• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAF PEDOMAN PKBRS 2025

N/A
N/A
Danis rumanggi

Academic year: 2025

Membagikan "DRAF PEDOMAN PKBRS 2025 "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN TIM PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

RUMAH SAKIT (PKBRS) RSUD BALI MANDARA PROVINSI BALI

TAHUN 2025

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN o A. Latar Belakang o B. Dasar Hukum o C. Tujuan o D. Pengertian

BAB II. RUANG LINGKUP

o A. Struktur Organisasi Tim PKBRS o B. Tugas dan Fungsi Tim PKBRS

o C. Klasifikasi Pelayanan KB di RSUD Bali Mandara o D. Kompetensi Tenaga

BAB III. SISTEM PELAYANAN

o A. Kebijakan Pelayanan KB di RSUD Bali Mandara o B. Alur dan Prosedur Pelayanan KB

o C. Sarana, Prasarana dan Peralatan

o D. Sumber dan Mekanisme Distribusi Alat/Obat Kontrasepsi (Alokon) o E. Pencatatan dan Pelaporan

BAB IV. KONSELING KB

BAB V. HUBUNGAN KERJA DALAM PELAYANAN KB o A. Koordinasi

o B. Teknis Medis

BAB VI. PENGENDALIAN KUALITAS PELAYANAN

BAB VII. MONITORING DAN EVALUASI o A. Monitoring/Pemantauan o B. Evaluasi

(2)

BAB VIII. PENGEMBANGAN PELAYANAN o A. Pengembangan SDM

o B. Pengembangan Sarana, Prasarana dan Peralatan o C. Pengembangan Layanan

BAB IX. PENUTUP

LAMPIRAN

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Pedoman Tim Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS) RSUD Bali Mandara Provinsi Bali Tahun 2025 telah berhasil disusun. Penyusunan pedoman ini merupakan

implementasi dari Keputusan Direktur RSUD Bali Mandara Provinsi Bali Nomor:

B.37.188.4/3597/HHP/RSBM tentang Pembentukan Tim Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS) pada RSUD Bali Mandara Provinsi Bali Tahun 2025.

Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi seluruh tenaga kesehatan di RSUD Bali Mandara Provinsi Bali dalam memberikan pelayanan Keluarga Berencana yang berkualitas, komprehensif, dan berkesinambungan. Kami berharap dengan adanya pedoman ini, pelaksanaan program KB di rumah sakit dapat berjalan lebih terstruktur, terukur, dan memberikan dampak positif bagi upaya peningkatan kesehatan

reproduksi masyarakat.

Kami menyadari bahwa pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan

pedoman ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.

Bali, Januari 2025

<br> <br>

Direktur RSUD Bali Mandara Provinsi Bali

<br> <br> <br> <br>

dr. I Gusti Ngurah Putra Dharma Jaya, M.Kes NIP. 19740701 200212 1 008

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(3)

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Melalui program KB, jumlah kelahiran dapat dikendalikan sehingga angka pertumbuhan penduduk menjadi lebih seimbang, yang pada gilirannya akan mendukung tercapainya pembangunan

berkelanjutan.

Rumah Sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan lanjutan memiliki peran penting dalam mendukung program KB nasional melalui penyediaan pelayanan KB yang komprehensif, aman, dan berkualitas. RSUD Bali Mandara Provinsi Bali sebagai rumah sakit pemerintah berkomitmen untuk berkontribusi aktif dalam program KB nasional melalui pembentukan Tim Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS).

Tim PKBRS RSUD Bali Mandara memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan KB yang berkualitas, termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pasca keguguran, penyediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon), serta pendidikan dan konseling KB bagi masyarakat. Melalui pelayanan yang terintegratif dan komprehensif, diharapkan program KB di RSUD Bali Mandara dapat

memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta pengendalian pertumbuhan penduduk.

B. Dasar Hukum 1.

Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2.

3.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2023 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6935);

4.

5.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6.

(4)

7.

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080);

8.

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga;

10.

11.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan

Kesehatan Seksual (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 135);

12.

13.

Peraturan Gubernur Bali Nomor 47 Tahun 2017 tentang Standar Pelayanan Minimal Pada Unit Pelaksana Teknis Rumah Sakit Umum Daerah Bali Mandara Provinsi Bali (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2017 Nomor 47);

14.

15.

Peraturan Gubernur Bali Nomor 60 Tahun 2021 tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Rumah Sakit (Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2021 Nomor 60);

16.

17.

