Harta sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pihak ketiga yang menggunakan atau mengeksploitasi aset tersebut dikenakan biaya. Harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2(b) disertai bukti-bukti yang mendukung permintaan penyitaan aset-aset tersebut.
UMUM
Pembangunan hukum untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bertujuan untuk mewujudkan sistem hukum nasional yang dilaksanakan melalui pembentukan undang-undang baru, khususnya undang-undang yang diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional. Undang-undang baru tersebut adalah Undang-Undang Perampasan Aset Pidana, yaitu peraturan baru yang memperbolehkan pengembalian aset pidana tanpa adanya perintah pengadilan dalam perkara pidana. Dengan mekanisme tersebut, terdapat peluang bagi negara untuk menyita seluruh harta kekayaan yang diduga merupakan hasil tindak pidana dan harta kekayaan lainnya yang patut diduga digunakan atau telah dijadikan alat (instrumentalities) untuk melakukan tindak pidana.
Sebagaimana diketahui, sistem peradilan pidana di Indonesia belum mengatur tata cara pelacakan, pemblokiran, penyitaan, dan kemudian penyitaan harta kekayaan tindak pidana, yang dilakukan berdasarkan undang-undang untuk melaksanakan ketentuan Bab V Konvensi PBB Melawan Kejahatan. Korupsi. Nations Convention Against Corruption) sebagaimana telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan Konvensi PBB Melawan Korupsi Tahun 2003 (United Nations Convention Against Corruption, 2003). Selain itu, di Indonesia penyitaan harta kekayaan hanya dikenal dalam sistem peradilan pidana dan hanya dapat dilaksanakan melalui putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sebagaimana diatur misalnya dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai diubah dengan undang-undang - Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penebangan Hutan. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka aturan terkait penyitaan aset kriminal bertujuan untuk memberikan aturan khusus terkait pelacakan, pemblokiran, penyitaan, dan penyitaan aset kriminal dalam kaitannya dengan penegakan hukum di negara tersebut.
Pendekatan pemberantasan tindak pidana melalui penyitaan harta kekayaan pidana sesuai dengan asas peradilan cepat, sederhana dan murah yaitu melalui proses perdata. Pendekatan seperti ini memperbesar kemungkinan diperolehnya kembali hasil tindak pidana tanpa dipengaruhi oleh berhasil tidaknya penuntutan dan penyidikan pelaku tindak pidana tersebut melalui proses pidana. Selain itu, perampasan aset pidana juga dapat mengurangi angka tindak pidana, memberikan kepastian hukum dan menjamin perlindungan hukum di Indonesia.
Perampasan harta benda yang perolehannya secara sah tidak dapat dibuktikan menurut hukum juga dapat menghalangi penyaluran sumber daya ekonomi yang diperoleh melalui tindak pidana oleh pelaku kejahatan. Undang-undang ini, selain mengatur tentang pelacakan, pemblokiran, penyitaan, dan penyitaan terhadap harta benda yang diperoleh melalui tindak pidana, juga mengatur tentang pengelolaan harta benda yang dilakukan secara profesional, transparan, dan bertanggung jawab, sehingga dapat dipergunakan untuk kepentingan orang lain. negara. Selain itu, sebagai bagian dari pengelolaan aset, pemerintah dapat bekerja sama dengan negara lain untuk memulihkan aset sesuai dengan perintah pengadilan yang mengikat secara permanen.
PASAL DEMI PASAL Pasal 1
Penyitaan aset berdasarkan Undang-undang ini merupakan rezim perampasan perdata yang berlaku. Putusan pengadilan mengenai perampasan aset juga dapat diajukan sebagai alat bukti dalam penuntutan terhadap pelaku tindak pidana. Yang dimaksud dengan “Harta lain yang sah menjadi milik pelaku tindak pidana sebagai pengganti harta” dalam ketentuan ini adalah harta pengganti apabila perhitungan yang dilakukan oleh Kejaksaan ternyata kurang atau tidak sesuai dengan jumlahnya. dari kerugian yang diderita.
Yang dimaksud dengan “asal usul perolehan yang sah tidak dapat dibuktikan” adalah perolehan yang berasal dari penghasilan yang bertentangan dengan undang-undang atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan “perkara pidana yang tidak dapat diadili” adalah perkara pidana yang melibatkan seseorang sebagai pelaku tindak pidana. Misalnya, penyidik menemukan kayu gelondongan hasil pembalakan liar, namun tidak diketahui pemilik atau pelakunya, dan hasil perjudian online tidak diketahui pemiliknya.
PPATK dapat membantu penyidik dalam melakukan penyidikan guna mengoptimalkan peran dan upaya pemulihan aset tindak pidana. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan Pemblokiran dan/atau Penyitaan adalah serangkaian kegiatan apabila Barang Pidana dalam tata cara harus diblokir terlebih dahulu. Apabila suatu harta pidana tidak dapat diblokir karena sifat dan bentuknya, maka harta pidana tersebut dapat segera disita, misalnya benda bergerak seperti mobil.
Dalam ketentuan ini, pemblokiran harta kekayaan yang diperoleh melalui tindak pidana pada rekening bank sama dengan perkiraan nilai harta kekayaan yang diduga diperoleh atau berkaitan dengan tindak pidana. Penghitungan harta benda di Indonesia yang dimiliki atau dikuasai oleh seseorang yang harta penggantinya berada di luar negeri, yang nilainya setara dengan nilai harta benda yang diperoleh melalui tindak pidana, dilakukan oleh tim penilai sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. peraturan hukum. Hasil penggunaan atau eksploitasi barang yang diperoleh melalui tindak pidana oleh pihak ketiga diserahkan kepada Jaksa Agung untuk dipertanggungjawabkan dan didistribusikan dalam rangka pelestarian barang yang diperoleh melalui tindak pidana.
Yang dimaksud dengan “tidak mungkin” dalam ketentuan ini antara lain, namun tidak terbatas pada terjadinya bencana alam, hambatan transportasi, dan kondisi alam. Pemberitahuan yang ditempel di papan pengumuman pengadilan setempat dimaksudkan agar pihak ketiga dapat mengajukan keberatan atas permohonan penyitaan aset yang diajukan oleh jaksa penuntut umum. Yang dimaksud dengan ketentuan hukum adalah ketentuan peraturan hukum di bidang hukum acara perdata.
Yang dimaksud dengan “eksploitasi” adalah penggunaan harta sitaan dalam bentuk sewa, pinjam pakai, eksploitasi secara kooperatif, dan penyerahan konstruksi/bangunan untuk dipindahtangankan tanpa mengubah status kepemilikan. Ketentuan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengurangi harta pidana menjadi sejumlah uang tertentu yang akan disetorkan ke kas negara.