokwi Vam dan Kembu Vam yang terdapat dalam novel Penguasa-Penguasa Bumi karya Don Richardson. Penelitian ini menghasilkan deskripsi tentang fungsi bangunan Dokwi Vam dan Kembu Vam yang terdapat dalam novel Penguasa-Penguasa Bumi karya Don Richardson. Dokwi Vam digunakan sebagai museum (tempat barang-barang kuno) untuk penyembahan karena mereka masih menganut kepercayaan animisme, sedangkan Kembu Vam berfungsi sebagai rumah peribadatan/penyembahan dalam kepercayaan animisme suku Yali.

Demikianlah, kami berharap tulisan-tulisan dalam jurnal ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman baru tentang sejarah budaya masyarakat baik khususnya dalam lingkup wilayah Kepulauan Maluku dan daerah sekitarnya. Berbagai kelemahan mungkin masih banyak dijumpai dalam tulisan-tulisan tersebut, namun apapun itu berbagai upaya pengungkapan aspek keilmuan bidang sejarah budaya dan arkeologi patut mendapat apresiasi.

Selamat membaca. Terima Kasih

Redaksi

(4)

DDC: 810

Ummu Fatimah Ria Lestari

Fungsi Bangunan Dokwi Vam dan Kembu Vam bagi Suku Yali dalam Novel Penguasa-Penguasa Bumi Karya Don Richardson Kapata Arkeologi, Volume 9 Nomor 1, Juli 2013, Hal. 51-58 Penelitian ini membahas tentang fungsi bangunan Dokwi Vam dan Kembu Vam yang terdapat dalam novel Penguasa-Penguasa Bumi karya Don Richardson. Secara umum, novel ini bercerita tentang kehidupan Stan Dale dan suku Yali. Stan Dale adalah seorang missionaris yang melayani di Tanah Papua. Ia berjuang untuk memperkenalkan agama Nasrani kepada suku Yali. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi dengan teknik studi pustaka.

Penelitian ini menghasilkan deskripsi tentang fungsi bangunan Dokwi Vam dan Kembu Vam yang terdapat dalam novel Penguasa- Penguasa Bumi karya Don Richardson. Dokwi Vam digunakan sebagai museum (tempat barang-barang kuno) untuk penyembahan karena mereka masih menganut kepercayaan animisme, sedangkan Kembu Vam berfungsi sebagai rumah peribadatan/penyembahan dalam kepercayaan animisme suku Yali.

Kata Kunci: Dokwi Vam, Kembu Vam, Novel

DDC: 930.1

Syahruddin Mansyur

The Remains of the World War II and The Conceptualization of Museum in Morotai

Kapata Arkeologi,

Volume 9 Number 1, July 2013, Page 1-12

Morotai Island is one of the locations which left many traces of World War II in Indonesia. This suggests that Morotai Island has a strategic geographical position for the two military forces involved at the time. In this context, the legacy of World War II in Morotai has important historical value to be preserved, one of them through the establishment of a museum. This study aimed to develop appropriate thematic concept for presentation of the museum.

Literature study and field observations conducted to obtain data related to the historical and archaeological remains exist in the study area. The results of this study, obtained information about the actual condition of archaeological remains exist in Morotai, as well as the formulation of the concept of thematic presentation of the exhibition. Thus, early studies of this thematic concepts can provide the storyline, so as to give weight to the information of the existing archaeological remains in the Morotai.

Keywords: Morotai, Museum, World War II, Exhibition.

DDC: 930.1 Marlon Ririmasse

Archaeological Survey in the Central Halmahera Region Kapata Arkeologi,

Volume 9 Number 1, July 2013, Page 13-28

Halmahera is one main island in the northeast region of Wallacea.

Having a uniquely environmental profile, Halmahera also serves as a home for a long cultural historical process of this region.

Including for archaeological studies. Numbers of preliminary studies have been conducted to understand the dynamic of region’s culture in the past. Unfortunately, the quantity and the depth of these studies have not equivalent to the colossal potential of Halmahera’s culture history. This research is a part of the efforts to contribute in completing our knowledge on the dynamics of culture history in Halmahera. Focus of this research is to identify the archaeological potential in the geographic area of Central Halmahera. The opening of the large scale nickel mines in this region which is potentially threaten the preservation of the cultural heritage is the main consideration in chosing the research locus. Prelimenary survey has been adopted as an approach in this research. This study found that the region of Central Halmahera is a high potentially area for archaeological research according to the large coverage of the karst area in this region. Rescue and preservation action of sites in the mining area is absolutely necessary in order to maintaining the existence of all cultural heritage in the region.