Keputusan Direktur RSUD Bali Mandara Provinsi Bali Nomor:

B.37.188.4/3597/HHP/RSBM tentang Pembentukan Tim Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS) pada RSUD Bali Mandara Provinsi Bali Tahun 2025.

18.

C. Tujuan

(5)

1. Tujuan Umum

Meningkatkan akses, kualitas, dan keamanan pelayanan Keluarga Berencana di RSUD Bali Mandara Provinsi Bali.

2. Tujuan Khusus

a. Menyediakan panduan pelaksanaan pelayanan KB yang terstandar di RSUD Bali Mandara Provinsi Bali.

b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan KB, termasuk KB pasca persalinan dan pasca keguguran.

c. Mengembangkan sistem pelayanan dan rujukan KB yang terintegrasi, termasuk Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).

d. Memperkuat koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan program dalam penyelenggaraan pelayanan KB.

e. Memastikan ketersediaan fasilitas, sarana, dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelayanan KB.

f. Mengoptimalkan peran RSUD Bali Mandara sebagai pusat rujukan pelayanan KB bagi fasilitas kesehatan lainnya.

D. Pengertian 1.

Keluarga Berencana adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

2.

3.

Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS) adalah pelayanan medik dan non-medik KB yang disediakan dan diberikan oleh tenaga

kesehatan yang kompeten sesuai dengan standar dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan fasilitas dan sarana yang memenuhi ketentuan.

4.

5.

Tim PKBRS adalah kelompok tenaga kesehatan di rumah sakit yang ditunjuk untuk mengelola dan memberikan pelayanan KB di rumah sakit.

(6)

6.

7.

Pelayanan Kontrasepsi adalah upaya kesehatan dengan menggunakan metode tertentu untuk mengatur jarak kehamilan atau menghentikan kehamilan.

8.

9.

Kontrasepsi Mantap adalah suatu tindakan untuk membatasi kelahiran dalam jangka waktu yang tidak terbatas melalui tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan memotong saluran telur pada istri (tubektomi) atau mengikat dan memotong saluran sperma pada suami (vasektomi) atas permintaan yang bersangkutan secara sukarela.

10.

11.

KB Pasca Persalinan adalah pelayanan KB yang diberikan setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari.

12.

13.

KB Pasca Keguguran adalah pelayanan KB yang diberikan setelah mengalami keguguran sampai kurun waktu 14 hari.

14.

15.

Klien adalah salah satu Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan calon atau peserta KB.

16.

17.

Alokon (Alat dan Obat Kontrasepsi) Program adalah jenis dan alat metode kontrasepsi yang dipergunakan dalam pelayanan program KB.

18.

19.

Peserta KB Baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau PUS yang kembali menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan atau keguguran.

20.

21.

(7)

Peserta KB Aktif adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi secara terus menerus tanpa diselingi kehamilan.

22.

BAB II. RUANG LINGKUP

A. Struktur Organisasi Tim PKBRS

Berdasarkan Keputusan Direktur RSUD Bali Mandara Provinsi Bali Nomor:

B.37.188.4/3597/HHP/RSBM tentang Pembentukan Tim Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit (PKBRS) pada RSUD Bali Mandara Provinsi Bali Tahun 2025, susunan keanggotaan Tim PKBRS adalah sebagai berikut:

Ketua: dr. Putu Trisna Handayani, Sp.OG Sekretaris: Putu Emy Indrayani, A.Md.Keb Anggota:

1. dr. I Gede Andre Arda Pratama, Sp.U,

2. A.A.Widhi Utami, A.Md.Keb,

3. Putu Eka Deviana Septiari, A.Md.Keb,

4. Ni Kadek Benni Cahya Suryani, A.Md.Keb,

5. Gusti Ayu Arsita Ananta, A.Md.Keb,

6. Ni Putu Detti Udayani, A.Md.Keb,

7. I Kadek Suparjana, A.Md.Kep,

8. Ananda Dwi Primayanti, A.Md.Keb,

9. Ni Kadek Ayu Sukerasih, A.Md.Keb,

10.Ni Gusti Ayu Witari Dewi, A.Md.Keb,

11.Komang Widiastuti, S.Farm, Apt,

12.Ni Made Mahendriani, A.Md.Farm,

13.I Gst. Bagus Ngr. Harry Dharma Priatna, S. Farm., MM,

14.Ni Luh Putu Sri Kesuma Dewi, A.Md.Keb.

B. Tugas dan Fungsi Tim PKBRS

Tim PKBRS RSUD Bali Mandara Provinsi Bali memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:

1.

Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kantor KB dan Pemberdayaan Perempuan serta bagian/instansi lain yang terkait dalam pelayanan KB di Rumah Sakit;

2.

3.

(8)

Membuat perencanaan kebutuhan, bertanggung jawab dalam penerimaan dan pendistribusian serta menjaga mutu, keamanan, dan ketersediaan Alat dan Obat Kontrasepsi (Alokon);

4.

5.

Membuat laporan penyelenggaraan pelayanan KB di Rumah Sakit;

6.

7.

Melakukan konseling, tindakan medis di poliklinik, ruang bersalin, dan ruang rawat inap;

8.

9.

Memberikan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan prosedur (SOP) serta memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar profesi;

10.

11.

Melakukan promosi pada klien dan pengantar/keluarga pasien; dan 12.

13.

Melaksanakan pencatatan dan pelaporan penggunaan Alokon.

14.

C. Klasifikasi Pelayanan KB di RSUD Bali Mandara RSUD Bali Mandara Provinsi Bali menyelenggarakan Pelayanan KB Paripurna, yang meliputi:

1.

Pelayanan kontrasepsi lengkap:

2.

o Kondom, pil KB, suntik KB

o Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR/IUD) o Pemasangan/pencabutan implan

o Metode Operasi Pria (MOP/vasektomi)

(9)

o Penanganan efek samping dan komplikasi pada tingkat tertentu sesuai kemampuan dan fasilitas/sarana yang tersedia

3.

Pelayanan kontrasepsi sempurna:

4.

o Metode Operasi Wanita (MOW/tubektomi) o Penanganan kegagalan kontrasepsi o Pelayanan rujukan

5.

Layanan khusus sebagai pusat rujukan:

6.

o Pelayanan infertilitas

o Pelayanan penanganan komplikasi dan kegagalan KB tingkat lanjut o Pelatihan dan pendidikan tenaga kesehatan dalam pelayanan KB

D. Kompetensi Tenaga 1.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan (SpOG) adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan semua metode kontrasepsi kecuali vasektomi.

2.

3.

Dokter Spesialis Urologi (Sp.U) adalah dokter yang berwenang melakukan pelayanan semua metode kontrasepsi termasuk pelayanan vasektomi.

4.

5.

Dokter Spesialis Anestesi adalah dokter yang berwenang memberikan pelayanan anestesi dalam tindakan kontrasepsi operatif.

6.

7.

Bidan adalah bidan terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam memberikan pelayanan KB.

8.

(10)

9.

Perawat adalah perawat terlatih yang diberi wewenang untuk membantu dokter dalam memberikan pelayanan KB.

10.

11.

Tenaga Konselor adalah tenaga kesehatan terlatih yang berwenang memberikan konseling KB.

12.

BAB III. SISTEM PELAYANAN

A. Kebijakan Pelayanan KB di RSUD Bali Mandara

RSUD Bali Mandara Provinsi Bali menyediakan semua jenis pelayanan kontrasepsi berikut penanganan efek samping, komplikasi, dan kegagalan pelayanan kontrasepsi, serta layanan aborsi aman sesuai indikasi medis, dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya rumah sakit seperti SDM, fasilitas, sarana prasarana, dan sebagainya.

Langkah-langkah pelaksanaan Pelayanan KB di RSUD Bali Mandara:

1.

Melaksanakan dan menerapkan standar pelayanan KB secara terpadu dan paripurna.

2.

3.

Mengembangkan kebijakan dan Standar Prosedur Operasional (SPO) pelayanan KB dan meningkatkan kualitas pelayanan KB.

4.

5.

Meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam melaksanakan PKBRS termasuk pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.

6.

7.

Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai model dan pembinaan teknis dalam melaksanakan PKBRS.

8.

(11)

9.

Meningkatkan fungsi rumah sakit sebagai pusat rujukan pelayanan KB bagi sarana pelayanan kesehatan lainnya.

10.

11.

Melaksanakan sistem pemantauan dan evaluasi pelaksanaan PKBRS.

12.

13.

Menetapkan regulasi rumah sakit yang menjamin pelaksanaan PKBRS, meliputi SPO pelayanan KB per metode kontrasepsi termasuk pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.

14.

15.

Memasukkan upaya peningkatan PKBRS dalam rencana strategis (Renstra) dan rencana kerja anggaran (RKA) rumah sakit.