Keywords: Archaeology, Central Halmahera, Karst Region DDC: 930.1

Lucas Wattimena

Archaeology of The Moluccas Archipelago Kapata Arkeologi,

Volume 9 Number 1, July 2013, Page 29-36

Archaeological cultural resources in the Maluku Islands consist of a variety of aspects, including Prehistoric, Historic, Islamic, colonial and Ethnoarchaeology. These aspects are categorized in helping the mapping of archaeological research in the Maluku Islands. Functional structural archaeological remains integrated in the cultural unity of the social system as a symbolic interaction.

Maluku Archipelago covers thetwo areas, namely Maluku and North Maluku. The problem this paper is how archaeological resources can show the interpretation of symbolic interaction. Archaeological remains (cultural resources); dolmen, caves, castles, old country / old settlement, menhirs, sultanate, Kapata / folklore is the basic structure of cultural understanding in the Maluku Islands. The goal is to know and understand the remains, archaeological remains were able to reconstruct the culture of human society Maluku Islands.

Approach to research using library study. From the research that archaeological cultural resources is a symbolic interpretation of the interaction of a group of human society in a particular area. Sites sampled studies prove that archaeological cultural resources as a reflection of the people of Maluku Generally and certain areas in the Moluccas in particular.

Keywords: Archaeology Resources, Structure, Moluccas Islands

DDC: 930.1 Wuri Handoko

The Pottery of Wayputih as the Exchange Commodity of Hoamoal Kingdom

Kapata Arkeologi,

Volume 9 Number 1, July 2013, Page 37-50

The site of Wayputih settlement in the history and traditions of the various sources mentioned as the part of the Kingdom Hoamoal region. This study aims to clarify the role of settlement Wayputih sites as the region as one of the central region of the kingdom Hoamoal clove producer. In addition it describes the process of trade and exchange between commodities produced by commodity from outside the area. This study uses a survey to see traces of settlements based on primary data pottery artifacts, then perform quantitative and qualitative analysis of data to explain the use and development of the system of commodity exchanges in the region. The results of the study, found the distribution of pottery with a high quantity in the site area. It can be concluded that based on the intensity of pottery and not produced in the local area, then to obtain it from outside the region to barter with cloves produced in the local area.

Trade and exchange of pottery with cloves in Wayputih, support the development of trade in the territory of the Kingdom Hoamoal.

Keywords: Pottery, Cloves, Trade, Hoamoal

Volume 9 Number 1, July 2013

KAPATA Arkeologi

ISSN 1858-4101

These Abstracts can be copied without permission and fee

(5)

TINGGALAN PERANG DUNIA II DAN KONSEPTUALISASI MUSEUM DI MOROTAI

The Remains of The World War II and the Conceptualization of Museum in Morotai Syahruddin Mansyur

Balai Arkeologi Ambon Jl. Namalatu-Latuhalat Ambon 97118

[email protected]

Naskah diterima: 03-01-2013; direvisi: 19-04-2013; disetujui: 10-05-2013 Abstract

Morotai Island is one of the locations which left many traces of World War II in Indonesia. This suggests that Morotai Island has a strategic geographical position for the two military forces involved at the time. In this context, the legacy of World War II in Morotai has important historical value to be preserved, one of them through the establishment of a museum. This study aimed to develop appropriate thematic concept for presentation of the museum. Literature study and field observations conducted to obtain data related to the historical and archaeological remains exist in the study area. The results of this study, obtained information about the actual condition of archaeological remains exist in Morotai, as well as the formulation of the concept of thematic presentation of the exhibition. Thus, early studies of this thematic concepts can provide the storyline, so as to give weight to the information of the existing archaeological remains in the Morotai.

Keywords: Morotai, Museum, World War II, Exhibition.

Abstrak

Pulau Morotai merupakan salah satu lokasi yang banyak meninggalkan jejak Perang Dunia II di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Pulau Morotai memiliki posisi geografis yang strategis bagi dua kekuatan militer yang terlibat saat itu. Dalam konteks inilah, peninggalan Perang Dunia II yang ada di Morotai memiliki nilai sejarah yang penting untuk dilestarikan, salah satunya melalui pendirian sebuah museum. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun konsep tematik yang tepat bagi penyajian museum.

Studi pustaka dan observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan sejarah dan tinggalan arkeologi yang ada di lokasi penelitian. Hasil kajian ini, diperoleh informasi tentang kondisi aktual tinggalan arkeologi yang ada di Morotai, serta rumusan tentang konsep tematik penyajian pameran. Dengan demikian, studi awal konsep tematik ini dapat memberikan alur cerita atau storyline, sehingga mampu memberikan bobot informasi tinggalan arkeologi yang ada di Morotai.

Kata Kunci: Morotai, Museum, Perang Dunia II, Pameran.

1

Tinggalan Perang Dunia II dan Konseptualisasi Museum di Morotai, Syahruddin Mansyur

PENDAHULUAN

Dalam konteks Perang Dunia II, Pulau Morotai dikenal sebagai pangkalan militer Pasukan Sekutu dalam upaya penyerangan terhadap kekuatan militer Jepang di Philipina.

Invasi kekuatan militer Jepang dalam Perang Dunia II saat itu, menguasai hampir seluruh

kawasan Asia-Pasifik, sehingga pada 15 September 1944, Pasukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac. Arthur berhasil melakukan pendaratan dan merebut Pulau Morotai dari militer Jepang. Pasukan Sekutu kemudian berhasil menjadikan Morotai sebagai pangkalan utama yang

DDC: 810

Ummu Fatimah Ria Lestari

The Functions of Dokwi Vam and Kembu Vam for The Yali Tribe in the Novel Penguasa-Penguasa Bumi by Don Richardson Kapata Arkeologi,

Volume 9 Number 1, July 2013, Page 51-58

This study discusses the function of the building of Dokwi Vam and Kembu Vam contained in the novel-Sovereign Ruler of the Earth works Don Richardson. In general, this novel tells the story of the life of Stan Dale and Yali tribe. Stan Dale is a missionary who served in Papua. He struggled to introduce Christianity to the Yali tribe. This study uses the description of the technical literature. This research resulted in a description of the function of the building of Dokwi Vam and Kembu Vam contained in the novel Lord of-Ruler of the Earth works Don Richardson. Dokwi Vam used as a museum (where the old stuff) to worship as they still follow animism, while the Kembu Vam serves as a temple / animism worship in Yali tribe.

Keywords: Dokwi Vam, Kembu Vam, Novel

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN Jalan Ujang Dewa RT 05 Kelurahan Nunukan Selatan, Telp/SMS 08115428883 Website www dpmptsp nunukankab go id Email dpmptspnunukan@gmail com Kabupaten

Marlon Ririmasse mencoba untuk mendiskuikan gagasannya tentang model penyebaran informasi arkeologi kepada masyarakat dalam makalah yang berjudul : Siklus Informasi Arkeologi : Menuju

Jika melihat pola hias gerabah yang menunjukkan corak atau gaya hiasan asli Maluku, kemungkinan berasal dari daerah lain di Maluku yang sebelumnya telah mengenal tradisi pembuatan

Namalatu Latuhalat Ambon 97118 [email protected] Abstrak Situs permukiman kuno yang terdapat di dusun Waeyasel, penduduk setempat menyebutnya Kota Mulu adalah sebuah dataran

Negeri Morela salah satu negeri adat yang masih eksistensi adat dan budaya tetap ada, tinggalan-tinggalan arkeologi prasejarah juga banyak, maka Balai Arkeologi Ambon merasa perlu

Misalnya sumberdaya budaya permukiman kuno, dolmen batu meja kedua tinggalan arkeologis ini secara kongkritifitas budaya Kepulauan Maluku Propinsi Maluku Propinsi Maluku Utara

Tinggalan arkeologi yang ditemukan tim penelitian BalaiArkeologi Ambon di Negeri/Desa Tuhaha, antara lain : - Dolmen Sahusilawane Talehu - Dolmen Supusepa - Dolmen Pattipeluhu -

Tinggalan arkeologi lukisan cadas merupakan interprestasi kebudayaan masa lampau, dimana konstruksi nilai yang terkandung didalamnya adalah bagian integral dari sistim sosial budaya