Menyediakan ruang pelayanan yang memenuhi persyaratan untuk PKBRS antara lain ruang konseling dan ruang pelayanan KB.

Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kemampuan pelayanan PKBRS, termasuk KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.

Melaksanakan rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan- undangan.

Melakukan pelaporan dan analisis meliputi

o Ketersediaan semua jenis alat dan obat kontrasepsi sesuai dengan kapasitas rumah sakit dan kebutuhan pelayanan KB.

o Ketersediaan sarana penunjang pelayanan KB.

o Ketersediaan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB.

o Angka capaian pelayanan KB per metode kontrasepsi, baik Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan Non MKJP.

o Angka capaian pelayanan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran.

o Kejadian tidak dilakukannya KB Pasca Persalinan pada ibu baru bersalin dan KB Pasca Keguguran pada ibu pasca keguguran.

B. Alur dan Prosedur Pelayanan KB 1. Alur Pelayanan KB

(12)

2. Prosedur Pelayanan KB

a. Identifikasi Klien Jika klien baru:

o Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS serta datang sendiri.

o Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas paramedis.

o Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel RS Bali Mandara.

o Apabila klien bersedia menjadi akseptor KB maka diarahkan ke poli PKBRS.

o Apabila pasien belum mau ikut KB tetap dirujuk ke poli PKBRS untuk mendapat KIE.

Jika klien lama/ulangan:

o Dapat berasal dari rujukan luar maupun dalam RS atau datang sendiri.

o Dilakukan anamnesis penyakit dan keikutsertaan dalam KB oleh petugas paramedis.

o Apabila telah dilakukan KIE dan konseling sebelum ke RS, maka konseling yang diberikan berupa pemantapan pilihan.

o Pada status/rekam medik akan diberikan cap/stempel PKBRS.

Klien dengan kasus khusus (misalnya: efek samping, komplikasi, pasca persalinan/keguguran) sebelum dilakukan KIE dan konseling maka permasalahannya harus ditangani dengan baik terlebih dahulu.

Dalam rangka meningkatkan cakupan peserta KB aktif, pelayanan KB pasca persalinan di RS harus menjadi prioritas utama. Hal ini berarti diharapkan sebelum pasien pasca persalinan pulang sudah dilakukan pelayanan KB.

b. Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE)

1. Setelah dilakukan identifikasi Klien maka dilakukan kegiatan KIE.

2. Dalam KIE tersebut akan diberikan informasi mengenai berbagai metode kontrasepsi yang tersedia di RS tersebut.

3. KIE dapat diberikan oleh bagian promosi kesehatan/tenaga kesehatan yang sudah terlatih dalam memberikan KIE.

c. Konseling

Setelah diberikan KIE maka dilakukan konseling dengan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) untuk memberikan bantuan kepada klien dalam pengambilan keputusan pemilihan kontrasepsi yang cocok. Penjelasan lebih terperinci mengenai konseling terdapat dalam bab IV.

d. Penapisan Medis

Setelah pasien memilih jenis kontrasepsi yang akan digunakan kemudian dilakukan penapisan medis oleh dokter/dokter spesialis.

e. Pelayanan Kontrasepsi

(13)

1. Pelayanan kontrasepsi diberikan oleh tenaga medis (dokter spesialis/bidan) tergantung jenis kontrasepsi yang digunakan.

2. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi dan memperhatikan hak pasien termasuk membuat informed consent.

3. Apabila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi dan sebagainya.

4. Pelayanan yang diberikan meliputi:

o Pelayanan preventif yaitu pelayanan kontrasepsi dengan lebih mengutamakan metode efektif terpilih (IUD, implant dan kontrasepsi mantap).

o Pelayanan kuratif yaitu pelayanan efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi serta pelayanan ginekolog

Referensi

Dokumen terkait

1) Bersama Walikota/Bupati mengoordinasikan penyusunan Surat Tugas para Walikota/Bupati Provinsi DKI Jakarta tentang Pembentukan Tim Teknis dari Unit Kerja

Identitas Budaya lokal Pada Unsur Visual Desain Poster Keluarga Berencana dan Sejahtera BKKBN Provinsi Bali DKV FSRD Dosen Pemula 10,000,000 PNBP Mono Tahun USULAN BARU DARI LAMA

Menurut BKKBN dalam buku Pembentukan dan Pengembangan Kampung KB Provinsi Kaltim (2016), program Kampung Keluarga Berencana atau yang lebih dikenal dengan program